Berita Borneotribun.com: MotoGP Hari ini
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 April 2025

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda
Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda.

JAKARTA - Marc Marquez, sang juara dunia MotoGP enam kali, selalu jadi bahan perbincangan di dunia balap. Setelah bertahun-tahun mendominasi bersama Honda, kini dia beralih ke Ducati, dan ternyata banyak hal yang berubah. 

Dalam wawancaranya baru-baru ini dengan Motorsport, Marquez mengungkapkan perbedaan signifikan yang dia rasakan antara kedua motor tersebut, khususnya dalam hal kecepatan satu lap.

Bagi Marquez, yang telah menikmati masa-masa kejayaannya di Honda, Ducati sekarang menjadi tantangan baru. Ia menyebutkan kalau perbedaan paling jelas terjadi saat melakukan lap kualifikasi. Menurut Marquez, saat keluar dari tikungan, Ducati jelas lebih unggul.

Keunggulan Ducati di Keluar Tikungan

Marquez menjelaskan dengan sangat jelas: "Keluar dari tikungan, Ducati lebih unggul." Maksudnya, Ducati lebih cepat dalam akselerasi keluar tikungan, yang memberikan keuntungan besar dalam waktu putaran. 

Namun, untuk bisa mendapatkan hasil terbaik dengan Ducati, kamu harus lebih berhati-hati pada bagian awal tikungan. “Di Ducati, kamu harus lebih hati-hati di bagian awal tikungan, dan waktu perbedaannya lebih terasa saat keluar,” lanjut Marquez.

Sebaliknya, Honda punya pendekatan yang sedikit berbeda. "Di Honda, yang penting adalah bagian awal tikungan. Kalau kamu cepat di bagian awal, itu akan membuatmu cepat di sisa lap,” jelas Marquez. 

Di Honda, fokusnya lebih ke kelancaran dan kecepatan di awal tikungan, sementara di Ducati, manajemen tikungan awal menjadi kunci, dan baru kemudian bisa melesat saat keluar.

Pernah Gagal Bangkit, Tapi Tetap Berjuang

Marc Marquez, meskipun sudah meraih banyak kesuksesan, tak lepas dari momen-momen penuh tantangan dalam kariernya. Salah satunya adalah comeback-nya yang terlalu cepat pada tahun 2020 setelah cedera parah di lengan kanan. Marquez mengakui, keputusan itu merupakan kesalahan besar. "Itu adalah kesalahan dari semua pihak, tapi tanggung jawabnya ada pada saya karena saya yang membuat keputusan terakhir," ujarnya.

Namun, meskipun cedera tersebut masih terasa, Marquez tetap menunjukkan bahwa dia masih kompetitif. "Lengan saya bekerja dengan baik, meskipun tidak sama seperti lima tahun lalu. Tapi hasil akhirnya tetap ada, saya masih bisa tampil kompetitif," tambahnya. 

Saat ini, setelah empat balapan di musim MotoGP 2025, Marquez sudah meraih tujuh kemenangan dari delapan balapan. Satu-satunya kekalahan terjadi saat dia terjatuh di MotoGP Amerika meski memimpin balapan dengan selisih dua detik.

Kunci Kesuksesan Marquez: Ikuti Insting

Marquez juga memberikan pesan kepada versi mudanya yang dulu meraih gelar juara 125cc. "Siapkan diri kalian, karena setelah itu, semuanya akan seperti mimpi," katanya. Jika ada satu momen yang dia sesali dalam kariernya, itu adalah comeback terlalu cepat setelah cedera di Jerez. Tapi untuk sisanya, dia hanya bilang, “Ikuti insting kalian, dan semuanya akan baik-baik saja.”

Update Terbaru Kondisi Jorge Martin: Pemulihan Pasca Kecelakaan di Qatar

Update Terbaru Kondisi Jorge Martin Pemulihan Pasca Kecelakaan di Qatar
Update Terbaru Kondisi Jorge Martin: Pemulihan Pasca Kecelakaan di Qatar.

JAKARTA - Kabar terbaru datang dari dunia MotoGP, tepatnya tentang kondisi Jorge Martin, pembalap Aprilia, yang mengalami kecelakaan cukup serius di GP Qatar beberapa waktu lalu. 

Kecelakaan tersebut membuat Martin harus dirawat di rumah sakit karena mengalami 11 patah tulang rusuk dan juga paru-paru yang kolaps. 

Beruntungnya, setelah beberapa hari dalam perawatan intensif, Aprilia akhirnya memberikan kabar baik tentang kondisi Martin.

Jorge Martin Dikonfirmasi Sembuh dari Rumah Sakit

Pada hari Minggu, Aprilia mengonfirmasi bahwa Martin telah diperbolehkan pulang dari Hamad General Hospital. 

Meskipun masih berada di Qatar untuk beberapa waktu agar kondisinya lebih stabil, ini adalah langkah besar dalam pemulihan Martin. 

Aprilia juga menambahkan bahwa begitu kondisinya memungkinkan, akan ada penerbangan dengan pendampingan untuk membawanya kembali ke Eropa.

Selama beberapa hari pasca-kecelakaan, Martin mendapatkan perawatan khusus untuk masalah paru-parunya, dan hingga kini belum ada timeline pasti kapan dia akan kembali ke lintasan. 

Tapi yang pasti, Martin dipastikan akan absen untuk beberapa balapan ke depan.

Lorenzo Savadori Siap Gantikan Martin di GP Spanyol

Karena Martin tidak dapat membalap, Aprilia telah mempersiapkan Lorenzo Savadori untuk menggantikan posisi Martin pada MotoGP Spanyol yang akan datang. 

Ini bukan pertama kalinya Savadori mengambil alih tugas tersebut, mengingat Martin sudah absen pada tiga putaran pertama musim 2025 akibat cedera terpisah yang didapatkan sebelumnya.

Martin sendiri pertama kali mengalami cedera saat melakukan latihan pra-musim, di mana dia cedera kaki akibat terjatuh. 

Tidak lama setelah itu, dia kembali mengalami cedera pada tulang scaphoid di tangannya, yang mengharuskan dia untuk absen hingga Qatar. 

Sayangnya, comeback-nya ke balapan malah berujung dengan kecelakaan di GP Qatar, yang semakin memperpanjang masa absennya.

Kecelakaan yang Menyeramkan dan Tak Terlupakan

Kecelakaan di GP Qatar itu terjadi pada tikungan 12, di mana Martin terjatuh sebelum akhirnya tertabrak oleh Ducati yang dikendarai Fabio di Giannantonio. 

Di Giannantonio sendiri mengungkapkan rasa horornya setelah insiden tersebut, karena dia melanjutkan balapan tanpa tahu kondisi Martin.

Melalui akun media sosialnya, Martin pun mengungkapkan perasaan syukurnya meskipun insiden itu bisa jadi jauh lebih buruk. “Ini bisa saja lebih parah,” tulis Martin sambil beristirahat di rumah sakit.

Kapan Kembalinya Martin?

Saat ini, kita hanya bisa berharap yang terbaik untuk Martin dalam proses pemulihannya. Walaupun belum ada kabar pasti kapan dia akan kembali ke lintasan, kita semua tentu berharap agar dia bisa segera pulih dan kembali menunjukkan aksi terbaiknya di MotoGP.

Itulah kabar terbaru tentang kondisi Jorge Martin. Semoga saja pemulihannya berjalan lancar dan kita bisa melihatnya kembali berlomba di atas sirkuit!

Minggu, 20 April 2025

Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun: "Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya"

Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya
Jack Miller Soroti Gaji Pembalap MotoGP yang Menurun: "Beberapa Pembalap Tidak Dibayar Sesuai dengan Yang Seharusnya"

JAKARTA - Jack Miller, pembalap MotoGP asal Australia, baru-baru ini mengungkapkan pandangannya tentang gaji yang diterima oleh pembalap MotoGP saat ini. Menurutnya, banyak pembalap masa kini tidak mendapatkan bayaran yang setimpal dengan risiko dan usaha yang mereka keluarkan di setiap balapan.

Miller membandingkan kondisi saat ini dengan era kejayaan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, di mana kedua pembalap tersebut dikenal mendapatkan bayaran yang sangat besar. Namun, Miller menegaskan bahwa gaji pembalap kini jauh lebih rendah dibandingkan dengan masa-masa keemasan tersebut.

Fabio Quartararo, yang saat ini dilaporkan sebagai pembalap dengan bayaran tertinggi, hanya menerima sekitar €12 juta per tahun. Bahkan, Marc Marquez, yang pada 2023 masih menjadi pembalap dengan penghasilan tertinggi di Honda, memutuskan untuk meninggalkan tim tersebut. Menurut Miller, penurunan gaji ini berkaitan dengan dominasi pabrikan dan motor mereka, yang sekarang lebih menentukan daripada keberhasilan individu seorang pembalap.

"Saat itu, pembalap-pembalap besar - seperti Rossi dan Lorenzo - mendapatkan gaji yang luar biasa," kata Miller dalam podcast Gypsy Tales. "Sekarang, pembalap yang baru masuk atau yang sudah berpengalaman, termasuk saya, harus menerima bayaran yang sangat rendah hanya untuk bisa naik motor dan mendapatkan kesempatan."

Miller juga menjelaskan bahwa, untuk mendapatkan gaji yang layak atau maju ke level yang lebih tinggi, beberapa pembalap harus mencari motor dari pabrikan lain yang memiliki potensi lebih besar. "Pasar sudah menurun. Pembalap-pembalap seperti Marc dan Pecco memang masih di atas, tapi jika kita mundur 10 tahun, situasinya sangat berbeda," tambahnya.

Menurut Miller, dominasi pabrikan dan motor mereka telah mengurangi daya tawar pembalap dalam negosiasi kontrak. "Sekarang, tidak ada yang benar-benar berusaha merekrut pembalap dari tim lain. Pembalap tidak merasa terancam kehilangan tempat mereka," jelasnya. "Motor-motor sekarang sangat kuat. Mereka menetapkan standar. Kalau kamu ingin naik motor itu, kamu harus memenuhi syarat."

Miller juga menyayangkan kenyataan bahwa banyak pembalap yang harus mempertaruhkan nyawa mereka setiap akhir pekan, namun tidak dibayar sesuai dengan risiko yang mereka ambil. "Pembalap-pembalap ini punya waktu yang terbatas untuk mencari uang. Sayangnya, pembayaran yang mereka terima semakin menurun dalam 10 tahun terakhir," katanya.

Sebagai seorang veteran MotoGP dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, Miller telah mengendarai motor dari berbagai pabrikan seperti Honda, Ducati, KTM, dan kini Yamaha. Meskipun kariernya sempat terancam setelah kehilangan tempat di KTM pada tahun lalu, peluang baru muncul ketika tim Pramac beralih dari Ducati ke Yamaha dan memberinya kesempatan untuk melanjutkan kariernya.

Pernyataan Miller ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menghargai kerja keras dan risiko yang dihadapi oleh pembalap MotoGP, sekaligus mencerminkan bagaimana dunia balap motor kini lebih dipengaruhi oleh kekuatan pabrikan daripada pembalap individu.

Sabtu, 19 April 2025

Brad Binder Alami Akhir Pekan Tersulit di MotoGP Qatar 2025, KTM Masih Cari Solusi

Brad Binder Alami Akhir Pekan Tersulit di MotoGP Qatar 2025, KTM Masih Cari Solusi
Brad Binder Alami Akhir Pekan Tersulit di MotoGP Qatar 2025, KTM Masih Cari Solusi.

JAKARTA - Gelaran MotoGP Qatar 2025 di Sirkuit Lusail ternyata menjadi momen yang penuh tantangan bagi pembalap andalan Tim Pabrikan KTM, Brad Binder. Pembalap asal Afrika Selatan tersebut menyebut balapan kali ini sebagai "akhir pekan tersulit sepanjang karier saya di MotoGP."

Harapan besar sempat menyelimuti garasi KTM menjelang balapan ini. Musim lalu, Binder berhasil meraih dua podium di trek yang sama. Namun sayangnya, performa KTM justru menurun drastis di musim ini. Bukannya tampil kompetitif, mereka malah kesulitan sejak sesi latihan hingga balapan utama.

Kualifikasi Buruk, Sprint Race Penuh Frustrasi

Performa Binder sudah terlihat tidak meyakinkan sejak sesi kualifikasi. Ia hanya mampu start dari posisi ke-18, yang tentu jauh dari ekspektasi tim maupun penggemar. Dalam sprint race yang berlangsung sehari sebelum balapan utama, Binder bahkan menyebut performanya sebagai “balapan terburuk dalam hidup saya.”

Masalah teknis menjadi biang keladi dari hasil buruk tersebut. Motor RC16 miliknya mengalami gangguan chatter getaran berlebih yang membuat motor sulit dikendalikan, terutama saat melibas tikungan. Binder merasa tidak pernah benar-benar nyaman di atas motornya sepanjang akhir pekan.

“Setiap kali saya coba dorong, entah ban depan terasa hilang grip atau ban belakang spin parah. Nggak ada momen di mana saya merasa bisa percaya diri penuh dengan motor ini,” ujar Binder.

Sprint race berakhir dengan posisi ke-14 untuk Binder jauh dari zona poin yang biasanya ia tempati.

Grand Prix Tak Jauh Berbeda

Harapan untuk bangkit di race utama pada hari Minggu juga pupus. Binder kembali mengalami kesulitan besar dan hanya mampu finis di posisi ke-14. Namun, ia mendapat promosi ke posisi 13 setelah Maverick Vinales dari tim Tech3 (juga bagian dari keluarga KTM) dijatuhi penalti akibat tekanan ban yang tidak sesuai regulasi.

Meski naik satu peringkat, hasil tersebut tetap mengecewakan. Binder finis lebih dari 17 detik di belakang pemenang lomba sebuah jarak yang cukup mencolok untuk ukuran pembalap pabrikan.

“Kami sudah coba banyak settingan berbeda, tapi nggak ada yang benar-benar bekerja. Sejak lap pertama saya merasa ban belakang tidak punya grip sama sekali,” tambahnya. “Akhir pekan ini benar-benar berat, dan sekarang saya cuma bisa fokus ke balapan selanjutnya di Jerez.”

Pedro Acosta Lebih Stabil, Tapi Belum Maksimal

Di sisi lain, rekan setim Binder di KTM, Pedro Acosta, juga tidak sepenuhnya lepas dari masalah. Setelah penampilan cemerlang pada debutnya di Qatar tahun lalu, banyak yang berharap Acosta bisa mengulang performa gemilang tersebut. Sayangnya, sprint race kali ini juga menjadi mimpi buruk bagi pembalap muda asal Spanyol itu.

Namun, Acosta berhasil memperbaiki performanya saat balapan utama. Ia mampu finis di posisi kesembilan, dan kemudian naik ke posisi delapan karena penalti Vinales.

“Saya anggap ini balapan yang bisa diterima, walaupun bukan yang terbaik. Saya start dari posisi jauh, dan butuh waktu buat menyalip banyak pembalap,” jelas Acosta. “Tapi perasaannya mirip kayak tahun lalu nggak ada chatter, motor juga lebih stabil.”

Meskipun belum sesuai target, Acosta tetap optimis. Menurutnya, ketika motor berada dalam kondisi optimal, KTM bisa bersaing di barisan depan.

KTM Harus Segera Temukan Jawaban

Performa yang kurang menggembirakan dari dua pembalap andalan ini menunjukkan bahwa KTM masih memiliki pekerjaan rumah besar jika ingin bersaing dengan Ducati, Yamaha, dan Honda di papan atas klasemen. Terutama, mereka harus segera menemukan solusi atas masalah chatter dan grip ban belakang yang dikeluhkan Binder.

Balapan selanjutnya di Jerez akan menjadi ujian penting bagi tim pabrikan Austria ini. Apakah mereka bisa bangkit dan menemukan kembali performa terbaiknya? Atau justru kembali kesulitan dan tertinggal lebih jauh dari pesaing utama?

Yang jelas, para penggemar berharap Brad Binder dan Pedro Acosta bisa kembali menunjukkan kemampuan terbaik mereka di atas lintasan. Dengan musim yang masih panjang, peluang untuk bangkit tetap terbuka lebar.

Valentino Rossi dan Awal Perjalanannya Bersama Aprilia: Dari Sering Jatuh Hingga Jadi Legenda MotoGP

Valentino Rossi dan Awal Perjalanannya Bersama Aprilia Dari Sering Jatuh Hingga Jadi Legenda MotoGP
Valentino Rossi dan Awal Perjalanannya Bersama Aprilia: Dari Sering Jatuh Hingga Jadi Legenda MotoGP.

JAKARTA - Valentino Rossi, nama yang kini melegenda di dunia MotoGP, ternyata tidak langsung menunjukkan tanda-tanda akan menjadi juara dunia sembilan kali. Bahkan, di awal kariernya, Rossi dikenal sebagai pembalap yang sering jatuh. 

Tapi siapa sangka, di balik semua itu, ada proses panjang dan perjalanan penuh cerita yang akhirnya membawa "The Doctor" menjadi ikon balap motor dunia.

Salah satu orang yang paling berjasa dalam awal karier Rossi adalah Carlo Pernat, sosok berpengaruh di dunia balap yang saat itu menjabat sebagai kepala divisi olahraga Aprilia. 

Dialah yang pertama kali memberikan Rossi kesempatan besar untuk membuktikan diri.

Bakat Alami yang Tak Bisa Disangkal

Valentino Rossi dan Awal Perjalanannya Bersama Aprilia Dari Sering Jatuh Hingga Jadi Legenda MotoGP
Valentino Rossi dan Awal Perjalanannya Bersama Aprilia: Dari Sering Jatuh Hingga Jadi Legenda MotoGP.

Carlo Pernat pertama kali mengenal Rossi saat ia masih remaja. “Banyak orang menyarankan saya untuk melihat anak muda ini,” cerita Pernat dalam sebuah wawancara. 

Saat itu, hampir semua pembalap muda Italia ingin bergabung dengan Aprilia, dan Rossi adalah salah satunya.

Ketika Pernat akhirnya melihat langsung cara Rossi mengendarai motor, dia langsung terkesan. 

“Gaya membalapnya unik banget. Dia ambil jalur yang beda dari pembalap lain. Walau sering jatuh, saya langsung jatuh cinta dengan gayanya yang nekat dan penuh keberanian,” kenang Pernat.

Namun, meskipun melihat potensi besar dalam diri Rossi, Pernat mengaku tidak pernah menyangka bahwa pemuda itu akan mampu meraih sembilan gelar juara dunia sepanjang kariernya.

Perjuangan Meyakinkan Aprilia

Tidak mudah bagi Pernat untuk meyakinkan manajemen Aprilia agar menerima Rossi. Namun ia punya argumen kuat. 

Sebelumnya, Pernat juga telah menemukan Max Biaggi, yang saat itu belum dikenal dan kemudian berhasil membawa Aprilia meraih kesuksesan. 

Berdasarkan pengalaman itu, ia yakin Rossi juga bisa berkembang menjadi pembalap besar.

Salah satu tantangan awal Rossi adalah balapan di lintasan basah. “Di awal kariernya, dia benar-benar kesulitan kalau hujan. Hampir selalu jatuh. Tapi pelan-pelan dia belajar, dan akhirnya semua orang mengaguminya,” tambah Pernat.

Mulai Mencuri Perhatian Dunia

Rossi memulai debutnya di kelas 125cc bersama Aprilia dan hanya finis di posisi kesembilan di musim pertamanya. Namun di tahun keduanya, tepatnya 1997, ia langsung tampil dominan dan berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya. 

Tak butuh waktu lama, dua tahun kemudian ia kembali menjadi juara di kelas 250cc. Inilah yang menjadi pintu gerbang menuju kelas utama MotoGP.

Menurut Pernat, Rossi adalah pembalap yang penuh nyali sejak awal. “Dia itu nekat, nggak takut coba hal baru. Ketika mulai sering menang, Aprilia sampai mengundang seorang sutradara dari Amerika dan menghabiskan dana sekitar 200 juta dolar hanya untuk mendongkrak popularitas Valentino,” jelasnya.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Rossi sempat mengeluh tentang tekanan dari proyek marketing besar tersebut. 

Ia sampai menelepon Pernat dan bilang, “Carlo, gue nggak tahan lagi sama sutradara ini. Udah cukup.” Tapi akhirnya, karena kepribadiannya yang menyenangkan, semua orang memaafkannya.

Jadi Idola Para Bintang Dunia

Seiring berjalannya waktu, popularitas Rossi makin melejit. Ia bukan hanya dikagumi oleh penggemar MotoGP, tapi juga oleh banyak selebriti dunia. 

Carlo Pernat mengenang beberapa momen unik ketika para bintang Hollywood datang hanya untuk bertemu Rossi.

“Saya pernah ketemu Brad Pitt yang ternyata fans berat Valentino. Lalu Keanu Reeves datang dengan motor, pakai jeans dan kaos. Sederhana banget gayanya,” ujar Pernat.

Ada juga kejadian lucu di Donington Park tahun 1994. Seorang pria menghampiri Pernat dan minta tanda tangan. 

Setelah menandatangani, seorang fotografer menghampirinya dan bilang, “Tahu nggak siapa dia tadi? Itu George Harrison dari The Beatles!” Pernat pun langsung mengejar Harrison untuk minta foto bareng. Foto itu kini jadi kenang-kenangan berharga di rumahnya.

Cerita tentang awal karier Valentino Rossi bersama Aprilia membuktikan bahwa di balik setiap legenda, selalu ada proses panjang yang nggak selalu mulus. 

Dari sering jatuh di awal karier hingga menjadi ikon MotoGP, kisah Rossi memberi inspirasi bagi siapa saja yang sedang mengejar mimpi.

Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!

Marc Marquez Bikin Geger Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!
Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!.

JAKARTA - Performa luar biasa Marc Marquez bersama tim pabrikan Ducati bikin banyak pihak angkat topi bahkan bos tim Ducati sendiri, Davide Tardozzi, sampai memberi peringatan serius. 

Menurutnya, Marquez bukan cuma kembali ke performa terbaik, tapi juga bisa jadi “ancaman berbahaya” di MotoGP untuk empat hingga lima tahun ke depan.

Marc Marquez, yang kini sudah mengoleksi delapan gelar juara dunia, sukses menunjukkan taringnya sejak pindah ke tim utama Ducati untuk musim 2025. 

Dalam waktu singkat, pembalap asal Spanyol itu langsung menggebrak perebutan gelar juara dunia dengan memenangi semua balapan sprint dan tiga dari empat balapan utama yang sudah digelar sejauh ini.

Kemenangan impresifnya di Grand Prix Qatar menjadi bukti nyata bahwa Marquez belum habis. 

Bahkan, ia kini memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 17 poin atas adiknya sendiri, Alex Marquez dari tim Gresini. 

Sementara itu, rekan setimnya di Ducati, Francesco "Pecco" Bagnaia, tertinggal 26 poin di belakang.

Dalam wawancaranya dengan media asal Spanyol, AS, Davide Tardozzi menyebut saat ini Ducati punya dua pembalap luar biasa di garasi mereka. "Kami punya raja dan pangeran di tim kami," ujar Tardozzi dengan bangga.

Ia melanjutkan, "Marc melakukan lap 1 menit 52,5 detik dan 1 menit 52,6 detik hanya beberapa lap sebelum finish. Itu menunjukkan siapa yang benar-benar menguasai lintasan."

Menurut Tardozzi, kombinasi antara pengalaman, keberanian, dan kecerdasan balap membuat Marquez kini tampil lebih matang dari sebelumnya. 

Ia bahkan yakin pembalap berusia 32 tahun ini bisa terus jadi ancaman serius di MotoGP hingga empat atau lima musim ke depan.

"Marc yang sekarang jauh lebih bijak dan dewasa," tambahnya. "Dia tahu kapan harus menekan dan kapan harus bermain aman. Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi juara dunia, dan itu yang membuatnya sangat berbahaya bagi para rival."

Namun, Tardozzi juga tak menutup kemungkinan bahwa Pecco Bagnaia masih bisa merebut kemenangan di beberapa seri. 

Menurutnya, Pecco sudah belajar untuk menerima posisi dua jika itu bisa membantu strategi jangka panjang demi gelar juara.

"Pecco juga sudah makin dewasa. Dia paham bahwa kadang-kadang lebih baik finis kedua daripada ambil risiko terlalu besar dan kehilangan poin penting," ujar Tardozzi.

Hingga saat ini, Ducati benar-benar mendominasi. Selain Marquez memimpin klasemen individu, Ducati juga unggul jauh di klasemen konstruktor dengan selisih 99 poin dari rival terdekatnya, Honda. 

Bahkan di klasemen tim, Ducati unggul 174 poin dari tim non-Ducati terbaik berikutnya.

Dominasi ini tentu menjadi sinyal kuat bahwa era Ducati bisa berlanjut lebih lama, apalagi dengan keberadaan pembalap sekelas Marc Marquez di dalam skuad mereka. 

Tapi di sisi lain, hal ini juga membuat persaingan di MotoGP makin seru. 

Pasalnya, tim-tim lain tentu tak akan tinggal diam melihat Ducati melaju sendirian.

Apa artinya ini untuk penggemar MotoGP?

Yang jelas, kehadiran kembali Marc Marquez dalam kondisi terbaiknya membawa warna baru di kejuaraan dunia balap motor ini. 

Setelah beberapa musim diganggu cedera dan performa kurang konsisten, banyak fans merasa senang melihat Marquez kembali ke puncak performa. 

Ia bukan hanya cepat, tapi juga cerdas dalam mengambil keputusan di lintasan.

Buat Ducati sendiri, ini bisa jadi awal dari era kejayaan baru. Memiliki dua pembalap top dunia yang bersaing sehat di dalam satu tim jelas menjadi keuntungan besar, tapi juga tantangan tersendiri. 

Mereka harus pintar menjaga keseimbangan antara kompetisi internal dan target kolektif sebagai tim.

Dengan performa Marc Marquez yang masih sangat kuat dan stabil, serta potensi besar dari Bagnaia, Ducati mungkin saja mencatat sejarah baru di MotoGP dalam beberapa musim ke depan.

Namun, seperti yang sering terjadi di dunia balap, segalanya bisa berubah dalam sekejap. 

Itulah kenapa MotoGP selalu menarik untuk diikuti penuh kejutan, drama, dan aksi mendebarkan di setiap seri.

Fermin Aldeguer Bikin Kejutan di MotoGP Qatar, Tapi Apesnya Nggak Ketulungan!

Fermin Aldeguer Bikin Kejutan di MotoGP Qatar, Tapi Apesnya Nggak Ketulungan!
Fermin Aldeguer Bikin Kejutan di MotoGP Qatar, Tapi Apesnya Nggak Ketulungan!.

JAKARTA - Pendatang baru MotoGP dari tim Gresini Ducati, Fermin Aldeguer, kembali mencuri perhatian di Sirkuit Lusail, Qatar. 

Meski masih berusia 20 tahun dan menjalani musim debutnya di kelas utama, penampilannya menunjukkan bahwa dia bukan sekadar rookie biasa. 

Sayangnya, dewi fortuna belum sepenuhnya berpihak padanya. 

Meski menunjukkan performa paling oke sepanjang musim ini, keberuntungan yang kurang bersahabat membuat hasil akhir balapan Qatar terasa sedikit hambar bagi Aldeguer.

Dari Sprint Sampai Race Utama, Aldeguer Tampil Ganas

Aldeguer memulai akhir pekan balapnya di Qatar dengan penuh semangat. Ia berhasil lolos kualifikasi di posisi kedelapan sebuah pencapaian yang cukup solid untuk ukuran rookie. 

Dalam balapan sprint, pembalap asal Spanyol ini berhasil finis di posisi keempat, menunjukkan kecepatan dan konsistensi yang luar biasa. 

Itu menjadi sinyal bahwa ia benar-benar mampu bersaing dengan para pembalap top di lintasan.

Saat balapan utama digelar, Aldeguer kembali tampil impresif. Ia menyentuh garis finis di posisi keenam, tapi kemudian naik ke posisi kelima setelah Maverick Vinales yang finis kedua dikenai penalti pasca balapan. 

Ini adalah hasil terbaik Aldeguer sejauh musim ini berlangsung. Yang makin bikin angkat topi, dia hanya terpaut 7,484 detik dari sang juara, Marc Marquez, dan kurang dari satu detik dari Franco Morbidelli yang finis di posisi ketiga.

Sayangnya, Masalah Ban Bikin Kesal

Namun, di balik hasil manis itu, Aldeguer ternyata menyimpan sedikit rasa kecewa. 

Ia mengungkapkan bahwa performanya bisa lebih maksimal kalau saja tidak terkendala masalah pada ban belakang.

“Kami tetap harus senang dengan hasil akhir pekan ini karena kerja tim luar biasa banget,” kata Aldeguer dalam wawancaranya dengan situs resmi MotoGP. “Progres kita selalu naik, nggak naik-turun. Ini penting supaya kita nggak kehilangan arah.”

Aldeguer mengaku bahwa ban belakang medium yang ia gunakan saat race mengalami chattering (getaran berlebih), bahkan tiga sampai empat kali lebih parah dibanding pembalap Ducati lainnya. 

Masalah ini cukup mengganggu ritme balapnya dan membuatnya sulit menyerang lebih agresif di lap-lap akhir.

“Kami harus analisa ini lebih dalam, cari tahu di mana letak masalahnya, dan terus berkembang. Soalnya, kalau nggak ada gangguan itu, mungkin hasilnya bisa lebih baik lagi,” tambahnya.

Percaya Diri Sambut Seri Eropa

Meski merasa kurang beruntung, Aldeguer tetap optimis menghadapi balapan-balapan selanjutnya di Eropa. 

Menurutnya, set-up dasar motornya saat ini sudah cukup solid dan tinggal disesuaikan dengan karakter sirkuit-sirkuit Eropa yang lebih sempit dan teknikal.

“Saya suka banget sirkuit Jerez,” ujarnya sambil senyum. “Tahun lalu saya menang di sana waktu masih di Moto2. Balapan di depan fans Spanyol selalu bikin semangat lebih. Atmosfernya luar biasa.”

Aldeguer menyebut bahwa dukungan dari fans lokal dan pengalaman sebelumnya di Jerez membuatnya percaya diri bisa tampil kompetitif. 

Selain itu, ia juga merasa siap untuk memahami motor Ducati GP23 lebih dalam di trek-trek Eropa yang berbeda karakternya dibanding Qatar atau Amerika.

Bintang Masa Depan yang Patut Diwaspadai

Fermin Aldeguer memang baru menjalani beberapa seri di MotoGP, tapi penampilannya sejauh ini sudah cukup untuk bikin banyak orang melirik. 

Konsistensinya berkembang dari seri ke seri, kecepatan yang mumpuni, dan kematangan dalam menghadapi tekanan jadi modal kuat untuk menatap masa depan yang cerah di kelas utama.

Jika bisa mengatasi masalah-masalah teknis seperti di Qatar dan terus membangun chemistry dengan tim Gresini, bukan tidak mungkin Aldeguer akan segera naik podium untuk pertama kalinya di MotoGP. 

Dan siapa tahu, dalam waktu dekat, ia bisa jadi ancaman serius bagi para pembalap papan atas seperti Pecco Bagnaia, Jorge Martin, dan Marc Marquez.

Aldeguer, Si Pendatang Baru yang Nggak Bisa Diremehkan

Walaupun hasil balapan di Qatar belum benar-benar maksimal, performa Aldeguer jelas patut diacungi jempol. 

Dia telah membuktikan bahwa umur muda bukan halangan untuk bersinar di MotoGP. 

Kalau kamu fans MotoGP yang suka melihat kejutan dari para rookie, nama Fermin Aldeguer wajib kamu tandai.

Dengan kerja keras, determinasi, dan sedikit keberuntungan, bukan nggak mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat Aldeguer merayakan kemenangan di podium. Jadi, siap-siap aja makin sering dengar namanya disebut di highlight MotoGP musim ini!

Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP: “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”

Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”
Jack Miller Bicara Jujur soal Motor Balap MotoGP: “Gak Ada Motor yang Sempurna, Tapi Harus Tetap Maksimal!”

JAKARTA - Dalam dunia MotoGP yang serba cepat dan penuh tekanan, seorang Jack Miller kembali menunjukkan bahwa pengalaman dan mindset positif bisa membuat perbedaan besar. 

Pembalap asal Australia ini sekarang membela tim satelit Pramac Yamaha, dan walaupun belum berada di posisi atas klasemen, kontribusinya terhadap pengembangan motor Yamaha patut diacungi jempol.

Setelah pindah dari tim pabrikan KTM ke Yamaha musim ini, performa Miller terbilang cukup menjanjikan. 

Ia terlihat lebih nyaman dan percaya diri saat menunggangi motor Yamaha, dibanding saat bersama KTM tahun lalu yang sering ia keluhkan karena masalah chatter alias getaran berlebihan. 

Masalah ini, nyatanya, masih jadi keluhan utama bagi para rider KTM musim 2025.

Miller saat ini berada di peringkat ke-15 klasemen MotoGP setelah empat seri awal. Tapi angka bukan segalanya. 

Perannya dalam membantu kebangkitan proyek Yamaha yang sempat tenggelam setelah Fabio Quartararo juara dunia tahun 2021 sangat penting. 

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ada semacam semangat baru di paddock Yamaha dan Miller adalah bagian dari perubahan itu.

Dalam wawancara bersama Speedweek, Miller mengungkapkan filosofi hidup dan balapnya yang selalu berusaha mencari sisi positif dari situasi apa pun, bahkan ketika segalanya terlihat tidak sempurna.

“Saya selalu berusaha melihat kekuatan motor dan membangunnya dari situ. Baik itu waktu di Honda, Ducati, KTM, atau sekarang di Yamaha. Walau kondisinya tidak ideal, tetap harus dimaksimalkan. Kita gak pernah dapat motor yang sempurna, mau itu motor terbaik atau terburuk, pasti tetap ada tantangannya,” ungkap Miller.

Menurutnya, kunci untuk berkembang adalah memahami dengan baik di mana keunggulan motor, dan bagaimana mengoptimalkannya di lintasan. Filosofi ini yang terus ia pegang sejak awal karier balapnya.

Tak cuma soal teknis, Miller juga menekankan pentingnya fokus terhadap pekerjaan sendiri tanpa terganggu oleh komentar atau tekanan media. 

Ia mencontohkan rekan sesama rider, Francesco Bagnaia (Pecco), yang walaupun punya start musim terbaik dalam kariernya, tetap saja mendapat kritik karena “hanya” finish di posisi tiga.

“Itu omong kosong. Kadang media terlalu fokus sama angka, padahal yang penting adalah progres dan kerja keras yang dilakukan,” ujarnya.

Selain berpindah motor, Miller juga melakukan transisi dari tim pabrikan ke tim satelit. Tapi baginya, hal itu tidak terlalu jadi masalah. 

Menurutnya, pengembangan motor tetap ditentukan oleh hasil di lintasan, bukan sekadar label tim.

“Mau di tim pabrikan atau satelit, tetap sama saja. Yang penting adalah hasil. Semua orang di sini kerja keras dan ingin motor mereka kompetitif,” katanya.

Di seri MotoGP Texas, Miller sempat bikin kejutan dengan finish di posisi lima besar sebuah bukti bahwa dia masih punya taji di tengah kompetisi yang makin ketat. 

Sayangnya, di balapan berikutnya di Qatar, ia gagal menyelesaikan lomba. Meski begitu, semangat Miller tetap membara.

Perjalanan Miller di MotoGP memang penuh warna. Dari naik-turun performa hingga berganti-ganti tim, tapi satu hal yang tetap konsisten adalah cara berpikirnya yang selalu positif dan pantang menyerah. 

Inilah yang membuatnya tetap relevan di tengah generasi pembalap muda yang terus bermunculan.

Bagi penggemar MotoGP, cerita Jack Miller ini bisa jadi inspirasi tersendiri. Bahwa dalam hidup dan balapan kita gak harus menunggu semuanya sempurna untuk mulai bergerak. 

Justru dari keterbatasanlah kita bisa belajar banyak, selama kita tahu di mana kekuatan kita dan tetap fokus pada tujuan.

Yamaha pun beruntung punya pembalap seperti Miller, yang bukan hanya bisa ngebut di lintasan, tapi juga punya jiwa pemimpin dan mental tangguh yang bisa membantu tim bangkit dari masa-masa sulit.

Jack Miller bukan hanya pembalap yang handal, tapi juga simbol konsistensi dan sikap positif dalam menghadapi tantangan. 

Dengan pengalaman segudang di Honda, Ducati, KTM, dan kini Yamaha, dia membawa energi baru ke tim dan mengingatkan kita semua: motor boleh gak sempurna, tapi semangat harus tetap 100 persen.

Yamaha Siap Masuki Era Baru: Mesin V4 Mulai Diuji, Tapi Belum Pasti Dipakai Musim Depan

Yamaha Siap Masuki Era Baru Mesin V4 Mulai Diuji, Tapi Belum Pasti Dipakai Musim Depan
Yamaha Siap Masuki Era Baru: Mesin V4 Mulai Diuji, Tapi Belum Pasti Dipakai Musim Depan.

JAKARTA - Yamaha akhirnya mengonfirmasi langkah besar yang telah lama dinanti oleh para pecinta MotoGP. Mereka kini secara resmi mulai menguji mesin V4, yang disebut-sebut bisa membawa pabrikan asal Jepang ini kembali bersaing di papan atas. 

Kabar ini disampaikan langsung oleh Direktur Teknis Yamaha, Max Bartolini, dalam wawancara eksklusif bersama MotoGP.com.

Namun, sebelum para fans terlalu bersemangat, Bartolini menegaskan bahwa penggunaan mesin V4 masih dalam tahap uji coba awal dan belum tentu akan digunakan di musim balap 2026. 

Keputusan akhir akan bergantung pada seberapa besar peningkatan performa yang bisa diberikan oleh mesin baru tersebut dibandingkan mesin Inline-4 yang saat ini digunakan pada Yamaha M1.

Mesin V4: Harapan Baru Yamaha?

Selama bertahun-tahun, Yamaha dikenal dengan filosofi mesinnya yang menggunakan konfigurasi Inline-4. 

Mesin ini memang memberikan keunggulan dalam hal kelincahan dan kontrol, tapi dalam beberapa musim terakhir, motor Yamaha terlihat kesulitan untuk bersaing melawan tim-tim seperti Ducati dan KTM yang sudah menggunakan mesin V4.

"Kami memang sudah mulai melakukan pengujian terhadap mesin V4," kata Bartolini. "Namun, kapan mesin ini akan dicoba oleh pembalap resmi sangat tergantung pada bagaimana perkembangan pengujiannya. Kalau semuanya berjalan lancar dan motor sudah siap, maka akan kami uji secepat mungkin."

Bartolini juga menjelaskan bahwa proses pengembangan mesin dan motor bukanlah hal yang instan. Dibutuhkan banyak data, uji coba, dan tentu saja perbandingan performa secara objektif untuk menentukan apakah mesin V4 benar-benar bisa menggantikan mesin yang sekarang.

"Saat ini, kami belum bisa membandingkan performa secara langsung karena masih terlalu dini. Tapi secepat mungkin, kami akan lakukan perbandingan dan memilih opsi yang paling cepat," tambahnya.

Uji Coba Diam-Diam di Valencia?

Meski Bartolini tidak secara gamblang menyebutkan apakah mesin V4 ikut diuji dalam tes pribadi di Valencia yang melibatkan Cal Crutchlow dan Augusto Fernandez, banyak spekulasi yang menyebutkan bahwa Yamaha memang sedang mengumpulkan data dari berbagai sisi mulai dari akselerasi, daya tahan, hingga feedback dari test rider.

Crutchlow, sebagai test rider utama Yamaha, berperan penting dalam fase awal ini. Pengalaman dan kepekaannya terhadap karakter motor akan menjadi bekal penting bagi tim pengembangan untuk menentukan arah proyek V4 ke depan.

Quartararo Masih Berjuang dengan M1

Sementara itu, di sisi lain garasi Yamaha, Fabio Quartararo masih harus berjuang keras dengan Yamaha M1 versi saat ini. 

Di GP Qatar akhir pekan lalu, Quartararo menunjukkan tanda-tanda positif dengan menempatkan motornya di barisan depan saat sesi kualifikasi. 

Namun di balapan utama, ia hanya mampu finis di posisi kelima dan ketujuh.

Hasil ini memperlihatkan bahwa M1 memang masih kompetitif di beberapa aspek, tapi jelas butuh dorongan ekstra agar bisa benar-benar menantang Ducati dan rival lainnya yang makin tangguh.

Maju Perlahan Tapi Pasti

Perubahan ke mesin V4 bukanlah hal kecil. Ini berarti Yamaha harus mendesain ulang banyak aspek dari motor mereka, mulai dari sasis, aerodinamika, hingga pengaturan elektronik. 

Tapi jika hasil akhirnya bisa memberikan keunggulan performa yang signifikan, maka langkah ini patut diperjuangkan.

"Intinya sederhana," tutup Bartolini. "Motor tahun depan akan menggunakan mesin V4 hanya jika V4 terbukti lebih cepat dari motor yang sekarang."

Langkah Yamaha ini menjadi sinyal bahwa mereka siap berubah dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman. 

Di tengah dominasi Ducati dan kembalinya KTM serta Aprilia ke performa terbaiknya, Yamaha tidak ingin tertinggal lebih jauh. 

Meski prosesnya masih panjang, harapan baru sudah mulai menyala bagi fans setia Yamaha di seluruh dunia.

Apa Arti V4 untuk Masa Depan Yamaha?

Bagi para penggemar MotoGP, pengembangan mesin V4 oleh Yamaha bisa menjadi babak baru yang sangat menarik. 

Ini bukan sekadar eksperimen teknologi, tapi juga penegasan bahwa Yamaha serius untuk kembali menjadi penantang gelar juara dunia.

Dengan pengalaman, sumber daya, dan semangat kompetitif yang mereka miliki, bukan tidak mungkin Yamaha akan kembali ke masa kejayaannya. 

Sekarang tinggal menunggu, apakah mesin V4 akan menjadi jawaban dari semua tantangan yang mereka hadapi selama ini.

Kekhawatiran Rival MotoGP: Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi

Kekhawatiran Rival MotoGP Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi
Kekhawatiran Rival MotoGP: Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi.

JAKARTA - Marc Marquez, pembalap MotoGP yang sudah lama dikenal dengan kehebatannya, kini semakin menunjukkan dominasinya di kejuaraan dunia MotoGP. 

Di musim 2025, Marquez telah mengalahkan sebagian besar rivalnya dalam empat seri pertama dengan meraih tujuh kemenangan dari delapan balapan. 

Meski sempat kehilangan posisi terdepan dalam balapan MotoGP Amerika, di mana ia sempat unggul dua detik, Marquez tetap menunjukkan performa luar biasa di setiap seri.

Keberhasilan Marquez dalam meraih kemenangan di MotoGP Qatar menjadi sorotan utama. 

Meski banyak yang menganggap bahwa sirkuit tersebut akan lebih menguntungkan Pecco Bagnaia, Marquez justru tampil lebih cepat dan lebih dominan. 

Ia mengalahkan Maverick Vinales dengan selisih enam ratusan detik, dan Pecco Bagnaia dengan selisih dua persepuluh detik, sebuah pencapaian yang mengesankan mengingat banyak yang mengira Pecco akan menjadi pesaing utama di sana.

"Jika kita lihat pada lap ke-17, saat Marquez mengambil alih posisi terdepan, ia hampir tiga persepuluh detik lebih cepat per lap dibandingkan dengan Maverick Vinales hingga lap ke-21," ujar Lewis Duncan dalam podcast Crash MotoGP. "Pada titik itu, Marquez sudah menunjukkan keunggulannya dengan dua lap tercepat berturut-turut."

Performa Marquez yang semakin konsisten dan dominan di sirkuit yang tidak menguntungkannya, seperti sirkuit dengan tikungan kanan, menunjukkan bahwa ia kini tidak lagi memiliki kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh rival-rivalnya. 

Bahkan di sirkuit seperti itu, Marquez mengklaim bahwa dirinya telah membuat kemajuan besar dan siap untuk tampil lebih kuat lagi.

Dengan kemenangan di Qatar, Marquez memimpin klasemen sementara MotoGP 2025, diikuti oleh saudaranya, Alex Marquez, yang tertinggal 17 poin, dan Pecco Bagnaia yang berada di posisi ketiga dengan selisih 26 poin. 

Meskipun tampak bahwa persaingan di papan klasemen masih cukup ketat, kenyataannya Marquez sepertinya berada dalam kontrol penuh atas kejuaraan tahun ini.

Pada beberapa kesempatan, Pecco Bagnaia tampil lebih cepat dari Marquez, terutama dalam sesi latihan. 

Namun, masalah pada kualifikasi membuatnya kehilangan peluang untuk meraih posisi terdepan di balapan. 

Duncan juga mencatat bahwa masalah yang terus berulang pada motor Ducati, khususnya terkait dengan tangki bahan bakar yang dikaitkan dengan performa Bagnaia di balapan sprint, semakin menunjukkan bahwa bukan hanya motor yang menjadi faktor penentu, tetapi juga kemampuan Bagnaia sendiri.

"Bagnaia memang lebih cepat dalam kecepatan balapan, tetapi ia sering kali gagal mengoptimalkan peluangnya di kualifikasi," tambah Duncan. 

"Selama dua tahun terakhir, Ducati terus menghadapi masalah yang sama. Tidak ada solusi konkret yang ditemukan, dan pada titik ini, kita harus bertanya, seberapa baik sebenarnya Pecco Bagnaia? Kita tidak melihat seorang juara dunia ganda, tetapi lebih pada seorang pembalap yang terasa belum stabil, seakan menjadi pembalap kedua yang goyah."

Bagaimana dengan peluang para pembalap lain untuk mengalahkan Marquez? Menurut Duncan, saat ini sepertinya tidak ada yang dapat menghentikan Marquez. 

Kehebatannya dalam mengendalikan balapan, baik dalam hal kecepatan maupun strategi, menjadikannya sebagai pembalap yang sangat sulit untuk dikalahkan. 

Seiring berjalannya musim, Marquez semakin menunjukkan bahwa kelemahan-kelemahan yang dulu dimanfaatkan oleh rivalnya, kini sudah tidak ada lagi. Ini membuat pertanyaan besar muncul: Siapa yang dapat menghentikan dominasi Marquez di MotoGP?

Kehadiran Marquez di posisi terdepan bukan hanya sebuah pencapaian, tetapi juga sebuah pesan bagi seluruh rivalnya bahwa ia kini tidak memiliki kelemahan yang dapat dieksploitasi. 

Dengan kemampuan untuk tampil dominan di berbagai jenis sirkuit, Marquez semakin menunjukkan bahwa ia adalah pembalap yang berada di level yang berbeda. 

Seiring dengan bertambahnya seri balapan, persaingan di MotoGP semakin menarik, namun sulit untuk membayangkan siapa yang bisa menandingi Marquez di musim ini.

Bagi para penggemar MotoGP dan mereka yang mengikuti ketat persaingan di ajang balap motor ini, musim 2025 tampaknya akan menjadi tahun yang penuh dengan kejutan, namun di saat yang sama, Marc Marquez tetap menjadi ancaman besar bagi setiap pembalap yang berusaha merebut gelar juara dunia.

Drama Luar Biasa di MotoGP: Maverick Vinales Hadapi Penalti, Tapi Tetap Tunjukkan Karakter Luar Biasa!

Drama Luar Biasa di MotoGP Maverick Vinales Hadapi Penalti, Tapi Tetap Tunjukkan Karakter Luar Biasa!
Drama Luar Biasa di MotoGP: Maverick Vinales Hadapi Penalti, Tapi Tetap Tunjukkan Karakter Luar Biasa!.

JAKARTA - Maverick Vinales baru saja meraih pencapaian luar biasa di MotoGP 2025, yang hampir membawanya ke podium pertama untuk KTM. Namun, apa yang terjadi di Qatar membuat para penggemar dan tim sangat terkejut dan kecewa. 

Setelah tampil memukau dan berada di posisi kedua, Vinales dijatuhkan ke posisi 14 akibat penalti tekanan ban. 

Meskipun demikian, sikap dan karakter yang ia tunjukkan setelah kejadian ini memberikan inspirasi bagi banyak orang di dunia balap.

Sialnya Penalti yang Mematahkan Harapan

KTM, yang sempat menghadapi banyak masalah teknis di awal musim, akhirnya melihat adanya harapan besar ketika Maverick Vinales menunjukkan performa luar biasa. 

Di balapan pertama musim ini di Qatar, Vinales yang mengendarai motor KTM dari tim Tech3, hampir saja meraih podium pertamanya bersama KTM setelah beberapa tahun. 

Ia tampil luar biasa dengan melesat dari posisi ke-6 menjadi posisi ke-2 di awal balapan.

Namun, harapan itu kandas setelah dia menerima penalti karena tekanan ban yang terlalu rendah. 

Vinales menghabiskan beberapa lap di bawah batas tekanan ban yang ditetapkan, yang berujung pada penalti yang menjatuhkannya ke posisi 14. 

Meskipun ini adalah keputusan yang sah menurut aturan, bagi tim dan Vinales, hal ini terasa sangat berat, terutama mengingat usaha keras yang telah mereka lakukan untuk mencapai posisi tersebut.

Perjuangan Tim Tech3 dan Tanggapan Herve Poncharal

Herve Poncharal, bos tim Tech3, mengungkapkan betapa beratnya momen tersebut bagi seluruh tim. 

Tim Tech3 sangat percaya diri dengan potensi Vinales setelah balapan sprint yang kurang memuaskan, dan ketika dia tiba-tiba menunjukkan kecepatan luar biasa di balapan utama, mereka hampir tidak bisa mempercayainya. 

"Seluruh tim merasa terlibat di setiap putaran balapan. Ketika Maverick melewati garis finis di posisi kedua, seluruh tim merasa lega dan sangat bahagia," ujar Poncharal.

Namun, meskipun penalti itu sah, Poncharal mengakui bahwa rasa kecewa dan emosi tim sangat mendalam. 

"Kami bukan robot. Ini adalah olahraga dengan level yang sangat tinggi, dan meskipun terlihat dingin di luar, jangan pernah lupa bahwa seluruh tim memiliki hasrat besar terhadap olahraga ini. Kami bersama-sama dengan pembalap di atas motor," lanjut Poncharal.

Karakter Luar Biasa Maverick Vinales

Yang menarik dari situasi tersebut adalah sikap Maverick Vinales setelah menerima penalti. Sebagai pembalap yang sudah mengalami banyak kesulitan, baik di Texas maupun Qatar sebelumnya, Vinales justru menjadi sosok yang memotivasi timnya untuk tetap tersenyum dan merayakan pencapaian mereka meskipun tidak mendapatkan podium.

Poncharal sendiri sangat terkesan dengan sikap Vinales. "Setelah semuanya, Maverick justru datang kepada kami dan berkata, ‘Hei teman-teman, senyum, kita berhasil! Mari kita rayakan!’ Cara dia menghadapinya adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat dalam hidup saya—dan saya sudah berada di dunia balap hampir setengah abad!" ujar Poncharal dengan bangga.

Vinales yang pernah merasakan kesulitan dalam kariernya, menunjukkan bahwa meskipun hasil akhir tidak sesuai harapan, sikap positifnya tetap menginspirasi banyak orang. 

Ia membuktikan bahwa meskipun dilanda kesulitan, seorang juara sejati tetap dapat bangkit dan memimpin timnya dengan semangat.

Dukungan dari Marc Marquez, Francesco Bagnaia, dan Davide Tardozzi

Tidak hanya tim Tech3, bahkan rival-rival utama Vinales di MotoGP juga memberikan pujian. Dalam sebuah video di ruang pendinginan, Marc Marquez dan rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia, memuji penampilan Vinales dan KTM. 

Mereka sangat terkesan dengan percepatan motor KTM dan cara Vinales mengeluarkan performa maksimal di setiap tikungan.

"Tanggapan positif dari Marc dan Pecco memberikan dorongan besar bagi seluruh tim KTM. Mereka mengagumi cara motor KTM melesat keluar dari tikungan dan itu sangat memotivasi seluruh pembalap KTM lainnya," jelas Poncharal. 

Bahkan, Davide Tardozzi, manajer tim Ducati, memberikan komentar positif mengenai penampilan KTM, menyatakan bahwa persaingan di MotoGP sangat penting untuk meningkatkan kualitas kejuaraan.

Apakah KTM Bisa Mengulang Performa Ini di Balapan Berikutnya?

Kini, semua mata tertuju pada apakah Maverick Vinales dan KTM bisa mengulang performa luar biasa mereka di balapan berikutnya, terutama di Jerez. 

Poncharal mengungkapkan bahwa meskipun mereka merasa positif setelah balapan di Qatar, Jerez akan menjadi tantangan besar.

"Kami tahu Maverick suka dengan sirkuit Texas dan Qatar, namun Jerez adalah sirkuit yang sangat berbeda. Ini akan menjadi ujian yang sangat besar bagi kami," ujar Poncharal.

KTM, yang selama ini menghadapi banyak tantangan, akhirnya menunjukkan potensi besar mereka. Meskipun hasil akhirnya tidak sesuai harapan, performa yang mereka tunjukkan di Qatar memberikan sinyal positif bahwa mereka bisa bersaing dengan tim-tim besar di MotoGP.

Bagi Maverick Vinales dan tim KTM, balapan di Qatar adalah salah satu momen yang tidak akan terlupakan. 

Meskipun penalti menghalangi mereka untuk meraih podium, semangat juang dan karakter yang ditunjukkan Vinales menjadi bukti bahwa MotoGP lebih dari sekadar balapan. 

Ini adalah tentang bagaimana tim dan pembalap saling mendukung, menghadapi tantangan bersama, dan tetap optimis meskipun segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana.

Bagi para penggemar MotoGP, cerita ini tentu memberikan pelajaran penting tentang ketahanan mental, kerja tim, dan sikap positif dalam menghadapi kegagalan. 

Untuk KTM, ini adalah awal dari babak baru yang penuh harapan, dan mungkin, di masa depan, kita akan melihat lebih banyak kejutan dari mereka.

Ducati Waspada! Gigi Dall'Igna Ingatkan Tim Usai KTM Beri Kejutan di MotoGP Qatar

Ducati Waspada! Gigi Dall'Igna Ingatkan Tim Usai KTM Beri Kejutan di MotoGP Qatar
Ducati Waspada! Gigi Dall'Igna Ingatkan Tim Usai KTM Beri Kejutan di MotoGP Qatar.

JAKARTA - Bos Ducati, Gigi Dall’Igna, kembali memberikan pernyataan penting yang jadi sorotan publik MotoGP. Meskipun Ducati tampil luar biasa di seri Qatar 2025, Dall’Igna menekankan bahwa timnya tidak boleh lengah, terutama setelah melihat performa mengejutkan dari KTM yang hampir saja merusak dominasi Ducati.

Dominasi Ducati Belum Terbendung, Tapi?

Seri MotoGP Qatar 2025 sekali lagi menjadi ajang pembuktian bagi Ducati. Tim pabrikan asal Italia ini sukses meraih kemenangan ganda baik di sprint race maupun Grand Prix utama—melalui aksi luar biasa dari Marc Marquez. Ini menjadi kemenangan ke-21 beruntun bagi Ducati, sebuah pencapaian yang sangat jarang terjadi dalam sejarah MotoGP.

Namun, kemenangan kali ini tidak datang dengan mudah. Maverick Vinales, yang kini memperkuat tim Tech3 KTM, tampil mengejutkan dengan memimpin balapan utama selama beberapa putaran penting. Bahkan, banyak yang sempat berpikir bahwa Ducati akan gagal meraih kemenangan di Qatar kali ini. Untungnya, Marc Marquez berhasil mengejar dan menyalip Vinales di lap-lap terakhir.

Vinales sendiri sempat finis di posisi kedua, mengungguli Francesco Bagnaia alias Pecco. Sayangnya, rider KTM tersebut harus rela kehilangan podium karena penalti akibat tekanan ban yang tidak sesuai regulasi.

Gigi Dall’Igna: Jangan Pernah Merasa Aman

Dalam sesi wawancara setelah balapan, Gigi Dall’Igna tetap memuji pencapaian timnya. Namun, ia juga menyampaikan pesan penting: "Kita tidak boleh merasa aman hanya karena sedang berada di atas angin."

"Ini adalah akhir pekan yang luar biasa untuk Ducati. Kami berhasil menempatkan lima motor di posisi enam besar, itu bukan hal yang mudah," ungkap Dall'Igna.

"Tapi kemenangan kali ini juga menjadi pengingat bahwa para rival kita masih sangat berbahaya. KTM menunjukkan potensi luar biasa di Qatar, dan itu harus jadi peringatan bagi kita untuk terus berkembang dan tidak terlena dengan kemenangan," tambahnya.

Marquez: Strategi dan Pengalaman Bicara

Dall’Igna tak ragu memberikan pujian khusus kepada Marc Marquez, yang tampil sangat matang di atas lintasan. Bukan cuma cepat, Marquez juga dinilai sangat taktis dalam membaca situasi balapan.

“Marc saat ini benar-benar berada di level berbeda. Ia tidak hanya cepat, tapi juga tahu kapan harus menyerang dan kapan harus menghemat energi. Ini adalah kombinasi sempurna antara pengalaman dan naluri balap,” ujar Dall’Igna.

Marquez bahkan meraih pole position, kemenangan di sprint, kemenangan di balapan utama, dan lap tercepat sebuah “grand slam” yang sangat jarang terjadi, apalagi di sirkuit yang sebelumnya bukan favoritnya.

Pecco Bagnaia: Tertahan, Tapi Tetap Solid

Sementara itu, Pecco Bagnaia juga mendapat pujian meski tidak naik podium. Dall’Igna menilai performa Pecco sangat solid, hanya saja ia kurang beruntung karena harus start dari posisi yang cukup jauh.

“Pecco menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Sayangnya, start dari barisan tengah membuatnya harus mengeluarkan banyak tenaga sejak awal, sehingga tidak bisa menyimpan energi untuk akhir lomba,” jelasnya.

KTM, Ancaman Nyata?

Kehadiran Maverick Vinales di posisi depan bersama KTM membuat banyak pihak kini mulai memperhitungkan KTM sebagai penantang serius musim ini. Meski akhirnya harus kehilangan podium karena penalti, kecepatan Vinales menunjukkan bahwa Ducati tak akan bisa santai.

Bukan hanya KTM, beberapa tim lain juga mulai menunjukkan peningkatan performa. Hal ini membuat persaingan di MotoGP 2025 semakin ketat dan menarik untuk disimak.

MotoGP 2025 Masih Panjang, Ducati Harus Tetap Fokus

Meskipun Ducati saat ini berada di puncak kejayaan, Gigi Dall’Igna dengan bijak mengingatkan bahwa musim masih panjang. Lawan-lawan mereka tidak tinggal diam, dan setiap kesalahan kecil bisa berakibat fatal.

Pesan dari sang bos sangat jelas: "Kemenangan adalah hasil kerja keras, tapi mempertahankan dominasi butuh kewaspadaan ekstra."

Buat penggemar MotoGP, pernyataan ini seolah menjadi alarm bahwa persaingan musim 2025 bakal makin seru dan penuh kejutan. Kita tinggal tunggu saja, siapa yang akan jadi pengganggu dominasi Ducati di seri-seri berikutnya. KTM? Yamaha? Atau mungkin kejutan dari Aprilia?

Kamis, 10 April 2025

Perkembangan Besar dalam Upaya Liberty Media Membeli MotoGP

Perkembangan Besar dalam Upaya Liberty Media Membeli MotoGP
Perkembangan Besar dalam Upaya Liberty Media Membeli MotoGP.

JAKARTA - Liberty Media, pemilik Formula 1 yang berbasis di Amerika Serikat, semakin dekat untuk menyelesaikan akuisisi mereka terhadap MotoGP. 

Menurut laporan dari Reuters, Liberty Media kini mendapatkan dukungan penting dari Uni Eropa untuk menyelesaikan pembelian tersebut. 

Dukungan ini berupa persetujuan tanpa syarat dari badan antimonopoli Uni Eropa yang memungkinkan akuisisi senilai 3,8 miliar dolar AS (sekitar 3,5 miliar Euro) untuk dilanjutkan.

Liberty Media mengumumkan tahun lalu bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk membeli 86% saham MotoGP, sementara 14% sisanya tetap berada di tangan Dorna, perusahaan yang saat ini mengelola MotoGP. 

Namun, untuk menyelesaikan transaksi besar ini, Liberty Media masih memerlukan persetujuan dari Komisi Eropa yang bertugas menilai dampak persaingan usaha.

Dengan laporan terbaru dari Reuters yang menyebutkan bahwa Komisi Eropa akan menyetujui akuisisi ini, Liberty Media semakin dekat untuk menjadi pemilik utama MotoGP. 

Persetujuan ini diharapkan akan terjadi sebelum tenggat waktu 1 Juli, yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan transaksi tersebut.

Seorang juru bicara Liberty Media mengatakan, “Pasar hiburan audiovisual yang sangat besar dan terus berkembang jauh melampaui olahraga, dan transaksi ini akan meningkatkan kemampuan MotoGP untuk bersaing di pasar yang sangat kompetitif ini.” Pernyataan ini menunjukkan ambisi Liberty Media untuk memperluas pengaruh mereka dalam industri hiburan global, tidak hanya terbatas pada Formula 1, tetapi juga untuk MotoGP.

Namun, sebelumnya, Uni Eropa sempat mengkhawatirkan potensi lonjakan harga hak siar televisi jika Liberty Media menguasai Formula 1 dan MotoGP sekaligus. 

Investigasi sebelumnya difokuskan pada apakah John Malone, pemegang saham terbesar Liberty Media dan perusahaan TV kabel Liberty Global, akan memiliki pengaruh yang besar atas kedua perusahaan tersebut dan apakah hal ini akan menghalangi kompetitor lain dalam memperoleh hak siar.

Untungnya, hambatan tersebut kini tampaknya telah teratasi. Menurut laporan Reuters terbaru, persetujuan antimonopoli Uni Eropa akan segera dirilis, memungkinkan Liberty Media untuk melanjutkan akuisisi ini tanpa hambatan.

Dengan semua persetujuan yang diperlukan hampir selesai, Liberty Media semakin siap untuk menjadi pemain utama dalam dunia motorsport global. 

MotoGP, dengan dukungan finansial dan manajerial dari Liberty Media, diharapkan akan mengalami perkembangan yang signifikan, termasuk kemungkinan peningkatan kualitas siaran dan lebih banyak inovasi untuk menarik penonton di seluruh dunia.

Kita tinggal menunggu waktu untuk melihat bagaimana peralihan kepemilikan ini akan mempengaruhi MotoGP, dan apakah pengaruh Liberty Media akan membawa perubahan besar bagi dunia balap motor internasional.

Jorge Martin Kembali Berlaga di MotoGP Qatar Setelah Pemulihan Cedera

Jorge Martin Kembali Berlaga di MotoGP Qatar Setelah Pemulihan Cedera
Jorge Martin Kembali Berlaga di MotoGP Qatar Setelah Pemulihan Cedera.

JAKARTA - Jorge Martin, juara dunia MotoGP 2024, akhirnya dinyatakan siap untuk kembali berlaga di seri MotoGP Qatar yang berlangsung akhir pekan ini. 

Setelah menjalani pemeriksaan medis di Lusail pada Kamis, Martin mendapat lampu hijau untuk ikut serta dalam Sprint pada Sabtu dan balapan utama pada Minggu. 

Namun, meski sudah pulih, masih ada kekhawatiran apakah cedera pada tangan dan kakinya dapat menahan beban saat balapan.

Setelah berhasil merebut gelar juara dunia bersama Pramac Ducati musim lalu, Martin dijadwalkan untuk debut bersama Aprilia pada awal musim ini. 

Namun, nasib buruk datang saat tes musim dingin di Sepang pada Februari, di mana Martin terjatuh dua kali di tikungan pertama dalam jarak 13 lap. 

Cedera patah tulang di tangan kanan dan kaki kiri memaksanya untuk absen dari sisa sesi tes pramusim.

Semangat Martin untuk segera kembali ke lintasan memuncak, namun rencananya untuk tampil di balapan pembuka di Thailand terganggu oleh cedera yang lebih serius. 

Dalam sebuah kecelakaan saat berlatih Supermoto, Martin mengalami patah pada sepuluh tulang, termasuk pada pergelangan tangan kiri dan tumit kiri. 

Akibatnya, ia harus melewatkan balapan di Buriram, Termas, dan COTA meski sempat hadir sebagai penonton.

Walaupun ada proposal untuk memungkinkan pembalap yang cedera mengikuti tes pribadi MotoGP untuk mengevaluasi kondisi fisik mereka, hal ini tidak terlaksana. 

Oleh karena itu, Martin akan kembali mengendarai motor RS-GP dalam sesi latihan bebas Jumat sore di Qatar, yang akan menjadi lap pertama sejak tes di Sepang.

Aprilia, tim baru Martin, sejauh ini telah meraih hasil terbaik dengan finish keempat pada Sprint dan kelima pada balapan utama di Buriram bersama pembalap rookie Ai Ogura. 

Meskipun disqualifikasi di Argentina, Ogura tetap menjadi pembalap terbaik bagi Aprilia dengan menempati posisi keenam di klasemen sementara. 

Rekan setim Martin, Marco Bezzecchi, juga menempati posisi kedelapan di klasemen dengan tiga kali finish di posisi keenam.

Meski perlawanan Martin untuk mempertahankan gelar juara dunia hampir mustahil tercapai, kembalinya ia ke lintasan memberikan harapan baru bagi Aprilia. 

Kembalinya Martin dapat membantu Aprilia memperbaiki posisi mereka di klasemen tim dan konstruktor. 

Saat ini, Aprilia berada di posisi keempat, tertinggal dari KTM, Honda, dan Ducati yang memimpin. 

Dengan Honda hanya unggul tiga poin, target untuk mencapai posisi kedua di klasemen konstruktor di belakang Ducati yang belum terkalahkan selama lebih dari setahun, terlihat semakin realistis.

Kembalinya Martin ke MotoGP tidak hanya penting untuknya pribadi, tetapi juga bagi Aprilia yang berharap dapat meraih hasil maksimal di musim ini. 

Semua mata kini tertuju pada performa Martin di Qatar, yang bisa menjadi awal dari kebangkitan Aprilia di pentas MotoGP.

Kolaborasi Unik Valentino Rossi dengan Inter Milan: Edisi Khusus Jersey Sepak Bola

Kolaborasi Unik Valentino Rossi dengan Inter Milan Edisi Khusus Jersey Sepak Bola
Kolaborasi Unik Valentino Rossi dengan Inter Milan: Edisi Khusus Jersey Sepak Bola.

JAKARTA - Valentino Rossi, juara dunia MotoGP tujuh kali, baru saja mengumumkan kolaborasi istimewa dengan klub sepak bola Italia, Inter Milan. 

Dalam kerjasama ini, Inter Milan akan mengenakan jersey edisi khusus pada pertandingan Serie A hari Sabtu, 12 April 2025, melawan Cagliari di Stadion San Siro.

Desain Jersey yang Menarik Perhatian

Jersey edisi terbatas ini didominasi warna putih dengan garis kuning yang melintang, dilengkapi dengan aksen warna biru khas Nerazzurri, warna kebanggaan Inter Milan. 

Tidak hanya itu, pada garis kuning di bagian depan, ada elemen grafis ikonik "Soleluna" milik Rossi yang menambah kesan personal pada desain tersebut. 

Setiap jersey juga mencantumkan nomor ikonik #46 milik Rossi di bagian bawah logo Nike dan pada bagian belakang jersey, dengan warna kuning di dasar angka tersebut, sebagai bentuk perayaan ulang tahun ke-46 sang legenda MotoGP.

Rossi: Dari Cinta Sepak Bola ke Dunia MotoGP

Bagi Rossi, ini adalah sebuah momen yang penuh makna. Sebagai penggemar Inter Milan sejak tahun 1990-an, Rossi menyatakan kebanggaannya bisa melihat tim kesayangannya mengenakan jersey yang dirancang bersama Nike dan Inter Milan. 

Dalam pernyataannya, Rossi mengungkapkan, "Ini adalah kehormatan besar bagi saya. Melihat pemain-pemain Inter mengenakan jersey ini, yang merupakan hasil kerja sama dengan Nike dan Inter, adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Ini adalah penggabungan dari kecintaan saya terhadap balap motor dan tim favorit saya."

Rossi di Dunia Balap Endurance

Sementara itu, meskipun tengah merayakan kolaborasi dengan Inter Milan, Rossi juga tetap sibuk di dunia balap mobil. 

Pada 18-20 April 2025, ia akan kembali berlomba di ajang World Endurance Championship di Imola, menggunakan BMW M4 #46, setelah finis di posisi ke-11 pada balapan perdana di Qatar. 

Rossi, yang kini berkompetisi sebagai pembalap BMW, juga tak sabar untuk kembali beraksi di ajang balap setelah finis bagus di MotoGP, di mana tim VR46-nya berhasil meraih podium di Argentina dan Amerika.

Kolaborasi antara Valentino Rossi dan Inter Milan ini bukan hanya soal desain jersey, tetapi juga tentang menciptakan jembatan antara dua dunia yang berbeda sepak bola dan balap motor. 

Kolaborasi ini menjadi simbol dari dua dunia yang sangat dicintai oleh Rossi, sekaligus menunjukkan betapa dalamnya cintanya terhadap klub yang telah memberikan banyak kenangan indah sejak ia masih muda.

Bagi penggemar Rossi dan Inter Milan, ini adalah kesempatan langka untuk melihat kedua dunia ini bertemu dalam satu acara yang penuh makna. 

Selain itu, bagi Anda yang penggemar Rossi dan Inter, jersey edisi khusus ini bisa menjadi koleksi yang sangat istimewa.

Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi: Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai

Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai
Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai.

JAKARTA - Sebuah cerita lama kembali mencuat, menyibak akar rivalitas mendalam antara dua ikon MotoGP, Valentino Rossi dan Marc Marquez. Salah satu insiden yang disebut-sebut sebagai titik awal renggangnya hubungan mereka terjadi pada 2014, di lokasi yang sangat pribadi bagi Rossi—ranch miliknya di Tavullia, Italia.

Ranch tersebut bukan sekadar lintasan tanah. Bagi Rossi, tempat itu menjadi arena latihan yang menggabungkan keseriusan dan keakraban, terutama bersama para pembalap muda binaannya di VR46 Academy. Namun, kedatangan Marquez saat itu justru mengubah atmosfer.

Dalam sebuah perbincangan di podcast Motorsport Republica, mantan pembalap MotoGP Scott Redding mengungkapkan bahwa Marquez tak datang sendirian ia membawa serta truk milik HRC (Honda Racing Corporation), lengkap dengan kru teknis dan motor spek pabrikan.

“Tindakan itu dianggap kurang menghargai semangat santai dari latihan di ranch Rossi,” ujar Redding. “Valentino cukup kecewa karena tujuan utama tempat itu adalah untuk membangun kebersamaan dan belajar, bukan untuk pamer kekuatan teknis.”

Tak hanya Redding, pembalap supercross asal Australia, Chad Reed, turut membenarkan adanya ketegangan. Ia mengingat jelas momen usai GP Misano, saat kedua pembalap dalam kondisi fisik yang belum pulih sepenuhnya masih bersikeras mengejar catatan waktu tercepat di lintasan tanah.

Marquez sendiri dikenal serius dalam menjalani latihan off-road, termasuk dirt track dan motocross, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya balap di Spanyol. Redding bahkan mengaku pernah merasa ketinggalan saat melihat standar latihan di sana yang sudah menggunakan teknologi tinggi seperti suspensi Ohlins dan sistem kontrol traksi.

Latihan jenis ini bukan sekadar hiburan bagi Marquez. Ia menjadikannya sarana untuk mempertajam keterampilan mengendalikan motor kemampuan yang kerap terlihat dalam aksinya di MotoGP.

Menariknya, Marquez baru-baru ini terlihat mengendarai Honda CRF450R dalam sesi latihan motocross. Mungkin itu menjadi momen terakhirnya dengan motor berlambang sayap tersebut, mengingat kini Ducati telah merilis Desmo450 MX motor yang kemungkinan besar akan segera dijajal Marquez.

Meski Rossi telah pensiun dan Marquez bergabung dengan Ducati tim yang menaungi Pecco Bagnaia, jebolan VR46 Academy rivalitas keduanya masih kerap menjadi bahan pembicaraan. Apalagi, Marquez masih memburu rekor sembilan gelar juara dunia milik sang legenda asal Italia.

Kisah yang terjadi di ranch Rossi mungkin hanya satu bagian dari narasi besar antara dua pembalap berkarakter kuat ini. Namun, dari situlah terlihat bahwa bahkan di tempat yang seharusnya menjadi ruang latihan santai, ambisi dan ego bisa memantik bara yang belum juga padam.

Michelin Siapkan Ban Khusus untuk MotoGP Qatar 2025, Ubah Komposisi Depan dan Belakang

Michelin Siapkan Ban Khusus untuk MotoGP Qatar 2025, Ubah Komposisi Depan dan Belakang
Michelin Siapkan Ban Khusus untuk MotoGP Qatar 2025, Ubah Komposisi Depan dan Belakang.

JAKARTA - Pabrikan ban ternama, Michelin, resmi mengumumkan adanya perubahan pada alokasi ban untuk seri MotoGP Qatar 2025. Langkah ini diambil setelah menganalisis data dari beberapa kunjungan terakhir ke Sirkuit Lusail yang telah mengalami banyak pembaruan.

Meskipun Qatar telah menjadi tuan rumah MotoGP selama lebih dari dua dekade, fasilitas sirkuit mendapatkan peningkatan besar pada tahun 2023, termasuk pelapisan ulang aspal secara menyeluruh. 

Permukaan baru ini sempat menimbulkan tantangan teknis bagi para pembalap, namun data yang dikumpulkan dan diproses melalui sistem simulasi Michelin telah membantu menyempurnakan pilihan ban untuk musim ini.

Karakter aspal baru yang sangat abrasif dan menuntut performa tinggi dari ban menjadi perhatian utama. Meski permukaan batu yang kasar akan melunak seiring pemakaian, faktor alam seperti tiupan angin gurun yang membawa pasir tetap menjadi tantangan. Pasir ini mempercepat keausan ban, baik di bagian depan maupun belakang.

Untuk musim 2025, Michelin membawa tiga pilihan ban depan simetris Soft, Medium, dan Hard serta dua varian ban belakang, yakni Soft asimetris dengan penguatan di sisi kanan, dan Medium simetris.

"Untuk edisi 2025, kami telah memperbarui spesifikasi ban belakang Soft agar lebih kaku, sehingga lebih tahan terhadap karakter sirkuit Lusail yang agresif," ujar Piero Taramasso, Manajer Motorsport Michelin divisi roda dua.

"Selain itu, kami juga menghadirkan ban depan Hard yang telah dimodifikasi. Ban ini dirancang agar lebih serbaguna, dengan tingkat grip mendekati ban Medium, namun menawarkan stabilitas yang lebih baik."

Michelin berharap pembaruan ini dapat membuat para pembalap berani mencoba opsi selain ban Medium, yang menjadi pilihan mayoritas pada balapan Sprint dan Grand Prix Qatar 2024.

Perlu dicatat, sesi balapan utama MotoGP Qatar digelar saat malam hari, namun sesi latihan, kualifikasi, hingga pemanasan berlangsung di bawah panas terik matahari. Perubahan suhu yang drastis pun menjadi faktor penting dalam pemilihan ban.

"Situasi di Qatar berbeda dari seri lainnya. Kami memulai dengan suhu lintasan tinggi yang kemudian menurun seiring waktu balapan kebalikan dari biasanya. Ditambah lagi, kelembapan dan butiran pasir halus yang terbawa angin membuat grip berkurang drastis sebuah tantangan tersendiri," jelas Taramasso.

Meski cuaca hujan kadang memengaruhi jalannya balapan di Qatar seperti yang sempat terjadi di Austin prakiraan cuaca akhir pekan ini menunjukkan kondisi kering dan stabil, dengan suhu siang mencapai pertengahan 30 derajat Celsius, dan turun ke kisaran 20-an saat malam hari.

Pedro Acosta Sindir Ducati: “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”

Pedro Acosta Sindir Ducati “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”
Pedro Acosta Sindir Ducati: “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”.

JAKARTA - Persaingan di MotoGP 2025 semakin panas, apalagi sejak kedatangan Marc Marquez ke tim pabrikan Ducati. 

Kini, Ducati punya dua bintang besar: juara dunia Pecco Bagnaia dan si legendaris Marc Marquez. 

Namun, komentar menarik datang dari Pedro Acosta, pembalap muda penuh talenta dari KTM.

Acosta, yang kini jadi sorotan karena performanya yang terus menanjak, memberikan pandangan tajam soal duet maut Ducati. 

Menurutnya, punya dua pembalap top dalam satu tim bukanlah strategi terbaik.

“Kita belum bisa menobatkan siapa raja musim ini. Musim balap masih panjang,” ujar Acosta. “Banyak yang menyebut mereka dream team. Tapi di dunia nyata, tidak ada dream team. Kamu tidak bisa punya dua pembalap nomor satu dalam satu garasi.”

Pernyataan Acosta ini menyiratkan bahwa kehadiran dua rider besar dalam satu tim justru bisa menimbulkan konflik internal, yang akhirnya merugikan tim secara keseluruhan.

Realita Ducati Saat Ini

Keputusan Ducati menggaet Marquez sebenarnya cukup mengejutkan. Biasanya, Ducati lebih suka mempromosikan pembalap dari dalam. 

Tapi performa Marquez di awal musim membuat keputusan itu terlihat tepat ia menang di lima balapan pertama musim ini. 

Sayangnya, di GP Americas, Marquez terjatuh saat memimpin, dan Bagnaia akhirnya keluar sebagai pemenang.

Namun, anehnya, bukan mereka berdua yang memimpin klasemen. Justru Alex Marquez dari tim Gresini, yang konsisten finis di posisi kedua, yang kini memimpin perolehan poin. 

Hal ini memperkuat pendapat Acosta bahwa adanya dua pembalap kuat dalam satu tim bisa saling “mencuri” poin satu sama lain.

KTM dan Situasi Acosta

Di sisi lain, Acosta juga membandingkan situasinya sendiri. Ia masuk ke tim KTM saat Brad Binder sudah menjadi andalan tim. 

Tapi, berbeda dengan Ducati, motor KTM belum sekompetitif Ducati. 

Jadi, tidak ada konflik besar soal siapa yang jadi pembalap utama yang penting adalah kemajuan tim.

“Di KTM, siapa pun yang membawa hasil, itu bagus. Kami butuh peningkatan, bukan kompetisi internal,” tambah Acosta.

Pertarungan Masih Panjang

Balapan selanjutnya akan berlangsung di Qatar, sirkuit yang katanya lebih cocok untuk gaya balap Bagnaia. Tapi dengan kondisi saat ini, tekanan justru makin besar. 

Bagnaia harus bisa memanfaatkan momentum dan menjaga konsistensi. Sementara itu, Marquez tentu tak akan tinggal diam.

Apakah komentar Acosta akan terbukti benar? Akankah ambisi dua bintang Ducati justru saling menghambat? Atau Ducati berhasil membuktikan mereka bisa punya “dua raja” dalam satu istana?

Yang pasti, persaingan MotoGP tahun ini makin seru untuk diikuti. Dan siapa tahu, Pedro Acosta bisa saja jadi kuda hitam yang diam-diam merebut tahta.

Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP

Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP
Jelang MotoGP Qatar Pecco Bagnaia Optimistis dengan Performa Desmosedici GP.

JAKARTA - Francesco “Pecco” Bagnaia akhirnya bangkit di MotoGP 2025 setelah sempat tertinggal akibat dominasi ganda Marc dan Alex Marquez di awal musim. Balapan di Circuit of the Americas (COTA), Amerika Serikat, menjadi titik balik penting bagi sang juara dunia bertahan.

Pecco yang start cukup agresif, berhasil menyalip Alex Marquez pada lap keempat. Momentum ini membuatnya berada di jalur untuk menghentikan rentetan finis podium kedua yang diraih rider Gresini itu. 

Tapi momen paling menentukan terjadi di pertengahan balapan, ketika Marc Marquez yang memimpin lomba justru tergelincir dan terjatuh setelah menyentuh kerb.

Insiden itu membuka peluang emas bagi Bagnaia untuk meraih kemenangan pertamanya musim ini. Hasil ini tidak hanya mengangkat moral tim Ducati Lenovo, tetapi juga memperkecil jarak poin di klasemen sementara.

Kini, sorotan beralih ke Sirkuit Lusail, Qatar. Pertanyaannya: apakah kekalahan Marquez di COTA hanya kesalahan sesaat, atau tanda bahwa momentum mulai bergeser ke tangan Bagnaia?

Menjelang seri MotoGP Qatar, Pecco memberikan pernyataan yang cukup menggoda perhatian penggemar. 

“Balapan setelah kemenangan selalu menyenangkan,” katanya. 

“Akhir di Austin benar-benar luar biasa, dan yang paling penting adalah saya merasa motor lebih stabil dibanding balapan sebelumnya. Kami masih punya banyak pekerjaan, tapi sirkuit ini dikenal bisa memaksimalkan karakter dan potensi Desmosedici GP.”

Pernyataan Pecco ini tentu menarik. Lusail memang dikenal sebagai trek yang bersahabat bagi motor-motor Ducati. 

Dalam lima balapan terakhir di Qatar, pabrikan asal Italia ini mencetak kemenangan berturut-turut lewat beberapa pembalap andalannya: Enea Bastianini (2022), Jorge Martin (Sprint 2023), Fabio di Giannantonio (GP 2023), Martin lagi (Sprint 2024), dan tentunya Pecco sendiri saat membuka musim 2024 dengan kemenangan.

Namun, sejarah juga mencatat bahwa Marc Marquez belum pernah menang di sirkuit ini sejak 2014. Saat itu, Pecco bahkan masih berkompetisi di kelas Moto3.

Dengan performa yang mulai meningkat dan dukungan dari mesin Desmosedici yang dikenal “nyetel” di Qatar, peluang Bagnaia untuk kembali naik podium terbuka lebar. 

Tapi tentu, semua mata akan tertuju pada bagaimana duel panas antara Pecco dan duo Marquez kembali tersaji di gurun Qatar.

Apakah ini awal dari kebangkitan Pecco Bagnaia di musim 2025? Atau Marquez bersaudara akan kembali unjuk gigi? Yang pasti, MotoGP Qatar akhir pekan ini akan jadi tontonan seru yang sayang untuk dilewatkan.