Berita Borneotribun.com: Tinju Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Tinju. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tinju. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Maret 2025

Legenda Tinju Dunia George Foreman Meninggal di Usia 76 Tahun, Pernah Satu Ring dengan Muhammad Ali

Legenda Tinju Dunia George Foreman Meninggal di Usia 76 Tahun, Pernah Satu Ring dengan Muhammad Ali
Legenda Tinju Dunia George Foreman Meninggal di Usia 76 Tahun, Pernah Satu Ring dengan Muhammad Ali.

JAKARTA - George Foreman, mantan juara dunia tinju kelas berat, meninggal dunia pada usia 76 tahun setelah menjalani karier gemilang sebagai atlet, pendeta, dan pengusaha. Kabar duka ini diumumkan oleh keluarganya pada Sabtu pagi melalui akun Instagram mereka, yang menyebutkan bahwa Foreman meninggal dunia "dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai" pada malam sebelumnya.

Dalam pernyataan tersebut, keluarga Foreman mengenang sosoknya sebagai "seorang pendeta yang penuh devosi, suami yang setia, ayah yang penuh kasih, dan kakek serta buyut yang bangga," dan menambahkan bahwa ia menjalani hidup yang "ditandai dengan iman yang teguh, kerendahan hati, dan tujuan hidup yang jelas."

Foreman dikenal sebagai seorang "humanis, Olympian, dan dua kali juara dunia kelas berat." Ia sangat dihormati di seluruh dunia sebagai seorang yang penuh disiplin, keyakinan, dan perlindungan terhadap warisannya. Selama hidupnya, Foreman berjuang tanpa lelah untuk menjaga nama baiknya, terutama untuk keluarganya.

Awal Kehidupan yang Berat dan Perjalanan ke Dunia Tinju

Legenda Tinju Dunia George Foreman Meninggal di Usia 76 Tahun, Pernah Satu Ring dengan Muhammad Ali
Legenda Tinju Dunia George Foreman Meninggal di Usia 76 Tahun, Pernah Satu Ring dengan Muhammad Ali.

George Foreman lahir di Marshall, Texas, pada tahun 1949. Keluarganya kemudian pindah ke Houston, di mana ia tumbuh besar dalam kemiskinan di selatan Amerika yang masih terpisah secara rasial. Di masa muda, Foreman bahkan sempat putus sekolah menengah pertama dan terlibat dalam kejahatan jalanan, menggunakan ukuran tubuh dan kekuatannya dalam aksi perampokan.

Pada usia 16 tahun, setelah bergabung dengan Job Corps sebuah program yang bagian dari reformasi "Great Society" yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat Lyndon B. Johnson—Foreman diberi dorongan untuk mengalihkan amarah dan kekuatannya ke dalam dunia tinju. Pelatihan ini mengubah hidupnya secara total.

Mencapai Puncak Karier Tinju

Pada usia 19 tahun, Foreman sudah berhasil meraih medali emas tinju kelas berat di Olimpiade 1968 di Mexico City, dalam pertandingan amatir ke-25-nya. Kemenangan ini menjadi titik balik yang membawanya ke dunia tinju profesional.

Pada tahun 1973, Foreman meraih gelar juara dunia kelas berat pertamanya setelah mengalahkan juara bertahan saat itu, Joe Frazier. Kemenangan ini menandai awal dari perjalanan panjang Foreman dalam mengukir sejarah dunia tinju.

Legasi di Luar Ring Tinju

Selain sukses di dunia tinju, Foreman juga memiliki kiprah luar biasa di luar ring. Setelah pensiun dari tinju, ia menjadi seorang pendeta yang sangat dihormati, dengan banyak orang mengagumi keyakinannya yang kuat dan komitmennya untuk menyebarkan pesan kasih sayang dan pengampunan.

Tak hanya itu, Foreman juga dikenal sebagai seorang pengusaha sukses, terutama melalui produk pembuat panggangan listrik yang menggunakan namanya, "George Foreman Grill." Produk ini sukses besar dan membuatnya menjadi salah satu figur yang dikenal luas tidak hanya di kalangan penggemar tinju, tetapi juga masyarakat umum.

Warisan yang Tak Terlupakan

George Foreman meninggalkan warisan yang tak hanya berhubungan dengan prestasinya di dunia tinju, tetapi juga pengaruh positif yang ia berikan dalam kehidupan banyak orang. Sebagai seorang ayah, kakek, dan buyut, ia dikenal sangat mencintai keluarganya, dan akan selalu dikenang sebagai seorang yang disiplin, penuh keyakinan, serta berjuang untuk kebaikan orang lain.

Meskipun telah pergi, kisah hidup dan prestasi George Foreman akan terus dikenang sebagai bagian dari sejarah olahraga dunia yang menginspirasi banyak orang. Ia akan selalu dihormati sebagai salah satu petinju terbesar sepanjang masa yang tak hanya berprestasi di ring, tetapi juga di kehidupan yang lebih luas.

George Foreman: Legenda Tinju dengan Karier Spektakuler dan Perjalanan Inspiratif

George Foreman adalah salah satu nama besar dalam dunia tinju yang dikenal dengan kekuatan pukulannya yang luar biasa dan perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi. Dari seorang petinju muda berbakat hingga menjadi juara dunia, lalu mengalami kebangkitan luar biasa di usia yang tidak lagi muda, kisah Foreman menjadi salah satu cerita paling menarik dalam sejarah olahraga.

Awal Karier dan Kebangkitan sebagai Juara Dunia

George Edward Foreman lahir pada 10 Januari 1949 di Marshall, Texas, Amerika Serikat. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang keras dan sempat terjerumus ke dalam kehidupan jalanan. Namun, segalanya berubah ketika ia bergabung dengan program Job Corps, yang membantunya menemukan minat dalam dunia tinju.

Pada Olimpiade 1968 di Meksiko, Foreman meraih medali emas di kelas berat, prestasi yang membuka jalannya ke dunia tinju profesional. Hanya dalam beberapa tahun, ia berhasil naik ke puncak dengan gaya bertinju agresif dan pukulan yang sangat kuat.

Pada tahun 1973, Foreman mencapai puncak kejayaannya dengan mengalahkan Joe Frazier dalam pertarungan bersejarah di Kingston, Jamaika. Kemenangan KO di ronde kedua ini membuatnya menjadi juara dunia kelas berat versi WBA dan WBC. Kekuatan dan dominasinya di atas ring membuat banyak orang percaya bahwa ia tak terkalahkan.

Pertarungan Legendaris Melawan Muhammad Ali

Pertarungan Legendaris Melawan Muhammad Ali
Pertarungan Legendaris Melawan Muhammad Ali.

Namun, kejayaan Foreman tidak berlangsung lama. Pada 30 Oktober 1974, ia menghadapi Muhammad Ali dalam pertarungan legendaris yang dikenal sebagai "Rumble in the Jungle" di Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo). Foreman yang kala itu sangat dominan diunggulkan untuk menang, tetapi Ali menggunakan strategi "rope-a-dope" membiarkan Foreman menghabiskan energinya sebelum melancarkan serangan balik. Hasilnya, Foreman tumbang di ronde kedelapan, kehilangan gelarnya, dan mengalami kekalahan pertama dalam kariernya.

Pensiun, Kebangkitan, dan Kejutan Besar di Dunia Tinju

Setelah beberapa kekalahan berikutnya, Foreman memutuskan untuk pensiun pada tahun 1977 dan beralih ke kehidupan sebagai pendeta serta pengusaha. Namun, pada tahun 1987, di usia 38 tahun, ia membuat keputusan mengejutkan dengan kembali ke ring tinju.

Awalnya, banyak yang meragukan kemampuannya, tetapi Foreman membuktikan bahwa ia masih memiliki kekuatan luar biasa. Pada tahun 1994, dalam usia 45 tahun, ia mencetak sejarah dengan mengalahkan Michael Moorer dan merebut kembali gelar juara dunia kelas berat. Kemenangan ini menjadikannya petinju tertua yang pernah memenangkan gelar kelas berat, sebuah pencapaian yang hingga kini sulit ditandingi.

Kesuksesan di Luar Ring dan Warisan George Foreman

Selain tinju, Foreman juga sukses sebagai pengusaha. Ia dikenal sebagai pencipta "George Foreman Grill," alat pemanggang yang sangat populer dan terjual lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia. Keberhasilannya ini menjadikannya salah satu mantan atlet yang paling sukses secara finansial.

Hingga kini, nama George Foreman tetap melegenda, bukan hanya karena pencapaiannya di ring, tetapi juga karena kisah hidupnya yang penuh inspirasi. Dari petinju muda yang berjuang dari nol, mengalami kejatuhan, hingga bangkit kembali dan menaklukkan dunia, Foreman adalah contoh nyata bahwa semangat juang tidak mengenal batas usia.

Kisah George Foreman membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan keyakinan, seseorang dapat mengatasi rintangan dan mencapai puncak kesuksesan berkali-kali dalam hidupnya. Itulah mengapa ia tetap dikenang sebagai salah satu legenda terbesar dalam sejarah tinju dunia.

Selasa, 09 Agustus 2022

Mike Tyson Menuduh Platform Streaming Hulu "Mencuri" Kisah Hidupnya

Mantan juara dunia tinju kelas berat Mike Tyson. (REUTERS/Steve Marcus)
Mantan juara dunia tinju kelas berat Mike Tyson. (REUTERS/Steve Marcus)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Mantan juara tinju kelas berat Mike Tyson menuduh drama televisi mencuri kisah hidupnya dengan drama "Mike" yang akan tayang di AS pada 25 Agustus, menghidupkan kembali momen-momen dari kehidupan kontroversial petinju itu.

"Hulu adalah versi streaming dari tuan budak. Mereka mencuri cerita saya dan tidak membayar saya," tulis Tyson di Instagram.

"Saya tidak mendukung kisah hidup saya. Ini bukan tahun 1822. Ini tahun 2022. Mereka mencuri kisah hidup saya dan tidak membayar saya."

"Untuk eksekutif Hulu, saya hanya orang kulit hitam yang bisa dijual di lelang," tulisnya.

Hulu, yang hanya tersedia di Amerika Serikat, sebagian besar dimiliki oleh Disney.

Serial yang mereka buat menggambarkan Tyson diintimidasi sebagai seorang anak, kehidupan remaja di mana ia masuk dan keluar dari penjara setelah bergabung dengan geng jalanan Brooklyn dan mulai bertinju.

Sementara seri delapan bagian menunjukkan bagaimana Tyson bertindak di atas ring dalam pertarungan terkenal, ceritanya juga berfokus pada kehidupan pribadinya yang bergejolak.

Sebuah episode berfokus pada Desiree Washington, kontestan kontes kecantikan yang menuduh Tyson melakukan pemerkosaan pada tahun 1991. Petinju itu dihukum pada tahun berikutnya dan dipenjara selama tiga tahun.

Episode tersebut menceritakan insiden pemerkosaan di kamar hotel Indianapolis, dan persidangan dari sudut pandang dan narasi Washington.

Penulis skenario dan pencipta Steven Rogers mengatakan pembuat film sebenarnya "tidak dapat berbicara dengan" Tyson karena "hak cipta hidupnya telah diambil" oleh proyek lain.

Namun di sisi lain, dia mengatakan "Saya tidak suka mengandalkan satu sumber saja".

"Saya suka meneliti dan mendapatkan pendapat yang berbeda dan kemudian membuat cerita darinya," katanya kepada panel Asosiasi Kritikus Televisi.

"Aku tidak suka terikat hanya pada satu orang."

Trevante Rhodes, yang memerankan Tyson dalam serial tersebut, mengatakan "rasanya paling baik ketika Anda setidaknya bisa menjauh dari diri sendiri sebanyak mungkin."

Ketika ditanya apakah dia khawatir akan membuat Tyson marah, yang dikenal menggigit telinga Evander Holyfield pada 1997, Rhodes hanya menjawab: "Tidak."

Meskipun mengangkat tuduhan kekerasan dalam rumah tangga, serial ini juga menggambarkan kekerasan yang dialami Tyson sebagai seorang anak, kehilangan ibunya karena kanker, masalah kecanduan narkoba dan upaya karakter tertentu untuk mengambil keuntungan dari kesuksesan Tyson di atas ring.

"Ketika saya melakukan penelitian saya, saya menemukan banyak masalah yang masih menjadi masalah hari ini -- seperti Black Lives Matter dan MeToo, serta reformasi penjara dan kecanduan dan masalah kesehatan mental, semuanya berakar pada kisah pria ini," kata pembawa acara Karin Inti.

"Jadi ini terasa seperti waktu yang tepat untuk menceritakannya, melalui lensa orang terberat di planet ini."

Rogers menambahkan: "Saya berharap jika dia menontonnya, pendapatnya akan berubah.

(NY/ANT)

Sabtu, 08 Januari 2022

Saat Tinju Maut Asal Kalbar Hantam Teknik 'Dosa' Rusia

Saat Tinju Maut Asal Kalbar Hantam Teknik 'Dosa' Rusia
Kalahkan Kato, Daud Yordan Pertahankan Gelar WBO. (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)

BORNEO TRIBUN JAKARTA – Rasanya tak afdol jika tak menyebut nama Daud Yordan soal petinju terbaik milik Indonesia.

Petinju asal Kalimantan Barat yang sudah malang melintang hiasi ting tinju nasional dan dunia ini namanya masih harum bahkan sampai saat ini.

Pukulan maut Daud 'Cino' Yordan sudah memakan banyak korban, baik di dalam maupun luar negeri. 

Duel Daud yang sangat fenomenal dan sulit dihilangkan dari ingatan petinju di Indonesia, yaitu ketika dia membungkam Rusia usai wakilnya dikalahkan oleh Cino.

Bagaimana ceritanya?

Pavel Malikov, petinju asal Rusia pernah menantang Cino dalam duel perebutan sabuk WBA Interkontinental kelas ringan itu berlangsung di DIVS, Ekaterinburg pada 23 April 2018. Modal Pavel kala itu adalah 13 laga profesional dengan 5 kemenangan KO. Sementara Daud sudah vakum selama 1 tahun dari ring tinju. 

Pertarungan seru menjadi penghias di awal ronde, jual beli pukulan terjadi sehingga membuat pelipis kedua petinju ini mengeluarkan darah.

Baik Daud maupun Pavel tak ada yang mengendur hingga akhirnya di ronde keenam. 

Pavel bertingkah curang, dia malah membanting Daud Yordan dengan keras sehingga menyebabkan Daud kesakitan.

Wasit sempat  menghentikan laga dan memperingatkan Pavel.

Tapi Daud masih bisa bangkit dan menghancurkan petinju Rusia tersebut dengan KO.

Tepatnya di ronde ke-8, Cino melepaskan pukulan bersih ke rusuk Pavel dan ditutup dengan hook kiri keras.

Kalahkan Kato, Daud Yordan Pertahankan Gelar WBO. (VIVA.co.id/Muhamad Solihin)

Pavel sontak terjatuh sambil memegangi rusuk kirinya. 

Wasit kemudian menghitung hingga 10 tanda Pavel tak bisa melanjutkan pertarungan dan Chino dinyatakan sebagai pemenang.

Cino berselebrasi tanda kegirangan dan setelah itu menghampiri Pavel untuk menunjukkan sikap respek dan berpelukan.

Kini sudah tah4 un berlalu sejak kemenangan fenomenal tersebut, Daud yang 34 tahun belum mau berhenti melambungkan nama Indonesia di kancah tinju dunia.

Setelah memenangkan duel menghadapi petinju Thailand, Rachata Khaophimai pada November 2021 lalu, kabarnya Cino bakal naik ring lagi di tahun 2022 mendatang. 

Source: Viva