Berita Borneotribun.com: Pedro Acosta Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Pedro Acosta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pedro Acosta. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 April 2025

Penampilan Pedro Acosta di MotoGP Qatar Jadi Sinyal Positif Buat KTM yang Akhirnya Temukan Setup Motor Stabil

Penampilan Pedro Acosta di MotoGP Qatar Jadi Sinyal Positif Buat KTM yang Akhirnya Temukan Setup Motor Stabil
Penampilan Pedro Acosta di MotoGP Qatar Jadi Sinyal Positif Buat KTM yang Akhirnya Temukan Setup Motor Stabil.

JAKARTA - Pedro Acosta mungkin hanya finis di posisi kedelapan di MotoGP Qatar, tapi bintang muda Red Bull KTM ini meninggalkan Sirkuit Lusail dengan senyum lebar. 

Kenapa? Karena akhirnya, ia bisa menyelesaikan balapan tanpa mengalami masalah teknis yang selama ini menghantuinya, terutama soal "chatter" atau getaran di bagian belakang motor.

Padahal, awalnya balapan Acosta cukup berat. Ia sempat turun ke posisi 14 di beberapa lap pertama, namun perlahan tapi pasti, ia mampu menyalip satu per satu pembalap dan finis di posisi 8. 

Yang lebih menarik lagi, Acosta jadi pembalap KTM kedua terbaik setelah Maverick Vinales yang tampil luar biasa dan sempat naik podium meski kemudian harus menerima penalti tekanan ban dan turun ke posisi 14.

“Jauh lebih baik,” kata Acosta usai balapan. “Kita harus sebut ini balapan yang ‘layak’, bukan bagus banget, karena saya start dari posisi yang cukup jauh. Tapi yang jelas, saya ngerasa seperti tahun lalu. Nggak ada chatter, nggak ada gangguan apa-apa. Jadi kita bisa lihat, kalau nggak banyak masalah, kita bisa tampil cepat.”

Yang bikin makin menarik, nggak ada perubahan besar pada motor RC16 milik Acosta. Beberapa pembalap KTM lain memang sempat mencoba berbagai pengaturan untuk mengatasi getaran, tapi Acosta justru tampil tanpa ubahan besar dan motor justru terasa lebih stabil.

“Nggak ada perubahan. Kita cuma keluar dan motor langsung enak dipakai. Saya nggak tahu apakah karena pilihan ban atau faktor lain, tapi rasanya enak banget bisa bawa motor tanpa getaran,” jelasnya.

Salut Buat Maverick

Acosta juga nggak pelit pujian buat Maverick Vinales, yang sebenarnya finis di posisi dua sebelum dihukum karena tekanan ban terlalu rendah. Meski begitu, performanya tetap jadi pembicaraan.

“Gampang sih jawabnya. Kita semua tahu Maverick itu berbakat banget. Dia bisa cepat dengan motor apapun. Dia start dari posisi 6, tapi lap pertama udah naik ke posisi 4. Trek juga cukup bersih, cuma ada Marc (Marquez), Pecco (Bagnaia), dan Morbidelli di depannya,” ucap Acosta.

Menurut Acosta, kunci sukses Maverick kali ini juga karena dia nggak mengalami masalah chatter, sama seperti dirinya. 

“Itulah kenapa dia bisa balapan dengan sangat baik. Dan kayak yang saya bilang… kita bisa sama cepatnya dengan pembalap lain kalau nggak ada masalah kayak gitu. Ini sinyal bagus. Saya juga pengen bisa balapan seperti dia, tapi saya juga senang buat dia. Dia pantas dapat hasil bagus itu.”

Menariknya, Vinales pakai konfigurasi motor yang sedikit beda dengan Acosta. Tapi Acosta tetap yakin dengan setup motornya sendiri.

“Saya pilih tetap pakai paket motor yang sekarang. Saya nyaman banget hari ini,” ujar Acosta. “Masalah utama saya cuma posisi start. Kalau dibandingin sama Maverick, saya mulai dari lebih belakang. Dia punya kecepatan luar biasa, udah cepat dari awal akhir pekan. Jadi saya nggak bakal bilang bisa ngalahin dia, karena dia benar-benar tampil luar biasa.”

“Tapi hari ini saya seharusnya bisa finis di lima besar. Jadi, ini pertanda yang bagus,” tambahnya.

Tantangan sekarang buat KTM adalah memahami kenapa masalah chatter bisa tiba-tiba hilang di Qatar untuk beberapa pembalap, sementara yang lain seperti Enea Bastianini dan Brad Binder masih kesulitan.

Binder, misalnya, mengaku ini adalah akhir pekan tersulitnya selama di MotoGP. Meski akhirnya naik ke posisi 13 karena penalti Vinales, performanya jauh dari ideal.

“Nggak peduli apapun yang kita coba, saya nggak pernah merasa nyaman. Kalau nggak kena chatter, saya malah ngerasa bagian depan motor kayak mau tergelincir. Dan kalau nggak ngerasa itu, saya malah spinning parah,” kata Binder.

“Saya sempat mendekati grup di depan, tapi kemudian motor malah understeer parah. Saya pakai lebih banyak sudut miring, lalu muncul lagi chatter di belakang dan spinning makin parah. Ban belakang saya habis duluan. Kecepatan sebenarnya ada, tapi kita belum bisa gabungkan semuanya,” jelasnya.

Meski begitu, Binder tetap mengapresiasi performa Vinales. “Saya tahu kira-kira apa saja perbedaan motor dia dibanding kami. 

Dan ya, senang banget lihat dia tampil bagus. Seluruh proyek KTM butuh hasil seperti ini. Salut buat dia. Kami bisa banyak belajar dari data dia ke depannya.”

Performa Pedro Acosta dan Maverick Vinales di Qatar jadi harapan baru bagi KTM. Saat motor bekerja seperti seharusnya tanpa gangguan teknis seperti chatter ternyata KTM bisa bersaing dengan pabrikan top lainnya. 

Acosta sendiri menunjukkan kematangan dengan tetap realistis dan fokus pada progres.

Meski belum naik podium, hasil ini jadi sinyal positif. Terutama jika KTM bisa menemukan kenapa motor Acosta dan Vinales bisa "tiba-tiba" lebih nyaman dikendarai. 

Kalau ini bisa direplikasi di balapan selanjutnya di Jerez, bukan nggak mungkin KTM bakal kembali bersaing di papan atas.

Satu hal yang pasti: Pedro Acosta makin matang dan siap bersaing, bukan cuma sebagai rookie berbakat, tapi sebagai calon juara masa depan.

Pedro Acosta Jadi Rebutan Ducati dan Honda, Ini Respons Mengejutkan dari Sang Manajer

Pedro Acosta Jadi Rebutan Ducati dan Honda, Ini Respons Mengejutkan dari Sang Manajer
Pedro Acosta Jadi Rebutan Ducati dan Honda, Ini Respons Mengejutkan dari Sang Manajer.

JAKARTA - Dunia MotoGP lagi ramai banget ngomongin masa depan Pedro Acosta, si bocah ajaib dari Spanyol yang disebut-sebut sebagai rider paling berbakat dari generasinya. 

Di usia 20 tahun, Acosta udah jadi pembicaraan hangat di bursa transfer MotoGP musim ini. 

Dan baru-baru ini, manajernya, Albert Valera, buka suara soal masa depan sang pembalap muda. Intinya? Dia lagi cari motor terbaik buat karier Acosta. Tapi… ada tapinya nih!

Acosta Diincar Banyak Tim, Termasuk Ducati dan Honda

Saat ini Pedro Acosta masih membalap untuk KTM, pabrikan Austria yang udah nemenin dia dari awal karier profesionalnya. 

Tapi sayangnya, performa KTM musim ini belum bisa dibilang stabil. Meski sempat bersinar lewat Maverick Vinales di Qatar, penalti tekanan ban bikin hasil balapan itu jadi antiklimaks.

Sementara Acosta sendiri, performanya lumayan oke dengan finish di posisi 8 pada dua seri awal musim: Qatar dan Argentina. T

api untuk pembalap sekaliber Acosta, tentu saja targetnya jauh lebih tinggi dari sekadar top 10.

Nah, di tengah ketidakpastian performa KTM, tim-tim besar mulai mengincar Acosta. Ada Ducati yang bisa kasih dia motor spek pabrikan alias sama kayak yang dipakai Marc Marquez dan Pecco Bagnaia kalau dia mau gabung ke tim VR46 milik Valentino Rossi. 

Ada juga Honda, yang walau sempat terseok-seok, sekarang mulai menunjukkan progres. 

Ditambah lagi, mereka punya kekuatan finansial buat narik rider papan atas.

Manajer Acosta: “Tugas Saya Cari Motor Terbaik Buat Pedro”

Albert Valera, manajer Acosta, akhirnya buka suara soal rumor transfer ini. Dalam wawancaranya dengan GPone, dia bilang dengan tegas: “Tugas saya adalah mencari motor terbaik untuk Pedro.”

Dia nggak nutup kemungkinan buat tetap di KTM, tapi juga realistis kalau akhirnya harus cari alternatif lain.

“Semoga saja motor terbaik itu ada di KTM. Tapi kalau nggak, kami akan lihat pilihan lain,” ujar Valera.

Menurut Valera, Acosta punya rasa terima kasih yang besar terhadap KTM karena mereka sudah membesarkan namanya. 

Tapi di dunia balap, pembalap terbaik harus punya motor terbaik juga. Dan ini yang jadi dilema sekarang.

“Di motorsport, pembalap terbaik harus punya motor terbaik. Itu hukum alamnya.”

Satu hal yang bisa jadi penentu keputusan Acosta adalah hasil dari tes privat di Jerez dan balapan Eropa yang akan datang. 

Menurut laporan media Italia, Gazzetta, hasil di Jerez bisa jadi titik balik buat Acosta. 

Kalau KTM gagal menunjukkan progres atau “amunisi” baru yang cukup, bisa jadi Acosta bakal mempertimbangkan pindah lebih serius.

Kebetulan, akhir pekan ini MotoGP kembali ke daratan Eropa dengan seri di Jerez, Spanyol. Ini jadi momen penting karena karakter trek di Eropa biasanya lebih cocok dengan gaya balap Acosta. Bisa jadi di sini kita bakal lihat performa terbaiknya musim ini.

Acosta Masih Punya Keyakinan pada KTM

Meski rumor transfer beredar kencang, Valera bilang Acosta masih punya keyakinan sama KTM. Ia tahu betul kalau pabrikan Austria itu sedang dalam masa sulit, tapi dia percaya mereka akan membawa sesuatu yang baru saat balapan di Eropa.

“Pedro tahu betul KTM sedang kesulitan, tapi dia percaya mereka akan membawa sesuatu yang baru dan lebih kompetitif,” kata Valera.

Dia juga menegaskan kalau Acosta adalah tipe pembalap yang selalu ingin menang, bahkan ketika motornya belum maksimal. 

Karena semangat menang itulah, kadang Acosta melewati batas dan bikin kesalahan. Tapi itulah ciri khas pembalap muda berbakat.

“Dia masih 20 tahun, dan punya kepala keras yang bilang semua itu bisa dilakukan. Jadi kadang dia terlalu nekat,” tambahnya sambil tertawa.

Nah, sekarang semua mata tertuju pada Jerez. Kalau KTM berhasil menunjukkan peningkatan signifikan, besar kemungkinan Acosta bakal lanjut bareng mereka. Tapi kalau nggak? Pilihan Ducati dan Honda bakal semakin menggoda.

Untuk Ducati, menempatkan Acosta di VR46 dengan motor spek pabrikan adalah langkah jenius. Sementara Honda punya kelebihan di sisi finansial dan proyek jangka panjang yang mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.

Apa pun yang terjadi, satu hal yang pasti: masa depan Pedro Acosta bakal jadi penentu peta kekuatan MotoGP dalam beberapa tahun ke depan.

Drama seputar Pedro Acosta ini seru banget buat diikuti. Di balik semua keputusan yang harus diambil, ada satu hal yang pasti: Acosta bukan cuma cari tim, tapi cari motor yang bisa bawa dia ke puncak dunia. 

Dan seperti kata manajernya, tugas mereka adalah menemukan “motor terbaik”, di mana pun itu berada.

Untuk fans MotoGP, ini saat yang pas buat mantengin berita-berita selanjutnya. Karena siapa tahu, pembalap favorit kamu bisa jadi tandem atau rival Acosta musim depan!

Selasa, 22 April 2025

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP
Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP.

JAKARTA - Nama Pedro Acosta memang sedang hangat dibicarakan di dunia MotoGP. Pembalap muda asal Spanyol ini tampil mencuri perhatian sejak debutnya di kelas utama. 

Tapi siapa sangka, di balik semua pencapaian dan ekspektasi tinggi yang disematkan kepadanya, Acosta justru mengungkapkan keinginan yang cukup unik dan penuh rasa hormat: dia ingin bisa “kalah dari Marc Marquez”.

Bukan tanpa alasan Acosta berkata seperti itu. Dalam wawancara dengan media Spanyol Mundo Deportivo, pembalap yang saat ini memperkuat tim Tech3 KTM itu menyatakan bahwa hanya bisa bertarung melawan Marc Marquez saja sudah merupakan sebuah pencapaian tersendiri. 

“Lebih dari sekadar ingin mengalahkannya, saya ingin bisa berada di posisi di mana saya bisa kalah darinya. Karena bisa bertarung dengan pembalap sekelas Marc aja udah prestasi,” ujar Acosta dengan nada penuh hormat.

Debut Gemilang, Musim Kedua Penuh Tantangan

Pedro Acosta memang sempat mencuri perhatian pada musim debutnya di MotoGP. Setelah menjadi juara di Moto3 dan Moto2 dalam tiga tahun, Acosta langsung membuat gebrakan di kelas utama dengan meraih podium di balapan keduanya bersama Tech3 KTM. 

Sepanjang musim 2024, ia berhasil naik podium sembilan kali baik di sprint race maupun balapan utama.

Namun sayangnya, musim 2025 ini belum berjalan sesuai harapan. Dari empat seri awal, Acosta hanya mampu mengumpulkan 24 poin. 

Performanya yang kurang menggigit ini sebagian besar disebabkan oleh motor KTM yang masih kalah kompetitif dibandingkan para rivalnya.

Hal ini jugalah yang membuat rumor kepindahan Acosta ke tim lain makin kencang berhembus. 

Salah satu tim yang santer dikaitkan dengannya adalah VR46 Racing Team milik Valentino Rossi, yang saat ini menggunakan motor Ducati. 

Bahkan, nama Acosta juga disebut-sebut masuk radar tim pabrikan Honda dan tim Pramac Yamaha untuk musim 2026.

Komentar Marquez dan Dukungan Rossi

Menariknya, Marc Marquez sendiri justru mendukung jika Acosta pindah ke tim yang lebih kompetitif. 

Bagi Acosta, mendapat restu dari legenda MotoGP seperti Marquez adalah suatu kehormatan besar. 

“Kalau seorang legenda seperti Marc bilang begitu, itu tentu membanggakan dan sangat positif. Kita lihat saja nanti masa depan akan seperti apa,” ujar Acosta.

Sementara itu, Valentino Rossi yang ditemui saat Grand Prix Qatar juga memberikan dukungan moril kepada Acosta, meskipun ia enggan membahas lebih dalam soal kemungkinan Acosta bergabung ke tim VR46. 

Di sisi lain, bos KTM, Pit Beirer, juga turut angkat bicara untuk menepis isu kepindahan Acosta. 

Ia menegaskan bahwa KTM masih punya kontrak dengan pembalap muda tersebut dan menyebut ketertarikan dari tim-tim lain sebagai “sebuah pujian”.

Antara Loyalitas dan Ambisi

Dilema yang kini dihadapi Acosta mencerminkan konflik antara loyalitas kepada tim dan keinginan untuk terus berkembang. 

Di satu sisi, ia ingin terus membela KTM yang telah memberinya kesempatan di MotoGP. 

Tapi di sisi lain, ia tentu punya ambisi untuk bertarung di papan atas dan meraih gelar juara dunia impian semua pembalap.

Komentar Acosta tentang keinginannya untuk “kalah dari Marquez” juga bisa dimaknai sebagai bentuk kedewasaan. 

Ia sadar bahwa bertarung melawan rider kaliber dunia seperti Marquez adalah tantangan besar. 

Tapi bagi Acosta, kesempatan untuk bisa berada di level yang sama dan bersaing langsung di lintasan adalah hal yang jauh lebih penting daripada sekadar menang.

Masa Depan Masih Misterius

Dengan performa motor KTM yang belum memuaskan dan banyaknya tim yang mulai meliriknya, masa depan Pedro Acosta di MotoGP masih menjadi teka-teki besar. 

Apakah ia akan tetap bertahan di KTM dan berjuang bersama tim Austria itu? Ataukah ia akan menerima tawaran dari tim lain demi peluang lebih besar bersaing di depan?

Satu hal yang pasti, Pedro Acosta telah menunjukkan sikap rendah hati dan semangat bertarung yang luar biasa. 

Di usia yang masih sangat muda baru 20 tahun ia sudah punya pemikiran matang dan rasa hormat yang besar kepada para seniornya. 

Dan siapapun timnya nanti, Acosta jelas adalah sosok yang punya potensi menjadi bintang besar MotoGP di masa depan.

Kamis, 10 April 2025

Pedro Acosta Sindir Ducati: “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”

Pedro Acosta Sindir Ducati “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”
Pedro Acosta Sindir Ducati: “Tak Mungkin Punya Dua Rider Nomor Satu”.

JAKARTA - Persaingan di MotoGP 2025 semakin panas, apalagi sejak kedatangan Marc Marquez ke tim pabrikan Ducati. 

Kini, Ducati punya dua bintang besar: juara dunia Pecco Bagnaia dan si legendaris Marc Marquez. 

Namun, komentar menarik datang dari Pedro Acosta, pembalap muda penuh talenta dari KTM.

Acosta, yang kini jadi sorotan karena performanya yang terus menanjak, memberikan pandangan tajam soal duet maut Ducati. 

Menurutnya, punya dua pembalap top dalam satu tim bukanlah strategi terbaik.

“Kita belum bisa menobatkan siapa raja musim ini. Musim balap masih panjang,” ujar Acosta. “Banyak yang menyebut mereka dream team. Tapi di dunia nyata, tidak ada dream team. Kamu tidak bisa punya dua pembalap nomor satu dalam satu garasi.”

Pernyataan Acosta ini menyiratkan bahwa kehadiran dua rider besar dalam satu tim justru bisa menimbulkan konflik internal, yang akhirnya merugikan tim secara keseluruhan.

Realita Ducati Saat Ini

Keputusan Ducati menggaet Marquez sebenarnya cukup mengejutkan. Biasanya, Ducati lebih suka mempromosikan pembalap dari dalam. 

Tapi performa Marquez di awal musim membuat keputusan itu terlihat tepat ia menang di lima balapan pertama musim ini. 

Sayangnya, di GP Americas, Marquez terjatuh saat memimpin, dan Bagnaia akhirnya keluar sebagai pemenang.

Namun, anehnya, bukan mereka berdua yang memimpin klasemen. Justru Alex Marquez dari tim Gresini, yang konsisten finis di posisi kedua, yang kini memimpin perolehan poin. 

Hal ini memperkuat pendapat Acosta bahwa adanya dua pembalap kuat dalam satu tim bisa saling “mencuri” poin satu sama lain.

KTM dan Situasi Acosta

Di sisi lain, Acosta juga membandingkan situasinya sendiri. Ia masuk ke tim KTM saat Brad Binder sudah menjadi andalan tim. 

Tapi, berbeda dengan Ducati, motor KTM belum sekompetitif Ducati. 

Jadi, tidak ada konflik besar soal siapa yang jadi pembalap utama yang penting adalah kemajuan tim.

“Di KTM, siapa pun yang membawa hasil, itu bagus. Kami butuh peningkatan, bukan kompetisi internal,” tambah Acosta.

Pertarungan Masih Panjang

Balapan selanjutnya akan berlangsung di Qatar, sirkuit yang katanya lebih cocok untuk gaya balap Bagnaia. Tapi dengan kondisi saat ini, tekanan justru makin besar. 

Bagnaia harus bisa memanfaatkan momentum dan menjaga konsistensi. Sementara itu, Marquez tentu tak akan tinggal diam.

Apakah komentar Acosta akan terbukti benar? Akankah ambisi dua bintang Ducati justru saling menghambat? Atau Ducati berhasil membuktikan mereka bisa punya “dua raja” dalam satu istana?

Yang pasti, persaingan MotoGP tahun ini makin seru untuk diikuti. Dan siapa tahu, Pedro Acosta bisa saja jadi kuda hitam yang diam-diam merebut tahta.

Sabtu, 05 April 2025

Pedro Acosta Sebut Tes Jerez 2025 Jadi Hari Paling Penting Musim Ini

Pedro Acosta Sebut Tes Jerez 2025 Jadi Hari Paling Penting Musim Ini
Pedro Acosta Sebut Tes Jerez 2025 Jadi Hari Paling Penting Musim Ini.

JAKARTA - Pedro Acosta, pembalap muda bertalenta dari tim pabrikan KTM, menyebut bahwa tes MotoGP di Jerez yang dijadwalkan pada Senin, 28 April 2025 sebagai “mungkin hari terpenting dalam musim kami”. 

Tes ini akan dilakukan sehari setelah seri Grand Prix Spanyol, dan menjadi momen krusial bagi Acosta dan timnya untuk memperbaiki performa motor RC16 yang masih belum maksimal.

Kenapa Tes Jerez Begitu Penting?

Sejak pramusim berakhir di Buriram, belum ada lagi tes resmi untuk para rider MotoGP. Tes Jerez ini bakal jadi kesempatan emas buat tim-tim—terutama KTM—untuk menguji berbagai pembaruan teknis dan setup motor yang selama ini masih jadi misteri.

Pedro Acosta sendiri mengakui, "Kami harus mencoba banyak hal. Ini mungkin hari paling penting dalam musim kami," tegasnya.

Setelah tampil memukau di musim rookie tahun lalu dengan lima podium dan finish di posisi keempat klasemen sementara hanya dalam tiga seri awal, performa Acosta tahun ini terlihat menurun drastis. Hingga saat ini, ia baru mengumpulkan 16 poin dan duduk di posisi 13 klasemen MotoGP 2025.

Masalah Utama: Getaran di Roda Belakang RC16

Salah satu kendala terbesar yang dihadapi Acosta adalah getaran hebat pada roda belakang, yang muncul ketika ia menarik throttle. Bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga menghambat akselerasi dan stabilitas saat balapan.

“Masalah utamanya selalu soal getaran,” kata Acosta. “Setiap kali saya masuk ke pit, topik ini selalu muncul. Rasanya sudah satu tahun seperti ini.”

Ia menjelaskan perbedaannya dengan ‘chatter’ biasa yang sering terlihat di televisi. “Kalau chatter itu seperti ban melompat-lompat. Tapi yang saya alami bukan lompat, tapi bergetar keras saat throttle disentuh. Dan itu bikin motor makin nggak stabil seiring waktu. Kayak bola salju yang makin gede.”

Sebagai solusi, KTM diketahui menggunakan ‘salad box’ besar di bagian belakang motor—kemungkinan berisi mass damper—untuk meredam getaran tersebut. Tapi sayangnya, hasilnya belum sepenuhnya memuaskan.

Kualifikasi Bagus, Tapi Balapan Belum Maksimal

Walau performa Acosta di sesi kualifikasi cukup bagus—masing-masing start dari posisi ke-7, ke-5, dan ke-4—namun saat Sprint Race dan balapan utama, kecepatannya sering drop secara tiba-tiba.

“Di kualifikasi kita kompetitif. Tapi begitu masuk balapan, grip tiba-tiba hilang,” keluh Acosta. “Kalau gripnya ada, gampang kompetitif. Tapi kenapa dari Q2 ke Sprint bisa turun drastis? Ini yang masih kami coba pahami.”

Persaingan Internal di KTM

Saat ini, rekan setim Acosta, Brad Binder, jadi rider KTM terbaik di klasemen dengan posisi ke-11. Sementara pembalap Tech3, Enea Bastianini dan Maverick Vinales, masing-masing berada di posisi ke-12 dan ke-17.

Ini tentu jadi tekanan tersendiri buat Acosta, apalagi musim lalu ia disebut-sebut sebagai calon juara masa depan MotoGP.

Balapan Selanjutnya: Qatar, Tempat Penuh Kenangan

Sebelum menuju MotoGP Jerez Test 2025, seri berikutnya adalah GP Qatar—yang punya arti spesial buat Pedro Acosta. Tahun lalu, ia mencuri perhatian saat debut MotoGP di sirkuit ini, dan KTM berhasil meraih dua posisi runner-up lewat Brad Binder.

Akankah Qatar jadi titik balik Acosta musim ini?