Berita Borneotribun.com: Teroris Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Teroris. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teroris. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Agustus 2024

Densus 88 Tangkap Teroris Di Malang

Foto: Densus 88 Tangkap Teroris Di Malang.
JAKARTA - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri berhasil menangkap terduga tindak pidana terorisme berinisial HOK (19), di Jalan Langsep, Kelurahan Sisir, Kecamatan Baru Malang, Rabu (31/7/2024), malam. Pelaku berencana untuk melakukan aksi bom bunuh diri dengan sasaran tempat ibadah.

Rencana aksi pelaku berhasil digagalkan oleh tim Densus 88. Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, HOK ditangkap sekitar pukul 19.15 WIB. "Dari hasil penyelidikan, tersangka diketahui berencana melakukan aksi teror bom bunuh diri di tempat ibadah dengan menggunakan bahan peledak berdaya ledak tinggi," kata Brigjen Trunoyudo dalam keterangan tertulis, Kamis (1/8/2024).

Trunoyudo membeberkan, bahwa HOK merupakan simpatisan dari kelompok teroris Daulah Islamiyah yang berafiliasi dengan ISIS. Selain menangkap tersangka, Densus juga mengamankan beberapa orang untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Dari hasil penangkapan tersangka HOK, sambung mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini, tim Densus dan Polda Jatim juga melakukan penggeledahan di salah satu rumah kontrakan di kompleks perumahan Bunga Tanjung, dusun Jeding, desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Kamis (1/8/2024) hari ini. Tim dari Laboratorium Forensik dan Jibom Polda Jatim melakukan penyisiran di rumah pelaku.

"Ini rumah masih sewa, info sementara sewa 2 tahun baru jalan 1,5 tahun," ungkap Trunoyudo.

Dari hasil penggeledahan ditemukan beberapa barang bukti yakni 1 botol cairan bahan peledak yang berdaya ledak tinggi. Selain itu juga ditemukan ketapel dan 1 toples berisi Gotri.

Trunoyudo menegaskan, atas perbuatan tersangka, polisi akan menjeratnya dengan Pasal 15 Jo Pasal 7 dan atau Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang. (**)

Rabu, 06 April 2022

Aparat Diserukan Antisipasi Potensi Serangan Teror di Bulan Ramadan

Aparat Diserukan Antisipasi Potensi Serangan Teror di Bulan Ramadan
Ilustrasi- Densus 88 Antiteror Polri meakukan penggerebekan di sebuah rumah di Cikarang, Jawa Barat, 29 Maret 2021. (Foto: REZAS/AFP)


BorneoTribun Jakarta -- Detasemen Khusus (Densus) 88, Senin (4/4) kembali melakukan penggeledahan di sebuah rumah yang diduga menjadi tempat operasi jaringan teroris yang berafiliasi dengan Negara Islam Indonesia NII. 


Penggeledahan ini hanya berselang beberapa hari dari penangkapan 16 terduga teroris di Sumatera Barat dan serangkaian penangkapan di beberapa daerah lain.


Kepala Densus 88 Anti-Teror Irjen. Pol. Marthinus Hukom dalam konferensi pers seusai rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR akhir Maret lalu mengatakan hingga Maret saja sudah 56 teroris ditangkap. Ia mengakui adanya tren peningkatan. Jika pada tahun 2020 ada 232 teroris yang ditangkap, pada tahun 2021 melonjak menjadi 370 orang, dan pada kuartal pertama 2022 sudah 56 orang ditangkap.


Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan kepada VOA, Selasa (5/4) mengatakan aparat keamanan harus selalu waspada menghadapi kemungkinan peningkatan serangan teror dari kelompok NII, terutama selama bulan Ramadan.


"Biasanya mereka menggunakan momen bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat karena mereka meyakini Ramadan itu bulan yang mulia. Jadi kalau melakukan amaliyah teror di bulan itu dianggap lebih utama," kata Ken.


Ken Setiawan mengatakan tidak benar jika kegiatan NII selama ini vakum, karena organisasi ini terus beroperasi secara diam-diam dan bisa saja menyerang istana dan pejabat negara, termasuk kantor polisi.


NII Semakin Gencar Rekrut Anggota

Berbeda dengan kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sering menggelar demonstrasi atau bicara secara terang-terangan, lanjut Ken, anggota NII pandai menyembunyikan jati diri, membaur dengan masyarakat lewat organisasi, kegiatan-kegiatan sosial. Pihak keluarga pun seringkali terkecoh dan tidak mengetahui jika ada kerabat yang bergabung dengan NII.


Ditambahkannya, NII kini gencar merekrut anggota melalui media sosial dan pertemanan, serta melakukan penggalangan dana. Proses perekrutan yang dilakukan oleh NII antara lain dengan menggelar acara untuk menjaring masyarakat.


Ken mencontohkan bagaimana di Lampung ada komunitas pejuang hijrah untuk mengumpulkan anak-anak muda, dan mereka yang tertarik akan diajak mengikuti kajian lanjutan secara tertutup.


Target NII : Anak Muda

Ideologi NII, ujarnya, seperti virus yang bisa memapar siapa saja. Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center menerima banyak laporan soal kegiatan bawah tanah yang dilakukan NII. Di Garut ada begitu banyak laporan dan hanya satu kecamatan yang diketahui belum dimasuki NII.


Di Lampung, sedikitnya 30 warga terpapar ideologi NII, termasuk seorang mahasiswa program pasca sarjana di sebuah universitas di Lampung yang kini menderita depresi. Ken memperkirakan 30 persen mahasiswi di sebuah universitas di Lampung sudah terjangkit ideologi NII.


Ken juga menceritakan bagaimana informasi tentang 15 orang yang diketahui terpapar ideologi NII di Sumatera Selatan, berujung dengan temuan ribuan kasus. Pekan ini Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center juga mendapat laporan dari seorang laki-laki yang tidak pernah mengetahui bahwa istrinya sudah bergabung NII selama sebelas tahun.


"(Target NII adalah) semua kalangan namun memang diprioritaskan anak muda. karena anak muda ini biasanya sedang mencari jati diri. Anak muda semangatnya sedang membara. Ketika ditawarkan hal baru apalagi bicara perubahan yang positif, banyak anak muda cepat nyangkut, cepat langsung merespon," ujar Ken.


Ken menegaskan NII menghalalkan darah semua orang yang bukan anggota NII karena mereka itu dianggap kafir, termasuk muslim yang belum bergabung dengan kelompok itu. Harta mereka dinilai boleh dicuri atau dirampok, dan bisa dipakai untuk berjihad. Ken menyebut NII adalah pemberontak yang mengatasnamakan agama karena mereka ingin mendirikan negara di dalam negara.


Densus Gerak Cepat

Densus 88 beberapa waktu lalu telah menangkap 21 tersangka teroris, di mana lima orang tekait jaringan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan 16 lainnya adalah bagian dari jaringan Negara Islam Indonesia (NII).


Dari operasi penggeledahan sebuah rumah yang diduga tempat operasi jaringan teroris NII di Perum Banjar Wijaya, Tangerang, Minggu (34), polisi menemukan beberapa notebook, laptop, senjata tajam, buku konsep revolusioner dan buku-buku sistem pertahanan non militer.


Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Komisaris Besar Ahmad Ramadhan menjelaskan dirinya belum mendapat informasi lebih rinci terkait penggeledahan itu dari Densus 88.


“Saya belum dapat informasi nanti kalo ada akan saya sampaikan,” kata Ramadan.


Namun ia menggarisbawahi Densus 88 Anti-Teror Mabes Polri akan melakukan pendalaman terhadap mereka yang telah ditangkap


Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 16 Februari 2022

Polri Ungkap Peran Empat Terduga Teroris JI Jateng

BorneoTribun Jakarta – Densus 88 AT Polri menangkap empat terduga teroris di wilayah Jawa Tengah. Tersangka berafiliasi dengan jaringan Jamaah Islamiyah (Jl).

“Polri dalam hal ini Densus 88 AT, melakukan penegakan hukum terhadap empat orang anggota kelompok JI,” jelas Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen. Pol. Dr. Ahmad Ramadhan, S.H., M.H., M.Si., Selasa (15/2/2022).

Karo Penmas menjelaskan bahwa keempat terduga teroris telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah RAB, AJ, N, dan M. Khusus RAB, AJ, dan N merupakan hasil pengembangan anggota JI yang dikenal dengan Sasana.

“Pengungkapan kantong pembentukan dan pengembangan anggota JI yang dikenal dengan Sasana, pengungkapan tersebut membuahkan hasil penangkapan terhadap tiga orang tersangka,” jelas Karo Penmas.

Ia menambahkan bahwa N merupakan anggota JI dan berbaiat pada 2017. Selain itu, N juga peserta Sasana Satria Mas Purwodadi kelompok 1 angkatan ke-7 tahun 2018.

“N pernah mengikuti latihan bela diri wushu di Grobogan bersama dengan anggota JI, yang dipimpin oleh K. Dia aktif mengikuti kajian umum dan kajian khusus JI di Srondol,” tuturnya.

Jenderal Bintang Satu itu melanjutkan, tersangka RAB merupakan anggota JI dan telah berbaiat pada 2013. RAB mengikuti seleksi penguatan fisik di rumah fitnes daerah Yogyakarta pada September 2012.

“RAB mengikuti pelaksanaan program selanjutnya di bawah kendali JP, juga merupakan peserta sasana angkatan kedua tahun 2013, bersama dengan A, M,” jelasnya.

Tersangka berikutnya, AJ, merupakan anggota JI yang telah ber-muahadah pada 2013. AJ mengikuti seleksi anggota JI di Kaliurang, Yogyakarta, pada November 2012. AJ menjadi peserta pelatihan di Sasana Satria Muda Ambarawa angkatan kedua pada awal 2013.

“Tersangka M yang merupakan pengembangan dari penegakan hukum tersangka S pada Agustus 2021. Saat itu, Tim Densus 88 Antiteror Polri mendapatkan barang bukti berupa senjata api Jenis M16, dua pucuk jenis FN dan satu pucuk jenis Revolver rakitan, serta lebih dari 100 butir amunisi,” katanya.

Ia mengatakan, M merupakan anggota JI Qoid Takwiyah di bawah T dan BY yang telah berbaiat pada tahun 2000. M juga alumnus Moro Filipina angkata kedua.

“M merupakan pelatih pada Tadrib Asykari tahun 2011 di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, bersama dengan S dan pernah berangkat ke Suriah tahun 2013 melakukan pelatihan sebagai kloter pertama dari Bidang Toliah atas perintah B,” jelasnya lebih lanjut.

Tersangka M ditangkap dari hasil pengembangan dari seorang tersangka berinisial S pada Agustus 2021 lalu. Penangkapan tersebut disertai temuan barang bukti.

“Di mana pada saat penegakan hukum saat itu kita dapati BB berupa senjata api Jenis M16, 2 pucuk jenis FN dan 1 pucuk jenis Rev rakitan serta lebih dari 100 butir amunisi,” katanya.

Penanganan Terorisme Tegas dan Tidak Melihat Asal Pelaku

BorneoTribun Bengkulu – Penangkapan terduga pelaku teroris di Bengkulu, beberapa hari lalu, menimbulkan polemik di kalangan masyarakat. Masalahnya, terduga pelaku yang ditangkap adalah pengurus Partai Ummat di sana.

Seperti yang kita ketahui, Partai Ummat adalah partai baru, yang dibentuk mantan Ketua MPR, Amien Rais, yang dianggap sebagai kelompok oposisi pada pemerintahan Jokowi.

Tetapi, soal kegiatan terorisme terbukti bisa menyelinap dan berkamuflase di mana saja. Jangankan partai politik yang sifatnya terbuka, bahkan diduga mereka sudah masuk ke perusahaan negara dan institusi pemerintah.

Tentu saja Polri dengan tegas membantah dugaan sejumlah pihak yang mengkaitkan penangkapam fungsionaris Partai Ummat dengan kerapnya Amien Rais dan Partai Ummatnya mengkritik dan melayangkan stigma negatif pada masa pemerintahan Jokowi ini. Bagi Polri, semua tindakan yang dilakukan, termasuk panangkapan terhadap terduga teroris, adalah berdasarkan hukum.

Hukum hanya melihat, siapa  berbuata apa. Penangkapan pasti dilakukan karena Polri sudah memiliki 2 bukti yang cukup untuk  menahan para terduga teroris tersebut.

Bagi Polri, siapapun yang terkait dengan aktivitas dan jaringan terorisme pasti akan berhadapan dengan mereka. Tindakan tegas sesuai dengan koridor hukum, pasti akan dilakukan untuk siapapun yang menjalankan kegiatan terorisme.

Siapapun mereka, darimanapun mereka, pasti akan ditindak. Namun sebaliknya, Polri juga tidak akan menjatuhkan stigma terhadap organisasi massa atau partai politik, jika ada anggotanya yang terlibat kegiatan teror.

Polri akan memisahkan mana yang dilakukan individu sebagai tersangka teroris dengan asal organisasinya. Artinya, bukan berarti bahwa partai politik yang ada anggotanya terkait kasus terorisme, maka parpol tersebut juga adalah sarang teroris.

Jadi, masyarakat tidak perlu menaruh curiga pada Polri, jika ada penangkapan terorisme yang kebetulan merupakan anggota parpol atau ormas yang ada.

Jadi, jika Anda bersih dari kegiatan terorisme, untuk apa Anda takut atau menghadang adanya razia atau penangkapan para terduga terorisme?

Jumat, 04 Juni 2021

PJKO Madago Raya Targetkan Penangkapan Anggota MIT dalam 2 Bulan

PJKO Madago Raya Targetkan Penangkapan Anggota MIT dalam 2 Bulan
Kapolda Sulteng Irjen Pol Abdul Rakhman Baso memberikan keterangan dalam Konferensi Pers di DPRD Sulteng, Rabu (2/6/2021). (Foto: VOA/Yoanes Litha)

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Madago Raya, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengatakan aparat keamanan berharap bisa menangkap seluruh anggota kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dalam 2 bulan ke depan.

Dia optimistis dengan dukungan berbagai pihak, keberadaan MIT dapat tertangani secepatnya.

“Semangat yang diberikan kepada kami oleh tokoh masyarakat, lintas agama, legislatif, pemerintah daerah untuk kita bersama-sama, bersinergi dan bergandengan tangan menyelesaikan masalah ini. Kami dikasihkan target untuk pihak keamanan dua bulan,” kata Irjen Abdul Rakman Baso usai rapat dengar pendapat terkait situasi keamanan di Kabupaten Poso dan sekitarnya di Ruang Sidang Utama DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu (2/6).

Irjen Abdul Rahman yang juga Kapolda Sulteng itu menegaskan aparat keamanan TNI-POLRI terus melakukan pengejaran terhadap anggota MIT. Tidak hanya itu, aparat keamanan juga menata pengamanan di sekitar premukiman masyarakat yang berbatasan dengan gunung biru yang menjadi wilayah pergerakan kelompok itu.

Adnan Arsal, Ketua Penasehat Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Poso mengatakan tokoh lintas agama dan masyarakat di Poso mendukung sepenuhnya upaya TNI-POLRI untuk menangani kelompok MIT.

Dalam acara yang sama, Adnan mengatakan perwakilan tokoh lintas agama dan masyarakat menilai perlu ada penanganan khusus persoalan keamanan di wilayah itu.

“Ada Keppres (Keputusan Presiden Indonesia) atau Inpres (Instruksi Presiden) yang menangani secara khusus keamanan Poso dan kesejahteraan masyarakat” kata Adnan Arsal dalam konferensi pers itu.

Hal senada dikemukakan oleh Renaldy Damanik, tokoh masyarakat di Tentena. Menurutnya ada kerinduan masyarakat agar Presiden Joko Widodo dapat hadir di Kabupaten Poso.

“Bersama-sama mengharapkan perhatian yang kuat dari Presiden Republik Indonesia, Bapak Jokowi, untuk memberikan perhatian khusus untuk Kabupaten Poso dan sekitarnya dan sekaligus untuk mendukung seluruh kebutuhan operasi -Madago Raya- ini tentunya,” ujar Damanik

Desakan agar Satgas Madago Raya segera menangkap kelompok itu makin menguat menyusul serangkaian aksi teror oleh MIT. Pada November 2020, MIT membunuh empat petani di Desa Lembatongoa. Kelompok beranggotakan sembilan orang itu mengulangi aksinya pada Mei 2021 dengan membunuh empat petani kopi warga Desa Kalemago, Lore Timur, Kabupaten Poso.

Wakil Bupati Poso Yasin Mangun mengungkapkan aksi teror kelompok itu menyebarkan ketakutan di kalangan warga yang umumnya bertani dan berkebun di sekitar kaki gunung biru, sebagai mata pencaharian.

“Yang terdampak secara sosial ekonomi serta psikologis itu ribuan orang. Masyarakat kita itu menjadi takut untuk ke kebun, takut untuk bersosialisasi, dan takut untuk bekerja melakukan aktivitas keseharian mereka,” ungkap Yasin Mangun.

Kondisi yang telah berlangsung lama itu menurunkan tingkat ekonomi masyarakat. Mereka takut menjadi sasaran MIT saat mengolah lahan kebun mereka.

Berdasarkan data Polda Sulteng kelompok MIT kini tersisa sembilan orang yang bergerak secara gerilya di hutan pegunungan luas yang secara administratif wilayah berada di Kabupaten Poso, Parigi Moutong dan Sigi. [yl/ft]


(YK/VOA)

Senin, 24 Mei 2021

TNI-Polri Terus Buru Kelompok Teroris MIT ke Hutan Pegunungan Poso

TNI-Polri Terus Buru Kelompok Teroris MIT ke Hutan Pegunungan Poso
Personel Brimob yang sedang berjaga di sekitar lingkungan Pos Komando Taktis Satgas Operasi Madago Raya di desa Tokorondo, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (23/12/2020). (Foto: VOA/Yoanes Litha)

BORNEOTRIBUN SULSEL - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah mengungkapkan upaya pengejaran terhadap kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) terus dilakukan oleh personel TNI-Polri melalui Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya.

Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Komisaris Besar Didik Supranoto mengatakan Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya terus melakukan pengejaran terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) hingga ke hutan-hutan di pegunungan Poso. Kelompok yang berjumlah sembilan orang itu saat ini telah berpencar menjadi dua kelompok.

Menurut Didik, kelompok pertama berjumlah empat orang dan dipimpin Ali Kalora, sementara kelompok kedua berjumlah lima orang yang dipimpin oleh Qatar. Kelompok kedua inilah yang melakukan pembunuhan terhadap empat petani kopi, warga desa Kalemago Lore Timur pada 11 Mei 2021.

“Kemudian ke mana mereka, ini tentu tim operasi yang lebih tahu. Tapi yang jelas, sekarang ini tim mengoptimalkan kegiatannya untuk melakukan pengejaran di dua kelompok ini. Jadi personel yang tergabung dalam Madago Raya ini kita optimalkan untuk melakukan tugasnya,” jelas Didik Supranoto di Mapolda Sulteng, Kamis (20/5).

Ditambahkan Didik, selain melakukan pengejaran ke dalam hutan, Satgas Madago Raya juga melakukan penyekatan di lokasi-lokasi yang diduga menjadi jalur pergerakan kelompok itu. MIT diduga mencari logistik bahan makanan di perkebunan milik warga di sekitar kaki gunung di wilayah Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.

“Kemudian dari Polres-Polres ini juga melakukan monitor di wilayah bawah, di perkampungannya. Jadi saya harapkan masyarakat tidak terlalu takut. Silakan untuk melakukan kegiatannya di perkebunan, persawahan atau ladang mereka,” kata Didik seraya menambahkan belum ada rencana penambahan perkuatan personel Madago Raya yang dikerahkan untuk memburu kelompok MIT.

Oleh: VOA

Kamis, 20 Mei 2021

Desak Penuntasan Terorisme di Poso, Warga Kirim Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo

Desak Penuntasan Terorisme di Poso, Warga Kirim Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo
Prosesi ibadah pemakaman untuk empat warga yang dibunuh kelompok MIT di Balai Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

BorneoTribun Palu, Sulteng -- Sekelompok tokoh masyarakat Tampo (Tanah) Lore Kabupaten Poso Sulawesi Tengah mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo mendesak penuntasan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur.

Sahir Sampeali, perwakilan masyarakat Tampo Lore, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah kepada VOA (17/5) mengatakan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo itu dilatar belakangi belum tuntasnya masalah gangguan keamanan yang telah mendera wilayah Poso dalam 22 tahun terakhir.

Dalam peristiwa terbaru, empat warga desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Selasa (11/5) dibunuh oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur. Peristiwa itu terjadi hanya berselang enam bulan setelah kelompok itu membunuh empat petani di desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi di akhir November 2020 silam.

“Kita ambil kesimpulan berdasarkan keinginan semua masyarakat yang ada di Tampo (tanah) Lore kan situasi dan kondisi di Kabupaten Poso ini sudah berjalan sekitar 22 tahun dan kelihatannya sampai saat ini tidak ada jalan keluar untuk masa depan seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Poso,” jelas Sahir Sampeali dihubungi dari Palu.

Isi tuntutan surat terbuka dari Perwakilan Masyarakat Tampo (tanah) Lore yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. (Foto: istimewa)

Dalam surat yang dibacakan dalam sidang paripurna di gedung DPRD Poso pada Senin (17/5) itu, mereka meminta Presiden Joko Widodo dapat segera menuntaskan masalah keamanan di Poso, serta memberikan jaminan sosial dan pemberdayaan ekonomi demi kelangsungan hidup seluruh masyarakat yang bermukim dan bertani di sekitar kawasan gunung biru yang sampai saat ini tidak dapat beraktivitas karena ketidakamanan.

“Kemudian yang keempat meminta kepada Bapak Presiden untuk memberikan santunan duka dan jaminan sosial bagi para keluarga korban tragedi kemanusiaan di tanah Poso,” kata Sahir Sampeali.

Operasi Keamanan Belum Berikan Rasa Aman

Adriani Badra Direktur Celebes Institute di Sulawesi Tengah kepada VOA mengatakan inisiatif warga mengirimkan surat terbuka kepada Jokowi itu menggambarkan kegelisahan masyarakat yang terlalu lama hidup dalam ketakutan. Rangkaian operasi keamanan yang digelar di Poso tidak menjadi jaminan keamanan. Sejak MIT diburu seusai membunuh empat petani di Lembantongoa Kabupaten Sigi akhir November 2020, ada harapan agar kelompok itu bisa segera tertangkap oleh Satgas Madago Raya tapi kelompok itu justru kembali beraksi dengan membunuh empat petani kopi di Lore Timur.

Aktivitas Personel TNI POLRI di Pos Komando Taktis Satgas Operasi Madago Raya di desa Tokorondo, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (12/1/2021). Foto : Yoanes Litha

“Masyarakat sipil terus menjadi korban. Tidak ada jaminan, operasi ini ternyata tidak memberikan jaminan rasa aman, terus masyarakat diminta menjadi supporting system, memberikan informasi, memberikan ini itu. Lho jaminannya mana dulu, jaminan rasa amannya masyarakat beraktivitas karena kelompok ini bergerak terus di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran mereka bisa mendapatkan logistik bahan makanan dengan mudah dan cepat,” kata Adriani, Selasa (18/5).

Celebes Institute adalah organisasi yang sejak 2011 fokus pada program rehabilitasi dan reintegrasi atau penyatuan kembali mantan narapidana teroris kembali ke tengah masyarakat.

Yunus Hadi, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Tengah berpendapat sudah saatnya TNI terlibat secara penuh untuk memimpin pengejaran kelompok teroris MIT yang bergerak secara gerilya di hutan pegunungan di Poso, Sigi dan Parigi Moutong.

“Bukti kongkritnya dulu kan Santoso, nanti TNI yang masuk di hutan baru mereka dapat, mungkin cara-cara tertentu itu TNI yang miliki pengetahuan itu, artinya mereka ada namanya anti gerilya. Kan mereka (MIT) gerilya ini, itu harus dilawan dengan anti gerilya,” kata Yunus Hadi. Ditambahkannya diperlukan penambahan personel TNI POLRI yang dilibatkan dalam operasi itu.

Dia menegaskan upaya serius dan sungguh-sungguh harus dilakukan oleh pihak berwenang untuk memastikan tidak akan ada lagi warga tidak berdosa yang menjadi korban pembunuhan oleh kelompok MIT.

“Kalau mereka serius sebagai pengamanan negara mereka itu pastinya sudah mendapatkan dari lalu para DPO (Daftar Pencarian Orang) itu, tapi sekarang apa? Alat-alat sudah canggih. Mana hasilnya?,” tegas Yunus Hadi, anggota DPRD Sulteng dari daerah pemilihan Kabupaten Poso itu.

Aparat Terus Buru Kelompok MIT

Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Pol Hery Santoso mengungkapkan saat ini operasi kewilayahan dengan sandi operasi Madago Raya 2021 itu masih terus melakukan pengejaran terhadap kelompok MIT Poso.

Personel Brimob yang sedang berjaga di sekitar lingkungan Pos Komando Taktis Satgas Operasi Madago Raya di desa Tokorondo, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (23/12/2020) Foto : Yoanes Litha

“Saat ini kami terus melakukan pengejaran kelompok DPO MIT Poso, kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya Sulawesi Tengah, kami mohon doa dan dukungannya, agar pengejaran kali ini bisa berhasil,” ujar Hery Santoso dalam kegiatan penyerahan bantuan kepada keluarga korban aksi kekerasan kelompok terorisme yang terjadi di Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso di Polda Sulawesi Tengah, Selasa (18/5).

Madago Raya merupakan nama sandi operasi baru yang digunakan Polri sejak 1 Januari 2021 menggantikan Tinombala yang digunakan sejak 10 Januari 2016. Dalam catatan VOA, operasi Madago Raya merupakan nama sandi operasi ke 11 yang digelar di Poso sejak 2013. [yl/ft]

Oleh: VOA

Kamis, 13 Mei 2021

Empat Warga Dibunuh Teroris MIT, Pemerintah Didesak Bersikap Tegas

Keluarga korban pembunuhan kelompok MIT berkumpul di sekitar peti jenazah, sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir, Rabu, 12 Mei 2021. (Foto : Yoanes Litha).

BorneoTribun Palu -- Ratusan orang menghadiri pemakaman empat warga desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulteng yang sehari sebelumnya dibunuh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Warga mendesak pemerintah bersikap tegas memburu kelompok itu untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban.

Isak tangis keluarga korban semakin kuat ketika satu demi satu dari empat peti jenazah mulai dipaku sebelum dibawa menuju pemakaman umum desa Kalemago, Lore Timur.

Semar (7) tahun hanya bisa menangis sambil menyandarkan tubuhnya ke salah seorang anggota keluarga yang berupaya menenangkannya. Bocah perempuan itu ingin mencegah peti mati yang berisi jasad pamannya, Paulus Papah, dibawa ke lokasi pemakaman. Menurut pihak keluarga, Semar sangat dekat dengan pamannya itu.

Paulus Papah adalah satu satu dari empat warga desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso yang dibunuh oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur pada Selasa (11/5) ketika sedang memanen buah kopi di kebun yang berjarak sejauh dua kilometer dari desa itu. Keempatnya beragama Kristen.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Komisari Besar Polisi Didik Supranoto memperlihatkan foto sembilan anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Komisari Besar Polisi Didik Supranoto, mengatakan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diduga kuat merupakan pelaku pembunuhan empat petani itu. Empat korban itu adalah Lukas Lese, Marten Solo, Paulus Papah dan Simson Susah. Mereka sedang memanen buah kopi ketika didatangi lima anggota kelompok teroris MIT.

“Semua korban ini berada di kebun yaitu di kebun kopi, kemudian berdasarkan keterangan saksi didatangi oleh lima orang. Nah lima orang ini, salah satunya dikenal oleh saksi mereka adalah Daftar Pencarian Orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur yang bernama Qatar,” kata Didik Supranoto saat memberikan keterangan pers di Mapolda Sulawesi Tengah, Rabu pagi (12/5).

“Saksi kemudian melapor kepada Kepala Desa. Kepala Desa melapor ke Polsek, setelah itu Satgas Madago Raya mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP), disitulah kita temukan di lokasi pertama ada dua korban. Tidak jauh dari situ ditemukan lagi dua korban lainnya, jadi jumlahnya ada empat yang meninggal dunia,” papar Didik Supranoto.

Prosesi ibadah pemakaman untuk empat warga yang dibunuh kelompok MIT di Balai Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

Dari pemantauan VOA di lokasi, empat peti mati berwarna putih itu diletakkan berjejer di Balai Desa Kalemago, tempat kegiatan ibadah pemakaman itu digelar. Ratusan pelayat memadati tenda-tenda yang disiapkan hingga ke rumah-rumah warga di sekitar tempat itu. Setelah prosesi ibadah pemakaman, keempat peti mati yang berisi jenazah para korban MIT itu kemudian diusung untuk dimakamkan di pekuburan umum di desa itu.

Desak Presiden Jokowi Bertindak Tegas

Otniel Papunde, Sekretaris Desa Kalemago kepada VOA mengatakan pembunuhan empat warga di desa itu berdampak pada psikologis warga yang kini diliputi rasa ketakutan dan tidak aman. Diungkapkannya selama ini warga di desa itu berada dalam situasi serba salah, di satu sisi mereka takut untuk ke kebun karena khawatir bertemu kelompok MIT, tapi di sisi yang lain bila tidak ke kebun maka mereka tidak punya sumber pendapatan ekonomi keluarga.

Warga mengusung empat peti mati menuju pekuburan Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Rabu (12/5/2021) Foto : Yoanes Litha

Ia berharap pemerintah pusat segera bertindak tegas agar gangguan keamanan di wilayah itu tidak berlarut-larut dan terus jatuh korban jiwa warga tidak berdosa.

“Kalau bisa disampaikan saja kepada Presiden supaya ini jangan main-main karena kita lihat ini sudah lama kasihan. Kami dari desa tetangga berapa lagi korban itu yang dalam artian satu lingkungan kami di Lore Timur ini. Jadi kalau bisa bagaimana kerjasamanya ini supaya ini benar-benar tuntas karena kebanyakan masyarakat kami di Kalimago itu di lereng-lereng situ menjadi nafkah kehidupan,” harap laki-laki berusia 45 tahun itu.

Lokasi Kebun Jauh, Warga Kerap Menginap Ketika Panen

Menurut Otniel, dari 210 keluarga – dengan total 735 jiwa – di desa Kalemago , 95 persen berprofesi sebagai petani yang mengolah tanaman kakao dan kopi di lereng-lereng gunung. Karena berada di lokasi yang jauh, warga biasa bermalam di kebun, khususnya saat memanen hasil kebun.

Prosesi pemakaman empat warga yang dibunuh kelompok MIT di Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu, 12 Mei 2021. (Foto: Yoanes Litha)

“Harapan kami kepada pemerintah kepada Presiden bahwa kalau tidak tuntas ini maka kami disini tidak akan bisa lagi keluar untuk mencari nafkah, dalam artian kami mau bagaimana nanti desa Kalimago ini. Korban berjatuhan terus, apalagi aduh kami semua ini banyak korban ini Pak, terus terang kayak sudah tidak diperhatikan kami ini,” kata Otniel dengan suara lirih.

Bupati Janji Bantu Ekonomi Keluarga Yang Khawatir Berkebun

Menjawab pertanyaan VOA, Bupati Poso, Verna Gladies Merry Inkiriwang mengatakan pemerintah kabupaten Poso akan berupaya membantu warga yang nampaknya dalam beberapa waktu ke depan belum dapat ke kebun karena alasan keamanan.

Anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah, Sabtu, 7 November 2020, saat melakukan penyisiran di Kelurahan Mamboro, Palu Utara, Kota Palu Sulawesi Tengah, mencari keberadaan 2 DPO teroris MIT. (Foto: dok).

“Yang menjadi PR (pekerjaan rumah.red) kami adalah bagaimana kami bisa menyuplai dan untuk sementara waktu bisa kami menjamin kehidupan masyarakat teristimewa yang berada di Kalimago ini sehingga masyarakat tidak kesusahan untuk melanjutkan kehidupan apalagi kebutuhan paling dasar untuk makan dan minum,” jelas Verna ketika melayat di desa Kalimago.

Pemerintah Kabupaten Poso menegaskan pihaknya secara terus menerus berkoordinasi dengan dengan TNI-POLRI serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk mengatasi gangguan keamanan yang masih kerap terjadi terjadi di wilayah itu. [yl/em]

Oleh: VOA

Senin, 10 Mei 2021

Myanmar Klasifikasi Pemerintah Bayangan sebagai 'Organisasi Teroris'

Myanmar Klasifikasi Pemerintah Bayangan sebagai 'Organisasi Teroris'
Para demonstran anti-kudeta militer dalam unjuk rasa di Yangon, Myanmar, 6 Mei 2021.

BorneoTribun Myanmar -- Junta militer yang berkuasa di Myanmar pada Sabtu (8/5) mengumumkan bahwa pemerintah bayangan kini telah masuk dalam daftar "organisasi teroris." Pemerintah bayangan beranggotakan beberapa mantan pejabat, yang beroperasi dari tempat persembunyian.

Sebagian dari mantan pejabat itu termasuk banyak anggota Liga Nasional bagi Demokrasi (National League for Democracy/NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi, tokoh yang digulingkan dari kekuasaan dalam kudeta 1 Februari. Mereka membentuk "pemerintah persatuan nasional atau (Government of National Unity/GUN)" untuk menolak junta.

Pada Rabu (5/5), pemerintah bayangan mengumumkan pembentukan pasukan pertahanannya sendiri untuk melawan rezim para jenderal dan untuk melindungi warga sipil dari tindakan represif militer.

Pada Sabtu (8/5) malam, TV pemerintah mengimimkan bahwa "pasukan pertahanan rakyat" itu serta kelompok bernama Komite Perwakilan Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) atau parlemen, kini masuk dalam daftar "organisasi teroris."

"Kami meminta rakyat untuk tidak mendukung aksi teroris, tidak memberi bantuan kepada aktivitas teroris GUN dan CRPH, yang mengancam keamanan rakyat," kata TV pemerintah.

Sebelumnya, junta telah menyatakan GUN dan CRPH sebagai "perkumpulan ilegal" dan mengatakan bahwa siapapun yang melakukan kontak dengan organisasi-organisasi itu, dianggap melakukan pengkhianatan tinggi.

Namun, klasifikasi baru sebagai "organisasi teroris" berarti siapapun yang berkomunikasi dengan para anggotanya, termasuk wartawan, bisa dijerat dengan Undang-Undang (UU) antiterorisme. [vm/ft]

Oleh: VOA

Jumat, 09 April 2021

Polisi ungkap Peran 3 Buron Terduga Teroris Jakarta yang Diburu Densus 88, Berikut daftar lengkap ketiga orang dalam DPO

Polisi ungkap Peran 3 Buron Terduga Teroris Jakarta yang Diburu Densus 88, Berikut daftar lengkap ketiga orang dalam DPO
ILUSTRASI.

BorneoTribun Jakarta -- Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri terus melakukan pengembangan usai menangkap sejumlah terduga teroris di Jakarta dan sekitarnya baru-baru ini. Termasuk tiga orang bernama Arief Rahman Hakim, Nouval Farisi, dan Yusuf Iskandar alias Jerry yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Densus 88.
Rupanya, ketiganya terlibat dalam sejumlah aksi terorisme sehingga diburu oleh Densus 88. Mereka merencanakan hingga membuat bom untuk menyerang anggota TNI-Polri.

"Ketiganya mengetahui, merencanakan, dan membuat bom untuk melakukan penyerangan terhadap anggota TNI-Polri," demikian cuitan akun Twitter @DivHumas_Polri seperti dilihat detikcom, Kamis (8/4/2021) malam.

Selain itu, ketiga terduga teroris tersebut diketahui sudah merencanakan pengeboman di SPBU dan industri milik warga keturunan Tionghoa. Bahkan, mereka masuk ke kelompok Husein Hasny, eks anggota Front Pembela Islam (FPI) yang ditangkap Densus 88 di Condet, Jakarta Timur (Jaktim), beberapa waktu lalu.

"(Merencanakan pengeboman di) industri milik warga keturunan Tionghoa, SPBU, serta area publik yang dilakukan oleh kelompok Husein Hasni," tulis akun resmi Divisi Humas Polri itu.

Sebelumnya, Densus 88 memburu tiga buron hasil dari pengembangan penangkapan terduga teroris di Jakarta. Ketiga buron itu masuk daftar pencarian orang (DPO) polisi.

"Benar, itu daftar pencarian orang dari Densus 88/AT Polri," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono saat dimintai konfirmasi mengenai DPO yang beredar, Rabu (7/4).

Ketiga orang dalam DPO itu bernama Arief Rahman Hakim, Nouval Farisi, dan Yusuf Iskandar alias Jerry. Mereka semua berdomisili di Jakarta Selatan.

Sementara itu, Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan menyebut ketiga orang tersebut dikejar lantaran berkaitan dengan aksi terorisme. Diketahui, beberapa terduga teroris ditangkap di kawasan Jakarta dan sekitarnya baru-baru ini.

"Tiga (orang dalam) DPO tersebut terkait dengan aksi terorisme," ucap Ramadhan saat dihubungi secara terpisah.

Berikut daftar lengkap ketiga orang dalam DPO
Tiga buron terduga teroris di Jakarta. (Foto: dok Istimewa)

Berikut daftar lengkap ketiga orang dalam DPO itu:

1. Arief Rahman Hakim
TTL: Jakarta, 12 April 1973
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat: Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan
Pasal: Pasal 15 Jo Pasal 7 Jo Pasal 9 Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003.

2. Nouval Farisi
TTL: Jakarta, 8 November 1985
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat: Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Pasal: Pasal 15 Jo Pasal 7 Jo Pasal 9 Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003.

3. Yusuf Iskandar alias Jerry
TTL: Jakarta, 14 Oktober 1967
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat: Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Pasal: Pasal 15 Jo Pasal 7 Jo Pasal 9 Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003. (YK/DK/ME)

Kamis, 08 April 2021

Datangi Bengkel, Bhabinkamtibmas Ajak Warga Binaanya Untuk Perangi Teroris Dan Aksi Radikalisme

Datangi Bengkel, Bhabinkamtibmas Ajak Warga Binaanya Untuk Perangi Teroris Dan Aksi Radikalisme
Datangi Bengkel, Bhabinkamtibmas Ajak Warga Binaanya Untuk Perangi Teroris Dan Aksi Radikalisme

BorneoTribun Landak, Kalbar -- Dengan adanya bom bunuh diri di Makasar, Masyarakat diminta tetap waspada dengan aksi radikalisme dan terorisme di tengah proses upaya pencegahan wabah virus corona atau Covid-19. 

Maka dari itu Bhabinkamtibmas Polsek Menjalin Bripka Riyanto datangi bengkel dengan mengajak warganya untuk melawan terorisme yang dapat menghancurkan Kamtibmas khususnya di Desa binaannya meskipun saat ini masih dengan suasana virus Corona. Kamis( 8/4/3/2021)

Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk sosialisasi yang rutin dilakukan oleh anggota Bhabinkamtibmas Polsek Menjalin untuk selalu mengingatkan tentang bahaya masuknya paham radikalisme pada warga masyarakat khususnya masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Menjalin dan kepada Masyarakat jangan sampai terlena dengan adanya orang asing yang dapat menghancurkan pecah belah Bhineka Tunggal Eka

Bripka Riyanto sebagai Bhabinkamtibmas menuturkan Bahwa Saat ini, semua upaya mesti difokuskan untuk penanganan dan pencegahan Covid-19 dan jangan lupa selalu patuhi prokes.

"Meski demikian masyarakat tidak boleh lengah dan selalu waspada terkait kemungkinan adanya aksi radikalisme dan terorisme di tengah wabah pandemi virus  yang dapat menghancurkan negara ini khususnya di Kecamatan Menjalin jangan sampai adanya terorisme,"imbuhnya

Kepolsek Menjalin Iptu Burhan nuddin,SH pada saat di konfirmasikan mengatakan, yang dilaksanakan oleh anggotanya merupakan bentuk sosialisasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat memahami bahaya paham radikalisme.

 “Kami selalu mensosialisasikan kepada masyarakat untuk bersama-sama menolak masuknya paham radikalisme ditengah-tengah masyarakat khususnya di Kecamatan Menjalin,” Ungkap Burhan

Penulis : Rinto Andreas/Rodiansyah

Sabtu, 03 April 2021

Densus 88 Antiteror Mabes Polri Geledah Dua Tempat diduga terkait Teroris

Densus 88 Antiteror Mabes Polri Geledah Dua Tempat diduga terkait Teroris
Ilustrasi. Gambar Istock

BorneoTribun Jakarta - Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror Mabes Polri menggeledah 2 tempat yang diduga berkaitan dengan kegiatan teroris, Jumat (2/4/2021). Kedua lokasi yang digeledah berada di Kapanewon Berbah, Sleman.

Di lokasi pertama, Densus menggeledah rumah yang berlokasi di RT 06 RW 05, Dawukan, Sendangtirto, Berbah, Sleman. Rumah yang digeledah merupakan milik pria berinisial H.

Petugas melakukan penggeledahan area di sekitar lokasi mulai sekitar maghrib. Nampak seluruh area dijaga petugas kepolisian. Warga yang tidak berkepentingan dilarang lewat. Operasi baru berakhir kurang lebih pukul 19.30 WIB.

Ketua RW 05 Dawukan, Sendangtirto, Berbah Kadiyono mengatakan, penggeledahan dilakukan selepas mgahrib.

"Saya diminta menjadi saksi. Saya sampe situ baru abis maghrib," kata Kadiyono saat dijumpai di kediamannya, Jumat (2/4/2021).

Saat penggeledahan, ia menyaksikkan petugas membawa beberapa barang.

"Kayaknya pedang, tapi kayanya. Ada buku juga," bebernya.

Selama proses penggeledahan sosok H tidak terlihat di dalam rumah. Berdasarkan informasi yang diperoleh Kadiyono, H sudah diamankan sebelumnya.

"Katanya tadi (H) sudah dibawa (petugas)," jelasnya.

Dijelaskan Kadiyono, H bukanlah warga Sendangtirto. Melainkan Tegaltirto, Berbah. Ia pun mengaku mengenal baik sosok H.

"Saya mengenalnya baik, nggak ada yang aneh-aneh. Kalau ada kerja bakti ikut. Kalau kerjanya saya nggak tahu," ujarnya.

Sementara itu, di lokasi kedua, Densus I8 menggeledah ruangan Ponpes Ibnul Qoyyim Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman.

Ketua RT 04 RW 07 Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman, Agus Purwanto (48) yang menjadi saksi menuturkan penggeledahan dimulai selepas isya.

"Habis isya, selesai sekitar setengah 10 malam. Tadi banyak (petugas), bilang dari Mabes Polri," kata Agus, hari ini.

Ia menuturkan, petugas selain menggeledah ponpes, juga turut menggeledah rumah yang berada di seberang ponpes. Diketahui rumah itu milik pria berinisial A yang merupakan suami dari direktur pondok.

"Yang digeledah, ruangan direktur ponpes dan rumah pribadi (milik A). Semua yakni, ruang direktur, ruang kantor, tata usaha, yang diperiksa," jelasnya.

Ia menuturkan, petugas membawa sejumlah barang dari kediaman A.

"Yang dibawa ada laptop, CPU, buku-buku yang banyak, buku tabungan, busur ada 2 dan anak panah 2. Barangnya diambil di rumah pribadi," tuturnya.

Ia pun tidak tahu keberadaan A. Namun, pada saat penggeledahan, A sudah tidak ada.

"Nggak tahu ada (orang) yang dibawa, tadi istrinya ada tapi suaminya tidak ada, nggak tahu kemana," ungkapnya.

Selama ponpes itu berdiri dari tahun 80 an, ia mengaku baru kali ini digeledah. Pasalnya, sejauh ini tidak ada aktivotas mencurigakan di ponpes itu.

"Baru kali ini digeledah, tidak ada aktivitas mencurigakan," pungkasnya.

Jumat, 02 April 2021

Pengamat: Perempuan Yang Terpapar Terorisme Sangat Militan

Pengamat: Perempuan Yang Terpapar Terorisme Sangat Militan
Beberapa perempuan eks istri militan ISIS yang ditahan di kamp al-Hol, Hasaka, Suriah (foto: dok).

Perempuan kembali menjadi pelaku dalam serangan bom bunuh diri dalam dua kejadian terakhir di Makassar dan Jakarta.


BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Perempuan kembali menjadi pelaku dalam serangan teror di dua kejadian terakhir di Makassar dan Jakarta.​

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah kepada VOA, Kamis (1/4), mengatakan perempuan yang terpapar terorisme sangat militan dalam menjaga keyakinannya dan itu sangat memprihatinkan.

Pernyataannya ini menanggapi keterlibatan perempuan dalam dua serangan bunuh diri yang terjadi berdekatan, yakni pada 28 Maret di depan Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan, dan pada 31 Maret di halaman Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta.

Syauqillah menjelaskan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan Al-Qaidah berbeda memperlakukan perempuan.

Kalau Al-Qaidah menjadikan komponen pendukung dari serangan teror, sedangkan buat ISIS, perempuan itu menjadi aktor utama atau pelaku.

Para ibu dan anak-anak di kamp al-Hol, tempat pengungsian keluarga mantan kombatan ISIS, di wilayah al-Hasakeh, timur laut Suriah, 14 Januari 2020. (Foto: AFP)

"Karena mereka berpikir kalau laki-laki bisa berjihad, kami pun perempuan bisa melakukan jihad. Mereka berpikir kenapa hanya laki-laki yang boleh berperang, berjihad? Kenapa perempuan tidak? Kami juga bisa dong. Itu pikiran utamanya," kata Syauqillah.

Selain masalah ideologi, penggunaan perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri juga bagian dari strategi untuk mengelabui musuh atau aparat sehingga lebih mudah mendekati sasaran.

Noor Huda Ismail. (Foto: Dok Pribadi)

Perempuan yang akan melakukan serangan bunuh diri dengan membawa bom di tubuhnya tidak akan dicurigai oleh aparat. Dia mencontohkan saat konflik Poso, ada beberapa kasus lelaki yang berpakaian seperti perempuan untuk mengelabui aparat.

Pakar terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail menjelaskan bukan hal aneh kalau jaringan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah menjadikan perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri.

"Inilah narasi yang dipakai oleh ISIS, kenapa harus laki-laki? Perempuan juga bisa (melakukan bom bunuh diri). Narasi yang dikembangkan itu bahwa jihad, melakukan aksi itu namanya fardu ain, kewajiban individu," kata Noor Huda.

Narasi tersebut, lanjut Noor Huda, semestinya menjadi peringatan bagi semua negara untuk meningkatkan kewaspadaan bahwa lelaki dan perempuan bisa sama-sama menjadi berpaham ekstrem dan bergabung dengan kelompok teroris. Karena itu, dia menambahkan isu terorisme juga harus dilihat dengan menggunakan pendekatan gender.

Noor Huda mengatakan dengan menggunakan perempuan sebagai pelaku, kelompok teroris seperti Jamaah Ansarud Daulah (JAD) mengirim pesan kepada lelaki berpaham ekstrem untuk juga melancarkan serangan bunuh diri dan jangan kalah dengan kaum hawa.

Dia meyakini akan ada bom bunuh diri lagi dilakukan oleh para pemuja ISIS tersebar di Internet. Apalagi, menurut Noor Huda, momentum Ramadan selalu dipakai sebagai saat yang tepat untuk berjihad dengan klaim mereka mencontoh Rasulullah yang pernah berperang di bulan suci Ramadan. Hal ini kian berbahaya karena kelompok teroris gencar melakukan propaganda mereka secara online.

Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo saat memberikan keterangan pers terkait peristiwa penyerangan Mabes Polri, Rabu 31 Maret 2021. (Foto: VOA)

Menurut Noor Huda, untuk mencegah lelaki atau perempuan terpapar paham teroris, maka perlu diberi pemahaman kepada pengguna Internet bahwa tidak semua informasi yang tersebar di dunia maya itu benar, butuh pemahaman bagaimana cara menggunakan Internet atau media sosial yang benar.

Dalam jumpa pers pasca serangan teroris di Markas Besar Polri, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan pelaku ZA adalah orang yang terpapar paham teroris melalui Internet.

Setidaknya sudah tiga kali serangan bom bunuh diri pelakunya perempuan, yakni bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya pada Mei 2018, bom bunuh diri di Sibolga (Sumatera Utara) pada Maret 2019, bom bunuh diri di Makassar pada 28 Maret lalu, dan serangan bunuh diri di Markas Besar Polri pada 31 Maret. [fw/em]

Oleh: VOA Indonesia

Kapolri sebut ada 23 Orang Ditangkap Terkait Bom Gereja Makassar

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

BorneoTribun Jakarta -- Pasca ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Hati Yesus Yang Maha Kudus di Makassar, Sulawesi Selatan, polisi berhasil menangkap puluhan orang yang berkaitan dengan ledakan tersebut. 

Salah seorangnya merupakan otak perakit bom tersebut.

Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, mengatakan polisi telah menangkap 23 orang yang berkaitan dengan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, yang terjadi pada Selasa (28/3) pekan lalu.

“Total sampai hari ada 23 orang dari tiga tempat tersebut,” kata Sigit, Rabu (31/3) malam.

Sigit memerinci, puluhan orang itu diamankan di tiga lokasi berbeda yakni Makassar, Jakarta, dan Bima. Polisi menangkap lima orang di Jakarta, dan lima lainnya di Bima. 

Tiga belas terduga teroris sebelumnya telah diamankan di Makassar, bahkan di antaranya merupakan otak perakit bom.

“Satu orang inisial W adalah pelaku otak perakit bom, ini sudah kami amankan,” sebutnya.

Saat ini polisi masih terus melakukan pengembangan terkait bom bunuh diri yang terjadi di Makassar.

“Usut sampai tuntas, dan informasi lebih lanjut akan kami informasikan,” pungkas Sigit.

Seperti diketahui, bom bunuh diri terjadi di pintu gerbang Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) pagi. 

Dalam ledakan itu, polisi menyebut dua orang yang merupakan pasangan suami istri berinisial L dan YSF merupakan pelaku bom bunuh diri tersebut. 

Polisi juga mengatakan keduanya berafiliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Sedikitnya 20 orang luka-luka dalam insiden yang terjadi pada Misa Minggu Palma seminggu menjelang Paskah. [aa/em]

Oleh: VOA Indonesia

Kamis, 01 April 2021

Presiden Jokowi ajak Semua Masyarakat Indonesia Harus Bersatu Melawan Terorisme

Presiden Jokowi ajak Semua Masyarakat Indonesia Harus Bersatu Melawan Terorisme
Presiden Jokowi (Foto: BPMI Setpres/Lukas)

BorneoTribun Jakarta -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu melawan terorisme. 

Hal itu disampaikannya menanggapi aksi penyerangan yang terjadi di area Mabes Polri, Jakarta, Rabu (31/03/2021) kemarin. 

“Terkait dengan terjadinya aksi terorisme kemarin sore di Mabes Polri, saya minta kepada seluruh masyarakat di seluruh Tanah Air agar semuanya tetap tenang tapi juga waspada dan menjaga persatuan, dan kita semuanya bersatu melawan terorisme,” ujarnya, Kamis (01/04/2021). 

Presiden juga menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi terorisme di Indonesia. 

“Saya tegaskan sekali lagi, tidak ada tempat bagi terorisme di Tanah Air,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa dirinya juga telah memerintahkan seluruh jajaran terkait untuk meningkatkan kewaspadaan. 

Terkait aksi terorisme ini, Kepala Negara juga telah memerintahkan segenap jajaran terkait untuk meningkatkan kewaspadaan. 

“Saya juga telah memerintahkan kepada Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala BIN untuk meningkatkan kewaspadaan,” tandasnya. (FID/UN)

Rabu, 31 Maret 2021

Wahidah Sang Ibu mertua Ungkap Menantunya Pelaku Bom Bunuh Diri Makassar Hamil 4 Bulan

Wahidah Sang Ibu mertua Ungkap Menantunya Pelaku Bom Bunuh Diri Makassar Hamil 4 Bulan
Dua pelaku terduga bomber Makassar. (dok. Istimewa)

BorneoTribun.com - Perempuan pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, YSF atau Dewi, diketahui tengah hamil empat bulan saat melakukan aksinya, Minggu (28/3). Kabar tersebut diketahui melalui informasi yang diberikan mertua pelaku.

Dilansir dari CNN Indonesia, Wahidah (51), sang ibu mertua mengatakan bahwa info Dewi tengah hamil 4 bulan diketahui dari besannya atau ibu kandung Dewi.

Dia sendiri mulanya tak mengetahui kehamilan sang menantu. Dia mengaku baru mengetahui menantunya sedang hamil setelah berbincang dengan ibu kandung Dewi.

"Informasinya itu dari mamanya si perempuan, memang dia (Dewi) sudah cerita ke ibunya (bahwa dirinya sedang hamil 4 bulan)," kata Wahidah.

Kepala BNPT Boy Rafli Amar sempat menanggapi kabar soal YSF alias Dewif tengah hamil. Dia menyebut informasi itu akan diselidiki lebih lanjut.

"Saya belum mengetahui (secara pasti), nanti dilihat dari hasil pemeriksaan forensik," jelas Boy di Makassar.

Dewi bersama suaminya, berinisial L diketahui baru menikah sekitar 7 bulan lalu. Ibu kandung Dewi, EM, menyebut dia sudah jarang bertemu putrinya setelah menikah dengan L.

"(Menikah) 7 bulan lalu. (Kegiatan) jualan online, saya tahu dia jualan online dan suaminya yang antar makanan," ujar ibu kandung Dewi, EM, saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Senin (29/3).

Teror bom bunuh diri terjadi di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) pagi. Setelah peristiwa tersebut, Polri pun menggiatkan operasi perburuan terduga teroris di seluruh Indonesia. Hasilnya, belasan orang pun diamankan dari berbagai lokasi di Indonesia termasuk dengan barang-barang bukti berupa bahan peledak. (*)

Oleh: CNN Indonesia

Bom Bunuh Diri di Makassar: Pengantin Baru dan Potensi Serangan Baru

Polisi memeriksa barang bukti di sekitar lokasi ledakan di Gereja Katedral Makassar, Senin (29/3).

BorneoTribun Jakarta -- Polisi mengonfirmasi kedua pelaku bom bunuh diri di depan halaman gereja Katedral di Jalan Kartini, Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu (28/3), sebagai pasangan suami istri yang baru saja menikah enam bulan lalu. Polisi baru menyebut inisial identitas keduanya sebagai L dan YSF.

“Betul pelaku adalah pasangan suami istri yang baru menikah enam bulan,” ujar Kadivhumas Polri Irjen Pol. Argo Yuwono dalam konferensi pers virtual hari Senin (29/3).

Di Makassar, Kapolri Jendral Pol. Listyo Sigit Prabowo kembali mengukuhkan hal ini.

“L dan YSF beberapa bulan lalu, tepatnya enam bulan lalu, dinikahkan oleh Rifaldi, yang juga telah ditangkap Januari lalu,” ujarnya. Ditambahkannya, L telah meninggalkan surat wasiat untuk orang tuanya, “yang isinya mengatakan yang bersangkutan berpamitan dan siap mati syahid.”

Pelaku Serangan Bunuh Diri Bagian Kelompok JAD di Filipina

Sebagaimana yang diindikasikan tiga pengamat intelijen dan terorisme yang diwawancarai VOA sebelumnya, polisi mengatakan pelaku adalah bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah JAD. Bahkan Argo Yuwono secara lebih rinci menyebut pelaku sebagai bagian dari kelompok JAD yang melakukan pemboman gereja Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Filipina, pada Januari 2019, yang menewaskan 20 orang dan melukai 102 lainnya.

Berdasarkan keterangan polisi diketahui L dan YSF berboncengan sepeda motor dan mencoba memasuki kawasan gereja ketika berakhirnya Misa Minggu Palma. Seorang penjaga keamanan gereja mencegah mereka dan tak lama kemudian ledakan terjadi. Sedikitnya 20 orang luka-luka terkena pecahan bom, sementara kedua tersangka pelaku tewas seketika.

Polisi Temukan Lima Bom Aktif

Polisi dan Densus 88 Anti-Teror bergerak cepat. Hanya beberapa jam setelah ledakan bom bunuh diri di Makassar, empat orang ditangkap di Bima, Nusa Tenggara Barat. Disusul penangkapan empat orang lainnya di Condet dan Bekasi, Jakarta, dalam operasi yang dipimpin langsung oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Fadil Imran hari Senin (29/3).

Polisi menunjukkan tas plastik berisi barang bukti yang dikumpulkan dari lokasi ledakan di Gereja Katedral, Makassar, Senin (29/3).

Polisi juga menemukan sejumlah barang bukti, termasuk lima bom aktif berdaya ledak tingi dan sangat mudah terbakar, yang sudah dirakit dalam bentuk kaleng; termasuk campuran bahan peledak yang dapat digunakan untuk membuat 70 bom pipa.

Ideologi Takfiri & Potensi Serangan Baru

Berbicara dengan beberapa pengamat terorisme, diketahui bahwa serangan bom bunuh diri di Makassar tidak saja menunjukkan masih kuatnya rekrutmen dan militansi di kalangan kelompok-kelompok radikal seperti JAD, tetapi juga pembalasan yang dilakukan terhadap penangkapan sejumlah tersangka teroris oleh aparat beberapa minggu terakhir ini.

Pakar terorisme Al Chaidar. (Foto: Dok Pribadi)

Diwawancarai melalui telpon Senin malam (29/3) pengamat terorisme di Universitas Mailikussaleh Aceh, Al Chaidar, mengatakan, “Militansi memang sulit dijelaskan secara sosiologis karena ini merupakan fenomena psikologis dan antropologis. Militansi itu yang membuat mereka bertahan dan resilien. Interpretasi mereka terhadap agama yang sederhana, membuat mereka melihat dunia ini hitam putih dan memandang musuh-musuh Tuhan sebagai sesuatu yang harus dihancurkan dengan kekerasan.”

Cara pandang agama yang menekankan pada hukum agama yang keras, yang berkembang menjadi kecenderungan untuk senantiasa merasa benar, mengeluarkan atau menghukum orang yang dinilai berbeda atau salah dikenal sebagai takfiri. Pengamat Timur Tengah dan terorisme di Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan selama ideologi takfiri masih ada maka teroris akan tetap ada. Seringkali kelompok teror ini ingin melakukan aksi dan mencari glorifikasi menjelang atau pada saat bulan suci Ramadhan “karena diyakini sebagai simbol kemenangan,” sebagaimana sejumlah perang yang dilakukan umat Islam ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, ujarnya.

Oleh karena itu Stanislaus Riyanta, pengamat terorisme lain di Universitas Indonesia mengatakan “sangat mungkin, bahkan bisa jadi aksi ini menjadi trigger (pemicu.red) aksi-aksi lain.”

Al Chaidar juga menyampaikan hal serupa. “Bukan mustahil mereka akan melakukan serangan lain, bahkan terhadap gereja-gereja yang pernah diserang di Surabaya dan Makassar,” terlebih mengingat jaringan JAD kini tersebut di 19 propinsi.

Upaya Deradikalisasi Butuh Waktu Panjang

Ketiga pengamat ini menilai operasi pemberantasan terorisme tidak cukup hanya dengan penangkapan besar-besaran, tapi harus disertai upaya deradikalisasi untuk membentuk masifnya ideologi Wahabi Takfiri.

Densus 88 Anti-Teror telah menangkap ratusan terduga teroris sejak awal tahun ini (foto: dok).

Densus 88 Anti-Teror memang telah menangkap ratusan terduga teroris sejak awal tahun ini di berbagai lokasi di Indonesia, antara lain di Makassar, Sulawesi Selatan; Pontianak, Kubu Raya dan Singkawang di Kalimatan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jakarta dan Tangerang. Namun upaya deradikalisasi memang belum menunjukkan hasil.

“Jika aparat bisa langsung sigap menangkap semua jaringan maka potensi serangan lanjutan bisa direduksi. Namun perlu kekuatan besar untuk melawan radikalisme terorisme, dan kekuatan itu sebenarnya dimiliki masyarakat,” ujar Stanislaus Riyanta.

Ironisnya, tambahnya, “yang denial (mengingkari atau menolak.red) upaya pemberantasan ini di masyarakat juga kuat. Mereka misalnya merasa langkah pemerintah – misalnya membubarkan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan FPI (Front Pembela Islam) – sebagai memusuhi agama.”

Kunjungi Lokasi Ledakan, Menag: Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan & Teror

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengakui memerangi teror dan radikalisme tidak mudah.

“Kita butuh kerjasama semua pihak – media, aparat keamanan – agar tragedi kemanusiaan ini tidak terulang lagi,” ujar Gus Yaqut, panggilan akrab beliau, ketika mengunjungi Gereja Katedral di Makassar, hari Senin (29/3).

Bom Bunuh Diri di Makassar: Pengantin Baru dan Potensi Serangan Baru
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas didampingi Uskup Agung Makassar Mgr. John Liku Ada' menguatkan warga agar tidak takut beribadah, pasca ledakan bom di Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Kemenag RI)

Yaqut mendesak seluruh pemuka agama untuk terus berdakwah dengan jalan yang damai dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. “Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan teror,” tegasnya.

Didampingi Uskup Agung Makassar Mgr. John Liku Ada', Yaqut mendorong umat Kristiani di Makassar untuk tetap beribadah seperti biasa tanpa rasa takut.

“Beribadahlah seperti biasa, jangan ketakutan. Kita akan lawan, hadapi kelompok-kelompok yang melakukan teror itu,” ujarnya. [em/jm]

Oleh: VOA Indonesia

Selasa, 30 Maret 2021

Bom Bunuh Diri di Makassar, Polisi Tangkap 4 Terduga Teroris di Condet dan Bekasi

Polisi anggota regu penjinak bom, menunjukkan kantong plastik berisi barang-barang yang dikumpulkan di dekat lokasi ledakan hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus, termasuk apa yang diyakini sebagai bagian dari alat peledak yang digunakan dalam serangan bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 29 Maret 2021. (AP Photo / Yusuf Wahil)

BorneoTribun Jakarta -- Polisi Senin (29/3) menangkap empat terduga teroris dalam penggerebekan di Condet dan Bekasi yang diduga terkait ledakan bom di Makassar, Sulawesi Selatan sehari sebelumnya.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) Inspektur Jenderal Fadil Imran dalam jumpa pers, Senin (29/3) menjelaskan dalam penggerebekan di dua tempat, Bekasi dan Condet, hari Senin (29/3) polisi menangkap empat terduga teroris terkait serangan bom bunuh diri yang berlangsung di depan gereja katedral di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu (28/3).

Terduga teroris pertama berinisial ZA, laki-laki umur 37 tahun, diduga berperan membeli bahan baku untuk membuat bahan peledak, seperti aseton, HCl, termometer, dan bubuk aluminium. ZA juga mengajarkan cara membuat bom kepada terduga teroris berinisial BS.

Terduga teroris kedua adalah BS, pria berusia 43 tahun, diduga mengetahui cara membuat bahan peledak dan menyampaikan kepada terduga teroris berinisial AJ terkait “takjil” (nama sandi untuk campuran bahan kimia untuk membuat bahan peledak).

Anggota polisi penjinak bom memeriksa area sekitar lokasi serangan bom bunuh diri hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, Senin, 29 Maret 2021. (AP Photo/Yusuf Wahil)

Terduga teroris ketiga berinisial AJ, lelaki berumur 46 tahun, diduga mengetahui dan membantu ZA membuat bahan peledak. AJ bersama BS mengikuti beberapa pertemuan untuk mempersiapkan serangan teror menggunakan bahan peledak.

Terduga teroris keempat berinisial HH, laki-laki berusia 56 tahun yang ditangkap di Condet, dinilai memiliki peran penting.

"Dia yang merencanakan, mengatur taktis dan teknis pembuatan (bom) bersama ZA. (HH) hadir dalam pertemuan-pertemun untuk mempersiapkan kegiatan-kegiatan amaliyah (serangan bunuh diri) ini. (Dia) membiayai dan mengirimkan video tentang teknis pembuatan (bom) kepada ketiga tersangka lainnya," kata Fadil.

Polisi penjinak bom memeriksa area sekitar lokasi serangan bom bunuh diri hari Minggu di Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 29 Maret 2021.

Beberapa barang bukti yang disita dari dua lokasi penggerebekan itu adalah satu parang, telepon seluler, dompet, kartu debit, kartu ATM, dan KTP atas nama ZA, dua surat tilang, kartu asuransi, dan uang tunai Rp 3.056.900.

Dari tangan AJ, polisi juga menyita sebuah telepon seluler. Sementara dari tangan HH, polisi menyita telepon seluler dan kartu identitas diri. Polisi juga menemukan lima bom aktif yang sudah dirakit dalam bentuk kaleng dan tergolong bom berdaya ledak tinggi dan sangat mudah terbakar. Polisi juga menyita campuran bahan peledak seberat 3,5 kilogram yang dapat menghasilkan 70 bom pipa.

Fadil menambahkan keempat terduga teroris itu diancam penjara 15 tahun berdasarkan Undang-undang Terorisme.

Pengamat: Pandemi Tak Surutkan Ancaman Teror

Pengamat Timur Tengah dan Terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan penangkapan teroris di Bekasi dan Condet serta bom bunuh diri di Makassar menunjukkan kelompok teror di Indonesia masih ada.

Dia menambahkan organisasi teroris kerap mencari momentum dalam melancarkan serangannya. "Seringkali kelompok teror itu ingin melakukan aksi terornya menjelang bulan suci Ramadan. Kelompok ini mencari juga klarifikasi aksinya mendekati bulan suci Ramadan atau di bulan suci Ramadan. Ini kan momentumnya menjelang bulan suci Ramadan," ujar Syauqillah.

Syauqillah memperingatkan kejadian bom bunuh diri di Makassar menunjukkan di masa pandemi COVID-19, kelompok teroris tidak mengurangi ancaman mereka untuk melaksanakan teror.

Menurut Syauqillah, sebagian teroris meyakini melakukan serangan teror menjelang atau di bulan suci Ramadan bisa menjadi simbol kemenangan bagi mereka, seperti sejumlah perang yang dilakukan umat Islam semasa Nabi Muhammad hidup.

Dia menekankan selama ideologi takfiri masih ada, maka teroris akan selalu ada.

Polisi Terus Kembangkan Penyelidikan

Kapolda Metro Jakarta Raya Inspektur Jenderal Fadil Imran memimpin langsung penggerebekan di dua tempat tersebut pada Senin, yakni di Desa Sukasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, dan di Condet, Jakarta Timur.

Penggerebekan ini merupakan tindak lanjut dari upaya pengusutan bom bunuh diri yang berlangsung di depan pintu masuk sebuah gereja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu (28/3).

Fadil mengatakan penggerebekan itu dilakukan oleh para personel dari Detasemen Khusus 88 sert Direktorat Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya, sehari setelah Lukman dan istrinya – dua tersangka pembom bunuh diri – melakukan serangan bunuh diri di Makassar. Insiden ini menewaskan kedua pelaku dan melukai puluhan orang lainnya. [fw/em]

Oleh: VOA Indonesia

Senin, 29 Maret 2021

Pemuda Tani HKTI Kendal Mengutuk Keras Aksi Ledakan Bom Makasar

Pemuda Tani HKTI Kendal Mengutuk Keras Aksi Ledakan Bom Makasar
Pemuda Tani HKTI Kendal Mengutuk Keras Aksi Ledakan Bom Makasar.

BORNEOTRIBUN KENDAL, JATENG -- Pimpinan Cabang Pemuda Tani HKTI Kendal,Jateng mengutuk keras pelaku ledakan bom Makassar di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi.

Ketua DPC Pemuda Tani HKTI Kendal,Jateng Ahmad Nasirin meminta masyarakat tidak takut dengan aksi teror bom bunuh diri dan tetap menjaga semangat persatuan dalam upaya melawan kelompok-kelompok yang bertujuan merusak ikatan kebangsaan.

“Jangan pernah takut, karena ketakutan itu tujuan mereka untuk lebih mudah mengobrak-abrik ketertiban sosial. Kita kutuk dan kita lawan bersama perilaku biadab yang menggunakan agama sebagai pembenar,” Ujar Ahmad Nasirin.

Ia juga berharap agar masyarakat tidak panik dengan kegaduhan yang dibuat pelaku terorisme.

Apalagi terpancing menyebarluaskan konten foto atau video peristiwa di ruang digital seperti media sosial atau aplikasi pesan singkat.

“Stop sebar video dan foto korban. Kita harus lebih bijak dan tidak sedikit pun memberikan tempat terhadap terorisme yang bertujuan menakuti kita semua,” pesan Ketua Pemuda Tani HKTI Kendal tersebut.

Namun Pemuda Tani HKTI Kendal mengingatkan seluruh pihak harus terus mewaspadai kondisi yang terjadi dengan strategi yang terukur. Hal itu untuk mencegah peristiwa teror serupa terulang kembali.

Menurutnya peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan agar selalu berkoordinasi dengan pihak aparat keamanan melaporkan indikasi gerakan-gerakan yang tidak diinginkan dan mencurigakan di lingkungan masing-masing.

“Kita memberikan dukungan penuh kepada aparat keamanan agar menumpas pelaku aksi terorisme yang merusak nilai-nilai kemanusiaan dan kebhinekaan. “Jangan kasih ampun terorisme, “tegas dia.

Oleh: Anas

Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Pasangan Suami Istri Baru Menikah 6 Bulan

Pelaku Bom Bunuh Diri di Makassar Pasangan Suami Istri Baru Menikah 6 Bulan
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono.

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Teka teki pelaku bom bunuh diri yang tewas di depan halaman gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, perlahan-lahan mulai terungkap. 

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menyebut, pelaku bom bunuh diri  terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan. Dari data yang diperoleh keduanya adalah pasangan suami istri yang baru menikah enam bulan. "Betul pelaku pasangam suami istri baru menikah enam bulan," kata Argo dalam keterangannya, Senin (29/3/2021). 

Seperti diketahui, pasca bom  bunuh diri beredar foto seorang laki-laki mengendarai sepeda motor matic berboncengan dengan seorang wanita. Motor dengan nopol DD 5984 MD tersebut tampak hancur. 

Menurut Argo, identitas laki-laki tersebut diketahui L sementara yang wanita YSF pekerjaaan swasta. 

"Penyelidikan masih terus dilakukan termasuk mengungkap pelakunya lainnya," ujar Argo. 

Dia mengatakan, sejumlah tempat sudah digeledah untuk mencari bukti lainnya. Termasuk rumah pelaku. 

"Kita tunggu hasil kerja anggota di lapangan. Dah kami berharap semua dapat diungkap dengan jelas," tandasnya. 

Argo mengungkapkan, pelaku merupakan bagian dari kelompok JAD yang pernah melakukan pengeboman di Jolo Filipina. "Pelaku berafiliasi dengan JAD," ucapnya.

Sementara itu, jumlah korban luka akibat bom bunuh diri yang masih dirawat di rumah sakit tinggal 15 orang. 13 diantaranya di rawat di RS Bhayangkari Makassar dan 2 lainnya di RS Siloam. 

"Dari 19 korban luka saat ini tinggal 15 orang. 4 lainnya diperbolehkan pulang menjalani rawat jalan," tutupnya.

Oleh: Liber

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno