Berita Borneotribun.com: Ukraina Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Ukraina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ukraina. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Agustus 2024

Ukraina Terima Jet Tempur F-16: Langkah Besar dalam Pertahanan

Ukraina Terima Jet Tempur F-16: Langkah Besar dalam Pertahanan
Ukraina Terima Jet Tempur F-16: Langkah Besar dalam Pertahanan.
UKRAINA - Pada akhir Juli, Ukraina menerima sepuluh jet tempur F-16 dari 79 pesawat yang dijanjikan oleh negara-negara Barat, menurut laporan dari The Economist. 

Kedatangan kelompok pertama jet tempur F-16 ini menandai kemajuan signifikan dalam upaya Ukraina untuk memperkuat pertahanannya di tengah konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia.

Proses Pengiriman Jet Tempur F-16 ke Ukraina

Jet tempur F-16 ini tiba di Ukraina setahun setelah pemerintahan Biden memberi lampu hijau bagi sekutu Eropa untuk mengirimkan pesawat tersebut. 

The Economist melaporkan bahwa pada akhir tahun 2024, Ukraina diharapkan akan memiliki 20 pesawat F-16 yang beroperasi penuh. 

Sisa dari pasokan pesawat yang dijanjikan, terutama dari Denmark dan Belanda, akan dikirimkan dalam beberapa kelompok sepanjang tahun depan. 

Belanda dan Denmark adalah beberapa negara pertama yang setuju untuk memasok jet tempur F-16 ke Ukraina, menunjukkan dukungan kuat mereka terhadap negara yang sedang menghadapi tekanan militer.

Tantangan dalam Pengiriman dan Pelatihan Pilot

Pensiunan Jenderal Angkatan Darat AS untuk Komando Eropa, Ben Hodges, menyatakan kekecewaannya terkait keterlambatan pengiriman pesawat ini. 

Salah satu alasan utama keterlambatan adalah kekurangan slot pelatihan untuk pilot Ukraina, yang mempengaruhi kecepatan penyebaran pesawat-pesawat tersebut.

Gedung Putih memastikan bahwa Kiev akan menerima jet buatan AS dari negara ketiga setelah para pilot Ukraina menyelesaikan pelatihan yang diperlukan untuk mengoperasikannya. 

Proses pelatihan ini krusial untuk memastikan pilot-pilot Ukraina mampu menggunakan jet tempur F-16 dengan efektif dan aman.

Dukungan Militer Barat untuk Ukraina

Sejak awal operasi militer Rusia ke Ukraina pada 2022, negara-negara Barat telah meningkatkan bantuan militer dan keuangan mereka. 

Jet tempur F-16 ini adalah bagian dari dukungan yang lebih luas untuk membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan keamanannya.

Namun, Kremlin telah memperingatkan bahwa pengiriman senjata yang berkelanjutan ke Kiev akan memperburuk eskalasi konflik Rusia-Ukraina. 

Meskipun demikian, Ukraina dan sekutunya terus berkomitmen untuk memperkuat pertahanan negara tersebut.

Pengiriman jet tempur F-16 ini tidak hanya berarti peningkatan kekuatan udara Ukraina, tetapi juga merupakan simbol dari dukungan internasional yang kuat. 

Dengan jet-jet ini, Ukraina memiliki alat pertahanan yang lebih canggih untuk menghadapi tantangan di medan perang.

Volodymyr Zelenskyy: Tekanan untuk Mengubah Strategi Negosiasi dengan Rusia

Volodymyr Zelenskyy: Tekanan untuk Mengubah Strategi Negosiasi dengan Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
UKRAINA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, kini berada di bawah tekanan untuk mempertimbangkan perubahan strategi dalam negosiasi dengan Rusia, termasuk kemungkinan membuat konsesi teritorial. 

Pernyataan ini diungkapkan oleh Florian Philippot, pemimpin partai euroskeptik Prancis, The Patriots, pada Sabtu (3/8).

"Zelenskyy terpaksa berputar balik sepenuhnya menghadapi ketidakpuasan masyarakat di kalangan warga Ukraina dan kemunduran dalam pertempuran." dikatakan Philippot di platform media sosial X, 

Philippot juga menambahkan bahwa Zelenskyy kini ingin Rusia berpartisipasi dalam pertemuan puncak yang membahas masalah Ukraina. 

"Menyerahkan wilayah tidak lagi menjadi tabu baginya: itu menjadi mungkin! Dia menyadari bahwa semakin sedikit senjata Barat yang akan tiba dan semuanya telah berakhir," tambah Philippot.

Dalam wawancara dengan media Prancis, termasuk Le Monde, Volodymyr Zelenskyy baru-baru ini mengungkapkan bahwa ia telah membahas kemungkinan memulai negosiasi dengan Rusia tanpa menuntut pengembalian wilayah sebagai syarat awal. 

Philippot juga mengatakan bahwa isu teritorial sangat kompleks dan harus diputuskan oleh rakyat Ukraina melalui referendum. 

Hal ini menunjukkan bahwa presiden Volodymyr Zelenskyy memahami pentingnya melibatkan rakyat dalam mengambil keputusan penting terkait masa depan negara mereka.

Di sisi lain, Moskow telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi secara damai. 

Namun, Kiev saat ini melarang negosiasi di tingkat legislatif. 

Kremlin menegaskan bahwa prioritas utama bagi Rusia adalah mencapai tujuan dari operasi khusus mereka. 

Mereka juga menyatakan bahwa situasi di Ukraina bisa bergerak ke arah perdamaian asalkan realitas baru di lapangan diperhitungkan.

Volodymyr Zelenskyy menghadapi tantangan besar dalam mengambil langkah berikutnya. 

Mempertimbangkan tekanan dari dalam negeri serta situasi politik internasional, ia perlu menyeimbangkan antara keinginan untuk perdamaian dan menjaga kedaulatan negara. 

Keputusan yang diambil akan sangat berpengaruh pada masa depan Ukraina dan hubungannya dengan Rusia serta negara-negara Barat lainnya.

Selasa, 06 Februari 2024

Moscow Menuduh Ukraina Diduga Lakukan Serangan 'Mengerikan' di Wilayah Diduduki Rusia

Video yang diambil dari video yang dirilis Kementerian Darurat Rusia, 3 Februari 2024 ini menunjukkan tim penyelamat membersihkan puing-puing, mengeluarkan jenazah korban dan mencari korban yang selamat di dalam gudang roti yang hancur akibat serangan baru-baru ini di Lysychansk
Video yang diambil dari video yang dirilis Kementerian Darurat Rusia, 3 Februari 2024 ini menunjukkan tim penyelamat membersihkan puing-puing, mengeluarkan jenazah korban dan mencari korban yang selamat di dalam gudang roti yang hancur akibat serangan baru-baru ini di Lysychansk
JAKARTA - Moscow, Senin (5/2), menuduh Ukraina telah melakukan serangan yang disebut sebagai tindakan "mengerikan" terhadap sebuah toko roti di kota yang diduduki Rusia di Ukraina Timur.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut serangan yang terjadi pada Sabtu (3/2) di Lysychansk sebagai "aksi teroris" yang menargetkan infrastruktur yang tidak terlibat dalam konflik. 

Rusia mengklaim bahwa serangan tersebut menyebabkan kematian 28 orang.

Lysychansk, yang sebelumnya memiliki populasi sekitar 110 ribu orang sebelum invasi Rusia, jatuh ke tangan Rusia pada musim panas 2022 dan berjarak sekitar 15 kilometer dari wilayah yang dikuasai Ukraina. 

Pihak berwenang Ukraina belum memberikan komentar terkait serangan tersebut.

Kedua belah pihak, Rusia dan Ukraina, telah saling menuduh melakukan serangan terhadap wilayah sipil. 

Ukraina juga melaporkan seringnya serangan rudal dan drone Rusia yang menargetkan kota-kota di negara itu.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkapkan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk mengganti beberapa pejabat senior, tidak hanya di kalangan militer, dengan tujuan untuk memilih orang-orang terbaik yang memimpin Ukraina.

Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi pemerintah Italia, RAI pada hari Minggu, Zelenskyy menyatakan bahwa "pengaturan ulang diperlukan," karena dia sedang mempertimbangkan orang-orang terbaik untuk memimpin berbagai sektor di Ukraina. 

Zelenskyy juga menyebut kemungkinan pemecatan panglima tertinggi militer, Jenderal Valerii Zaluzhnyi.

Pada bulan November sebelumnya, Zelenskyy telah menegur Zaluzhnyi karena pernyataannya kepada media Barat yang menyebutkan bahwa perang di Ukraina telah memasuki fase gesekan baru.

Sebelumnya, pada hari Minggu, Zelenskyy mengunjungi pasukan Ukraina di medan tempur di bagian tenggara.

Zelenskyy memberikan medali kepada para pilot dan juga diberi arahan terkait serangkaian serangan Rusia terhadap sasaran di wilayah Dnipropetrovsk, serta tentang cara menggunakan sistem pertahanan udara Barat dan hibrida untuk melindungi langit Ukraina.

Minggu, 04 Februari 2024

Kilang Minyak Terbesar di Rusia Selatan Diserang Drone Ukraina

Kilang minyak perusahaan Lukoil di Volgograd, Rusia, 22 April 2022. (Foto: Reuters)
Kilang minyak perusahaan Lukoil di Volgograd, Rusia, 22 April 2022. (Foto: Reuters)
JAKARTA - Dua pesawat tak berawak asal Ukraina dilaporkan menyerang fasilitas pemrosesan utama kilang minyak terbesar di Rusia selatan pada Sabtu (3/2), demikian disampaikan seorang sumber di Kyiv kepada Reuters. 

Serangan ini merupakan bagian dari rangkaian serangan jarak jauh yang telah beberapa kali menyerang fasilitas minyak Rusia.

Sebelumnya, otoritas setempat di Rusia mengklaim berhasil memadamkan api yang berkobar di kilang minyak Volgograd setelah diserang oleh drone. 

Namun, produsen minyak Lukoil selaku pemilik kilang tersebut belum memberikan komentar resmi terkait insiden tersebut.

Sumber di Kyiv menjelaskan bahwa operasi yang dilakukan oleh dinas keamanan SBU berhasil menghantam fasilitas pemrosesan utama, yang jika tidak dihancurkan akan mengakibatkan penurunan signifikan dalam kapasitas produksi kilang tersebut. 

Reuters belum bisa memverifikasi secara langsung lokasi penyerangan drone tersebut.

Kilang minyak Volgograd menjadi sasaran terbaru dalam serangkaian serangan yang menargetkan berbagai fasilitas penting di Rusia. 

Pemerintah Ukraina menganggap infrastruktur semacam itu sebagai elemen kunci dalam strategi perang melawan Kremlin.

Sumber yang tidak disebutkan namanya dalam laporan Reuters menyatakan bahwa serangan-serangan semacam ini kemungkinan akan terus dilakukan.

"Dengan menyerang kilang minyak yang digunakan oleh kompleks industri militer Rusia, kami tidak hanya memotong rantai pasokan bahan bakar bagi peralatan musuh, tetapi juga mengurangi sumber pendanaan untuk anggaran militer Rusia," ujar sumber tersebut.

Jarak antara kota Kharkiv di Ukraina timur laut, dekat perbatasan dengan Rusia, dan kota Volgograd di Rusia selatan lebih dari 600 kilometer.

Jumat, 26 Januari 2024

PBB Kecam Insiden Pesawat Militer Rusia di Perbatasan Rusia-Ukraina

Fragmen jet militer Sukhoi Su-34 terlihat di lokasi kecelakaan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada Kamis (25/1) setelah sebuah pesawat transpor militer Rusia jatuh di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.(Foto: AFP)
Fragmen jet militer Sukhoi Su-34 terlihat di lokasi kecelakaan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada Kamis (25/1) setelah sebuah pesawat transpor militer Rusia jatuh di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.(Foto: AFP)
JAKARTA - Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat pada Kamis (25/1) menyusul kejadian dramatis jatuhnya pesawat transpor militer Rusia di dekat perbatasan Rusia-Ukraina. Kecelakaan tersebut memicu tuntutan akan penyelidikan menyeluruh dari kedua negara terlibat.

"Pesawat itu membawa 74 orang, 65 di antaranya adalah orang Ukraina yang menjadi tawanan perang yang akan dipertukarkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

Menanggapi tragedi ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Ukraina atas insiden tersebut. "Tawanan perang Ukraina diangkut ke kawasan Belgorod untuk pertukaran tahanan yang disepakati antara Moskow dan Kyiv," ujarnya kepada wartawan. "Alih-alih, pihak Ukraina malah meluncurkan rudal pertahanan udara dari kawasan Kharkiv, menargetkan pesawat dan ini merupakan serangan yang fatal."

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa pemerintahannya menyerukan penyelidikan internasional terkait kejadian tersebut. "Semua fakta harus dibuktikan," kata Zelenskyy. "Sebisa mungkin, mengingat pesawat itu jatuh di wilayah Rusia yang berada di luar kendali kami."

Zelenskyy menambahkan, "Rusia mempermainkan nyawa para tawanan perang Ukraina, perasaan kerabat mereka, dan emosi masyarakat kita."

Militer Ukraina belum memberikan tanggapan langsung terhadap klaim Rusia, namun mengonfirmasi bahwa telah terjadi insiden terkait pendaratan pesawat militer Rusia di Belgorod. Mereka juga menyatakan bahwa akan menargetkan pesawat-pesawat militer Rusia yang diduga membawa rudal untuk serangan pada masa mendatang.

Video kecelakaan yang diunggah di media sosial memperlihatkan pesawat jatuh dari angkasa dalam posisi miring sebelum meledak dan membentuk bola api raksasa saat menghantam tanah di Belgorod, wilayah di pedesaan di Rusia Barat yang bersalju.

Belgorod berbatasan dengan Kharkiv, wilayah Ukraina. Kedua pihak telah melakukan banyak pertukaran tahanan sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir dua tahun yang lalu.

Selasa, 07 Maret 2023

Serangan Pasukan Rusia ke Bakhmut, Ukraina: Warga Terperangkap dalam Kondisi Kritis

Serangan Pasukan Rusia ke Bakhmut, Ukraina: Warga Terperangkap dalam Kondisi Kritis
Prajurit Ukraina menembakkan howitzer self-propelled 2S5 Giatsint-S ke arah pasukan Rusia di luar kota garis depan Bakhmut di wilayah Donetsk, Ukraina, di tengah serangan Rusia, 5 Maret 2023. (REUTERS/Anna Kudriavtseva)

UKRAINA - Warga di Bakhmut, Ukraina, menggambarkan kondisi mengerikan di kota mereka ketika pasukan Rusia menyerang untuk merebutnya di Ukraina timur. Sementara pasukan Ukraina dan Ukraina berjuang untuk mempertahankan kota, warga kota semakin sulit bertahan hidup. Koresponden VOA Veronica Balderas Iglesias melaporkan tentang berbagai tantangan seiring dengan upaya diplomatik Ukraina untuk memperoleh dukungan internasional.

Pada hari Minggu (5/3), saat pertempuran semakin intensif di pinggiran Bakhmut, berbagai laporan muncul bahwa tentara Ukraina berusaha membantu warga sipil untuk melarikan diri. Menurut Natalia Ishkova, seorang penduduk lokal, kehidupan warga sangat terganggu oleh gerak maju tentara Rusia dan pasukan tentara bayaran yang dikenal sebagai Grup Wagner. “Ada masalah dengan makanan. Bantuan kemanusiaan hanya diberikan kepada kami sebulan sekali. Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada gas,” jelasnya.

Serangan Pasukan Rusia ke Bakhmut, Ukraina: Warga Terperangkap dalam Kondisi Kritis
Penduduk setempat berlindung di tempat penampungan bawah tanah di desa Chasiv Yar, dekat kota Bakhmut di wilayah Donbas, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 5 Maret 2023. (Aris Messinis/AFP)

Pasukan Ukraina berkomitmen untuk memukul mundur pasukan Rusia, kata seorang komandan bernama “Kurt”. “Mereka (pasukan Rusia) berharap untuk merebut kota (Bakhmut) tanpa kerugian besar, tetapi mereka telah kehilangan begitu banyak orang,” ujarnya.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, pada hari Senin (6/3) mengatakan bahwa menurutnya jika Bakhmut jatuh ke tangan pasukan Rusia, hal tersebut tidak akan menjadi "kemunduran operasional atau strategis" bagi Ukraina.

Pada hari Sabtu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan pasukan Moskow telah menghancurkan beberapa kendaraan infanteri Ukraina dan menewaskan banyak tentara di wilayah Donetsk. “Selama operasi aktif yang sedang berlangsung dari unit kelompok pasukan selatan, serangan udara dan tembakan artileri, hingga 490 prajurit Ukraina tewas dan terluka setiap hari,” ungkapnya.

Kementerian pertahanan Rusia juga merilis gambar Menteri Pertahanan Sergei Shoigu yang sedang memeriksa pos komando di wilayah Donetsk, Ukraina timur, wilayah di mana kota Bakhmut berada.

Pada akhir pekan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola dan menguraikan tujuannya. “Tugasnya adalah mempersiapkan segala sesuatunya seaktif mungkin untuk keanggotaan negara kita di Uni Eropa, meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, dan memperkuat sanksi terhadap Rusia,” jelasnya.

Roberta Metsola menyerukan pembentukan pengadilan khusus untuk menyelidiki kejahatan perang. “Kami akan bertemu dengan personel PBB. Kami perlu memastikan bahwa kami memiliki mekanisme, pertama-tama, untuk mengumpulkan bukti, lalu menuntut mereka,” pungkasnya.

Oleh: VOA Indonesia/Editor: Yakop

Senin, 06 Maret 2023

Perang Ukraina-Rusia: Pasukan Rusia Mengandalkan Senjata Lawas dalam Pertempuran Brutal di Bakhmut

Perang Ukraina-Rusia: Pasukan Rusia Mengandalkan Senjata Lawas dalam Pertempuran Brutal di Bakhmut
Anggota pasukan Ukraina masih bertahan di Bakhmut di tengah pengepungan oleh Rusia, 4 Maret 2023.

UKRAINA - Kementerian Pertahanan Inggris hari Minggu (5/3) mengatakan sebagian besar invasi yang dilakukan Rusia di bagian timur Ukraina setahun terakhir ini telah bergulir menjadi pertempuran infanteri karena sebagian besar pasukan Rusia tidak memiliki amunisi artileri yang cukup.

Dalam kajian terbarunya, Inggris mengatakan, “Bukti terbaru menunjukkan meningkatnya pertempuran jarak dekat di Ukraina. Ini mungkin akibat komando dari Rusia yang bersikeras melakukan tindakan ofensif tetapi menurunkan serangan infanteri.”

Rusia Menggunakan Senjata Sekop Tua dalam Mobilisasi Pasukan Cadangan ke Ukraina, Inggris Mengomentari Teknologi Rendah Perang

Kementerian itu mengatakan akhir bulan lalu Rusia memobilisasi pasukan cadangan yang “diperintahkan untuk menyerang satu titik di Ukraina dengan hanya bersenjatakan senjata api dan sekop. “Sekop” kemungkinan adalah alat pertahanan yang digunakan untuk pertempuran jarak dekat.

Laporan itu menyatakan “kematian akibat alat MPL-50 edisi standar seperti sekop itu secara khusus ada dalam mitologi Rusia,” dan “hanya sedikit perubahan dibanding desain tahun 1869.”

Pejabat pertahanan Inggris mengatakan “penggunaan berkelanjutan MPL-50 sebagai senjata telah menyoroti pertempuran brutal dan teknologi rendah yang menjadi ciri sebagian besar perang. Salah satu personil pasukan cadangan itu menggambarkan kesiapannya “baik secara fisik maupun psikologis.”

Hadapi Serangan Hebat Rusia, Bahkmut Masih Terkendali

Sementara itu pasukan Ukraina yang bertahan di Bakhmut menghadapi tekanan yang kian meningkat dari Rusia akhir pekan ini, sehingga banyak warga sipil melarikan diri dari kota yang terkepung itu. Seorang personil tentara Ukraina mengatakan kepada Associated Press bahwa sebenarnya saat ini terlalu berbahaya untuk meninggalkan Bakhmut. Tentara Ukraina mendirikan jembatan sehingga warga sipil dapat mencapai desa terdekat, Khromove.

Seorang tentara lain yang membantu warga mengatakan seorang perempuan tewas dan dua laki-laki luka parah ketika mencoba melarikan diri melalui jembatan darurat itu.

Menurut pejabat-pejabat intelijen militer Inggris dan analis Barat lainnya, pasukan Ukraina telah menghancurkan dua jembatan utama di luar kota, termasuk satu jembatan ke arah Chasiv Yar, memotong rute pasokan terakhir yang tersisa. Penghancuran jembatan itu mungkin merupakan isyarat bahwa pasukan Ukraina bersiap meninggalkan wilayah itu.

Ini Dia! Taktik Terobosan Pasukan Ukraina: Menghancurkan Jembatan untuk Menghindar dari Kejaran Pasukan Rusia

Institute for the Study of War mengatakan dengan menghancurkan jembatan ke arah Chasiv Yar itu, pasukan Ukraina dapat “melakukan penarikan pasukan secara terbatas dan terkendali dari bagian yang sangat sulit di timur Bakhmut itu,” sambil mempersulit pasukan Rusia mengejar mereka.

Jika tentara Rusia berhasil merebut Bahkmut, itu akan menjadi kemenangan langka di medan perang setelah kemunduran Rusia selama beberapa bulan terakhir. Keberhasilan ini akan memungkinkan Rusia untuk memotong jalur pasokan Ukraina dan menekan kubu Ukraina lain di wilayah Donetsk.

Pasukan Ukraina Berhasil Menahan Serangan Rusia, Kota Bakhmut Masih Dikuasai

Menurut Wakil Panglima Garda Nasional Ukraina, Volodymyr Nazarenko, pihaknya masih mengendalikan kota itu meskipun ada serangan intensif dan berkelanjutan dari pasukan Rusia. "Setiap jam di Bakhmut ini seperti di neraka. Musuh berhasil masuk di bagian utara dan barat daya Bakhmut pekan lalu, tetapi pasukan Ukraina melawan. Berkat upaya dan kerja keras, dalam beberapa hari terakhir ini, kami berhasil menguasai kembali garis depan," ujarnya.

Hal senada disampaikan Wakil Walikota Bakhmut, Oleksandr Marchenko, kepada BBC, "berkat pasukan bersenjata Ukraina, Rusia masih belum dapat menguasai kota ini."

Marchenko menambahkan bahwa sekitar 4.000 warga sipil masih tinggal di kota yang sebelumnya memiliki 70.000 penduduk. Mereka tinggal di tempat penampungan tanpa gas, listrik, atau air bersih. [em/jm]

Minggu, 05 Maret 2023

Konflik Ukraina Semakin Memanas: Pasukan Rusia dan Tentara Bayaran Wagner Melakukan Serangan Terakhir ke Kota Bakhmut

Konflik Ukraina Semakin Memanas: Pasukan Rusia dan Tentara Bayaran Wagner Melakukan Serangan Terakhir ke Kota Bakhmut
Tentara Ukraina memuat peluru 152 mm ke howitzer Msta-B untuk ditembakkan ke posisi pasukan Rusia yang kini mengepung kota Bakhmut (2/2).

CHASIV YAR, UKRAINA - Pasukan Rusia dan tentara bayaran Wagner menembaki dengan artileri jalur akses terakhir ke kota Bakhmut di Ukraina Timur yang sedang terkepung pada Jumat (3/3). 

Tindakan ini membuat Moskow semakin dekat meraih kemenangan pertama setelah pertempuran paling sengit Rusia selama setengah tahun.

Kepala tentara bayaran Rusia "Wagner" mengatakan bahwa hampir seluruh kota yang telah hancur akibat serangan Rusia selama lebih dari tujuh bulan telah dikelilingi oleh pasukan Rusia, dan hanya satu jalur akses yang masih terbuka untuk pasukan Ukraina. 

Reuters melaporkan bahwa penembakan Rusia terhadap jalur akses menuju barat dari Bakhmut semakin intens, dalam upaya untuk memblokir akses pasukan Ukraina masuk dan keluar kota. 

Jembatan di kota terdekat Khromove juga rusak akibat tembakan tank Rusia.

Konflik Ukraina Semakin Memanas: Pasukan Rusia dan Tentara Bayaran Wagner Melakukan Serangan Terakhir ke Kota Bakhmut
Gambar yang diambil dari video yang dirilis 2 Maret 2023 menunjukkan apa yang dikatakan sebagai pejuang Grup Wagner, tentara bayaran Rusia, berdiri dengan bendera di atas sebuah gedung di kota Bakhmut, Ukraina.

Tentara Ukraina sedang bekerja untuk memperbaiki jalan yang rusak dan menambah pasukan di garis depan, menunjukkan bahwa mereka belum siap menyerahkan kota tersebut. 

Di sebelah barat, Ukraina juga sedang menggali parit baru untuk posisi bertahan.

Kantor berita RIA Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan pejuang Wagner yang berjalan di sekitar fasilitas industri yang rusak. 

Salah satu pejuang mengatakan bahwa tentara Ukraina sedang menghancurkan infrastruktur di permukiman dekat Bakhmut untuk mencegah pengepungan Rusia.

Komandan pasukan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengunjungi Bakhmut pada hari Jumat untuk memberikan arahan dengan komandan setempat tentang cara meningkatkan kapasitas pertahanan pasukan di garis depan.

Konflik Ukraina, Kemenangan Rusia di Bakhmut

Kemenangan Rusia di Bakhmut, yang memiliki populasi sekitar 70.000 sebelum Konflik Ukraina, akan memberikan hadiah besar pertama dari serangan musim dingin yang mahal setelah Rusia memanggil ratusan ribu pasukan cadangan tahun lalu. 

Rusia mengatakan ini akan menjadi batu loncatan untuk merebut kawasan industri Donbas di sekitarnya, tujuan perang yang penting bagi Moskow.

Sebelum Konflik Ukraina, Bakhmut terkenal dengan tambang garam dan gipsum. 

Meskipun Ukraina mengatakan kota itu memiliki nilai strategis yang kecil, kehilangan pasukan di sana dapat mempengaruhi jalannya konflik.

Dia juga mendesak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk memerintahkan pasukan Ukraina mundur dari Bakhmut untuk menyelamatkan nyawa tentara mereka. [pp/ft]

Oleh: VOA Indonesia/Editor; Yakop

Rabu, 17 Agustus 2022

Dubes Ukraina ucapkan selamat Hari Kemerdekaan untuk rakyat Indonesia

Dubes Ukraina ucapkan selamat Hari Kemerdekaan untuk rakyat Indonesia
Dubes Ukraina Vasyl di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa (16/8/2022). 
BorneoTribun Jakarta - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyampaikan selamat Hari Kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Atas nama Negara Ukraina, saya ingin menyampaikan ucapan selamat dengan tulus kepada rakyat Indonesia, kepada setiap keluarga Indonesia," kata Dubes Hamianin di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa.

Ia menyampaikan ucapan selamat tersebut setelah menghadiri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD Tahun 2022.

Selain menyampaikan ucapan selamat, Dubes Hamianin juga menyampaikan harapannya agar rakyat Indonesia hidup dalam perdamaian, kemakmuran dan penuh cinta.

Harapan perdamaian itu ia sampaikan di tengah perang yang masih berlangsung antara negaranya dengan Rusia.

Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Perang di negara itu telah menewaskan ribuan warga sipil dan melukai ribuan lainnya.

Selain itu, jutaan warga Ukraina juga telah mengungsi ke sejumlah negara lain untuk menghindari serangan Rusia.

(KN/ANT) 

Selasa, 19 April 2022

Zelensky memberikan kuesioner lengkap kepada UE di Kiev

Zelensky memberikan kuesioner lengkap kepada UE di Kiev
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky. (Kantor Pers Kepresidenan Ukraina melalui AP)


Borneo Tribun, Jakarta -- Presiden Ukraina Vladimir Zelensky memberikan kuesioner lengkap kepada kepala delegasi Uni Eropa di Kiev, yang merupakan langkah Ukraina untuk mendapatkan status calon anggota Uni Eropa, kata kantor kepresidenan Ukraina, Senin.


"Presiden Vladimir Zelensky menyerahkan kepada Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Matti Maasikas sebuah kuesioner yang telah diisi untuk negara kami untuk mendapatkan status calon anggota Uni Eropa," menurut sebuah pernyataan di situs web kepresidenan Ukraina.


"Rakyat Ukraina telah dipersatukan oleh tujuan ini untuk merasa menyatu dengan Eropa, bagian dari Eropa, bagian dari Uni Eropa," kata Zelensky.


Dia berterima kasih kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell dan Maasikas atas kerja cepat mereka dalam menyediakan kuesioner. 


"Ini adalah sinyal penting. Kami percaya bahwa kami akan menerima dukungan dan menjadi kandidat untuk masuk," kata Zelensky.


"Setelah itu, tahap berikutnya dan terakhir akan dimulai. Kami percaya bahwa prosedur ini akan berlangsung dalam beberapa minggu mendatang dan itu akan positif bagi sejarah rakyat kami."


Perdana Menteri Ukraina Denis Shmygal mengatakan bahwa pemerintah Ukraina, bersama dengan kantor presiden, segera menyiapkan jawaban atas pertanyaan kuesioner Uni Eropa dan sekarang "pekerjaan sedang dilakukan untuk mengintegrasikan Ukraina ke dalam Uni Eropa."


"Kami sudah terintegrasi ke dalam jaringan listrik Uni Eropa," katanya. "Sekarang kami terus bekerja dengan Komisi Eropa tentang integrasi dan jaringan umum roaming gratis, ruang pembayaran gratis."


Maasikas mengatakan dia juga "merasa menjadi bagian dari tim yang bekerja untuk menjadikan Ukraina status kandidat untuk keanggotaan UE," kata kantor presiden Ukraina. Menurut diplomat itu, jawaban Ukraina dalam kuesioner akan dianalisis dengan sangat cepat.


Tawaran Ukraina untuk bergabung dengan UE

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada 8 April memberi Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, selama konferensi pers di Ukraina, kuesioner yang, ketika selesai, akan memungkinkan Dewan Eropa untuk mulai memperdebatkan masalah apakah akan memulai pembicaraan tentang aksesi Ukraina ke blok tersebut. Dia berjanji untuk membantu menyelesaikannya dalam beberapa minggu, bukan tahun.


Rekomendasi Komisi Eropa kepada Dewan Eropa untuk meluncurkan negosiasi tentang penerimaan ke blok tersebut akan menjadi langkah resmi pertama menuju aksesi.


Selanjutnya, negara tersebut harus setuju dengan negosiator Eropa tentang serangkaian kondisi atau "bab negosiasi" yang harus dipenuhinya.


Proses negosiasi dapat memakan waktu mulai dari beberapa tahun hingga jangka waktu yang tidak terbatas. Finlandia adalah yang tercepat untuk menempuh jalan itu, memakan waktu 3 tahun, sementara Turki adalah yang paling lambat setelah memulai pembicaraan pada tahun 2005 dan masih belum memiliki prospek pasti untuk menyelesaikannya.


Sebelumnya, Zelensky, dalam pidatonya di Dewan Eropa, mengatakan bahwa Uni Eropa seharusnya tidak menunda keputusan untuk mengakui Ukraina ke dalam Uni Eropa. Sebelumnya, ia menegaskan bahwa Komisi Eropa akan memutuskan masalah pemberian keanggotaan Ukraina di Uni Eropa dalam beberapa bulan.


Pada akhir Februari, presiden Ukraina meminta UE untuk segera memberikan keanggotaan negara itu. Pada 1 Maret, kepala staf presiden Ukraina, Andrey Yermak, mengumumkan bahwa aplikasi untuk aksesi dipercepat negara itu ke UE telah diterima, terdaftar, dan sedang dipertimbangkan.


Para pemimpin Uni Eropa pada pertemuan puncak di Versailles pada bulan Maret tidak memberikan status calon kepada Ukraina untuk bergabung dengan blok tersebut, tetapi menyatakan dukungan penuh untuk aspirasi Kiev.


Presiden Prancis Emmanuel Macron kemudian mengatakan bahwa dia berpikir bahwa sementara Ukraina dalam keadaan perang, ini bukan saat yang tepat untuk memulai prosedur aksesi, tetapi tidak adil untuk menutup pintu di depan negara itu.


Menurut Kanselir Austria Karl Nehammer, diskusi serius tentang kemungkinan masuknya Ukraina ke dalam Uni Eropa dapat dimulai setelah pemulihan negara itu.


(YK/ER)

Minggu, 13 Februari 2022

Lebih Seribu Orang Ukraina Protes Di Tengah Ancaman Invasi Rusia

Lebih Seribu Orang Ukraina Protes Di Tengah Ancaman Invasi Rusia
Warga Ukraina berdemo di pusat Kota Kyiv menentang kemungkinan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, Sabtu, 12 Februari 2022. (Foto: Efrem Lukatsky/AP Photo)


BorneoTribun.com - Lebih Seribu Orang Ukraina berunjuk rasa di Kyiv pada Sabtu (12/2/2022) untuk menunjukkan persatuan di tengah ancaman invasi Rusia.


Kantor berita AFP melaporkan bahwa penduduk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan dalam cuaca dingin.


"Kepanikan tidak ada gunanya. Kita harus bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan," kata mahasiswa Maria Shcherbenko, menggemakan sentimen yang diungkapkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari sebelumnya.


Shcherbenko mengangkat poster bertuliskan: "Saya tetap tenang. Saya cinta Ukraina."


Beberapa demonstran lainnya membawa poster lain yang bertuliskan "perang bukanlah jawaban". 


Yang lain membawa poster yang menyerukan rakyat Ukraina untuk "melawan."


Setelah konflik delapan tahun yang telah merenggut lebih dari 14.000 nyawa di timur yang dikuasai separatis yang didukung Moskow, Ukraina sekarang dalam bahaya invasi Rusia skala penuh.


Kremlin telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di sekitar perbatasan Ukraina. AS telah memperingatkan bahwa perang bisa pecah kapan saja. [vm/ft]


Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 04 Februari 2022

Turki Tawarkan jadi Tuan Rumah Pembicaraan Ukraina-Rusia

Turki Tawarkan jadi Tuan Rumah Pembicaraan Ukraina-Rusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ketika bertemua Presiden Rusia Vladimir Putin di kota resor Sochi, Rusia September tahun lalu (foto: dok).

BorneoTribun.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Kamis (3/2) menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Ukraina dan Rusia.

"Saya menekankan bahwa kami akan dengan senang hati menjadi tuan rumah pertemuan puncak tingkat pimpinan atau tingkat teknis," kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Sebaliknya, Zelenskyy mengatakan Ukraina siap menggunakan format apa pun demi mencapai perdamaian. "Tidak masalah di mana tepatnya Anda menghentikan perang. 

Penting bahwa semua orang dengan tulus siap untuk itu," kata Zelenskyy.

Erdogan menegaskan lagi komitmen Turki terhadap integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina. 

Turki dan Ukraina juga menandatangani delapan perjanjian dalam pertemuan itu, termasuk perjanjian perdagangan bebas, menurut kantor berita resmi Turki, Anadolu Agency.

Pertemuan itu terjadi sementara Rusia terus mengerahkan militer di sekitar Ukraina. Kini, sudah lebih dari 100.000 tentara yang ditempatkan Rusia di dekat perbatasan utara dan timur Ukraina, meningkatkan kekhawatiran bahwa Rusia akan menyerang lagi, seperti terjadi pada 2014, dan mengacaukan ekonomi Ukraina. Pejabat Rusia menyangkal berencana menyerang.[ka/jm]

Senin, 12 April 2021

Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri

Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri
Erdogan Serukan Agar Perkembangan "Merisaukan" di Ukraina Timur Diakhiri.

BorneoTribun Turki, Internasional -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (10/4) menyerukan agar perkembangan yang "mengkhawatirkan" di wilayah Donbass, Ukraina timur, segera diakhiri.

Seruan itu disampaikan setelah pertemuan dengan Presiden Ukraina di Istanbul. Erdogan menambahkan bahwa Turki siap memberikan dukungan apapun yang diperlukan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengadakan perundingan lebih dari tiga jam dengan Erdogan di Istanbul sebagai bagian dari kunjungan terjadwal, di tengah ketegangan antara Kyiv dan Moskow terkait konflik di Donbass itu.

Kyiv telah meningkatkan kekhawatiran terkait bertambahnya pasukan Rusia dekat perbatasan antara Ukraina dan Rusia, dan terkait meningkatnya kekerasan di sepanjang jalur kontak yang memisahkan pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di Donbass.

Pergerakan militer Rusia telah memicu keprihatinan bahwa Moskow sedang bersiap-siap untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina. Kremlin membantah pasukannya merupakan ancaman, tapi mengatakan mereka akan bertahan selama masih merasa perlu.

AS mengatakan Rusia telah mengumpulkan lebih banyak tentara di perbatasan timur Ukraina sejak 2014, ketika Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina dan mendukung separatis di Donbass. [vm/ft]

Oleh: VOA

Sabtu, 03 April 2021

Tambah Pasukan di Perbatasan Ukraina, Rusia Diperingatkan AS

Tambah Pasukan di Perbatasan Ukraina, Rusia Diperingatkan AS
Seorang pria mendorong sepeda melewati seorang tentara yang berjaga di sebuah jalan di Novhorodske, Wilayah Donetsk, Ukraina, 3 Maret 2021.

BorneoTribun.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kamis (1/4), menuduh Rusia telah memperkuat pasukannya di perbatasan Ukraina, sementara AS memperingatkan Rusia agar tidak melakukan “intimidasi” terhadap Ukraina.

Kyiv telah terlibat dalam konflik dengan kelompok separatis yang didukung Rusia sejak 2014. Pekan ini, pejabat Ukraina melaporkan gerakan pasukan Rusia di Semenanjung Krimea yang dianeksasi serta di perbatasan, dekat wilayah yang dikuasai oleh kelompok separatis yang didukung Rusia.

Pada Kamis sejumlah menteri dari pemerintahan Zelensky membahas situasi keamanan dengan sekutu Barat termasuk Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin.

“Menunjukkan kekuatan dalam bentuk latihan militer dan kemungkinan provokasi di sepanjang perbatasan merupakan cara-cara tradisional Rusia,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan.

Zelensky menuduh Rusia hendak menciptakan “sebuah atmosfer yang menakutkan”, sementara Ukraina berharap untuk melanjutkan gencatan senjata yang dicapai tahun lalu.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pihaknya “benar-benar prihatin dengan eskalasi baru-baru berupa tindakan agresif dan provokatif Rusia di bagian timur Ukraina.”

“Yang kami tentang adalah tindakan agresif yang bermaksud mengintimidasi, mengancam, mitra kami Ukraina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.

Beberapa pengamat mengatakan peningkatan kekuatan pasukan Rusia merupakan ujian bagi pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menimbulkan kegaduhan di Rusia bulan lalu setelah menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai seorang pembunuh.

Minggu ini, Rusia dan Ukraina saling tuduh sebagai penyebab peningkatan kekerasan antara pasukan pemerintah dan separatis yang didukung Kremlin di bagian timur Ukraina, yang telah memperlemah gencatan senjata.

Zelensky mengatakan 20 tentara Ukraina tewas dan 57 lainnya cedera sejak awal tahun ini. [jm/em]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno