Penampilan Pedro Acosta di MotoGP Qatar Jadi Sinyal Positif Buat KTM yang Akhirnya Temukan Setup Motor Stabil
![]() |
Penampilan Pedro Acosta di MotoGP Qatar Jadi Sinyal Positif Buat KTM yang Akhirnya Temukan Setup Motor Stabil. |
JAKARTA - Pedro Acosta mungkin hanya finis di posisi kedelapan di MotoGP Qatar, tapi bintang muda Red Bull KTM ini meninggalkan Sirkuit Lusail dengan senyum lebar.
Kenapa? Karena akhirnya, ia bisa menyelesaikan balapan tanpa mengalami masalah teknis yang selama ini menghantuinya, terutama soal "chatter" atau getaran di bagian belakang motor.
Padahal, awalnya balapan Acosta cukup berat. Ia sempat turun ke posisi 14 di beberapa lap pertama, namun perlahan tapi pasti, ia mampu menyalip satu per satu pembalap dan finis di posisi 8.
Yang lebih menarik lagi, Acosta jadi pembalap KTM kedua terbaik setelah Maverick Vinales yang tampil luar biasa dan sempat naik podium meski kemudian harus menerima penalti tekanan ban dan turun ke posisi 14.
“Jauh lebih baik,” kata Acosta usai balapan. “Kita harus sebut ini balapan yang ‘layak’, bukan bagus banget, karena saya start dari posisi yang cukup jauh. Tapi yang jelas, saya ngerasa seperti tahun lalu. Nggak ada chatter, nggak ada gangguan apa-apa. Jadi kita bisa lihat, kalau nggak banyak masalah, kita bisa tampil cepat.”
Yang bikin makin menarik, nggak ada perubahan besar pada motor RC16 milik Acosta. Beberapa pembalap KTM lain memang sempat mencoba berbagai pengaturan untuk mengatasi getaran, tapi Acosta justru tampil tanpa ubahan besar dan motor justru terasa lebih stabil.
“Nggak ada perubahan. Kita cuma keluar dan motor langsung enak dipakai. Saya nggak tahu apakah karena pilihan ban atau faktor lain, tapi rasanya enak banget bisa bawa motor tanpa getaran,” jelasnya.
Salut Buat Maverick
Acosta juga nggak pelit pujian buat Maverick Vinales, yang sebenarnya finis di posisi dua sebelum dihukum karena tekanan ban terlalu rendah. Meski begitu, performanya tetap jadi pembicaraan.
“Gampang sih jawabnya. Kita semua tahu Maverick itu berbakat banget. Dia bisa cepat dengan motor apapun. Dia start dari posisi 6, tapi lap pertama udah naik ke posisi 4. Trek juga cukup bersih, cuma ada Marc (Marquez), Pecco (Bagnaia), dan Morbidelli di depannya,” ucap Acosta.
Menurut Acosta, kunci sukses Maverick kali ini juga karena dia nggak mengalami masalah chatter, sama seperti dirinya.
“Itulah kenapa dia bisa balapan dengan sangat baik. Dan kayak yang saya bilang… kita bisa sama cepatnya dengan pembalap lain kalau nggak ada masalah kayak gitu. Ini sinyal bagus. Saya juga pengen bisa balapan seperti dia, tapi saya juga senang buat dia. Dia pantas dapat hasil bagus itu.”
Menariknya, Vinales pakai konfigurasi motor yang sedikit beda dengan Acosta. Tapi Acosta tetap yakin dengan setup motornya sendiri.
“Saya pilih tetap pakai paket motor yang sekarang. Saya nyaman banget hari ini,” ujar Acosta. “Masalah utama saya cuma posisi start. Kalau dibandingin sama Maverick, saya mulai dari lebih belakang. Dia punya kecepatan luar biasa, udah cepat dari awal akhir pekan. Jadi saya nggak bakal bilang bisa ngalahin dia, karena dia benar-benar tampil luar biasa.”
“Tapi hari ini saya seharusnya bisa finis di lima besar. Jadi, ini pertanda yang bagus,” tambahnya.
Tantangan sekarang buat KTM adalah memahami kenapa masalah chatter bisa tiba-tiba hilang di Qatar untuk beberapa pembalap, sementara yang lain seperti Enea Bastianini dan Brad Binder masih kesulitan.
Binder, misalnya, mengaku ini adalah akhir pekan tersulitnya selama di MotoGP. Meski akhirnya naik ke posisi 13 karena penalti Vinales, performanya jauh dari ideal.
“Nggak peduli apapun yang kita coba, saya nggak pernah merasa nyaman. Kalau nggak kena chatter, saya malah ngerasa bagian depan motor kayak mau tergelincir. Dan kalau nggak ngerasa itu, saya malah spinning parah,” kata Binder.
“Saya sempat mendekati grup di depan, tapi kemudian motor malah understeer parah. Saya pakai lebih banyak sudut miring, lalu muncul lagi chatter di belakang dan spinning makin parah. Ban belakang saya habis duluan. Kecepatan sebenarnya ada, tapi kita belum bisa gabungkan semuanya,” jelasnya.
Meski begitu, Binder tetap mengapresiasi performa Vinales. “Saya tahu kira-kira apa saja perbedaan motor dia dibanding kami.
Dan ya, senang banget lihat dia tampil bagus. Seluruh proyek KTM butuh hasil seperti ini. Salut buat dia. Kami bisa banyak belajar dari data dia ke depannya.”
Performa Pedro Acosta dan Maverick Vinales di Qatar jadi harapan baru bagi KTM. Saat motor bekerja seperti seharusnya tanpa gangguan teknis seperti chatter ternyata KTM bisa bersaing dengan pabrikan top lainnya.
Acosta sendiri menunjukkan kematangan dengan tetap realistis dan fokus pada progres.
Meski belum naik podium, hasil ini jadi sinyal positif. Terutama jika KTM bisa menemukan kenapa motor Acosta dan Vinales bisa "tiba-tiba" lebih nyaman dikendarai.
Kalau ini bisa direplikasi di balapan selanjutnya di Jerez, bukan nggak mungkin KTM bakal kembali bersaing di papan atas.
Satu hal yang pasti: Pedro Acosta makin matang dan siap bersaing, bukan cuma sebagai rookie berbakat, tapi sebagai calon juara masa depan.