Berita Borneotribun.com: Tradisional Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tradisional. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Mei 2024

Para Pemimpin Negara Nikmati Musik Tradisional Sape di Makan Malam Penyambutan World Water Forum ke-10

Para Pemimpin Negara Nikmati Musik Tradisional Sape di Makan Malam Penyambutan World Water Forum ke-10
Tangkapan layar Ayuan Prawida memainkan alat musik khas Kalimantan dalam gelaran World Water Forum ke-10 di Bali, Minggu, yang disiarkan secara langsung melalui akun YouTube Sekretariat Presiden.
BALI – Para pemimpin negara dan delegasi yang hadir pada makan malam penyambutan World Water Forum ke-10 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, disuguhi tidak hanya hidangan khas Nusantara, tetapi juga pertunjukan musik tradisional sape dari Kalimantan. 

Pertunjukan sape tersebut dibawakan oleh Ayuan Prawida, seorang seniman berbakat yang memainkan alat musik tradisional khas Suku Dayak dengan apik. 

Dalam siaran langsung yang dipantau dari Jakarta, Ayuan membawakan berbagai lagu populer seperti "Karena Su Sayang" dari Near ft. Dian Sorowea, "A Thousand Years" yang dipopulerkan oleh Christina Perri, "Menghapus Jejakmu" dari Noah, hingga "Nothing’s Gonna Change My Love for You" yang dipopulerkan oleh George Benson.

Para pemimpin negara terlihat menikmati suasana tenang dan hiburan yang disajikan selama acara makan malam di taman budaya GWK. 

Mereka tampak berbincang satu sama lain sambil menikmati irama musik yang menenangkan, yang diiringi dengan suara alam seperti kicauan burung dan gemericik air terjun.

Di tengah panggung, latar belakang air terjun dengan tulisan "World Water Forum ke-10" dan gambaran pemandangan alam yang memukau menambah kesan mendalam pada acara tersebut.

Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden Joko Widodo secara resmi membuka World Water Forum ke-10 di Bali dengan sambutan yang penuh semangat, menandai dimulainya forum penting ini yang membahas isu-isu air di seluruh dunia.

Sumber: Siaran langsung acara, pengamatan langsung dari Garuda Wisnu Kencana, dan pernyataan resmi dari panitia World Water Forum ke-10.

Bupati Sambas Dukung Pelestarian Tradisi Berape' Sawa' Suku Dayak Bekati

Bupati Sambas Dukung Pelestarian Tradisi Berape' Sawa' Suku Dayak Bekati
Bupati Sambas menghadiri kegiatan pelestarian budaya berape' sawa' (ANTARA/Imbran)
SAMBAS – Bupati Sambas, Satono, menyatakan dukungannya terhadap setiap kegiatan pelestarian budaya, termasuk tradisi berape' sawa' yang merupakan warisan suku Dayak Bekati dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen musim tanam sebelumnya.

"Pemda Sambas sangat mendukung tradisi yang ada di Kabupaten Sambas, termasuk pada saudara kita dari suku Dayak Bekati yang berada di Kecamatan Subah," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Minggu (19/5).

Satono menilai bahwa kegiatan berape' sawa' tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga dapat menjadi momentum untuk membangun daerah, baik dari sisi budaya maupun ekonomi kerakyatan, khususnya bagi para pelaku UMKM.

"Dengan kegiatan ini tentu bentuk nyata dan upaya agar tradisi terus eksis dan hadir, sehingga ke depan bisa terus lestari," katanya.

Tradisi berape' sawa' juga menandai dimulainya musim tanam atau berladang. Setelah acara ini, masyarakat akan mulai membuka lahan untuk kegiatan berladang.

Bupati Satono menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan budaya di Sambas, yang sejalan dengan visi dan misi Sambas Berkemajuan. Ia menekankan bahwa kemajuan budaya daerah adalah bagian dari visi tersebut.

"Artinya pemda sangat mendukung setiap kegiatan budaya dalam rangka mendukung visi misi Sambas Berkemajuan. Bukan hanya pada kegiatan Dayak Bekati saja ini namun suku-suku lain," tambahnya.

Ia juga mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun Sambas dari segala lini.

"Semua memiliki peran untuk memajukan daerah ini. Untuk itu mari kita bersama majukan daerah ini," ajaknya.

Oleh: ANTARA/Dedi
Editor: Yakop

Rabu, 07 Februari 2024

Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024

Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024
Pilihan Wisata Menarik untuk Rayakan Tahun Baru Imlek, Destinasi Seru untuk Keluarga di 2024. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA - Tahun Baru Imlek 2024 disambut dengan antusiasme tinggi, menjadi momen berharga bagi keluarga untuk berkumpul dan menikmati berbagai aktivitas bersama. Sandra Darmosumarto Sr, PR Manager tiket.com, menggarisbawahi pentingnya menghabiskan waktu bersama keluarga dalam suasana yang berbeda untuk menciptakan kenangan tak terlupakan.

"Liburan singkat selama akhir pekan dapat menjadi kesempatan emas untuk menikmati kekayaan budaya dan tradisi Imlek yang kental di destinasi domestik maupun internasional sambil merelaksasi jiwa dan raga," ujar Sandra Darmosumarto Sr.

Sandra memberikan beberapa rekomendasi tempat istimewa untuk menikmati Imlek dengan suasana yang berbeda. Di antaranya adalah:

1. Pecinan Bangkok, Thailand: 

Pecinan Bangkok (Yaowarat) menawarkan suasana otentik Tionghoa di Thailand. Pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Bangkok dari Sungai Chao Phraya bersama Chao Phraya Princess Cruise sambil menikmati makan malam mewah dan pertunjukan hiburan langsung.

2. Kuala Lumpur, Malaysia: 

Aquaria KLCC menawarkan koleksi biota laut yang menakjubkan di pusat kota Kuala Lumpur. Malamnya, pengunjung dapat menikmati kehidupan malam di sekitar kota untuk merasakan kehidupan malam Malaysia yang ramai.

3. Surabaya, Jawa Timur: 

Kota ini akan menampilkan perayaan Imlek yang berbeda dengan ornamen liong naga raksasa sepanjang 20 meter di Balai Kota Surabaya. Selain perayaan, Surabaya juga menawarkan tradisi, hiburan, dan kuliner khas Tiongkok yang menarik.

4. Gardens by the Bay, Singapura: 

Di Singapura, wisatawan dapat menikmati pemandangan lampion yang menakjubkan di Gardens by the Bay, serta mendalami kekayaan budaya Tionghoa di Chinatown Heritage Centre dan Kuil Thian Hock Keng.

5. Singkawang, Kalimantan Barat: 

Kota ini dikenal dengan budaya Tionghoa yang kental, terutama saat perayaan Imlek. Festival Cap Go Meh yang digelar di Singkawang menampilkan ribuan lampion yang mempercantik jalanan, serta tradisi dan pertunjukan budaya yang menarik.

6. Pantai Indah Kapuk, Jakarta: 

Di ibu kota, masyarakat dapat menikmati keindahan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang terkenal dengan perayaan meriah Imlek. Selain itu, ada beragam kuliner khas Imlek dan atraksi indoor seperti Playtopia PIK Avenue yang menawarkan pengalaman seru untuk semua usia.

Melalui berbagai destinasi ini, masyarakat dapat merayakan Tahun Baru Imlek dengan cara yang istimewa dan meriah, serta menikmati kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masing-masing tempat.

Rabu, 13 September 2023

Lestarikan Kearifan Budaya, Kapolres Ketapang Hadiri Tradisi Robo Robo

Lestarikan Kearifan Budaya, Kapolres Ketapang Hadiri Tradisi Robo Robo.
KETAPANG - Kapolres Ketapang Polda Kalbar AKBP Tommy Ferdian menghadiri Acara Tradisi Robo-Robo yang digelar di Tepian Sungai Pawan, Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, Rabu (13/09/2023) Pukul 06.30 Wib.

Kegiatan yang dinamakan Pentas Seni Budaya Robo Robo tersebut juga dihadiri Wakil Bupati Ketapang H. Farhan, Anggota DPRD Ketapang Ahmad Sholeh, Kapolsek Benua Kayong IPTU Rodi Maryoko, Kasi Humas Polres Ketapang IPTU H Sumadinata, Lurah Kauman Sabran, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Budaya serta warga Masyarakat Kota Ketapang.

Tradisi Robo-Robo sendiri merupakan kegiatan masyarakat khususnya warga Kabupaten Ketapang yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya dibulan safar dalam penanggalan Hijriah (arab) dengan cara mengadakan selamatan serta berdoa bersama.

Dalam pembukaan acara, Wakil Bupati Ketapang menyampaikan Pentas Seni Budaya Robo Robo merupakan acara turun temurun yang dilakukan oleh Warga Masyarakat Melayu di Kabupaten Ketapang dengan tujuan untuk meminta keridhoan Allah SWT, mengharapkan rahmat berkah serta meminta perlindungan dari Allah SWT terhadap segala bentuk marabahaya, penyakit dan bencana alam dalam kehidupan masyarakat.

Kapolres Ketapang AKBP Tommy Ferdian dalam kesempatannya menyampaikan bahwa Tradisi budaya robo-robo merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.

“ Dengan Semangat Robo Robo, mari kita lestarikan nilai kearifan lokal sebagai aset budaya bangsa, melalui acara ini, kita rekatkan silaturahmi, kita bangun dan jaga keragaman budaya serta kita pelihara kearifan lokal seiring kemajuan Kabupaten Ketapang. Selain itu, Pesta Seni Budaya Robo Robo ini juga sebagai khazanah budaya yang turut mensukseskan pariwisata di Kabupaten Ketapang ” Ujar Tommy.

Dalam acara Pentas Seni Budaya Robo Robo tersebut juga di isi dengan beberapa penampilan seni budaya seperti Hadrah, Tari Japin, Dendang Melayu, Syair Gulung, Pantun, Kasidah. Selain itu terlihat di lokasi acara, beberapa Stand UMKM lokal yang menyediakan beberapa kuliner makanan khas melayu. (Red)


Minggu, 30 Oktober 2022

Festival Gandrung Sewu Bukan Agenda Pariwisata Biasa

Festival Gandrung Sewu Bukan Agenda Pariwisata Biasa
Festival Gandrung Sewu Bukan Agenda Pariwisata Biasa.
Banyuwangi - Hari Sabtu, 29 Oktober 2022, saat jarum jam masih menunjukkan pukul 12.00 WIB, suasana kawasan wisata Pantai Boom di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sudah terlihat ramai pengunjung.

Akses jalan menuju salah satu kawasan wisata di kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa itu juga tersendat.

Para pengunjung itu tidak hanya datang dari Banyuwangi dan daerah sekitar, tapi juga luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Tampak juga sejumlah wisatawan mancanegara.

Hari itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi punya hajat besar, yakni Festival Gandrung Sewu 2022: Banyuwangi Rebound. 


Agenda pariwisata ini telah digelar sejak tahun 2012 dan sempat terhenti selama dua tahun pada 2020 dan 2021 karena ada pandemi COVID-19.

Tahun 2021 sebenarnya festival ini sudah kembali digelar, tetapi secara hybrid (offline dan online) terbatas karena situasi belum memungkinkan. 

Melibatkan ratusan penari yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan juga mancanegara. 

Mereka adalah warga Banyuwangi yang sedang merantau (diaspora).

Kini, setelah dua tahun tak ada gelaran, Pemkab Banyuwangi kembali menggelar Festival Gandrung Sewu 2022 secara langsung di Pantai Boom dengan melibatkan 1.284 penari anak-anak hingga dewasa, termasuk seniman pengisi drama kolosal.

Tidak salah kalau kemudian banyak warga Banyuwangi dan wisatawan luar daerah yang sangat antusias ingin menyaksikan festival tahunan ini. 

Mereka bahkan rela datang tiga jam sebelum pertunjukan dimulai demi mendapatkan tempat terdepan.

Masyarakat yang tidak bisa datang langsung ke Banyuwangi tetap dapat menyaksikan Festival Gandrung Sewu melalui siaran langsung secara streaming yang disiapkan panitia.

Tema yang diangkat pada festival kali ini adalah "Sumunare Tlatah Blambangan" atau "Kemilau Bumi Blambangan". 


Tema ini menceritakan sebuah kisah Banyuwangi semasa masih menjadi kawasan Kerajaan Blambangan. Kala itu, kerajaan dilanda wabah atau pageblug yang tidak bisa dibendung.

Banyak rakyat Blambangan yang terjangkit wabah itu hingga meninggal dunia. Pagi kena wabah, sore mati. Malam terserang wabah, pagi meninggal.

Akibatnya, seluruh aspek kehidupan ikut terusik hingga memasuki kalangan Istana Blambangan, termasuk Putri Dewi Sekardadu pun ikut terkena wabah itu.

Segala upaya telah dilakukan pihak kerajaan, namun tidak membuahkan hasil.

Akhirnya berkat usaha keras, pihak Istana Blambangan berhasil menemui pertapa muda bernama Syech Maulana Malik Ibrahim atau Syech Wali Lanang untuk meminta pertolongan.

Penyebar agama Islam itu bermunajat kepada Allah SWT dan atas izin-NYA berhasil melenyapkan pageblug dari Bumi Blambangan, termasuk menyembuhkan Putri Dewi Sekardadu.

Seluruh rakyat Blambangan bergembira dan sebagai hadiahnya, sang raja menikahkan putrinya itu dengan Syech Maulana Malik Ibrahim.

Cerita dalam drama kolosal itu seperti menggambarkan situasi yang terjadi di Indonesia dan juga belahan dunia selama dua tahun terakhir saat dilanda pandemi COVID-19.

Ribuan warga Indonesia menjadi korban dari keganasan virus yang pertama kali ditemukan di China itu.

Hampir seluruh sendi kehidupan terdampak. Warga tidak lagi bisa berinteraksi secara bebas, perekonomian terganggu dan banyak sektor usaha tutup. Rasa was-was dari ancaman virus mematikan itu setiap saat dirasakan masyarakat.

Drama kolosal "Kemilau Bumi Blambangan" itu ditampilkan secara apik di pelataran pasir Pantai Boom selama sekitar satu jam.

Puluhan ribu penonton yang menyaksikan festival dibuat kagum dan terpesona dengan gerakan dinamis para penari gandrung yang  beratribut khas warna merah serta iringan musik rancak gamelan Osing yang memadukan budaya Jawa dan Bali.

Meningkatkan kesadaran budaya

Ketika pertama kali digelar pada tahun 2012, Pemkab Banyuwangi sempat kesulitan mendapatkan seribuan penari gandrung untuk mendukung festival itu. Bahkan, para kepala desa, lurah dan camat digerakkan untuk mencari peserta hingga akhirnya terjaring lebih dari seribu penari.

Seiring berjalannya waktu, warga Banyuwangi, terutama para pelajar dan anak-anak milenial, mulai tertarik untuk ambil bagian memeriahkan Festival Gandrung Sewu.

Bahkan tahun ini, jumlah pendaftar yang ingin ikut festival lebih dari 3.000 orang, sehingga panitia penyelenggara harus melakukan seleksi hingga terpilih sebanyak 1.284 orang penampil.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas pun merasa terharu dengan antusiasme dan semangat para anak muda serta seniman dari seluruh wilayah setempat untuk terlibat dalam perhelatan akbar ini.

Bagi Pemkab Banyuwangi, Festival Gandrung Sewu bukan sekadar peristiwa pariwisata biasa, tetapi sebuah upaya memajukan seni budaya daerah dengan melibatkan pelaku seni di Bumi Blambangan (sebutan Banyuwangi), khususnya anak-anak muda.

Kini, ketika menyebut "gandrung", imajinasi sebagian besar masyarakat sudah langsung tertuju pada Kabupaten Banyuwangi, sebagai daerah asal kesenian tersebut. Artinya, tari gandrung telah mengangkat pamor Banyuwangi tidak hanya menasional, tapi juga mendunia.

Tari Gandrung yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda itu, telah berkali-kali dipentaskan dalam berbagai acara nasional dan internasional, antara lain acara kenegaraan di Istana Negara dan acara kebudayaan di Jerman, Malaysia, Prancis, Hong Kong, Brunei Darussalam, Rusia, serta Jepang.

Seringnya tari gandrung ditampilkan pada berbagai ajang di luar negeri menjadi kesempatan emas bagi Kabupaten Banyuwangi untuk menjual potensi pariwisata dan ekonomi yang dimiliki. Ujung-ujungnya tentu berdampak pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Setidaknya dari Festival Gandrung Sewu yang dihadiri puluhan ribu pengunjung atau wisatawan, banyak dampak ekonomi ikutan yang terdongkrak, semisal transportasi, penginapan, kuliner, hingga penjualan oleh-oleh khas yang diproduksi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) setempat.

Sektor UMKM menjadi salah satu pendongkrak pertumbuhan ekonomi Banyuwangi yang selama pandemi tahun 2020 terkontraksi minus 3,58 persen, dan tahun 2021 kembali bangkit dengan membukukan pertumbuhan positif 4,08 persen. 

Tahun 2022, seiring menurunnya pandemi, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi diproyeksikan bisa lebih dari 5 persen, salah satu penopangnya tetap dari sektor UMKM.

Sisi positif terpenting lain yang bisa diperoleh dari gelaran Festival Gandrung Sewu adalah meningkatnya kesadaran dan kecintaan anak-anak muda Banyuwangi kepada budaya daerahnya.

Mereka bisa berbangga karena tari gandrung kini telah mendunia, tidak kalah dengan budaya K-Pop asal Korea yang juga digandrungi banyak negara di dunia.

Pewarta : Didik Kusbiantoro/Antara
Editor : Yakop

Senin, 17 Oktober 2022

Tradisi Membawa Hasta Gune Saat Festival Budaya Melayu Ketapang

Tradisi Membawa Hasta Gune Saat Festival Budaya Melayu Ketapang
Gendang Tar, salah satu jenis persembahan yang ditampilkan saat acara festival budaya Melayu (sumber Prokopim/Muzahidin)
Ketapang, Kalbar - Ketua MABM Ketapang H. Rustami, SKM.,M.Kes mengucapkan tahniah kepada panitia pagelaran budaya melayu MABM Ketapang dengan semangat tinggi dalam melaksankan kegiatan ini.

"Tentunya dengan harapan yang tinggi hendaknya hari ini menjadi momentum akan kemajuan adat budaya pada umumnya khususnya adat budaya melayu Ketapang" kata Rustami, Sabtu 15 Oktober 2022 di lapangan Sepakat Ketapang

Rustami menjelaskan, saat pawai atau kirab budaya mengelilingi ruas jalan protokol kota Ketapang, ada tradisi yakni dengan membawa Hasta Gune (empat kegunaan). 

Hasta Gune itu menurut Rustami adalah sebagai bentuk perlambangan dan penghargaan anak melayu bagi agamanya, bagi bangsa negaranya, bagi orangtuanya dan bagi lingkungan kerja serta berguna bagi organisasi yang diikutinya.

"Selain itu hastagune mengartikan bahwa generasi muda melayu menyebar kedelapan penjuru mata angin, menyebar kebaikan" jelas Rustami. 
Tradisi Membawa Hasta Gune Saat Festival Budaya Melayu Ketapang
Wakil Bupati Ketapang, H. Farhan, SE, M. Si saat berada di acara festival budaya melayu Ketapang yang diadakan oleh MABM.
Sedangkan Wakil Bupati Ketapang H. Farhan, SE.,M.Si dalam sambutannya di acara tersebut mengatakan keberadaan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Ketapang sangatlah strategis sebagai fasilitator perkembangan seni budaya melayu di Kabupaten Ketapang, karena saat ini, budaya Melayu cenderung dilupakan.

"Pada akhir-akhir ini adat budaya ini hampir dilupakan oleh masyarakat terutama para generasi muda kita yang cenderung kepada seni budaya luar yang lebih modern" kata Wabub H. Farhan.

Wabub berpesan agar upaya pelestarian adat dan budaya harus dilakukan saat ini dengan cara yang tepat, cerdas dan inovatif.

"Budaya kita adalah budaya yang terbuka, nilai luhur adat dan budaya bangsa kita harus diwariskan kepada anak cucu kita sebagai sumber jati diri bangsa" katanya.

"Namun kita juga perlu membekali generasi muda kita dengan hal-hal yang diperlukan untuk hidup bersaing serta survive dalam dunia yang terus berkembang" sambungnya. 

Dalam kegiatan ini juga dilakukan sunatan massal kurang lebih tiga ratusan anak. Selanjutnya acara MABM juga pada malam harinya ditampilkan pagelaran seni budaya melayu berupa tarian jepin dan gendang tar sebagai penutup dari festival budaya melayu MABM Ketapang tahun 2022.

Oleh: Muzahidin

Rabu, 21 September 2022

Wako Pontianak: Munculnya Beragam Kue Tradisional di Perayaan Robo-robo

Wako Pontianak: Munculnya Beragam Kue Tradisional di Perayaan Robo-robo
Wako Pontianak: Munculnya Beragam Kue Tradisional di Perayaan Robo-robo.
BorneoTribun Pontianak - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono  mengatakan perayaan "robo-robo" (tolak bala) dengan menyajikan beragam kue tradisional yang saat ini terhampar di 
  sepanjang Jalan Tanjung Harapan di lingkungan RW 07 Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, sebagai momen bermunculnya kue-kue tradisional yang sudah jarang ditemukan di pasaran.

"Kami mengapresiasi atas inisiasi warga menggelar robo-robo di lingkungannya masing-masing. Kalau sudah tradisi ini terbiasa digelar, bisa saja kita lakukan di beberapa tempat," kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Kaltim, Rabu.

Tampak berbagai kue buatan warga disajikan untuk merayakan robo-robo, di antaranya ketupat, kelepon, gamat, apam, putumayang, dokok-dokok, lepat ubi dan masih banyak lagi kue-kue tradisional lainnya. Warga yang menghadiri robo-robo saling berbagi kue-kue yang dibawa mereka masing-masing. Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono yang hadir di tengah-tengah warga tampak larut dalam suasana akrab dan saling bersenda gurau bersama warganya.

Dalam kesempatan itu, Edi mengapresiasi inisiasi warga yang menggelar robo-robo sebagai wujud melestarikan budaya. Robo-robo selain bertujuan sebagai tolak bala, mendapat keberkahan serta keselamatan dan kebaikan kepada sesama, juga mengandung makna memperkuat tali silaturahim yang telah terjalin. Makan bersama dalam tradisi robo-robo memiliki makna yang tinggi bagi masyarakat.

"Karena memberikan ikatan tali silaturahim kekeluargaan yang kuat, saling menghargai dan bisa memberikan semangat untuk menjalankan kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Menurutnya, tradisi robo-robo ini juga memiliki potensi yang besar untuk diangkat sebagai kegiatan wisata dengan kemasan yang lebih menarik sehingga bisa menjadi daya tarik wisata. Robo-robo ini juga menggugah rasa kebahagiaan dan kegembiraan masyarakat serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Selain bernilai wisata, Edi menyebut robo-robo juga sebagai momen bermunculannya kue-kue tradisional yang mungkin sudah sulit didapat di pasaran. Warga membuat kue-kue tradisional itu untuk bernostalgia ketika semasa kecil dulu sering menikmati kue-kue yang dibuat oleh orang tuanya.

"Kue-kue itu mungkin sudah jarang ada yang membuatnya saat ini. Nah, momen robo-robo ini banyak kita temui kue-kue tersebut," katanya.

Sementara itu, Ketua RT 04 RW 07 Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Syarif Said Alkadrie menyatakan, setiap tahunnya pihaknya menggelar robo-robo secara rutin dengan makan bersama di lingkungan ini. Masing-masing warga membawa makanan berupa kue-kue tradisional untuk disajikan secara saprahan. Warga saling berbagi kue-kue yang dibawanya untuk kemudian makan bersama, dan ada lima RT di RW 07 yang merayakan robo-robo.

"Ini sudah menjadi adat tradisi warga kami terutama di wilayah Kelurahan Banjar Serasan setiap bulan Safar tahun Hijriah hari Rabu pekan terakhir kami melaksanakan robo-robo," ungkapnya.

Said menambahkan, banyak manfaat yang terkandung dalam robo-robo. Pertama, warga saling bersilaturahmi, yang mana dalam keseharian mungkin ada warga jarang bertemu atau jarang berkomunikasi karena kesibukan masing-masing. Kedua, warga saling berbagi makanan sehingga menambah keakraban dan kekompakan.

"Di momen ini lah kadang-kadang banyak kue-kue yang jarang kita temui di pasar pada umumnya, dibawa oleh warga saat robo-robo," katanya.

(pian/ant)

Sabtu, 27 Agustus 2022

Tujuh Pegurau Tradisional Ramai yang patut Kamu Coba

Permainan Ketapel.
BorneoTribun Pontianak - Bahwa mengingat Pegurau tradisional yang dimainkan durasi waktu kecil rasanya begitu Heboh ya? 

Bertepatan berkembangnya zaman dan teknologi, Pegurau tradisional kini sudah jarang sekali ditemukan. Semua tergantikan dengan Pegurau-Pegurau yang ada di gadget. 

Kalian yang masih mudah adalah generasi penerus bangsa, kita Disarankan tetap melestarikan permainan tradisional agar keberadaannya tidak hilang ditelan jaman saja. 

Permainan tradisional tidak kalah Seru dengan permainan Pegurau-pegurau yang ada di gadget lho, Netizen.

Ingin Kenal Apa Saja Pegurau tradisional yang Ramai, yang perlu Netizen coba? Yuk, baca Konten ini ya! 

7 Pegurau Tradisional Ramai yang layak Kamu Coba :

1. Gundu/Kelereng 

Permainan Gundu/Kelereng.
Pegurau Gundu atau kelereng Yaitu Pegurau tradisional yang biasa dimainkan anak laki-laki.

Banyak dari anak laki-laki tersebut yang mengoleksi kelereng hingga sampai 1 kaleng biskuit dengan berbagai macam motif dan acuan.

Permainan kelereng atau gundu di tiap Lokasi memiliki nama yang berbeda-beda. 

Di Jawa menyebutnya dengan Neker, di Sunda disebutnya dengan Kaleci, di Palembang disebutnya dengan Ekar, dan di Banjar disebutnya dengan Kleker.

Cara bermain kelereng, Rata-Rata dengan menggambar lingkaran dan Menaruh kelereng yang pasti dilombakan. 

Lalu, Dengan Cara giliran pemain tentu akan menyentilkan kelereng mereka ke kelereng Pesaing yang Ada Di Dalam lingkaran.

Jika setelah menyentil kelereng dan Perihal kelereng yang Ada Di Dalam sampai keluar lingkaran, kelereng itu tentu akan menjadi miliknya.

Bermain kelereng atau gundu ini juga memiliki banyak manfaatnya. 

Buat utama yang didapat Adalah berkembangnya saraf motorik, melatih reliabilitas, melatih kesabaran, melatih Potensi berpikir, melatih kepercayaan diri, meningkatkan ketelitian, dan yang lebih penting melatih interaksi sosial dengan kawan-temannya. 

2. Benteng 

Permainan Benteng.
Pegurau benteng Ialah Pegurau tradisional yang dimainkan oleh 2 group, masing-masing grup terdiri dari 4 anak sampai 8 anak. 

Masing-masing grup memilih suatu Tujuan merupakan markas, Kebanyakan berupa tiang, batu atau pilar yang dikenakan merupakan markasnya. 

Cara bermain dari Pegurau ini Berasal dengan majunya salah satu pemain dari salah satu benten Buat melawan kaum pemain dari benteng lainnya. 

Pemain dari benteng lainnya tentu akan maju Buat mengejar.

Jika pemain dari benteng penantang Akan terkejar dan Bakalan disentuh oleh pemain Lawan, maka pemain penantang dinyatakan mati. 

Biasanya pemain penantang pasti berlari menghambat atau lagi-lagi ke bentengnya sendiri, dan rekan-relasi dari benteng ini pasti akan mengejar pemain dari benteng Pesaing yang mengejar tadi. 

Demikian Sesudah Itu sampai terjadi saling kejar mengejar dari kedua benteng. Sampai salah satu benteng kehabisan pemain Gegara telah dimatikan dan bentengnya telah dikepung oleh Kompetitornya.

Dalam permainan benteng ini, Umumnya masing-masing Personil miliki tugas masing-masing. 

Seperti penyerang, mata-mata, pengganggu, dan penjaga benteng. target dari Pegurau ini Adalah Bagi Menyebar dan menukar benteng Pesaing dengan menyentuh tiang benteng Kompetitor dan meneriakkan Papar “benteng”. 

Pegurau memiliki Untuk yang bergam, Antara Lain Bakalan melatih gerak badan pemain, melatih kelincahan, melatih stamina, melatih kerjasama antar rekan, dan memupuk jiwa sportifitas yang tinggi.

Sampai sekarang, Pegurau benteng sering dimainkan Terutama oleh anak laki-laki. 

3. Ular Naga 

Permainan ular naga.
“Ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu riang kemari. Umpan yang lezat, itulah yang dicari, ini dianya yang terbelakang”.

Jika kita mendengar nyanyian itulah rasanya tidak asing ya, Netizen. 

Ya, nyanyian tersebut Adalah nyanyian khas dalam Pegurau tradisional ular naga. 

Kenapa dinamai ular naga ya? Gegara dalam Pegurau ini pemainnya membentuk Barisan yang panjang seperti ular.

Cara bermain permainan ini Diawali dari 2 Orang yang membentuk jalan Buat dilewati Lini ular sambil bernyanyi lagu khas ular naga panjang. 

Kemudian, 2 Masyarakat yang menjaga jalan Mengabadikan 1 Orang dari Barisan ular yang melewati nya.

Lalu, yang terperangkap itu memilih tentu akan Mengunjungi tim A atau tim B. 

Setelah Usai semua Posisi ular, akhirnya dimulailah Perebutan Team Yaitu saling tangkap antar teman yang berbeda tim.

Pegurau ular naga ini tidak mengenal usia lho, Netizen. Malahan, siapapun Mampu bermain bersama. Wah, Seru sekali ya! 

4. Gangsing 

Permainan Gangsing.
Pegurau tradisional gasing yang sudah ada sejak zaman kuno ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki. 

Pegurau ini terjadi dari kayu dan bentuknya khas seperti bawang merah besar tapi memiliki pentolan di atasnya. 

Cara bermainnya pun begitu riskan dengan habiskan tali yang terjadi dari kulit pohon yang dililit pada pentolan gasing kemudian dilempar sekuat-kuatnya ke tanah. 

Kebanyakan tiap Penduduk memiliki cara spesifik agar gasingnya Bakalan berputar paling lama. 

Dalam perlombaan, gasing tidak boleh keluar dari garis yang sudah Diisyaratkan dan gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya, Netizen. 

varian kayu yang Rata-Rata dipakai Untuk membuat gasing Ialah menggeris, pelawan, kayu besi, leban, mentigi, dan sejenisnya. 

Bertepatan dengan berkembangnya teknologi, gasing saat dibuat lebih Mutakhir dan lebih memesona sekali lagi dengan tampilan yang elegan. 

Jika berminat Untuk membeli gasing, Netizen Mampu membelinya di marketplace ternama dengan banyak pilihan jenis/variasi dan juga harga yang sangat Beragam. 

5. Kucing-kucingan 

Permainan kucing-kungan.
Pegurau kucing-kucingan Yakni Pegurau tradisional masyarakat Jawa yang sudah dikenal sejak lama, kira-kira tahun 1913. 

Pegurau kucing-kucingan ini seperti menceritakan kehidupan seekor kucing yang selalu kejar-kejaran dengan musuhnya seekor tikus. 

Cara bermain permainan ini Yakni dipilih 2 Warga, 1 Orang menjadi kucing dan 1 Penduduk menjadi tikus. 

Setelah Diisyaratkan kucing dan tikusnya, pemain yang lainnya membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, menjadi tikus dari kejaran sang kucing. 

Justru, tikus Hendaknya menyelamatkan diri dari kejaran sang kucing. 

permainan ini Heboh dengan Terdapatnya aturan golongan tikus tidak Sanggup ditangkap jika sedang jongkok. 

Jika sedang jongkok dilarang berdiri sendiri tidak cuman dibantu rekan Bagi berdiri dengan menempelkan  tangan kepada temannya. 

Jika tikus tertangkap, tikus giliran menjadi kucing pada akhirnya. 

Permainan ini sangat Heboh jika dimainkan dengan banyak Orang. Pegurau kucing-kucingan ini juga tidak mengenal batasan usia Karena Bisa dimainkan oleh siapapun. 

Permainan kucing-kucingan ini juga Bisa mengasah kelincahan lho, Netizen. Kamu wajib Mencoba permainan kucing-kucingan yang Ramai ini! 

6. Egrang 

Permainan egrang.
Egrang Yaitu Pegurau tradisional yang habiskan 2 tongkat bambu berukuran tinggi 150 cm dan diberi panduan kaki di bawah nya, dimana seorang Bisa berdiri di atas dasar kaki itu dan berjalan dalam ketinggian dan keseimbangan. 

Pegurau tradisional egrang ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Pegurau ini Dapatkan pengaruh dari China. 

Netizen, uniknya sekali lagi sebutan egrang ini berbeda-beda di setiap Lokasi. Seperti di Kalimantan disebutnya Batungkau, di Jawa Tengah disebutnya Jangkungan, di Bengkulu disebutnya Ingkau, dan di Sumatera Barat disebutnya Tengkak-tengkak. 

akan tetapi, masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan Egrang. permainan tradisional egrang ini tidak cuma di Indonesia, Netizen. Umumnya negara lainnya Ada Juga Pegurau tradisional egrang ini, seperti di Kebanyakan negara Eropa dan Jepang. 

Jika dilihat, Pegurau egrang ini begitu mudah sekali ditangani. 

tapi, cara bermain permainan tradisional ini membutuhkan keseimbangan yang Baik Gara-Gara pemain berdiri diatas patokan kaki dan berjalan dengan tongkat bambu ini. 

Jika tidak sebanding, pemain Dapat terjatuh dari tongkat. 

Pegurau tradisional egrang ini  memiliki arti yang akan dalam jika dianalisis dengan Skala kehidupan Karena permainan ini dimainkan dengan niat yang kuat. 

Saat kaki sudah dipijakkan di tongkat bambu, kemudian badan sedikit dicondongkan ke depan Buat berjalan maka Netizen tidak boleh ragu-ragu Buat terus berjalan. Pemain Diwajibkan berjalan cepat dan sesuai agar tidak jatuht. 

Seirama hal nya dengan Rasio kehidupan, ketika kita sudah Merampas ketentuan kita Hendaknya bertekad dan berkomitmen Untuk menyelesaikan dan tidak boleh ragu-ragu. 

Rasio-Skala seperti sportifitas, kerja keras, dan keuletan begitu kental tercermin dalam Rasio Adat pada Pegurau egrang ini. 

permainan egrang ini tidak mengenal usia juga dalam memainkannya. Anak-anak atau Masyarakat dewasa pun Mampu memainkannya, asal ada niat, tekad, dan keberanian. 

Ayo lestarikan Pegurau ini dengan mengajak relasi-rekan Netizen Buat bermain enggrang dan permainan tradisional lainnya agar tidak hilang dengan Tersedianya Kemajuan teknologi melalui buku Super Asyik permainan Tradisional Anak Indonesia. 

7. Ketapel 

Permianan ketapel.
Pegurau ketapel Yaitu Pegurau tradisional yang multifungsi. Selain Untuk bermain lempar-lemparan, ketapel juga Sanggup dikenakan Buat berburu mangga, rambutan dan lainnya. 

Eits, asal jangan berburu buah-buahan di pohon milik tetangga ataupun Masyarakat lain ya Netizen  Pada zaman dahulu, anak-anak memakan ketapel Buat berburu binatang seperti burung. 

permainan ketapel ini terbentuk dari kayu yang berbentuk huruf Y dengan tinggi lebih kurang 25 cm. 

Elemen atas ketapel diikat dengan karet dan ditengah-tengahnya diikat sebuah kulit merupakan Destinasi batu yang pasti akan dilontarkan. 

Cara memainkan ketapel ini begitu riskan, setelah ketapel dibuat Meletakkan batu atau kerikil pada kulit yang sudah dibuat tadi. Lalu, tarik ketapel dengan kuat dan Instruksikan pada sasaran lalu lepaskan. 

Ketapel waktu ini juga sudah banyak tersedia berbagai marketplace ternama di Indonesia dengan model dan harga yang Beragam. 

Untuk lebih mengenal Pegurau ketapel dan juga permainan tradisional lainnya yang ada di Indonesia, Netizen Akan membaca buku Ensiklopedia Negeri Pegurau Tradisional yang ada di bawah ini. 

Bagaimana Netizen, banyak sekali ya permainan tradisional yang akan sangat Ramai jika dimainkan? Netizen, Sanggup Mengetes bermain dengan adik, kakak, atau orangtua. 

Selain, memiliki banyak manfaatnya bermain permainan tradisional bersama orangtua Bisa mengajak mereka bernostalgia pada jaman kecil mereka, lho. (Yakop)

Kamis, 21 April 2022

14 Musik Tradisional Indonesia Beserta Daerah Asalnya

14 Musik Tradisional Beserta Daerah Asalnya
14 Musik Tradisional Beserta Daerah Asalnya.


BorneoTribun, Jakarta -- Musik tradisional adalah musik yang hadir dalam sebuah masyarakat dan diwariskan secara turun temurun.


Kata musik berasal dari bahasa Yunani, yaitu mousike yang diambil dari nama dewa yang terkenal dalam mitologi Yunani Kuno, yakni Mousa. Dewa yang memimpin seni dan ilmu. Rabu, (20/4/2022).


Sedangkan kata tradisional berasal dari bahasa Latin, yaitu traditio yang artinya suatu kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara turun temurun.


14 Musik dan Alat Tradisional Indonesia Beserta Daerah Asalnya

Berdasarkan pengertian dua kata di atas, musik tradisional dapat diartikan seni musik dalam masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun.


Musik tradisional nusantara merupakan musik yang berkembang di wilayah nusantara dan memiliki ciri ke-Indonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya.


Berikut ini beberapa contoh musik tradisional nusantara beserta daerah asalnya:


1. Gambang Kromong dari Betawi.

Awalnya musik tradisional gambang kromong menggunakan nada pentatonis (lima nada) dan alat-alat musik Tiongkok.


Namun sekarang telah berkembang dengan memasukkan unsur-unsur alat musik modern. Lagu-lagunya dinyanyikan oleh pasangan pria dan wanita, yang isinya bersifat sindiran jenaka.


2. Keroncong dari Jakarta.

Musik tradisional ini sebenarnya warisan atau setidaknya pengaruh jejak keberadaan bangsa Portugis.


Namun oleh para pemusik bangsa Indonesia dikembangkan dengan memasukkan unsur-unsur alat musik tradisional misalnya gamelan, maka jadilah langgam Jawa.


3. Gong Luang dari Bali.

Musik tradisional ini hampir mirip gendhing Jawa, karena jenis alat musik dan nada suaranya serupa meskipun tidak sama. Citarasa gong luang lebih meriah dibanding gendhing Jawa.


4. Karang Dodou dari Kalimantan Timur.

Musik tradisional ini tergolong musik tradisi yang digunakan dalam upacara adat kelahiran, yaitu untuk mengiringi pembacaan mantra-mantra saat pemberian nama bayi.


5. Angklung Buhun dari Kanekes di Jawa Barat.

Musik tradisional ini juga tergolong musik tradisi masyarakat Baduy yang dimainkan untuk mengiringi tarian musim tanam.


6. Tabuh Salimpat dari Jambi.

Musik tradisional ini menggunakan kerenceng, gambus dan rebana.


7. Huda dari Minangkabau.

Musik tradisional bernuansa Islami ini unik, karena terdiri dari tiga jenis musik serupa namun berlainan, termasuk di dalamnya Salaulaik Dulang. Salaulaik merupakan musik asli Tanah Minang.


8. Kombi dari Papua.

Musik tradisional bersuara gendang ini tidak menggunakan tifa, melainkan bambu berlobang yang diberi tali sayatan rotan. Dari arti katanya sebenarnya alat musik petik, namun cara memainkannya ditepuk.


Musik tradisional ini digunakan untuk hiburan dan upacara adat.


9. Cilokak dari Lombok.

Musik tradisional ini menggunakan beberapa alat musik, antara lain drum, biola, seruling, gambus, gong, dan lain-lain.


10. Krumpyung dari Yogyakarta/Jawa Tengah.

Musik tradisional ini menggunakan alat musik dari bambu, yaitu semacam angklung yang nada suaranya seperti gambang dan gong bumbung tiup. Krumpyung dimainkan bersama musik tradisional lainnya yaitu gejog lesung.


Gejog lesung adalah suara menumbuk padi berirama, biasa untuk mengiringi nyanyian vokal berupa tembang-tembang. Di Banyuwangi musik alat pertanian ini disebut gedongan.


11. Sasando dari Rote.

Musik petik tradisional ini unik. Meskipun berasal dari daerah Indonesia Timur nadanya bercorak salendro dan pelog mirip kecapi Sunda dan siter Jawa.


12. Painting dari Kalimantan Selatan.

Musik tradisional ini menggunakan alat utama alat petik dan dilengkapi dengan alat-alat musik lainnya, seperti babaun, agung, marakas dan talinting.


13. Tingkilan dari Kalimantan Timur.

Musik tradisional ini menggunakan alat utama gambus, ketipung, dan biola. Musik tradisional ini digunakan untuk mengiringi tarian, untuk mengiringi nyanyian hiburan maupu upacara-upacara.


14. Gaghahanggase dari Sangihe Talaud.

Musik tradisional ini terdiri beberapa alat musik tradisional setempat, di antaranya alat musik bambu, tambur, karoncongan, dan lain-lain. Gaghahanggase untuk mengiringi nyanyian vokal.


(YK/HRM)

Senin, 25 Oktober 2021

Dewan Pimpinan Cabang Bala Pangayo Bengkayang Resmi di Lantik


Penyerahan Bendera Petaka Bala Pangayo

Borneotribun Bengkayang, Kalbar Ketua Umum Bala Pangayo Kabupaten Landak Fransiskus Joni mengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Cabang Bala Pangayo Kabupaten Bengkayang, tepatnya di Desa Lembah Bawang, Kecamatan Lembah Bawang, Kabupaten Bengkayang dengan masa bakti 2021-2023 bertempat di Riam Batu Bide, Minggu, (24/10/2021).

Hadir juga dalam pengukuhan Dewan Pimpinan Cabang Bala Pangayo Bengkayang di Kecamatan Lembah Bawang di antaranya ;
1. Kepala Desa Lembah Bawang Sujan,
2. Ketua Umum Bala Pangayo Landak Fransiskus Joni,
3. Ketua Bala Pangayo DPC Bengkayang Roni Heng,
4. DAD Kecamatan Lembah Bawang Nikodemus Akiong,
5. Tokoh Agama Jae Hendra mewakili,
6. Tokoh Masyarakat Beni Yanto,
7. OKP-OKP yang hadir tidak bisa di sebutkan satu persatu, dan
8. Tamu undangan lainnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu.

Ketua Umum DPD Bala Pangayo Landak Fransiskus Joni kepada awak media ini mengungkapkan bahwa dengan resminya dikukuhkan pengurus DPC Bala Pangayo Bengkayang di Kecamatan Lembah Bawang merupakan salah satu wujud program Bala Pangayo sehingga roda organisasi bisa berjalan dengan baik. 

"Setelah dikukuhkan ini tentunya resmi terbentuk pengurus DPC Bala Pangayo Bengkayang dan ini merupakan salah satu wujud nyata program kita," Tuturnya.

"Selanjutnya, Fransiskus Joni yang juga selaku ketua umum Bala Pangayo Landak Pusat berharap kepada seluruh pengurus DPC Bala Pangayo di Kabupaten Bengkayang yang baru saja dilantik kedepannya akan terus menjaga dan melestarikan adat budaya Dayak kita, patut bersyukur kepada Jubata  juga untuk acara hari berjalan lancar tanpa ada kendala apa pun dan kita juga berharap untuk kedepannya tidak hanya terjadi di bengkayang saja tapi seluruh Kalimantan barat kita tetap membanggakan jati diri kita sebagai orang Dayak, pesan dan kesan saya setelah kegiatan ini tentunya yang pertama kali saya ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada bapak temunggung ini yang ada di kecamatan lembah bawang ini atas kerjasamanya sehingga acara pengukuhan ini bisa berjalan sukses," Ucap Fransiskus Joni Ketua Umum Bala Pangayo Landak.

Beni Yanto Tumenggung Kecamatan Lembah Bawang dalam kegiatan pengukuhan DPC Bala Pangayo Bengkayang mengatakan sangat mendukung baik secara pribadi,  Tumenggung DAD dan masyarakat Lembah Bawang mengharapkan sangat kepada OKP-OKP Dayak untuk harus menjaga, melestarikan adat dan budaya Dayak serta menggali potensi-potensi kondisi alam khususnya untuk Dayak karna kami melihat saat ini dengan kemajuan yang sangat majemuk tradisi dan budaya itu sudah hampir punah.

"Harapan kami kedepannya kepada pemirsa seluruh Dayak yang hari ini terjamah dan yang belum tersentuh dayak-dayak yang tertidur mari bangun dan mari kita ingat anak-anak generasi kedepan supaya kita orang dayak tidak ketinggalan dari generasi-generasi milenial, dunia boleh maju kita Dayak juga berkembang dan terdepan," Ucapnya.

Sekali lagi harapan kami untuk generasi-generasi muda gali adat istiadat dan gali budaya dan harapan kami juga kepada pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah daerah dan pusat untuk bagaimana membantu seluruh organisasi, pemerintah desa, DAD kecamatan maupun DAD kabupaten bengkayang mari bersinergi dengan dinas pariwisata khusus untuk lembah bawang yang hari perpusatan dari seluruh yang hadir dari 36 OKP.

"Harapan kami juga dari Presiden, Kementerian, Gubernur, Bupati pihak dari Kecamatan, Kepolisian, Polhut, Danramil, bekerjasama untuk melindungi hutan, melindungi adat demi menggali tradisi demi tradisi," Kata Beni Yanto Ketua Adat Kecamatan Lembah Bawang.

Ketua DPC Bala Pangayo Bengkayang Roni Heng ketika di wawancarai oleh awak media ini mengucap syukur atas dukungan dan kepercayaan kepadanya untuk menjadi Ketua DPC Bala Pangayo di Kabupaten Bengkayang.

Untuk program, Roni menyebutkan  kedepannya akan disesuaikan dengan visi dan misi yaitu melestarikan dan menjaga hutan budaya yang ada di lembah bawang dan membantu masyarakat adat, masyarakat umum yang merasa terintimidasi oleh oknum-oknum dan maupun perusahaan.

Mengenai kegiatan hari ini tentunya Prokes tetap kita prioritaskan untuk tamu undangan sendiri kita batasi, memakai masker dan untuk peserta kita juga menghimbau untuk tetap menerapkan Prokes tanpa terkecuali wajib.

Demikian juga dengan apa yang disampaikan oleh Penasihat Bala Pangayo Bengkayang Paulinus Heriyanto berharap setelah di kukuhkan DPC Bala Pangayo Bengkayang ini tentunya bisa menjadi panutan masyarakat khususnya untuk masyarakat kabupaten bengkayang dan sekitarnya. 

Reporter : Rinto Andreas

Selasa, 31 Agustus 2021

Kodim 0716/Demak Bersama Polres Dan Satpol-PP Gelar Oprasi Yustisi Prokes Covid -19


Operasi Yustisi penegakan protokol kesehatan

BorneoTribun Demak, Jateng Kodim 0716/Demak Bersama Polres Dan Satuan Polisi Pamong Praja(Satpol PP) Kabupaten Demak terus melakukan berbagai upaya untuk mengajak masyarakat agar lebih disiplin mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah Kabupaten Demak, Senin, (30/8/2021).

Seperti halnya hari ini, di pasar tradisional Kabupaten Demak  terlihat anggota Kodim 0716/Demak bersama Polres Dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Demak melaksanakan Operasi Yustisi penegakan pendisiplinan Protokol kesehatan Covid 19 kepada pedagang maupun pengunjung pasar tradisional.

Kegiatan Ops Yustisi terus bergerak melakukan tindakan humanis dan tegas bagi pengunjung dan pedagang di pasar tradisional yang kedapatan melanggar protokol kesehatan, terutama yang tidak menggunakan masker saat berada di lingkungan pasar.

Selain itu anggota Kodim 0716/Demak bersama Polri dan Satpol-PP yang tergabung dalam Oprasi Yustisi juga memberikan edukasi kepada pengujung dan pedagang pasar pentingnya menjaga kesehatan, terutama memakai masker setiap diluar rumah, dan pasar, tujuan utama mematuhi protokol kesehatan. 

Diharapkan masyarakat mematuhi Protokol Kesehatan serta mendukung program 5M yaitu Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan dan mengurangi bepergian agar masyarakat terhindar dari wabah penyebaran Covid-19.

Di tempat terpisah Pasi Ops Kodim 0716/Demak Kapten Arh Jalalul Hadi saat di konfirmasi mengatakan Kegiatan ini akan terus dilakukan untuk lebih mendisiplinkan masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker khususnya, namun pada saat kita laksanakan oprasi masih terdapat ada beberapa warga melanggar atau belum mematuhi prokes seperti tidak memakai masker dengan berbagai macam alasan, sehingga terpaksa tim gabungan TNI, Polri dan Satpol PP menghentikan dan memberikan teguran.

"Selain diberikan teguran tersebut, tim tugas pendisiplinan  juga menghimbau kepada warga agar selalu mematuhi protokol kesehatan, diharapkan dengan adanya teguran ini, dapat memberikan efek jera bagi pelanggar, sehingga nantinya mereka dapat mengikuti prokes sesuai yang diharapkan," kata Pasi Ops.

Reporter : Ahmad Nasirin

Senin, 08 Februari 2021

Camat Sekadau Hilir Tutup Maulid Tradisional Zona 2


Fhoto bersama 

Borneotribun I Sekadau - Majelis Ta'lim Al-Barzanji Maulid Tradisional (MTAMT) Sekadau melaksanakan penutupan Bulan Maulid yang bertempat di Masjid Baitussalam Desa Mungguk, Minggu ( 7/2/21 ) kemarin.

Menurut Ketua MTAMT Sekadau, H. Abdul Bakar menuturkan Maulid Tradisional telah dilaksanakan di 19 masjid di kabupaten sekadau.
"Tahun ini hanya 19 masjid yang melaksanakan Maulid karena terbentur pandemi covid-19," Ucapnya.

Kendati tak dapat dilaksanakan secara menyeluruh, ketua MTAMT optimis akan melaksanakan secara keliling seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah hari ini kita melaksanakan penutup di zona1 Sekadau, oleh camat sekadau hilir," katanya.

"Untuk penutupan zona 2 didesa nanga mongko akan dilaksnakan pada hari rabu (10/2/21) nanti,"Lanjutnya.

Ia juga berharap melalui kegiatan Maulid Tradisional ini dapat menjadi kekayaan budaya dan penerapan ilmu agama di masyarakat.
“Karena selain diisi dengan syair, dzikir juga ada gunting rambut balita dan doa bersama, tentu ini bertujuan mengharapkan keberkahan dari Allah SWT,” pungkasnya. 

Sementara itu, Camat sekadau hilir H Safi'i Yanto mengatakan dalam kondisi seperti ini, kita merayakan maulid tradisional dengan sederhana dan sudah di sepakati dengan pemerintah kabupaten Sekadau.

"Terimakasih banyak kepada jamaah maulid MTAMT yang sudah mengikuti aturan dengan menerapkan 3M. Itulah yang diharapkan oleh pemerintah," katanya.

Meskipun Kegiatan penutupan bulan maulid tidak meriah, tapi penuh dengan makna silaturahmi. 
"Semoga upaya semuanya dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal maulid tradisional dikembangkan, jika perlu harus ada kaula muda," Harap Safi'i Yanto sembari menutup rangkaian kegiatan. (Yakop)


 

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno