Berita Borneotribun.com: Paus Fransiskus Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Paus Fransiskus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paus Fransiskus. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 April 2025

Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan di Rumah Tamu dan Akan Dipindahkan ke Basilika Santo Petrus untuk Penghormatan Terakhir

Paus Fransiskus Akan Dimakamkan Sabtu Ini di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia
Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan di Rumah Tamu dan Akan Dipindahkan ke Basilika Santo Petrus untuk Penghormatan Terakhir.

JAKARTA - Dunia kembali berduka. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, telah meninggal dunia pada hari Selasa akibat stroke. Vatikan secara resmi mengumumkan bahwa upacara pemakaman akan digelar pada hari Sabtu mendatang, dimulai pukul 10.00 waktu setempat. Jenazah beliau akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia.

Kabar duka ini datang bersamaan dengan persiapan perayaan Koningsdag (Hari Raja) di Belanda yang juga jatuh pada hari Sabtu, 27 April. Namun hingga saat ini, belum ada kejelasan apakah ada perubahan dalam perayaan nasional tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Paus Fransiskus. Pihak Rijksvoorlichtingsdienst (RVD), semacam lembaga kehumasan pemerintah Belanda, masih belum memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.

Doetinchem Menanti Keputusan

Kota Doetinchem menjadi sorotan karena di sanalah keluarga kerajaan Belanda dijadwalkan merayakan Koningsdag tahun ini. Pihak pemerintah kota menyatakan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan RVD mengenai dampak wafatnya Paus terhadap agenda kerajaan. Harapannya, kejelasan akan didapatkan hari ini.

Sementara itu, Pastoor Hans Pauw, pemuka agama dari wilayah gerejawi tempat Doetinchem berada, sudah mengambil sikap. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak akan menghadiri perayaan Koningsdag dan akan fokus pada penghormatan terakhir untuk Paus Fransiskus. "Prioritas saya ada pada pemakaman Sri Paus," ujarnya. Ia juga menekankan bahwa keputusan tentang acara kerajaan sebaiknya ditentukan oleh pemerintah dan keluarga kerajaan sendiri.

Siapa yang Akan Hadir dari Belanda?

Sampai saat ini, belum ada informasi resmi siapa dari pemerintah atau istana Belanda yang akan mewakili negara dalam upacara pemakaman. Menariknya, dalam 50 tahun terakhir, tak ada anggota keluarga kerajaan Belanda yang hadir secara langsung dalam pemakaman Paus manapun.

Namun sejumlah tokoh dunia telah memastikan kehadiran mereka, di antaranya Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Argentina Javier Milei, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga akan hadir mewakili Uni Eropa. Sebaliknya, Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan tidak akan hadir karena masih terlibat dalam proses hukum di Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Kesempatan Terakhir Menghormati Paus

Sebelum dimakamkan, Paus Fransiskus akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah tamu tempat ia tinggal. Pada Rabu pagi, peti jenazah akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus di Vatikan. Masyarakat umum diberikan kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir mulai Rabu pukul 11.00 hingga tengah malam, Kamis dari pukul 07.00 hingga tengah malam, dan Jumat dari pukul 07.00 hingga pukul 19.00.

Kematian Paus Fransiskus menjadi momen penting yang tak hanya mengguncang umat Katolik, tapi juga memengaruhi peristiwa besar di negara lain, seperti Koningsdag di Belanda. Kini, dunia menanti bagaimana Belanda akan menyikapi dua momen penting ini yang kebetulan jatuh di hari yang sama.

Presiden Prabowo Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus: Dunia Kehilangan Sosok Panutan Perdamaian

Presiden Prabowo Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus Dunia Kehilangan Sosok Panutan Perdamaian
Presiden Prabowo Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus Dunia Kehilangan Sosok Panutan Perdamaian.

Jakarta – Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang sangat dihormati dunia, wafat pada Senin pagi, 21 April 2025 waktu setempat. Ucapan belasungkawa pun datang dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Lewat pernyataan resmi yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (21/4), Presiden Prabowo menyampaikan rasa dukanya yang mendalam atas kepergian sosok yang selama ini dikenal sebagai pembela perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan lintas agama.

“Dengan rasa duka yang mendalam, saya menerima kabar mangkatnya Sri Paus Fransiskus. Dunia kembali kehilangan sosok panutan yang memiliki komitmen besar terhadap perdamaian, kemanusiaan, dan persaudaraan,” ujar Prabowo dalam pernyataannya.

Kunjungan Bersejarah ke Jakarta Jadi Momen Tak Terlupakan

Presiden Prabowo juga mengenang momen istimewa saat Paus Fransiskus datang berkunjung ke Jakarta pada tahun 2024 lalu. Menurutnya, kunjungan tersebut membawa pesan damai yang sangat kuat dan berhasil menyentuh hati masyarakat Indonesia, tak hanya umat Katolik tapi seluruh elemen bangsa.

“Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Jakarta tahun lalu telah memberi kesan yang mendalam, tidak hanya di kalangan umat Katolik namun di hati seluruh rakyat Indonesia,” ungkapnya.

Kunjungan tersebut memang jadi momen bersejarah. Ribuan umat dan masyarakat umum menyambut hangat kehadiran Paus Fransiskus. Banyak yang merasa terinspirasi oleh pesan-pesan yang disampaikannya kala itu—tentang pentingnya hidup rukun, saling menghormati, dan menjaga keutuhan bersama dalam keberagaman.

Nilai-Nilai Paus Fransiskus Jadi Warisan Tak Ternilai

Lebih jauh, Prabowo menyoroti nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Paus Fransiskus. Ia dikenal sebagai pemimpin religius yang sederhana, rendah hati, dan sangat peduli terhadap nasib kaum miskin dan mereka yang terpinggirkan. Kepedulian lintas agama juga menjadi ciri khas dari masa kepemimpinannya sebagai Paus.

“Pesan kesederhanaan, pluralisme, keberpihakan kepada orang miskin, dan kepedulian Sri Paus terhadap sesama akan selalu menjadi teladan bagi kita semua,” tutur Prabowo.

Di masa jabatannya, Paus Fransiskus memang terkenal aktif menyuarakan isu-isu sosial seperti perubahan iklim, pengungsi, kemiskinan, dan perdamaian dunia. Beliau juga berani tampil beda dengan gaya kepemimpinan yang lebih membumi, tidak segan berbicara dengan bahasa rakyat, dan mendatangi tempat-tempat yang jarang tersentuh pemimpin dunia.

Penghormatan Terakhir untuk Sosok yang Menginspirasi Dunia

Presiden Prabowo menutup pernyataannya dengan memberikan penghormatan terakhir untuk mendiang Paus Fransiskus. Ia menyebut bahwa pesan-pesan yang telah ditinggalkan oleh Paus akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi dunia, termasuk Indonesia.

“Selamat jalan Sri Paus, pesanmu untuk menjaga kemanusiaan dan perdamaian akan selalu membekas di hati kita,” tutup Presiden.

Dunia Berduka, Tapi Warisannya Tetap Hidup

Kepergian Paus Fransiskus memang meninggalkan luka mendalam bagi banyak orang. Tapi warisan ajarannya—tentang cinta kasih, toleransi, dan solidaritas—akan terus hidup. Sosok beliau bukan cuma milik umat Katolik, tapi milik seluruh umat manusia yang merindukan dunia yang lebih damai dan penuh kasih sayang.

Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman, tentunya juga akan terus mengingat Paus Fransiskus sebagai sosok pemimpin spiritual yang punya peran besar dalam membangun jembatan antarumat beragama.

Selasa, 22 April 2025

Kabar Duka dari Vatikan: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik

Kabar Duka dari Vatikan Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik
Kabar Duka dari Vatikan: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik.

JAKARTA - Paus Fransiskus, pemimpin ke-266 Gereja Katolik sekaligus tokoh reformis yang menyuarakan keadilan sosial dan kesederhanaan hidup, telah meninggal dunia pada 21 April 2025 setelah mengalami gangguan pernapasan yang berkepanjangan. 

Beliau tutup usia pada 88 tahun, meninggalkan jejak kuat sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dan pemimpin gereja yang mencoba mendekatkan ajaran agama dengan realitas zaman modern.

Perjalanan Hidup Jorge Mario Bergoglio

Lahir di Buenos Aires, Argentina pada 17 Desember 1936, dengan nama Jorge Mario Bergoglio, beliau berasal dari keluarga imigran Italia yang sederhana. Sebelum masuk dunia keagamaan, Paus Fransiskus sempat belajar kimia dan bahkan bekerja di laboratorium. 

Namun, panggilan jiwanya membawa beliau untuk menjadi imam Jesuit dan akhirnya diangkat menjadi uskup pada tahun 1992. 

Karier rohaninya terus menanjak hingga menjadi Kardinal pada 2001 dan terpilih menjadi Paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.

Paus yang Merakyat dan Antikemewahan

Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Beliau memilih tinggal di rumah tamu sederhana (Casa Santa Marta) di dalam Vatikan, bukan di Istana Apostolik yang megah. Kendaraan kepausannya pun bukan mobil mewah, tapi mobil-mobil sederhana seperti Fiat atau Jeep. Gaya hidup ini mencerminkan visinya tentang gereja yang dekat dengan rakyat kecil dan menjauhi kemewahan duniawi.

Paus Fransiskus juga dikenal sebagai tokoh yang menyuarakan keberpihakan pada kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan, seperti pengungsi, imigran, kaum miskin, dan komunitas LGBTQ. Ia sering kali mengambil sikap yang progresif, bahkan kontroversial, seperti menyetujui pemberkatan pasangan sesama jenis meski tetap memegang ajaran bahwa pernikahan adalah antara pria dan wanita.

Kesehatan yang Memburuk, Namun Tetap Mengabdi

Sejak awal masa jabatannya, Paus Fransiskus menyadari bahwa usianya yang sudah lanjut akan menjadi tantangan tersendiri. Ia bahkan pernah mengatakan bahwa dirinya hanya punya dua hingga tiga tahun untuk memimpin. Namun nyatanya, ia terus mengabdi hingga akhir hayat.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatannya memang semakin menurun. Ia sempat dirawat beberapa kali di Rumah Sakit Gemelli, Roma, karena bronkitis dan pneumonia. Pada Desember dan Januari lalu, beliau jatuh dan mengalami cedera ringan, hingga harus menggunakan tongkat atau kursi roda saat tampil di depan publik. Paus Fransiskus akhirnya meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta, setelah koma akibat stroke dan gagal jantung yang tidak bisa dipulihkan.

Paus Pertama dari Amerika, Membuka Arah Baru Gereja

Sebagai Paus pertama dari belahan bumi selatan dan non-Eropa pertama dalam lebih dari seribu tahun, kehadiran Paus Fransiskus membawa angin segar bagi Gereja Katolik yang selama ini dianggap terlalu kaku dan elitis. Ia menyuarakan pentingnya gereja yang lebih inklusif, relevan, dan terbuka terhadap perubahan zaman.

Selama masa jabatannya, ia mengangkat lebih dari 100 kardinal dari berbagai negara, termasuk negara-negara yang selama ini kurang mendapat perhatian seperti Sudan Selatan dan Malaysia. Ia juga melakukan kunjungan bersejarah ke berbagai tempat, termasuk Mongolia, Irak, dan Filipina – di mana misa yang ia pimpin di Manila pada 2015 dihadiri oleh lebih dari 6 juta orang, menjadi salah satu pertemuan keagamaan terbesar dalam sejarah.

Visi Sosial dan Kepedulian terhadap Lingkungan

Salah satu warisan besar Paus Fransiskus adalah kepeduliannya terhadap perubahan iklim dan krisis lingkungan. Dalam ensiklik berjudul Laudato Si’, beliau menyerukan agar seluruh umat manusia menjaga “rumah bersama” kita – bumi. Ia menekankan bahwa dampak pemanasan global paling dirasakan oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki cukup sumber daya untuk menghadapinya.

Ia juga lantang mengkritik kapitalisme ekstrem, konsumerisme, dan nasionalisme sempit yang menurutnya mengikis nilai kemanusiaan dan solidaritas global. Setelah pandemi COVID-19, ia mengajak umat untuk tidak kembali pada gaya hidup egois yang hanya mementingkan diri sendiri.

Terbuka tapi Teguh pada Prinsip

Meskipun dikenal terbuka terhadap dialog dan reformasi, Paus Fransiskus tetap mempertahankan beberapa ajaran dasar gereja. Ia menolak aborsi dan menyebutnya sebagai "pembunuhan", meskipun memberikan ruang bagi pengampunan dan pemahaman terhadap perempuan yang pernah melakukan aborsi.

Dalam dunia politik, ia juga tak ragu memberikan pandangan. Ia mengkritik kebijakan imigrasi Donald Trump dan menyatakan bahwa umat Katolik harus tetap menggunakan hak pilih mereka, meskipun pilihan yang ada dirasa tidak ideal.

Akhir Sebuah Era, Awal Warisan yang Panjang

Kepergian Paus Fransiskus bukan hanya akhir dari sebuah kepemimpinan, tapi juga awal dari pengaruh panjang terhadap arah Gereja Katolik ke depan. Ia telah mengubah cara dunia melihat Vatikan — bukan lagi sebagai institusi yang terasing dan tertutup, tetapi sebagai tempat yang mencoba relevan dengan realitas manusia modern.

Permintaan terakhirnya adalah untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, tempat yang mencerminkan devosinya kepada Bunda Maria dan kesederhanaannya sepanjang hidup.

Paus Fransiskus akan dikenang bukan hanya karena posisinya sebagai pemimpin umat Katolik, tetapi karena usahanya untuk menjadikan agama sebagai kekuatan yang melayani, bukan menghakimi. Ia adalah Paus yang menjembatani masa lalu dengan masa depan, dan dunia tak akan melupakan pengaruhnya.

Paus Fransiskus Memimpin Perubahan Besar dalam Gereja Katolik Modern

Paus Fransiskus Memimpin Perubahan Besar dalam Gereja Katolik Modern
Paus Fransiskus Memimpin Perubahan Besar dalam Gereja Katolik Modern.

JAKARTA - Paus Fransiskus adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini yang dikenal karena pendekatan sederhana dan fokus pada keadilan sosial. Dia menekankan kepedulian terhadap orang miskin dan pentingnya lingkungan hidup dalam ajarannya.

Sejak terpilih pada 2013, Paus Fransiskus membawa perubahan dalam cara Gereja berinteraksi dengan dunia modern. Pendekatannya yang inklusif dan komunikatif membuatnya menjadi figur yang menarik bagi banyak orang di seluruh dunia.

Kisah hidup dan kebijakan Paus ini mencerminkan nilai-nilai yang kuat dan relevan di zaman sekarang. Membahas Paus Fransiskus berarti memahami peran pentingnya dalam agama dan masyarakat global.

Profil Paus Fransiskus

Paus Fransiskus memiliki latar belakang yang unik serta perjalanan pendidikan yang membentuk pandangannya sebagai pemimpin umat Katolik. Identitas aslinya dan asal usul memengaruhi pandangan dan karya sosialnya.

Kehidupan Awal dan Latar Belakang

Paus Fransiskus lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina. Ia berasal dari keluarga imigran Italia dengan akar pekerja kelas menengah. Lingkungan keluarganya sederhana, menanamkan nilai kerja keras dan kesederhanaan sejak dini.

Sebelum menjadi Paus, ia berprofesi sebagai imam Jesuit dan pernah menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Pengalaman hidup di kota besar dengan beragam masalah sosial memengaruhi fokusnya pada keadilan sosial dan kemanusiaan.

Nama Asli dan Asal Usul

Nama asli Paus Fransiskus adalah Jorge Mario Bergoglio. Keluarganya berasal dari wilayah Piedmont, Italia, dan bermigrasi ke Argentina. Nama "Fransiskus" ia pilih saat terpilih menjadi Paus, terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal akan kesederhanaan dan cinta kepada sesama.

Pemilihan nama ini mencerminkan tekadnya untuk menjalankan kepemimpinan yang rendah hati dan peduli pada kaum miskin. Identitas budaya Argentina tetap memengaruhi gaya kepemimpinannya.

Pendidikan dan Pembentukan Rohani

Paus Fransiskus menempuh pendidikan di sekolah Jesuit di Buenos Aires dan kemudian memasuki novisiat Serikat Yesus pada tahun 1958. Ia belajar filsafat dan teologi hingga ditahbiskan sebagai imam pada 1969.

Selama pendidikannya, beliau mendapat pelatihan rohani yang ketat, yang menekankan disiplin serta pelayanan kepada orang miskin. Pengalamannya di komunitas Jesuit membentuk pendekatan pastoralnya yang inklusif dan humanis.

Pemilihan Sebagai Paus

Pemilihan Paus Fransiskus terjadi dalam situasi yang unik dan penuh perhatian dunia. Prosesnya berlangsung secara intens dengan respons global yang signifikan atas terpilihnya seorang pemimpin Gereja Katolik dari Amerika Latin.

Konteks Konklaf 2013

Konklaf 2013 diadakan setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, sesuatu yang jarang terjadi dalam sejarah Gereja Katolik modern. Situasi ini menciptakan suasana penuh harapan dan ketidakpastian bagi para kardinal yang berkumpul di Vatikan.

Para kardinal menghadapi tugas berat memilih pemimpin baru yang mampu menavigasi tantangan internal seperti skandal keuangan dan isu moral. Pemilihan mempertimbangkan faktor pengalaman pastoral serta kemampuan menghadapi perubahan global.

Fokus utama saat itu adalah mencari sosok yang dapat menyatukan Gereja dan memperbarui mandatnya, terutama mengingat ketegangan yang terjadi antara tradisi dan tuntutan modernisasi.

Proses Pemilihan

Konklaf dimulai pada 12 Maret 2013 dengan 115 kardinal pemilih. Pemungutan suara berlangsung di Kapel Sistina secara rahasia dan berulang.

Pemilihan berlangsung selama lima sesi sebelum anggota konklaf mencapai keputusan. Pemungutan suara menghasilkan asap putih pada 13 Maret 2013, tanda terpilihnya Paus baru.

Jorge Mario Bergoglio, kardinal dari Argentina, keluar sebagai pilihan dengan nama Paus Fransiskus. Ia dikenal sebagai pribadi sederhana dan berfokus pada kepedulian sosial.

Keputusan untuk memilih Bergoglio dianggap sebagai langkah strategis ke arah keterbukaan dan perhatian pada isu kemiskinan serta reformasi internal Gereja.

Reaksi Dunia Terhadap Terpilihnya Paus Fransiskus

Reaksi global terhadap terpilihnya Paus Fransiskus sangat luas dan beragam. Media internasional menyoroti latar belakangnya sebagai paus pertama dari Amerika Latin dan Jesuit pertama yang menjadi Paus.

Pemimpin dunia mengirimkan ucapan selamat yang menekankan harapan atas kepemimpinan yang membawa perubahan. Umat Katolik di banyak negara menyambutnya dengan antusiasme, terutama karena citra sederhana dan rendah hati.

Namun, ada juga kelompok konservatif yang menunggu langkah-langkah kebijakan Paus baru dengan hati-hati, mengingat latar belakang reformisnya. Secara umum, terpilihnya Paus Fransiskus dianggap sebagai momen penting dalam sejarah Gereja.

Mengenang Paus Fransiskus Sebagai Jembatan Harapan Bagi Dunia yang Penuh Tantangan

Mengenang Paus Fransiskus Sebagai Jembatan Harapan Bagi Dunia yang Penuh Tantangan
Mengenang Paus Fransiskus Sebagai Jembatan Harapan Bagi Dunia yang Penuh Tantangan.

JAKARTA - Kepergian Paus Fransiskus memang menyisakan duka yang mendalam, bukan hanya bagi umat Katolik, tapi juga bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sosoknya bukan sekadar pemimpin agama, tapi juga simbol perubahan, harapan, dan keberanian untuk membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih terbuka dan peduli pada isu-isu kemanusiaan.

Tahun 2013 menjadi titik balik bersejarah dalam sejarah Gereja Katolik. Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, dunia menyambut Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus ke-266. Ia memilih nama Fransiskus, sebuah keputusan yang penuh makna. Nama ini terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi, seorang santo yang dikenal karena hidup sederhana, mencintai alam, dan membela kaum miskin.

Yang bikin lebih istimewa, Paus Fransiskus adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan juga dari ordo Jesuit. Terpilihnya beliau membawa angin segar dan harapan baru bagi banyak orang. Dari awal masa kepemimpinannya, ia sudah menunjukkan bahwa ia ingin mendekatkan Gereja kepada umat, bukan malah menjaga jarak.

Gaya hidupnya yang sederhana terlihat jelas. Ia memilih tinggal di rumah tamu Vatikan, bukan di Istana Apostolik yang megah. Ia juga sering turun langsung ke jalan, menyapa umat, bahkan mencium kaki para pengungsi sebagai bentuk penghormatan dan kasih. Hal-hal seperti ini membuat banyak orang, bahkan yang bukan Katolik sekalipun, merasa terinspirasi oleh ketulusan dan kepemimpinannya.

Selama masa jabatannya, Paus Fransiskus sangat vokal dalam menyuarakan isu-isu global yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ia berbicara lantang tentang perubahan iklim dan pentingnya menjaga bumi. Dalam ensiklik Laudato Si’, ia mengajak seluruh umat manusia untuk lebih peduli pada lingkungan dan menghentikan eksploitasi alam.

Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga membela hak-hak pengungsi, kaum miskin, dan kelompok yang sering terpinggirkan. Ia mendorong dialog antaragama, serta membuka pintu bagi pembicaraan tentang reformasi internal dalam Gereja. Ia dikenal berani menyentuh isu-isu sensitif seperti LGBTQ+, peran perempuan dalam Gereja, dan skandal pelecehan seksual, sesuatu yang dulu dianggap tabu di Vatikan.

Dengan segala langkah dan keberaniannya, Paus Fransiskus telah menjadi simbol harapan dan jembatan perubahan. Ia mengingatkan dunia bahwa kekuatan sejati pemimpin bukan terletak pada kekuasaan, tapi pada kerendahan hati dan keinginan untuk melayani.

Kini, setelah kepergiannya, warisan Paus Fransiskus tetap hidup. Pesan-pesan kebaikannya masih bergema, menjadi inspirasi untuk melanjutkan semangat cinta kasih, kepedulian sosial, dan keberanian dalam menghadapi tantangan zaman.

Paus mungkin telah tiada, tapi harapan yang ia nyalakan akan terus menyala di hati umat, di gereja, dan di dunia.

Jejak Kepemimpinan yang Kuat di Argentina: Warisan Paus Fransiskus yang Tak Terlupakan

Jejak Kepemimpinan yang Kuat di Argentina Warisan Paus Fransiskus yang Tak Terlupakan
Jejak Kepemimpinan yang Kuat di Argentina: Warisan Paus Fransiskus yang Tak Terlupakan.

JAKARTA - Kepergian Paus Fransiskus menjadi momen penuh duka, tidak hanya bagi umat Katolik, tapi juga bagi banyak orang di seluruh dunia. 

Ia bukan hanya seorang pemimpin agama, tapi juga simbol harapan, keadilan, dan kepedulian bagi mereka yang kerap terpinggirkan. 

Namun di balik sosoknya yang dikenal di dunia internasional, ada jejak kepemimpinan yang kuat yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya, Argentina.

Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, memulai jejak kepemimpinannya di Argentina sejak tahun 1973. 

Saat itu, ia diangkat menjadi pimpinan Ordo Jesuit di negara tersebut, tepatnya pada masa yang sangat sulit. 

Argentina sedang berada dalam situasi politik yang penuh tekanan, di mana hak asasi manusia kerap terabaikan dan suara rakyat banyak dibungkam.

Namun di tengah kondisi yang mencekam itu, Bergoglio tampil sebagai sosok pemimpin yang tegas namun tetap penuh kasih. 

Ia dikenal berani bersuara untuk membela mereka yang tertindas, tapi tetap rendah hati dan mengutamakan dialog. 

Kepemimpinannya selama periode 1973 hingga 1979 menjadi awal dari perjalanan panjang yang mengukuhkan reputasinya sebagai pemimpin yang punya prinsip kuat dan empati tinggi.

Perjalanan karier Bergoglio terus menanjak setelah itu. Pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires, posisi penting yang membuatnya semakin dekat dengan rakyat kecil. 

Ia sering terlihat menggunakan transportasi umum dan hidup dengan sangat sederhana, jauh dari kemewahan. 

Gaya hidupnya yang bersahaja membuat banyak orang merasa dekat dan terhubung secara emosional dengannya.

Pada tahun 2001, Bergoglio diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II. Sejak saat itu, namanya mulai dikenal lebih luas di tingkat internasional. 

Banyak pihak yang kagum dengan dedikasinya terhadap kaum miskin, keberaniannya menyuarakan keadilan sosial, serta komitmennya dalam mendorong dialog antaragama.

Ketika akhirnya ia terpilih sebagai Paus pada tahun 2013 dan memilih nama Fransiskus, dunia menyambutnya dengan penuh harapan. 

Nama “Fransiskus” sendiri diambil dari Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal sebagai pelindung kaum miskin dan pecinta damai, nilai-nilai yang sangat lekat dengan kehidupan Bergoglio sendiri.

Kini, meskipun beliau telah tiada, warisan dan jejak kepemimpinannya tetap hidup. Di Argentina, namanya tidak hanya dikenang sebagai tokoh gereja, tapi juga sebagai simbol perjuangan bagi mereka yang lemah. 

Kepemimpinannya yang penuh kasih, sederhana, dan berani akan terus menginspirasi generasi mendatang.

Paus Fransiskus telah menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal kekuasaan, tapi tentang melayani, memahami, dan mencintai sesama manusia tanpa memandang latar belakang. Dan dari Argentina-lah, jejak kepemimpinan itu bermula, meninggalkan warisan yang abadi.

Perjalanan Hidup Paus Fransiskus: Dari Buenos Aires ke Vatikan

Perjalanan Hidup Paus Fransiskus Dari Buenos Aires ke Vatikan
Perjalanan Hidup Paus Fransiskus Dari Buenos Aires ke Vatikan.

JAKARTA - Dunia baru saja kehilangan sosok besar. Kepergian Paus Fransiskus bukan cuma membawa duka mendalam bagi umat Katolik, tapi juga menyentuh hati banyak orang dari berbagai latar belakang dan agama. Beliau bukan hanya pemimpin agama, tapi juga simbol harapan, kasih, dan perjuangan untuk keadilan sosial.

Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati dan dekat dengan rakyat. Beliau sering mengangkat isu-isu penting seperti kemiskinan, perubahan iklim, serta perdamaian dunia. Ketegasannya dalam menyuarakan kebenaran dan keberpihakannya pada kaum kecil menjadikan beliau dicintai, bahkan oleh mereka yang bukan pemeluk Katolik sekalipun.

Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Mario Bergoglio, adalah seorang akuntan di perusahaan kereta api, sementara ibunya, Regina Sivori, mengurus rumah tangga dan membesarkan lima anak mereka dengan penuh cinta.

Yang menarik, masa muda Jorge sangat membumi. Ia pernah bekerja sebagai penjaga bar, petugas kebersihan, bahkan menjadi asisten di laboratorium kimia. Pengalaman hidup inilah yang membentuk kepribadiannya yang rendah hati dan penuh empati.

Pada tahun 1958, Jorge memutuskan untuk bergabung dengan Serikat Yesus (Jesuit), sebuah ordo Katolik yang terkenal dengan pendekatan intelektual dan sosialnya. Ia kemudian menempuh pendidikan filsafat di Colegio de San José, lalu melanjutkan studi sastra dan psikologi di Santa Fé.

Semangat belajarnya luar biasa. Ia tidak hanya belajar, tapi juga mengajar mata pelajaran tersebut di Buenos Aires, sambil melanjutkan studi teologi. Hingga akhirnya, pada tahun 1969, ia resmi ditahbiskan sebagai imam Katolik.

Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal karena gaya hidupnya yang sederhana. Ia menolak tinggal di Istana Apostolik dan memilih tinggal di rumah tamu Vatikan. Ia lebih suka menggunakan mobil biasa ketimbang kendaraan mewah, dan sering kali turun langsung ke jalan untuk menyapa umat.

Beliau juga dikenal vokal dalam isu-isu global. Ia mengajak dunia untuk lebih peduli terhadap lingkungan, memperjuangkan keadilan sosial, serta menyerukan perdamaian dan dialog antaragama. Sikap inklusif dan penuh kasih ini membuat Paus Fransiskus menjadi figur penting dalam membangun jembatan antar manusia, tanpa memandang latar belakang.

Kepergian Paus Fransiskus jelas meninggalkan luka. Namun, warisan yang ia tinggalkan jauh lebih besar daripada sekadar jabatan atau gelar. Ia meninggalkan jejak kebaikan, inspirasi, dan semangat melayani sesama.

Bagi dunia, Paus Fransiskus adalah pengingat bahwa kekuatan sejati terletak pada kasih, bukan kekuasaan. Bahwa suara orang kecil bisa menggema hingga ke langit, selama diucapkan dengan tulus.

Selamat jalan, Paus Fransiskus. Dunia berduka, tapi juga bersyukur pernah mengenal sosok seperti Anda.

Warisan Paus Fransiskus Akan Terus Hidup di Tengah Perjuangan Global Melawan Ketidakadilan

Warisan Paus Fransiskus Akan Terus Hidup di Tengah Perjuangan Global Melawan Ketidakadilan
Warisan Paus Fransiskus Akan Terus Hidup di Tengah Perjuangan Global Melawan Ketidakadilan.

JAKARTA - Dunia sedang berduka atas kepergian salah satu tokoh spiritual paling berpengaruh di era modern, Paus Fransiskus. 

Sosok yang dikenal rendah hati, penuh kasih, dan dekat dengan rakyat kecil ini telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam kehidupan jutaan orang, tak hanya umat Katolik, tapi juga masyarakat global.

Sejak diangkat menjadi pemimpin Gereja Katolik pada tahun 2013, Paus Fransiskus langsung mencuri perhatian. 

Ia memilih tinggal di rumah tamu Vatikan yang sederhana, bukan di Istana Apostolik, dan menolak kemewahan yang biasanya melekat pada pemimpin tertinggi Gereja. 

Langkah ini menjadi simbol nyata kesederhanaannya yang tulus.

Tapi bukan cuma soal gaya hidupnya yang sederhana, Paus Fransiskus juga dikenal sangat vokal dalam menyuarakan isu-isu kemanusiaan. 

Ia dengan lantang membela para pengungsi, memperjuangkan keadilan sosial, dan tak henti-hentinya mengingatkan dunia akan bahaya perubahan iklim. 

Bagi banyak orang, beliau bukan hanya seorang pemimpin agama, tapi juga seorang pejuang kemanusiaan.

Salah satu warisan terbesar Paus Fransiskus adalah keberaniannya membuka ruang dialog antaragama. 

Ia menjalin hubungan yang lebih hangat dengan pemimpin agama lain, berusaha menghapuskan tembok perbedaan yang selama ini memisahkan umat manusia. 

Baginya, cinta dan penghormatan antar sesama jauh lebih penting daripada perbedaan keyakinan.

Lebih dari itu, ia juga dikenal sebagai pemimpin Katolik yang progresif, terutama dalam menyikapi isu-isu sensitif seperti komunitas LGBTQ+. 

Meskipun tetap menjaga ajaran Gereja, Paus Fransiskus berulang kali menyampaikan pesan kasih dan penerimaan. 

Ucapannya yang terkenal, “Siapakah saya untuk menghakimi?” menjadi simbol harapan bagi banyak orang yang selama ini merasa terpinggirkan.

Kini, meskipun dunia harus melepas kepergiannya, warisan moral dan spiritual Paus Fransiskus akan terus hidup. 

Ia meninggalkan bukan hanya kebijakan, tetapi juga keteladanan hidup yang menginspirasi. Ketegasannya dalam bersuara untuk yang lemah, sikap terbukanya terhadap perubahan, serta cintanya yang tak terbatas akan terus dikenang oleh umat manusia.

Kepergian Paus Fransiskus tentu menjadi kehilangan besar. Namun, kisah dan perjuangannya akan terus menjadi cahaya bagi dunia yang tengah dilanda berbagai tantangan. 

Ia mengajarkan kita untuk lebih peduli, lebih mencintai, dan lebih berani menyuarakan kebenaran, tak peduli seberapa sulit jalan yang harus ditempuh.

Selamat jalan, Paus Fransiskus. Warisanmu tak akan pernah pudar. Engkau mungkin telah pergi, tapi semangatmu akan selalu hidup di hati mereka yang percaya pada cinta, kebaikan, dan kemanusiaan.

Belasungkawa Selebriti Dunia Membanjiri Media Sosial Usai Kabar Wafatnya Paus Fransiskus

Belasungkawa Selebriti Dunia Membanjiri Media Sosial Usai Kabar Wafatnya Paus Fransiskus
Belasungkawa Selebriti Dunia Membanjiri Media Sosial Usai Kabar Wafatnya Paus Fransiskus.

JAKARTA - Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia yang dikenal karena sikap rendah hati dan pesan-pesan perdamaian, dikabarkan telah meninggal dunia. 

Kepergiannya tidak hanya menyisakan kesedihan bagi umat Katolik, tapi juga mengguncang hati masyarakat dunia, termasuk para selebriti dari dunia hiburan.

Tak butuh waktu lama, ucapan belasungkawa langsung membanjiri media sosial. Sejumlah tokoh terkenal dari dunia film, musik, hingga televisi, menyampaikan rasa duka dan penghormatan terakhir untuk Paus Fransiskus. 

Hal ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh beliau, yang tidak hanya terbatas pada lingkungan keagamaan, tapi juga menyentuh hati banyak orang lintas budaya, profesi, dan keyakinan.

Sutradara legendaris Martin Scorsese, yang dikenal sebagai pribadi yang sangat menghormati nilai-nilai spiritual, mengunggah foto hitam putih Paus Fransiskus di akun pribadinya dengan caption singkat namun penuh makna: “A light for the world. Rest in peace, Holy Father.”

Tak hanya Scorsese, sederet nama besar lainnya ikut menyampaikan belasungkawa. Aktris dan komedian Whoopi Goldberg menulis: “Kami kehilangan seseorang yang membawa harapan dan kasih di tengah dunia yang penuh kebingungan.” Aktor asal Australia, Russell Crowe, menyebut Paus Fransiskus sebagai “simbol kebaikan yang langka di masa modern.”

Antonio Banderas pun turut mengekspresikan kesedihannya. Dalam sebuah unggahan, aktor asal Spanyol ini mengenang pertemuan singkatnya dengan Paus di tahun 2017, yang menurutnya menjadi salah satu momen paling berkesan dalam hidupnya. 

“Beliau membuatku merasa dilihat dan dihargai, meski aku bukan siapa-siapa di mata dunia gereja,” tulisnya.

Pembawa acara populer Jimmy Fallon menyampaikan rasa hormatnya dengan menyebut Paus Fransiskus sebagai “ikon moral dunia yang selalu mengingatkan kita untuk mencintai tanpa syarat.” Bahkan Sylvester Stallone, yang terkenal lewat peran tangguhnya di film Rocky, menyampaikan duka mendalam dan menyebut Paus sebagai “petarung sejati di jalan kasih dan perdamaian.”

Dari semua pesan duka itu, satu hal menjadi jelas: pengaruh Paus Fransiskus jauh melampaui batas agama, negara, dan profesi. 

Beliau bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga figur publik yang dicintai karena ketulusannya, pesannya yang menyentuh, dan perjuangannya untuk keadilan sosial.

Bagi banyak orang, termasuk para selebriti dunia, kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan besar. Namun warisannya akan terus hidup dalam doa, dalam tindakan kasih, dan dalam semangat untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik.

Kini, dunia bersatu dalam duka dan penghormatan. Terima kasih, Paus Fransiskus, atas cinta, keberanian, dan pesan-pesan harapan yang telah Anda tinggalkan untuk umat manusia. Semoga damai selalu menyertai perjalananmu yang baru.

Kepergian Paus Fransiskus Jadi Duka Dunia: Martin Scorsese Kenang Sosok Hangat dan Penuh Kebijaksanaan

Kepergian Paus Fransiskus Jadi Duka Dunia: Martin Scorsese Kenang Sosok Hangat dan Penuh Kebijaksanaan
Kepergian Paus Fransiskus Jadi Duka Dunia: Martin Scorsese Kenang Sosok Hangat dan Penuh Kebijaksanaan.

JAKARTA - Dunia baru saja kehilangan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal luas karena sikap welas asih, kebijaksanaan, dan keterbukaannya terhadap perubahan zaman, meninggal dunia di usia 88 tahun. 

Kepergiannya membawa duka mendalam, tak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga masyarakat global dari berbagai latar belakang termasuk para tokoh seni dan budaya.

Salah satu sosok yang paling tersentuh atas kabar duka ini adalah sutradara legendaris Hollywood, Martin Scorsese. 

Lewat pernyataan resmi yang disampaikan kepada Variety, Scorsese memberikan penghormatan penuh emosional kepada mendiang Paus yang selama ini sangat ia hormati.

Kenangan Pribadi yang Mendalam

Martin Scorsese, yang dikenal lewat karya-karya film klasik seperti Taxi Driver, The Irishman, dan Silence, mengungkapkan bahwa ia memiliki hubungan pribadi dengan Paus Fransiskus. 

Mereka beberapa kali bertemu di Vatikan dan terlibat dalam percakapan yang bermakna, terutama terkait seni, spiritualitas, dan kemanusiaan.

“Ada begitu banyak hal yang bisa dikatakan tentang pentingnya sosok Paus Fransiskus bagi dunia, bagi gereja, dan bagi kepausan. Tapi saya akan biarkan orang lain mengulasnya. Bagi saya pribadi, dia adalah manusia yang luar biasa,” ujar Scorsese.

Menurutnya, Paus Fransiskus adalah sosok yang tidak segan mengakui kekurangannya sebagai manusia, namun tetap memancarkan kebijaksanaan dan kebaikan dalam setiap langkah hidupnya. 

“Dia punya komitmen yang sangat kuat untuk kebaikan. Dia tahu bahwa kebodohan adalah wabah berbahaya bagi umat manusia. Maka, dia terus belajar, dan terus menerangi dunia lewat pemikirannya. Dia juga memeluk konsep pengampunan universal pengampunan yang konstan dan tanpa syarat,” lanjutnya.

Sosok Hangat yang Tak Terlupakan

Scorsese mengaku merasa sangat kehilangan. “Bagi saya, kepergiannya meninggalkan luka mendalam. Saya beruntung pernah mengenalnya. Saya akan merindukan kehadirannya, kehangatannya. Dunia kehilangan sosok besar, tapi dia meninggalkan cahaya yang tak akan pernah padam,” katanya menyentuh.

Ungkapan duka dari Scorsese ini terasa semakin emosional karena ia bukan sekadar pengagum, tetapi juga sempat terinspirasi langsung oleh Paus Fransiskus dalam karya seninya.

Film Tentang Yesus: Respons terhadap Seruan Paus

Pada Mei 2023 lalu, Scorsese bertemu kembali dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Dalam pertemuan tersebut, sang Paus menyerukan kepada para seniman agar terus berkarya dan menyebarkan pesan perdamaian serta cinta kasih lewat seni. 

Scorsese pun langsung menjawab seruan tersebut dengan cara yang paling ia pahami: membuat film.

“Saya menanggapi seruan Paus kepada para seniman dengan satu-satunya cara yang saya tahu: dengan membayangkan dan menulis naskah film tentang Yesus,” ujar Scorsese saat itu.

Film ini dikabarkan akan menjadi adaptasi dari novel karya Shūsaku Endō berjudul A Life of Jesus, dan Scorsese akan menulis skenarionya bersama kolaborator lamanya, Kent Jones. 

Sebelumnya, Scorsese sudah pernah mengangkat tema serupa lewat film The Last Temptation of Christ (1988) dan Silence (2016), yang juga diangkat dari karya Endō.

Duka dari Dunia Hiburan

Bukan hanya Scorsese, sejumlah selebriti dunia lainnya juga menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus. 

Di antara mereka ada Whoopi Goldberg, Russell Crowe, Antonio Banderas, Jimmy Fallon, hingga Sylvester Stallone. 

Kehilangan ini menjadi bukti betapa luasnya pengaruh Paus Fransiskus, bahkan melampaui batas agama dan negara.

Warisan Paus Fransiskus

Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, dekat dengan rakyat kecil, dan sangat vokal dalam isu-isu kemanusiaan seperti krisis pengungsi, perubahan iklim, serta keadilan sosial. 

Ia juga berupaya membuka dialog antaragama dan merangkul komunitas LGBTQ+, langkah yang dianggap progresif dalam dunia Katolik.

Meski kini dunia harus melepasnya, warisan moral dan spiritual yang ia tinggalkan akan terus hidup. 

Sosoknya akan terus dikenang sebagai pemimpin yang membawa harapan, menjembatani perbedaan, dan mengajarkan cinta yang tak terbatas.

Kepergian Paus Fransiskus adalah kehilangan besar bagi dunia, tapi kisah dan teladan hidupnya akan terus menjadi inspirasi. 

Martin Scorsese, lewat kata-kata tulusnya, berhasil menggambarkan betapa berharganya sosok Paus bagi semua, tak hanya umat Katolik, tetapi juga bagi insan seni dan kemanusiaan. 

Di tengah duka ini, kita diingatkan bahwa cahaya yang telah ia nyalakan tak akan pernah padam.

Sabtu, 22 Maret 2025

Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia

Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia
Paus Fransiskus Bakal Muncul di Depan Publik Lagi Setelah 5 Minggu Dirawat Akibat Pneumonia.

JAKARTA - Kabar baik nih buat umat Katolik dan semua yang ngefans sama Paus Fransiskus! Setelah lebih dari lima minggu nggak muncul di depan publik gara-gara pneumonia, akhirnya Paus yang berusia 88 tahun ini bakal tampil lagi pada Minggu (24/3). 

Menurut laporan Reuters yang dikutip dari pernyataan Vatikan, Paus bakal memberikan berkat dari jendela kamarnya di Rumah Sakit Gemelli, Roma.

Pertama Kali Muncul Lagi Sejak Februari

Paus Fransiskus masuk rumah sakit pada 14 Februari lalu karena infeksi pernapasan yang cukup parah. 

Sejak itu, beliau menjalani perawatan intensif dan hanya sekali terlihat di publik lewat foto yang dirilis Vatikan minggu lalu, saat sedang berdoa di kapel rumah sakit. 

Nah, kalau semuanya lancar, ini bakal jadi kemunculan publik pertamanya sejak 9 Februari, waktu terakhir beliau memimpin doa mingguan di Lapangan Santo Petrus sebelum akhirnya harus dirawat.

Meski bakal menyapa dan memberikan berkat kepada umat, Vatikan menegaskan bahwa Paus nggak akan memimpin doa Angelus seperti biasanya. 

Jadi, buat yang berharap bisa mendengar doa panjang dari beliau, harus bersabar dulu ya.

Kondisi Kesehatan Paus Mulai Membaik

Buat yang masih khawatir dengan kondisi Paus Fransiskus, ada kabar melegakan! Menurut Vatikan, beliau mulai mengurangi penggunaan oksigen aliran tinggi yang sebelumnya dipakai buat membantu pernapasannya. 

Ini tanda kalau kesehatannya mulai membaik. Tapi tetap aja, proses pemulihannya masih butuh waktu.

Cardinal Victor Fernandez, pejabat tinggi Vatikan, juga bilang kalau Paus mungkin perlu waktu buat "belajar bicara lagi" karena penggunaan oksigen dalam jangka waktu lama bisa bikin pita suara kering. Tapi tenang aja, kondisi fisik beliau secara keseluruhan tetap stabil kok.

Paus Fransiskus Punya Riwayat Masalah Paru-Paru

Buat yang belum tahu, Paus Fransiskus memang punya riwayat masalah paru-paru sejak lama. Beliau pernah kehilangan sebagian paru-parunya di usia muda akibat infeksi. 

Makanya, infeksi pernapasan seperti pneumonia ini jadi hal yang cukup serius buatnya. Makanya, perawatan ketat dan pemantauan terus-menerus sangat diperlukan.

Kondisi kesehatan Paus memang jadi perhatian utama selama beberapa tahun terakhir, apalagi dengan usianya yang sudah lanjut. 

Tapi, dengan kabar terbaru ini, semoga aja beliau bisa segera pulih total dan kembali menjalankan tugasnya seperti biasa.

Sejak berita tentang sakitnya Paus tersebar, doa dan dukungan terus mengalir dari umat Katolik di seluruh dunia. 

Banyak yang berharap beliau segera sembuh dan bisa kembali aktif memimpin gereja. Kemunculannya di depan publik nanti pasti bakal jadi momen yang menyentuh dan penuh harapan bagi banyak orang.

Senin, 24 Februari 2025

Kondisi Paus Membaik Masih Perlu Alat Bantu Napas

Kondisi Paus Membaik Masih Perlu Alat Bantu Napas
Lilin-lilin menyala di dekat foto Paus Fransiskus di luar Poliklinik Agostino Gemelli, Roma, 23 Februari 2025, tempat ia dirawat sejak 14 Februari. (Foto: AP)
JAKARTA - Paus Fransiskus, yang saat ini berusia 88 tahun, masih dalam kondisi kritis setelah mengalami gangguan pernapasan akibat pneumonia dan infeksi paru-paru yang kompleks. Dokter menyatakan bahwa Paus, yang salah satu paru-parunya telah diangkat saat masih muda, mengalami krisis pernapasan asma yang berkepanjangan sejak Sabtu (22/2).

Pada Minggu (23/2), Vatikan melaporkan bahwa Paus Fransiskus dalam keadaan sadar, tetapi tetap memerlukan aliran oksigen tambahan untuk membantunya bernapas. Ia juga telah menerima transfusi darah setelah hasil tes menunjukkan jumlah trombosit yang rendah, yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.

“Malam ini berlalu dengan tenang, Paus beristirahat,” ujar pernyataan resmi Vatikan pada Minggu pagi. Namun, dalam pernyataan tersebut tidak disebutkan apakah Paus sudah bangun dari tempat tidur atau menyantap sarapan, seperti yang biasa dilakukan sebelumnya.

Untuk mendukung pernapasannya, Paus Fransiskus menerima “aliran oksigen dalam jumlah besar” melalui selang hidung. Sementara itu, tim medis terus melakukan serangkaian tes klinis lebih lanjut untuk memantau perkembangannya. Vatikan juga menyampaikan bahwa pembaruan medis yang lebih rinci akan diberikan dalam waktu dekat.

Kondisi kesehatan Paus Fransiskus telah menjadi perhatian dunia, mengingat perannya sebagai pemimpin Gereja Katolik yang dihormati oleh jutaan umat di seluruh dunia. Banyak orang yang terus mendoakan kesembuhan dan pemulihannya.

Kami akan terus memberikan pembaruan terkait kondisi Paus Fransiskus seiring perkembangan informasi dari Vatikan. Tetap ikuti berita terbaru hanya di blog ini!

Pernyataan Vatikan pada Sabtu (22/2) juga mengatakan Paus “sadarkan diri dan menghabiskan hari itu dengan duduk di kursi, meskipun merasa lebih tidak nyaman dibandingkan kemarin.” Dokter mengatakan prognosisnya “reserved,” suatu istilah dalam dunia kedokteran yang berarti “tidak ada cukup informasi untuk membuat penilaian tentang kemungkinan hasil dari kondisi pasien saat ini.”

Para dokter mengatakan kondisi Paus Fransiskus tidak dapat disembuhkan, mengingat usianya, kerapuhannya, dan penyakit paru-paru yang sudah dideritanya. Kondisinya telah menghidupkan kembali spekulasi tentang apa yang mungkin terjadi jika ia tidak sadarkan diri atau tidak berdaya, dan apakah ia akan mengundurkan diri.

Doa Untuk Paus di Vatikan

Paus Fransiskus sedianya merayakan Misa pada Minggu pagi di Basilika Santo Petrus dan menahbiskan diaken sebagai bagian dari peringatan Tahun Suci Vatikan selama setahun.

Penyelenggara Tahun Suci, Uskup Agung Rino Fisichella, merayakan Misa di tempatnya dan memanjatkan doa khusus untuk Fransiskus dari altar sebelum menyampaikan homili yang telah disiapkan Paus.

“Meskipun dia berada di ranjang rumah sakit, kami merasakan Paus Fransiskus dekat dengan kami, kami merasakan dia hadir di antara kami,” kata Fisichella kepada ratusan diakon berjubah putih.

Sebuah pesan tertulis yang telah disiapkan Paus Fransiskus untuk doa Minggu siangnya tetapi tidak disampaikan, menyatakan Paus “yakin untuk melanjutkan rawat inap di RS Gemelli, melanjutkan perawatan yang diperlukan; dan istirahat juga merupakan bagian dari terapi!”

Pesan Paus itu juga menekankan pada peringatan invasi Rusia ke Ukraina yang akan datang, “suatu peristiwa yang menyakitkan dan memalukan bagi seluruh umat manusia.”

Sepsis

Tim dokter telah memperingatkan bahwa ancaman utama yang dihadapi Paus Fransiskus adalah timbulnya sepsis, yaitu infeksi serius pada darah yang dapat terjadi sebagai komplikasi pneumonia. Hingga Jumat, (21/2) tidak ada bukti adanya sepsis, dan Paus Fransiskus memberikan respons terhadap berbagai obat yang diminumnya, kata tim medis Paus dalam pembaruan pertama mereka mengenai kondisi Paus.

Tes darah pada Sabtu menunjukkan bahwa trombosit darahnya sangat rendah, suatu kondisi yang disebut platelopenia atau trombositopenia. Trombosit adalah fragmen mirip sel yang bersirkulasi dalam darah yang membantu membentuk bekuan darah untuk menghentikan pendarahan atau membantu penyembuhan luka. Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika, jumlah trombosit yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk efek samping dari obat-obatan atau infeksi.

Francis, yang menderita penyakit paru-paru kronis dan rentan terhadap bronkitis di musim dingin, dirawat di RS Gemelli pada 14 Februari setelah penyakit bronkitisnya memburuk selama seminggu. Dokter pertama kali mendiagnosis infeksi saluran pernapasan yang kompleks akibat virus, bakteri, dan jamur, lalu timbulnya pneumonia di kedua paru-paru. Mereka meresepkan “istirahat total” dan kombinasi kortison dan antibiotik, serta oksigen tambahan saat dia membutuhkannya.

Vatikan Berupaya Redam Isu

Sementara itu, beberapa petinggi Vatikan bersikap defensif dengan meredam rumor dan spekulasi bahwa Paus Fransiskus mungkin memutuskan untuk mengundurkan diri. Tidak ada ketentuan dalam hukum kanon tentang apa yang harus dilakukan jika seorang Paus menjadi tidak mampu. Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia telah menulis surat pengunduran diri yang akan diajukan jika dia secara medis tidak mampu membuat keputusan tersebut.

Menteri Luar Negeri Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, memberikan wawancara langka kepada Corriere della Sera untuk menanggapi spekulasi dan rumor tentang kemungkinan pengunduran diri. Hal ini terjadi setelah Vatikan mengeluarkan bantahan yang tidak biasa dan resmi terhadap laporan media Italia yang mengatakan Parolin dan kepala kanonis Paus telah mengunjungi Paus Fransiskus di rumah sakit secara rahasia.

Dampak pertemuan itu bisa jadi sangat signifikan, yang merupakan salah satu persyaratan untuk melangsungkan kanonik guna mengesahkan pengunduran diri tersebut. Namun Vatikan membantah bahwa pertemuan semacam itu terjadi.

Parolin mengatakan spekulasi seperti itu tampaknya “tidak berguna” saat yang terpenting kini adalah kesehatan Paus Fransiskus, kesembuhannya, dan kembalinya ke Vatikan. [em/ab]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Senin, 18 April 2022

Pesan Paskah Paus: Jangan Menyerah pada Kejahatan dan Kekerasan

Pesan Paskah Paus: Jangan Menyerah pada Kejahatan dan Kekerasan
Paus Fransiskus pada perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan hari Minggu (17/4).


Borneo Tribun, Vatikan -- Pada hari yang seharusnya menjadi hari paling menggembirakan bagi umat Kristiani, Paus Fransiskus hari Minggu (17/4) menyampaikan permohonan menyedihkan demi perdamaian dalam perang “yang tidak masuk akal” di Ukraina, dan dalam konflik-konflik bersenjata lainnya yang berkecamuk di dunia.


Dikutip VOA Indonesia, pada Minggu Paskah (17/4), Paus Fransiskus mengatakan, "Yesus adalah pemenang atas dosa, ketakutan, dan kematian."


Berbicara dari balkon tengah yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Paus mengatakan “semoga ada perdamaian untuk Ukraina yang dilanda perang, yang telah diuji dengan kekerasan dan penghancuran yang kejam dan tidak masuk akal.”


Paus menyerukan kepada dunia agar tidak menyerah pada kejahatan dan kekerasan. Dia memohon agar perang di Ukraina segera diakhiri, dan mendesak umat agar ikut menyerukan perdamaian dan diakhirinya penghancuran yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.


Bagi massa yang berkumpul, Paskah kali ini benar-benar merupakan sebuah kebangkitan setelah pandemi selama dua tahun menyebabkan Minggu Suci praktis terhenti.


Paus Fransiskus memohon dengan sangat agar perdamaian ditegakkan dan menyebut Paskah kali ini “Paskah yang diliputi perang.” Puluhan ribu umat menghadiri misa Paskah kali ini di tengah sinar matahari cerah tetapi diliputi angin dingin di Alun-Alun Santo Petrus, untuk menyimak wejangan Paus dan menerima berkat.


Dalam sambutan Paskah Urbi et Orbi atau kepada kota dan dunia, Paus menyerukan agar perdamaian dipulihkan di Ukraina yang dilanda perang, dihadapkan pada cobaan berat lewat kekerasan dan penghancuran akibat perang yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.


Paus Fransiskus menyerukan kepada dunia agar tidak menganggap perang itu normal dan berharap “semoga sebuah fajar harapan baru segera muncul.”


"Semoga sebuah keputusan perdamaian datang," kata Fransiskus, "semoga peragaan kekuatan otot ini diakhiri segera sementara rakyat menderita," lanjutnya.


Dia mendesak semua pihak untuk memberi komitmen pada seruan perdamaian dari semua penjuru dan mengungkapkan harapan agar para pemimpin dunia mendengar permohonan rakyat bagi perdamaian.


Paus juga memikirkan para korban warga Ukraina, jutaan pengungsi, keluarga yang terpecah, warga usia lanjut yang harus berjuang sendiri, kehidupan yang porak-poranda dan kota-kota yang diratakan dengan tanah.


Fransiskus menambahkan bahwa di tengah-tengah kepedihan perang ini, juga ada tanda-tanda yang menggembirakan.


Banyak keluarga dan komunitas membuka pintu mereka untuk menyambut para imigran dan pengungsi di seluruh Eropa.


Pada Minggu Paskah umat menandai hari paling menggembirakan di dalam kalender Kristen, perayaan kebangkitan Yesus tiga hari setelah kematiannya di tiang salib.


Kini, kata Paus, kita mendengar gema proklamasi Paskah yang begitu menyentuh warga Kristen: “Kristus bangkit! Kini, kata Paus, kita membutuhkan dia, pada akhir praPaskah yang seakan-akan tidak pernah berakhir."


Fransiskus mengatakan, konflik di Eropa seharusnya membuat dunia lebih prihatin akan situasi konflik lainnya, penderitaan dan kesedihan, situasi di banyak bagian dunia yang tidak bisa diacuhkan atau dilupakan.


Paus menyebut Timur Tengah, yang didera oleh konflik dan perpecahan selama bertahun-tahun, khususnya Libya, Yaman, Afghanistan dan Myanmar.


Paus juga menyerukan perdamaian bagi seluruh benua Afrika dan agar bantuan diberikan kepada rakyat yang menderita akibat kondisi sosial di Amerika latin.


Fransiskus mengakhiri pesan Paskah dengan kata-kata yang bermakna kuat: “Perdamaian itu mungkin, perdamaian merupakan kewajiban, perdamaian itu tanggung jawab utama semua orang.” [jm/ka]

Kamis, 15 Juli 2021

Paus Fransiskus Tinggalkan Rumah Sakit 10 Hari Setelah Operasi

Paus Fransiskus Tinggalkan Rumah Sakit 10 Hari Setelah Operasi
Paus Fransiskus berhenti untuk menyapa polisi yang mengawalnya, setibanya di Vatikan setelah meninggalkan rumah sakit dengan mobil Ford-nya, 10 hari setelah menjalani operasi usus besarnya, Rabu, 14 Juli 2021. (AP Photo/Riccardo De Luca)

BORNEO TRIBUN -- Paus Fransiskus terlihat meninggalkan rumah sakit pada hari Rabu (14/7), 10 hari setelah menjalani operasi untuk mengangkat sebagian usus besarnya.

Menurut para saksi mata, sebuah mobil yang membawa Paus Fransiskus, 84, tampak meninggalkan rumah Sakit Gemelly Polytechnic di Roma pada Rabu pagi.

Dokter membuang sebagian usus besarnya pada operasi 4 Juli lalu karena penyempitan parah pada usus besarnya. Ini adalah operasi besar pertama sejak ia menjadi Paus pada tahun 2013.

Operasi itu telah direncanakan, dan dijadwalkan berlangsung pada awal Juli ketika audiensi dengan Paus ditangguhkan dan ia biasanya mengambil cuti.

Perlu waktu beberapa pekan bagi Paus Fransiskus untuk memulihkan diri sebelum mulai melakukan perjalanan lagi pada bulan September.

Ia berencana untuk mengunjungi Hungaria dan Slowakia pada lawatan 12-15 September, dan kemudian singgah sebentar di Glasgow, Skotlandia, pada bulan November, untuk berpartisipasi dalam konferensi iklim COP26. 

Kemungkinan perjalanan lainnya juga sedang ditinjau Vatikan semula menyatakan Paus Fransiskus mungkin dapat keluar rumah sakit pada akhir pekan lalu, tetapi kemudian disebutkan bahwa ia akan tinggal selama beberapa hari lagi untuk pemulihan lebih jauh dan terapi rehabilitasi.

Paus Fransiskus hari Minggu (11/7) tampil untuk pertama kalinya di hadapan umum sejak dioperasi.

Ia tampak dalam kondisi yang baik sewaktu menyampaikan doa mingguannya dari balkon lantai 10 di rumah sakit itu, dengan dikelilingi para pasien kanker berusia muda.

Ia menggunakan kesempatan itu untuk menyerukan layanan kesehatan gratis untuk semua orang.

Hari Selasa sore, menjelang keluar dari rumah sakit, ia mengunjungi bangsal pasien kanker anak-anak, yang juga berada di lantai tempat ia dirawat.

Paus kelahiran Argentina itu pernah menjalani operasi pengangkatan salah satu paru-parunya sewaktu berusia muda dan kondisi kesehatannya relatif sangat baik selama ini. [uh/ab]

VOA

Minggu, 11 Juli 2021

Vatikan: Paus Mulai Kembali Bekerja

Vatikan: Paus Mulai Kembali Bekerja
Paus Fransiskus melambai ke kerumunan saat dia tiba untuk membacakan doa zuhur Angelus dari jendelanya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan. (Foto: AP)

BORNEOTRIBUN - Vatikan, Sabtu (10/7), mengatakan Paus Fransiskus mulai melanjutkan pekerjaan secara bertahap selama proses pemulihan dari operasi usus. Paus sudah dapat berjalan dan makan dengan dibantu oleh para pembantunya.

Selain itu, menurut Vatikan, tes darah Paus juga menunjukkan hasil yang memuaskan. 

Paus berusia 84 tahun itu berada di rumah sakit setelah menjalani operasi selama tiga jam untuk mengangkat sebagian usus besarnya pada Minggu, 4 Juli 2021. 

Menurut Vatikan, usus besar Paus telah mengalami penyempitan yang parah.

Ini adalah pertama kalinya Fransiskus dirawat di rumah sakit sejak ia menjadi paus pada 2013.

Vatikan telah mengumumkan bahwa Fransiskus akan menyampaikan doa dan Misa Minggu siangnya dari lantai 10 Rumah Sakit Gemelli. [ah]

VOA

Senin, 05 Juli 2021

Paus Fransiskus Jalani Operasi Usus

Paus Fransiskus Jalani Operasi Usus
Paus Fransiskus memimpin Misa di Basilika Santo Petrus, Vatikan, 29 Juni 2021.

BORNEOTRIBUN.COM - Vatikan hari Minggu (4/7) mengatakan Paus Fransiskus dibawa ke rumah sakit Poliklinik Gemelli Roma untuk menjalani operasi usus besar. 

Pengumuman singkat dari kantor pers Takhta Suci tidak mengatakan secara pasti kapan operasi akan dilakukan, tetapi mengatakan akan ada pengumuman ketika operasi selesai dilakukan.

Tim dokter Gemelli telah melakukan operasi serupa pada paus sebelumnya, termasuk Paus John Paul II yang memiliki tumor jinak di usus besarnya pada tahun 1992.

Tiga jam sebelumnya Fransiskus dengan riang menyambut publik di Lapangan Santo Petrus sebagaimana yang dilakukan setiap hari Minggu dan mengatakan ia akan terbang ke Hongaria dan Slovakia pada bulan September.

Seminggu sebelumnya, Paus Fransiskus yang berusia 84 tahun, menggunakan kesempatan yang sama untuk meminta doa khusus pada publik bagi dirinya sendiri, yang tampaknya mengisyaratkan pada operasi yang akan dijalaninya.

Vatikan mengatakan Paus telah didiagnosa menderita “stenosis divertikular sismtomatik” pada usus besar, mengacu pada penyempitan di usus besar. 

Kesehatan Paus secara umum berada dalam kondisi baik, tetapi ketika ia masih muda salah satu bagian paru-parunya telah diangkat.

Ia juga menderita sakit linu di bagian panggul, yang kadangkala menimbulkan rasa sakit akibat syaraf yang mempengaruhi bagian bawah punggung dan kaki. [em/jm]

Oleh: VOA

Minggu, 11 Oktober 2020

Paus Fransiskus: Bagi Perusahaan yang Mengabaikan Lingkungan Akan di Tarik Investasinya

Paus Fransiskus: Bagi Perusahaan yang Mengabaikan Lingkungan Akan di Tarik Investasinya
Para biarawati membawa poster Paus Fransiskus dan pesan dalam bahasa Spanyol: "Saya meminta Anda dalam nama Tuhan untuk Membela Bumi" dalam pawai untuk memerangi perubahan iklim Bogota, Colombia, 29 November 2015.


BorneoTribun - Orang-orang untuk menarik investasi dari perusahaan yang tidak berkomitmen melindungi lingkungan. Hal ini desakan dari Paus Fransiskus, Sabtu (10/10/2020).


Pendapatnya itu adalah yang terbaru dari semakin banyaknya seruan untuk menciptakan model ekonomi yang lebih berkelanjutan akibat pandemi virus corona.


Paus Fransiskus berbicara dalam sebuah pesan video dalam acara daring bernama "Hitung Mundur Peluncuran Global, Seruan Aksi bagi Perubahan Iklim."


"Sains memperlihatkan, setiap hari kita harus bertindak dengan lebih tepat, segera ... apabila kita berharap untuk menghindari perubahan iklim yang radikal dan menghancurkan," katanya.


Paus mencatat tiga poin aksi: pendidikan yang lebih baik mengenai lingkungan, pertanian yang berkelanjutan dan akses ke air bersih, dan menghindari penggunaan bahan bakar fosil.


"Satu cara untuk mendorong perubahan ini adalah mendesak perusahaan untuk segera berkomitmen bagi upaya integral kita, termasuk dengan tidak berinvestasi pada perusahaan yang tidak menjalani parameter ini... dan memberi imbalan pada perusahaan yang menjalaninya."


Dia mengatakan pandemi telah membuat krisis iklim dan masalah sosial terkait jadi lebih mendesak.


"Sistem ekonomi sekarang ini tidak berkelanjutan. Kita dihadapkan pada imperatif moral... untuk mempertimbangkan ulang berbagai hal," katanya.


Pada Juni, sebuah dokumen Vatikan mendesak umat Katolik untuk tidak berinvestasi dalam industri senjata dan bahan bakar fosil, dan untuk mengawasi dampak lingkungan yang dilakukan perusahaan-perusahaan dalam berbagai sektor seperti pertambangan.


Pembicara dan aktivis lain dalam acara daring itu termasuk aktris Jane Fonda, Pangeran William, mantan Wakil Presiden AS Al Gore dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (YK/VOA)

Kamis, 24 September 2020

Paus Serukan Pemimpin Dunia Mengingat Kalangan Menengah ke Bawah di Tengah Pandemi

Paus Serukan Pemimpin Dunia Mengingat Kalangan Menengah ke Bawah di Tengah Pandemi
Paus Fransiskus menyapa masyarakat umum di Vatikan dalam audiensi mingguan hari Rabu (23/9).


BorneoTribun - Paus Fransiskus hari Rabu (23/9) kembali menggunakan misa mingguannya di Vatikan untuk membahas pandemi COVID-19 dan mendesak para pemimpin dunia untuk mengingat semua lapisan masyarakat ketika mereka memerangi virus corona dan bekerja untuk membangun kembali ekonomi dunia.


Berbicara di hadapan umat yang mengenakan masker di halaman Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan setiap orang memiliki kontribusi ketika dunia berusaha keluar dari krisis ini. Tetapi ia mengatakan para pemimpin masyarakat harus menghormati dan mendukung "kalangan masyarakat menengah atau bawah".


Ia menambahkan, perusahaan multinasional dan farmasi tidak memiliki jawaban sepenuhnya.


"Perusahaan-perusahaan keuangan terbesar lebih didengar daripada orang-orang biasa atau orang-orang yang benar-benar menggerakkan ekonomi. Perusahaan multinasional lebih didengar daripada gerakan sosial. Dengan kata lain mereka lebih mendengar yang kuat daripada yang lemah,” kata Fransiskus aas dilansir dari voaindonesia.com.


Paus menyerukan pemikiran ulang yang inklusif tentang struktur ekonomi, sosial dan politik ekonomi global yang menurutnya telah menunjukkan kelemahan selama krisis kesehatan ini.


Paus Fransiskus sejak lama menekankan perlunya melibatkan kelompok masyarakat yang paling marjinal - pribumi, orang miskin dan orang tua dalam membuat keputusan mengenai masa depan mereka sendiri.


"Mari kita pikirkan tentang obat untuk virus ini ; perusahaan-perusahaan farmasi besar didengarkan lebih banyak daripada petugas kesehatan yang dipekerjakan di garis depan di rumah sakit atau di kamp pengungsian. Ini bukan jalan yang baik," kata Paus.


Paus Fransiskus minggu depan diperkirakan akan merilis pesan-pesan kepada seluruh gereja mengenai persaudaraan dan solidaritas di dunia pasca-COVID. (YK/VOA)