|
Yohanes Ontot. |
Pontianak, Kalbar - Sebelum menjabat sebagai Wakil Bupati Sanggau Drs. Yohanes Ontot, M.Si menceritakan jejak karirnya hingga berkiprah ke dalam dunia politik dalam acara Tribun Pontianak Podcast (Triponcast), bertempat di Studio Tribun Pontianak, Jumat (14/4/2023) lalu.
Dalam acara tersebut Ia menceritakan awal karir di dunia birokrasi saat masih sekolah hingga lulus SMA masuk di pemerintah dalam negeri.
“Karena memang APDN pada waktu itu memang masuk langsung dia sebagai ASN berada pada golongan II.A sejak tahun 1984” katanya.
Saat menjadi mahasiswa Ia sudah diangkat menjadi ASN golongan II.A oleh Pemerintah Daerah.
“Saya selesai di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang waktu itu tahun 1986 lalu saya di job training di kantor gubernur itu lebih kurang 1 tahun jadi biro ekonomi waktu itu, setelah itu saya dikembalikan ke kota Sanggau lalu lebih kurang 3 bulan saya ditugaskan di Kecamatan Toba 1986 dengan pangkat golongan waktu itu 2B,” jelasnya.
Saat itu Ia masih sebagai staf biasa dan pada tahun 1987 ia menduduki jabatan sebagai Kepala Urusan Pembangunan di Kantor Camat Toba dan berada di Kecamatan Toba selama 2 tahun.
“Tahun 1992 saya masuk di staf daerah kemudian ditugaskan juga di Badan Pembangunan Daerah satu tahun sebagai seksi pertambangan, lalu 1993 saya ditugaskan sebagai sekretaris kecamatan di Kecamatan Kapuas Kota,” jelasnya.
Kemudian pada tahun 1998 Ia ditugaskan sebagai Camat di Kecamatan Nanga Taman sampai dengan tahun 2002, dan mulai semuanya dari eselonering yang paling bawah mulai dari eselon V.B, V.A, IV.A, III.B, III.A, II.B. Setelah itu, dimutasi dan diperintahkan oleh Gubernur untuk mendapatkan tugas tambahan sebagai Koordinator Pos Lintas Batas Antara Negara (SK Gubernur).
Tak hanya itu, Ia juga menceritakan pengalamannya setelah menjadi Camat Nanga Taman sempat juga menjabat sebagai Camat di perbatasan Entikong pada tahun 2002.
“Menjadi Camat Entikong itu luar biasa, karena mengurus bagaimana daerah ini sedikit menyamai Malaysia waktu itu tidak seperti hari ini, oleh karena itu saya juga bekerjasama dengan TNI/Polri karena memang untuk daerah perbatasan sangat keras,” jelas Yohanes Ontot.
Oleh karena itu Ia terus bekerja keras dan berusaha untuk melayani masyarakat dengan baik terutama pada kebersihan dan kenyamanannya dan itu dianggap lebih berat. Kemudian pada tahun 2009 Ia ditarik sebagai Kepala Dinas Lingkungan dan Kebersihan Kabupaten Sanggau.
Ia mengungkapkan dirinya merupakan tipe orang yang tidak suka membuang-buang waktu dan terus bekerja keras untuk memperoleh orientasi hasil yang baik.
“Saya tipe orang yang tidak suka membuang waktu, jadi saya kerja terus, mengubah perilaku dan selalu briefing terus, setiap saya memasuki jabatan baru 100 hari pertama itu menjadi prioritas sangat amat penting, karena saya selalu mengadakan apel pukul 05.00 WIB,” jelasnya.
Ia juga mengaku selalu mengawasi setiap pegawai yang bekerja sehingga dapat menilai bagaimana perilaku masing-masing pegawai dibawah kepemimpinannya. Di sisi lain, Ia juga sempat mendapatkan penghargaan Adipura pada waktu itu dan pada tahun 2011 beralih ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau
“Ketika saya di Dinas Pendidikan itu sama saja, karena yang pertama saya lihat adalah SDMnya, peralatannya dan keuangannya, 3 pokok ini menjadi sangat penting karena jika tidak diatur secara baik maka sulit berkembang,” jelasnya.
Dengan menanamkan prinsip kerja yang harus melihat orientasi hasil, bukan kepada orientasi proyek menjadi salah satu tantangan dan berusaha untuk mengutamakan kepentingan para guru saat berada di Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau.
“Waktu itu di Dinas Pendidikan saya menjabat selama 1 tahun 2 bulan dan selama itu saya harus memprioritaskan guru-guru dulu untuk mengurus juga kepentingan-kepentingan mereka. Saya juga orangnya on time ” jelasnya.
Ia mengaku saat itu, menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau cukup berat karena harus mengadakan rapat per kecamatan selama kurang lebih satu bulan dan harus di bina sehingga adanya rapat konsolidasi.
Setelah menjabat sebagai Kepala Dinas Kabupaten Sanggau, kemudian Ia menceritakan bagaimana Ia juga sempat mundur sebagai Wakil Bupati pada periode pertama dan mundur dari jabatan negara sehingga bisa mengajukan kembali di Kementerian Badan Kepegawaian.
“Saya sangat mengapresiasi bapak Paolus Hadi ini bisa memilih orang yang tepat seperti saya, karena waktu itu sempat berkali-kali saya di ajak dan timbang-timbang dari diri dan keluarga saya akhirnya saya mau karena pak Paolus Hadi ini saya lihat orangnya konsisten,” katanya.
Kemudian setelah menerima tawaran tersebut, Ia kemudian kembali terjun ke dunia politik bersama Paulus Hadi.
“Waktu periode pertama PNS masih boleh, tapi kemudian periode kedua saya pensiun dini di PNS dengan sisa waktu 2 tahun lagi waktu itu,” katanya.
Adanya sejumlah perbedaan tersebut, harus mampu seiring, sejalan bagaimana harus mampu berpikir dalam mengambil keputusan dan harus profesional. Karena sebagai seorang Wakil Bupati harus paham betul tugasnya seperti apa. Kembali terjun kedalam dunia politik juga harus mampu mengkombinasikan teoritis dan praktis, dan harus hati-hati, karena terlalu terbuai ke politik praktis juga membahayakan.
“Bagian dari politik praktis ini yang saya kira disebut sebagai politik kejam,” jelasnya.
Ia juga mengaku selalu mempelajari apa saja ketika berada di lapangan untuk memilah bagaimana harus berhati-hati dan mana yang akan mengganggu kebijakan.
“Karena kalau kita tidak pandai sebagai kepala daerah ini berbahaya, kalau sampai salah urus ini akan ada benturan yang kuat sehingga akan mengganggu terkait kebijakan dan kepentingan masyarakat banyak,” jelasnya.
Dengan adanya keharmonisan yang dijalani antara Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Ia mengatakan harus profesional, yang mana harus saling memahami untuk menjalin keharmonisan. Memasuki pemilu 2024 mendatang Ia mengaku tidak begitu ambisi untuk maju sebagai Bupati Sanggau dan fokus kepada pekerjaan yang sudah diberikan dan selalu dijalankan.
(Tim/Redaksi)