Kondisi Paus Membaik Masih Perlu Alat Bantu Napas
![]() |
Lilin-lilin menyala di dekat foto Paus Fransiskus di luar Poliklinik Agostino Gemelli, Roma, 23 Februari 2025, tempat ia dirawat sejak 14 Februari. (Foto: AP) |
![]() |
Lilin-lilin menyala di dekat foto Paus Fransiskus di luar Poliklinik Agostino Gemelli, Roma, 23 Februari 2025, tempat ia dirawat sejak 14 Februari. (Foto: AP) |
![]() |
Paus Fransiskus pada perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan hari Minggu (17/4). |
Borneo Tribun, Vatikan -- Pada hari yang seharusnya menjadi hari paling menggembirakan bagi umat Kristiani, Paus Fransiskus hari Minggu (17/4) menyampaikan permohonan menyedihkan demi perdamaian dalam perang “yang tidak masuk akal” di Ukraina, dan dalam konflik-konflik bersenjata lainnya yang berkecamuk di dunia.
Dikutip VOA Indonesia, pada Minggu Paskah (17/4), Paus Fransiskus mengatakan, "Yesus adalah pemenang atas dosa, ketakutan, dan kematian."
Berbicara dari balkon tengah yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Paus mengatakan “semoga ada perdamaian untuk Ukraina yang dilanda perang, yang telah diuji dengan kekerasan dan penghancuran yang kejam dan tidak masuk akal.”
Paus menyerukan kepada dunia agar tidak menyerah pada kejahatan dan kekerasan. Dia memohon agar perang di Ukraina segera diakhiri, dan mendesak umat agar ikut menyerukan perdamaian dan diakhirinya penghancuran yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Bagi massa yang berkumpul, Paskah kali ini benar-benar merupakan sebuah kebangkitan setelah pandemi selama dua tahun menyebabkan Minggu Suci praktis terhenti.
Paus Fransiskus memohon dengan sangat agar perdamaian ditegakkan dan menyebut Paskah kali ini “Paskah yang diliputi perang.” Puluhan ribu umat menghadiri misa Paskah kali ini di tengah sinar matahari cerah tetapi diliputi angin dingin di Alun-Alun Santo Petrus, untuk menyimak wejangan Paus dan menerima berkat.
Dalam sambutan Paskah Urbi et Orbi atau kepada kota dan dunia, Paus menyerukan agar perdamaian dipulihkan di Ukraina yang dilanda perang, dihadapkan pada cobaan berat lewat kekerasan dan penghancuran akibat perang yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Paus Fransiskus menyerukan kepada dunia agar tidak menganggap perang itu normal dan berharap “semoga sebuah fajar harapan baru segera muncul.”
"Semoga sebuah keputusan perdamaian datang," kata Fransiskus, "semoga peragaan kekuatan otot ini diakhiri segera sementara rakyat menderita," lanjutnya.
Dia mendesak semua pihak untuk memberi komitmen pada seruan perdamaian dari semua penjuru dan mengungkapkan harapan agar para pemimpin dunia mendengar permohonan rakyat bagi perdamaian.
Paus juga memikirkan para korban warga Ukraina, jutaan pengungsi, keluarga yang terpecah, warga usia lanjut yang harus berjuang sendiri, kehidupan yang porak-poranda dan kota-kota yang diratakan dengan tanah.
Fransiskus menambahkan bahwa di tengah-tengah kepedihan perang ini, juga ada tanda-tanda yang menggembirakan.
Banyak keluarga dan komunitas membuka pintu mereka untuk menyambut para imigran dan pengungsi di seluruh Eropa.
Pada Minggu Paskah umat menandai hari paling menggembirakan di dalam kalender Kristen, perayaan kebangkitan Yesus tiga hari setelah kematiannya di tiang salib.
Kini, kata Paus, kita mendengar gema proklamasi Paskah yang begitu menyentuh warga Kristen: “Kristus bangkit! Kini, kata Paus, kita membutuhkan dia, pada akhir praPaskah yang seakan-akan tidak pernah berakhir."
Fransiskus mengatakan, konflik di Eropa seharusnya membuat dunia lebih prihatin akan situasi konflik lainnya, penderitaan dan kesedihan, situasi di banyak bagian dunia yang tidak bisa diacuhkan atau dilupakan.
Paus menyebut Timur Tengah, yang didera oleh konflik dan perpecahan selama bertahun-tahun, khususnya Libya, Yaman, Afghanistan dan Myanmar.
Paus juga menyerukan perdamaian bagi seluruh benua Afrika dan agar bantuan diberikan kepada rakyat yang menderita akibat kondisi sosial di Amerika latin.
Fransiskus mengakhiri pesan Paskah dengan kata-kata yang bermakna kuat: “Perdamaian itu mungkin, perdamaian merupakan kewajiban, perdamaian itu tanggung jawab utama semua orang.” [jm/ka]
![]() |
Paus Fransiskus melambai ke kerumunan saat dia tiba untuk membacakan doa zuhur Angelus dari jendelanya yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, di Vatikan. (Foto: AP) |
![]() |
Paus Fransiskus memimpin Misa di Basilika Santo Petrus, Vatikan, 29 Juni 2021. |
BorneoTribun - Orang-orang untuk menarik investasi dari perusahaan yang tidak berkomitmen melindungi lingkungan. Hal ini desakan dari Paus Fransiskus, Sabtu (10/10/2020).
Pendapatnya itu adalah yang terbaru dari semakin banyaknya seruan untuk menciptakan model ekonomi yang lebih berkelanjutan akibat pandemi virus corona.
Paus Fransiskus berbicara dalam sebuah pesan video dalam acara daring bernama "Hitung Mundur Peluncuran Global, Seruan Aksi bagi Perubahan Iklim."
"Sains memperlihatkan, setiap hari kita harus bertindak dengan lebih tepat, segera ... apabila kita berharap untuk menghindari perubahan iklim yang radikal dan menghancurkan," katanya.
Paus mencatat tiga poin aksi: pendidikan yang lebih baik mengenai lingkungan, pertanian yang berkelanjutan dan akses ke air bersih, dan menghindari penggunaan bahan bakar fosil.
"Satu cara untuk mendorong perubahan ini adalah mendesak perusahaan untuk segera berkomitmen bagi upaya integral kita, termasuk dengan tidak berinvestasi pada perusahaan yang tidak menjalani parameter ini... dan memberi imbalan pada perusahaan yang menjalaninya."
Dia mengatakan pandemi telah membuat krisis iklim dan masalah sosial terkait jadi lebih mendesak.
"Sistem ekonomi sekarang ini tidak berkelanjutan. Kita dihadapkan pada imperatif moral... untuk mempertimbangkan ulang berbagai hal," katanya.
Pada Juni, sebuah dokumen Vatikan mendesak umat Katolik untuk tidak berinvestasi dalam industri senjata dan bahan bakar fosil, dan untuk mengawasi dampak lingkungan yang dilakukan perusahaan-perusahaan dalam berbagai sektor seperti pertambangan.
Pembicara dan aktivis lain dalam acara daring itu termasuk aktris Jane Fonda, Pangeran William, mantan Wakil Presiden AS Al Gore dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (YK/VOA)
![]() |
Paus Fransiskus menyapa masyarakat umum di Vatikan dalam audiensi mingguan hari Rabu (23/9). |
BorneoTribun - Paus Fransiskus hari Rabu (23/9) kembali menggunakan misa mingguannya di Vatikan untuk membahas pandemi COVID-19 dan mendesak para pemimpin dunia untuk mengingat semua lapisan masyarakat ketika mereka memerangi virus corona dan bekerja untuk membangun kembali ekonomi dunia.
Berbicara di hadapan umat yang mengenakan masker di halaman Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan setiap orang memiliki kontribusi ketika dunia berusaha keluar dari krisis ini. Tetapi ia mengatakan para pemimpin masyarakat harus menghormati dan mendukung "kalangan masyarakat menengah atau bawah".
Ia menambahkan, perusahaan multinasional dan farmasi tidak memiliki jawaban sepenuhnya.
"Perusahaan-perusahaan keuangan terbesar lebih didengar daripada orang-orang biasa atau orang-orang yang benar-benar menggerakkan ekonomi. Perusahaan multinasional lebih didengar daripada gerakan sosial. Dengan kata lain mereka lebih mendengar yang kuat daripada yang lemah,” kata Fransiskus aas dilansir dari voaindonesia.com.
Paus menyerukan pemikiran ulang yang inklusif tentang struktur ekonomi, sosial dan politik ekonomi global yang menurutnya telah menunjukkan kelemahan selama krisis kesehatan ini.
Paus Fransiskus sejak lama menekankan perlunya melibatkan kelompok masyarakat yang paling marjinal - pribumi, orang miskin dan orang tua dalam membuat keputusan mengenai masa depan mereka sendiri.
"Mari kita pikirkan tentang obat untuk virus ini ; perusahaan-perusahaan farmasi besar didengarkan lebih banyak daripada petugas kesehatan yang dipekerjakan di garis depan di rumah sakit atau di kamp pengungsian. Ini bukan jalan yang baik," kata Paus.
Paus Fransiskus minggu depan diperkirakan akan merilis pesan-pesan kepada seluruh gereja mengenai persaudaraan dan solidaritas di dunia pasca-COVID. (YK/VOA)
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru