Berita Borneotribun.com: Papua Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Papua. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Papua. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Agustus 2024

Tragis! Pilot Selandia Baru Tewas Ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua

Tragis! Pilot Selandia Baru Tewas Ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua
Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Bayu Suseno, menunjukkan foto pilot asal Selandia Baru yang ditembak mati oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Alama, Mimika, Papua Tengah, Senin, 5 Agustus 2024. (Courtesy: Satgas Operasi Damai Cartenz)
PAPAU - Pada Senin (5/8), sebuah insiden tragis terjadi di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Glen Malcolm Conning, seorang pilot helikopter asal Selandia Baru berusia 50 tahun, dilaporkan tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). 

Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 10.00 WIT di wilayah yang sangat terisolasi, hanya bisa diakses dengan transportasi udara.

Menurut informasi dari Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Bayu Suseno, pilot Glen Malcolm Conning sempat disandera oleh KKB sebelum akhirnya dieksekusi. Selain itu, helikopter jenis IWN MD.500 ER PK milik PT Intan Angkasa Air Service juga dibakar oleh kelompok tersebut. Kombes Pol. Bayu menjelaskan, saat helikopter tiba di landasan, pilot dan penumpangnya dicegat oleh KKB yang bersenjata api. 

Mereka diturunkan dan dikumpulkan di lapangan dekat landasan, di mana Glen kemudian dieksekusi. Jenazahnya dibawa kembali ke helikopter dan dibakar di lokasi.

Selain Glen, helikopter yang terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika ke Distrik Alama itu juga membawa empat penumpang. Mereka terdiri dari dua pria dewasa, seorang anak-anak, dan seorang bayi. 

Berita baiknya, kedua pria dewasa tersebut adalah tenaga medis setempat dan semua penumpang selamat. 

Mereka tidak mengalami kekerasan dari KKB dan telah kembali ke rumah mereka di Distrik Alama.

Kombes Pol. Bayu juga mengonfirmasi bahwa pelaku penembakan adalah KKB di bawah pimpinan Egianus Kogoya. 

Kelompok ini dikenal aktif dalam gangguan keamanan di sekitar Mimika dan menjadi target utama Satgas Operasi Damai Cartenz tahun ini. 

Saat ini, Satgas bersama TNI sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku dan berkomitmen untuk menegakkan hukum di wilayah Papua.

Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan yang dilakukan oleh KKB. Sebelumnya, kelompok ini juga telah menyandera pilot Selandia Baru lainnya, Philip Mark Mehrtens, selama lebih dari setahun. 

KKB sebelumnya mengklaim akan membebaskan Mehrtens, namun justru melakukan aksi kekerasan terhadap pilot lain yang sedang menjalankan misi kemanusiaan.

Pemerintah Selandia Baru telah berulang kali mendesak agar Mehrtens segera dibebaskan. 

Pilot tersebut diculik pada 7 Februari tahun lalu setelah mendaratkan pesawat di daerah pegunungan terpencil Nduga. 

Meski ada video yang menunjukkan Mehrtens meminta mediasi internasional, hingga saat ini belum ada kemajuan signifikan dalam upaya pembebasannya.

Sementara itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengatakan mereka belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait penembakan ini. 

Mereka menegaskan bahwa pesawat penerbangan sipil dilarang memasuki wilayah konflik mereka dan akan menjadi target utama jika melanggar.

Senin, 05 Agustus 2024

KKB Papua Siap Bebaskan Pilot Selandia Baru Setelah Ditahan Setahun Lebih

KKB Papua Siap Bebaskan Pilot Selandia Baru Setelah Ditahan Setahun Lebih
Foto yang disebut TPNPB-OPM sebagai Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens dan pasukan. (Foto: TPNPB-OPM)
JAKARTA - Kabar menggembirakan datang dari Papua. Kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) akhirnya sepakat untuk membebaskan pilot asal Selandia Baru, Phillip Mehrtens, setelah ditahan lebih dari setahun. 

Rencana pembebasan ini disampaikan oleh juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, melalui pesan audio pada Sabtu (3/8).

Latar Belakang Penahanan

Phillip Mehrtens diculik pada 7 Februari 2023 oleh kelompok yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. 

Saat itu, Mehrtens baru saja mendaratkan pesawat komersial kecil milik Susi Air di daerah pegunungan terpencil Nduga. 

Penahanan ini menjadi sorotan internasional, dan berbagai pihak mendesak pembebasan Mehrtens.

Rencana Pembebasan

Egianus Kogoya, pemimpin TPNPB, menyetujui pembebasan Mehrtens dengan alasan kemanusiaan. 

Meskipun demikian, proses pembebasan ini diperkirakan memakan waktu hingga dua bulan. 

Sebby Sambom menyatakan, “Panglima Egianus telah mengatakan dengan rendah hati, demi kemanusiaan, kami akan membebaskan pilot itu.”

Pemerintah Indonesia sebelumnya telah berupaya melakukan dialog dengan para pemimpin agama dan masyarakat setempat untuk membebaskan Mehrtens. 

Upaya dialog dianggap lebih aman dibandingkan dengan operasi militer di daerah dataran tinggi Papua yang terjal dan berbahaya.

Respons Internasional

Selandia Baru, negara asal Mehrtens, telah mendesak agar pilot tersebut segera dibebaskan sejak setahun lalu. 

Tekanan internasional dan publik menjadi faktor pendorong bagi TPNPB untuk mempertimbangkan pembebasan ini.

Selama penahanan, kelompok separatis tersebut beberapa kali merilis video Mehrtens. Dalam salah satu video, Mehrtens terlihat memegang bendera Bintang Kejora, simbol yang dilarang di Indonesia, dikelilingi oleh para kombatan TPNPB. 

Video-video ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memediasi pembicaraan kemerdekaan Papua.

Situasi di Papua

KKB Papua Siap Bebaskan Pilot Selandia Baru Setelah Ditahan Setahun Lebih
Pria yang diidentifikasi sebagai Philip Mehrtens, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru yang disandera kelompok separatis, tampak duduk bersama para kombatan di Papua, 6 Maret 2023. (Foto: TPNPB via REUTERS)
KKB Papua telah lama menjadi isu yang kompleks di Indonesia. Baku tembak berskala kecil namun mematikan terus terjadi di Papua Barat, wilayah yang kaya sumber daya alam. 

Kelompok separatis ini semakin sering melakukan serangan yang lebih fatal seiring dengan meningkatnya akses terhadap persenjataan yang lebih canggih.

Keputusan TPNPB untuk membebaskan Mehrtens diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membuka dialog damai dan mengurangi ketegangan di Papua. 

Banyak pihak berharap situasi di Papua dapat diselesaikan dengan cara yang lebih manusiawi dan damai.

Rabu, 28 Februari 2024

Agus Subiyanto: Koops Habema Tingkatkan Koordinasi TNI-Polri di Papua

Agus Subiyanto: Koops Habema Tingkatkan Koordinasi TNI-Polri di Papua
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) bersama Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo (tengah) dan Menhan Prabowo Subianto menggunakan mobil mengecek alutsista di Mabes TNI, Jakarta, Rabu (28/2/2024). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc)
JAKARTA - Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto, telah mengumumkan pembentukan Komando Operasi (Koops) Habema untuk meningkatkan koordinasi antara TNI dan Polri dalam menangani konflik di Papua. 

Dalam sebuah Rapat Pimpinan TNI-Polri Tahun 2024 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Panglima TNI menyatakan keyakinannya bahwa Koops Habema, yang merupakan singkatan dari "harus berhasil maksimal", akan membantu dalam meningkatkan efektivitas penanganan konflik di Papua.

"Saya berlakukan strategi smart power untuk Papua, yang melibatkan kombinasi soft power dan hard power, serta diplomasi militer. Implementasi strategi tersebut adalah pembentukan Komando Operasi Habema, yang harus berhasil maksimal. Dengan integrasi pola operasi TNI dan Polri melalui Koops ini, penanganan konflik di Papua diharapkan menjadi lebih efektif," kata Jenderal Agus Subiyanto.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Nugraha Gumilar, mengonfirmasi bahwa Koops Habema baru-baru ini dibentuk, meskipun tidak merinci tanggal pastinya.

Habema, yang mengambil nama dari danau terkenal di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, dikenal sebagai salah satu danau tertinggi di Indonesia dengan ketinggian lebih dari 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) di kaki Gunung Trikora.

Selain pembentukan Komando Operasi, TNI juga sedang menerapkan sistem blok dalam latihan individu prajurit dan satuan, yang dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

"Penerapan program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan konflik di Papua," ungkap Jenderal Agus Subiyanto dalam rapat tersebut.

Rapat pimpinan gabungan TNI-Polri, yang diadakan di GOR A. Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu, dibuka oleh Presiden Joko Widodo yang memberikan arahan langsung kepada jajaran pimpinan TNI dan Polri. Sebanyak 362 pimpinan TNI-Polri hadir dalam rapat tersebut.

Senin, 29 Januari 2024

Kelezatan Swamening, Kuliner Asli Papua yang Diramu oleh Ragil Imam Wibowo

Chef Ragil Imam Wibowo mendemonstrasikan pembuatan Swamening, makanan khas Papua dengan bahan dasar daun singkong atau daun ubi (ANTARA/Fitra Ashari)
Chef Ragil Imam Wibowo mendemonstrasikan pembuatan Swamening, makanan khas Papua dengan bahan dasar daun singkong atau daun ubi (ANTARA/Fitra Ashari)
JAKARTA - Papua memiliki kekayaan kuliner yang tidak hanya lekat dengan Papeda, tetapi juga menyajikan ragam hidangan unik. 

Salah satu yang tengah naik daun adalah Swamening, sebuah hidangan dengan bahan dasar sayur-sayuran yang meraih perhatian banyak orang.

Dalam demonstrasi memasaknya, koki terkenal Ragil Imam Wibowo menyuguhkan Swamening dengan sentuhan modern menggunakan teflon, menyajikan alternatif cara memasak yang lebih praktis dan efisien.

Swamening, makanan khas Papua dengan bahan dasar daun singkong atau daun ubi (ANTARA/Fitra Ashari)
Swamening, makanan khas Papua dengan bahan dasar daun singkong atau daun ubi (ANTARA/Fitra Ashari)
"Dibandingkan dengan hidangan lainnya, Swamening memiliki cita rasa yang unik dan berbeda," ujar Ragil dalam sebuah kesempatan di Jakarta.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Swamening antara lain daun singkong atau daun ubi sebagai bahan utama, dipadukan dengan parutan kelapa, sagu, wortel, daun bawang, bawang merah, dan bawang putih.

Proses pembuatannya cukup sederhana. Semua bahan dicampur rata dalam sebuah wadah dan diberi perasa garam sesuai selera. 

Kemudian, campuran tersebut disusun di atas teflon yang telah dialasi dengan daun pisang. 

Setelah ditutup kembali dengan daun pisang dan daun singkong, Swamening dimasak dengan menggunakan api besar.

Ditandai dengan aroma harum dari daun pisang yang mulai tercium, tambahkan air matang dan tunggu hingga semua bahan matang sempurna. 

Dalam waktu sekitar 15-20 menit, Swamening pun siap disajikan. 

Swamening dapat dinikmati sebagai hidangan utama atau dijadikan pendamping protein lain seperti ikan. 

Keunikan lainnya, hidangan ini tergolong sehat karena kaya akan serat dan mengandung banyak sayuran, serta sagu yang baik untuk pencernaan.

Tidak hanya itu, Swamening juga merupakan pilihan sehat karena tidak menggunakan minyak dalam proses masaknya. 

Dalam resep aslinya, masyarakat sering menggunakan air laut sebagai perasa atau membuat garam sendiri dari pohon sagu yang dipotong bagian bawahnya.

Ragil juga menyoroti keunikan beberapa suku dalam pembuatan garam, di mana pohon sagu yang terkena air laut dapat diolah menjadi kristal asin yang serupa dengan garam. 

"Ada keunikan juga beberapa suku yang ngerti buat garam yaitu pohon sagu paling bawah yang kena air, itu dibakar itu dapet kristal asin seperti garam warnanya hitam," ungkap Ragil.

Sumber: Antara/Fitra Ashari
Editor: Yakop

Senin, 20 Februari 2023

Berawal Ungkap Kasus Narkoba, Polisi Temukan Ratusan Butir Peluru

Berawal Ungkap Kasus Narkoba, Polisi Temukan Ratusan Butir Peluru
Foto pelaku. Berawal Ungkap Kasus Narkoba, Polisi Temukan Ratusan Butir Peluru.
PAPUA - Berawal dari pengungkapan kasus narkoba, Ditresnarkoba Polda Papua justru berhasil mengamankan ratusan butir peluru yang disimpan oleh seorang pemuda berinisial FK (34). Polisi juga terlebih dahulu mengamankan CH (35) karena kedapatan membawa ganja.

FK diamankan disalah satu rumah kos di Sentani dan di sinilah ditemukan 1 buah Magazine Senjata SS-1 berisi 85 butir peluru hampa, 6 butir peluru tajam senjata jenis Moser, 11 butir peluru tajam ukuran 5-56 mm dan 1 buah gelang bergambar Bintang Kejora.

“Kedua Pelaku beserta barang bukti kini telah diamankan oleh Direktorat Reserse Narkoba guna proses lebih lanjut,” jelas Dirresnarkoba Polda Papua, Kombes Pol. Alfian S.I.K.,M.Si, Sabtu (18/2/23).

Polda Papua awalnya menargetkan barang bukti ganja namun ternyata ada barang bukti lain yakni amunisi.

Untuk narkoba jenis ganja yang ditemukan sebanyak 8 bungkus plastik bening berukuran besar berisikan ganja, 8 karung ukuran 10 kg merk Root Rice berisikan ganja. (ril)

Kamis, 16 Februari 2023

Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik

Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik
Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik.
JAKARTA - Kelompok separatis di wilayah Papua yang bergolak telah merilis foto-foto dan video yang mereka katakan menunjukkan seorang pilot Selandia Baru yang disandera sejak pekan lalu dalam keadaan sehat, tetapi bersumpah tidak akan membebaskannya sampai pihak berwenang mengakui kemerdekaan wilayah tersebut.

Pilot itu, Philip Mehrtens, yang menerbangkan pesawat yang dioperasikan oleh maskapai Susi Air, diculik oleh kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pekan lalu setelah mendarat di wilayah terpencil Nduga.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi keaslian gambar tersebut, tetapi seorang teman Mehrtens, yang menolak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut, mengonfirmasi bahwa itu adalah gambar pilot itu.

Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik
Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik.
Sebby Sambom, juru bicara TPNPB, menunjukkan foto-foto dan video seorang pria berjaket jeans, dikelilingi belasan anggota kelompok itu, beberapa di antaranya memegang senapan atau busur.

"Militer Papua yang telah menangkap saya untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua, mereka meminta militer Indonesia untuk pulang ke Indonesia dan jika tidak, saya akan tetap menjadi tawanan seumur hidup," kata Mehrtens dalam video tersebut.

Salah satu anggota kelompok itu memegang bendera "Bintang Kejora", simbol kemerdekaan Papua.

Dalam pernyataan yang menyertai foto dan video tersebut, Sambom mengatakan bahwa pilot dalam keadaan sehat dan menjadi jaminan dalam perselisihan politik.

Menko Polhukam Mahfud MD berjanji dalam sebuah video pada Senin malam untuk memastikan pembebasan Mehrtens dengan menggunakan "pendekatan persuasif, karena prioritasnya adalah keselamatannya", tetapi mengatakan tidak dapat mengesampingkan penggunaan "cara lain", tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Menjadikan warga sipil sebagai sandera, dengan alasan apa pun, tidak dapat diterima," katanya.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru mengatakan mereka mengetahui foto dan video yang beredar itu, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.

Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik
Kelompok Pemberontak Papua Tunjukan Foto dan Video Pilot Selandia Baru yang Diculik.
Provinsi paling timur Indonesia ini telah didera pemberontakan tingkat rendah yang menuntut kemerdekaan sejak wilayah yang kaya sumber daya alam tersebut secara kontroversial dibawa ke dalam kendali Indonesia menyusul pemungutan suara yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1969.

Konflik itu telah meningkat secara signifikan sejak 2018, dengan para anggota kelompok pro-kemerdekaan melakukan serangan yang lebih mematikan dan lebih sering. [ab/lt]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Rabu, 15 Februari 2023

Indonesia Berkoordinasi dengan Selandia Baru Terkait Pilot Sandera di Papua

Indonesia Berkoordinasi dengan Selandia Baru Terkait Pilot Sandera di Papua
Foto yang disebut TPNPB-OPM sebagai Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens dan pasukan. (Foto: TPNPB-OPM)
JAKARTA - Pemerintah Indonesia masih berkomunikasi dengan pemerintah Selandia Baru terkait penyanderaan pilot Susi Air Philip Mark Merthens oleh kelompok bersenjata di Papua.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD membenarkan bahwa Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air Selandia Baru, telah disandera oleh kelompok bersenjata di Papua. 

Menurutnya, pemerintah terus berkomunikasi dengan pemerintah Selandia Baru untuk upaya pembebasan Philip. 

Mahfud mengatakan, pemerintah akan mengedepankan pendekatan persuasif untuk keselamatan pilot.

"Penyanderaan warga sipil dengan alasan apapun tidak dapat diterima. Oleh sebab itu, upaya persuasif menjadi pedoman utama demi keselamatan sandera," ujar Mahfud secara daring, Selasa (14/2).
Indonesia Berkoordinasi dengan Selandia Baru Terkait Pilot Sandera di Papua
Foto yang disebut TPNPB-OPM sebagai Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens dan pasukan. (Foto: TPNPB-OPM)
Kendati demikian, pemerintah tidak menutup upaya-upaya lain untuk membebaskan Philip dari kelompok bersenjata. 

Selain itu, ia menegaskan bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI yang sah. Karena itu, ia menyampaikan Papua akan terus menjadi bagian dari Indonesia.

"Papua adalah bagian sah dari NKRI, baik menurut konstitusi RI, hukum internasional, maupun menurut fakta yang sekarang sedang berlangsung," tambahnya.

Pekan lalu (7/2), pesawat Susi Air dilaporkan dibakar oleh kelompok bersenjata di Lapangan Udara Paro di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Tengah. 

Kelompok tersebut juga menyandera pilot Philip Mark Mehrtens dan penumpang pesawat. Lima penumpang pesawat tersebut telah dibebaskan.

Berdasarkan keterangan Susi Air, penyanderaan itu berawal saat pesawat yang terbang dari Mimika tersebut mendarat di Lapangan Udara Paro, Nduga, sekitar pukul 06.35 WIT. 

Namun, setelah mendarat pihak Susi Air kehilangan kontak dengan pilot pesawat tersebut. 

Selanjutnya, Susi Air mendapat informasi bahwa pesawat tersebut telah dibakar oleh kelompok bersenjata, yang kemudian menyandera pilot serta penumpangnya.

TPNPB-OPM Mengaku Bertanggung Jawab

Sementara itu, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyatakan bertanggung jawab atas pembakaran pesawat dan penyanderaan tersebut. 

Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengumumkan melalui siaran tertulis pada Selasa (14/2) bahwa kondisi pilot dalam keadaan sehat.

"Secara resmi kami telah terima foto dan video dari Panglima Egianus Kogoya dan pasukannya, dimana mereka melaporkan bahwa pilot warga negara Selandia baru resmi mereka tahan sebagai jaminan politik untuk negosiasi hak kemerdekaan bangsa papua barat," tutur Sebby melalui video yang diterima VOA pada Selasa (14/2).

Ebby juga meminta sejumlah negara yang memberikan pelatihan dan senjata kepada TNI dan Polri untuk bertanggung jawab karena telah mengakibatkan korban jiwa orang Papua. [sm/em]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Senin, 24 Oktober 2022

Bupati Jayapura Lepas Peserta Pawai Budaya Nasional

Bupati Jayapura Lepas Peserta Pawai Budaya Nasional
Bupati Jayapura Lepas Peserta Pawai Budaya Nasional.
Sentani, Papua - Bupati Jayapura, Provinsi Papua Mathius Awoitauw melepas peserta pawai budaya nasional dari Lapangan Makam Theys menuju Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin, dalam rangkaian Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.

Pelepasan pawai budaya nasional yang berlangsung pukul 07.15 WIT tersebut dalam rangka memperingati HUT IX Kebangkitan Masyarakat Adat (KMA) Kabupaten Jayapura dan Festival Danau Sentani (FDS) XVI serta Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.

"Atas nama Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Pemerintah Provinsi Papua serta seluruh Masyarakat Adat Tabi, kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta di Tanah Tabi," kata Bupati Jayapura Mathius Awoitauw saat melepas pawai tersebut.

Ia menjelaskan pihaknya mengajak seluruh komponen masyarakat adat untuk menjaga kualitas masyarakat adat dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Kami berharap seluruh rangkaian pelaksanaan HUT KMA, KMAN dan FDS berjalan dengan baik sehingga hal-hal yang menyangkut dengan pembangunan kualitas hidup masyarakat adat nusantara dapat tersampaikan dengan bijaksana," katanya.

Pawai budaya dan parade budaya nusantara yang diawali dengan kontingen dan duta -duta masyarakat adat, dikawal oleh sembilan Dewan Adat Suku (DAS) yang ada di Kabupaten Jayapura.

Seluruh peserta kirab yang ikut dalam pelaksanaan pawai budaya tersebut menampilkan tari-tarian dari suku se nusantara dan juga suku lokal di Papua dan Papua Barat.

Setelah tiba di Stadion Barnabas Youwe peserta pawai budaya disambut oleh sembilan Dewan Adat Suku (DAS) di wilayah Adat Tabi.

Oleh : Ardiles Leloltery/Antara
Editor : Yakop

Minggu, 07 Agustus 2022

Jayapura juara umum MTQ XXIX tingkat Papua

Sekda Papua Muhammad Ridwan Rumasukun saat penyerahan piala juara umum pada Kafilah Kota Jayapura di Aula Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kotaraja, Kota Jayapura, Jumat (5/8/2022)
Sekda Papua Muhammad Ridwan Rumasukun saat penyerahan piala juara umum pada Kafilah Kota Jayapura di Aula Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kotaraja, Kota Jayapura, Jumat (5/8/2022)

BorneoTribun Jayapura, Papua - Karavan Kota Jayapura tampil sebagai juara umum dengan total skor 76 dalam Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) XXIX Provinsi Papua tingkat 2022.
 
Ketua LPTQ Provinsi Papua Muhammad Musa'ad dalam keterangannya di Jayapura, Minggu, mengatakan pihaknya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta yang telah ikut mensukseskan MTQ XXIX tingkat Provinsi Papua 2022.
 
“MTQ tidak hanya menjadi wadah untuk mengejar prestasi terbaik, tetapi aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an adalah hal terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
 
Menurut Musa'ad, tujuan utama dari kompetisi tersebut bukanlah untuk mendapatkan peringkat tertinggi, tetapi bagaimana meyakini Al-Qur'an sebagai falsafah hidup.
 
“Kemudian mampu mencoba membacanya, memahami dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
 
Dijelaskannya, kompetisi itu hanya sebagian dari motivasinya untuk lebih mencintai Al-Qur'an, semoga selalu diberikan kekuatan, kesehatan sehingga bisa mengemban amanah sebagai Khalifah Fil Ardhi di Bumi Cenderawasih.
 
“Bersamaan dengan ini juga merupakan rangkaian raker LPTQ dimana salah satu agenda yang dibahas dalam raker kita adalah bagaimana menyikapi dinamika politik pemerintahan yang terjadi di Papua dengan adanya UU No 14, 15 dan 16 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah dan Provinsi Pegunungan Papua,” ujarnya lagi.
 
Ditambahkannya, dengan berbagai pertimbangan, LPTQ se-Provinsi Papua menyepakati pelaksanaan MTQ XXX Tingkat Provinsi Papua tahun 2024 tetap dilaksanakan.
 
“Kedua, dengan berbagai pertimbangan dan usulan penyelenggaraan MTQ XXX 2024 sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi kabupaten/kota, maka kami menetapkan MTQ XXX 2024 akan diselenggarakan di Kabupaten Mimika,” ujarnya.

Sebelumnya, MTQ XXX tingkat provinsi telah berlangsung pada 1-5 Agustus 2022 di Aula Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kotaraja, Kota Jayapura dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua Muhammad Ridwan. Ruikutun, Kepala Kanwil Kanwil Kemenag Provinsi Papua, Pdt. Dr. Amsal Yowei.

(QP/ANT)

Sabtu, 06 Agustus 2022

3.000 warga Papua Barat pengguna baru QRIS

Seorang warga Papua Barat gunakan QRIS saat belanja di bazar.
Seorang warga Papua Barat gunakan QRIS saat belanja di bazar..

Manokwari, Papua - Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat mengemukakan sebanyak 3.000 warga di propinsi Papua Barat telah gunakan 
 Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), dan targetnya 5.000 pengguna baru pada tahun 2022.


Deputi kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat Eko Listiyono di Manokwari, Sabtu, mengatakan target BI Papua Barat sebanyak 5.000 pengguna QRIS baru.

"Besama-sama dengan Pemerintah Daerah dan Perbankan mendorong agar pengguna QRIS di Papua Barat terus meningkat," kata dia.

Listiyono menyebutkan sampai di pertengahan tahun telah terdata pengguna QRIS mencapai lebih dari 50 persen dari target tersebut.

Usaha kecil dan menengah (UKM) didorong agar menjadi duta QRIS bagi masyarakat luas dengan menyiapkan pembayaran dengan sistem digital.

"Saat ini sudah sekitar 60 sampai 65 persen atau sekitar 3.000 orang dari target kita 5.000 pengguna baru di tahun 2022, kita berharap ke depan bisa terus meningkat," jelas dia.

Salah satu UMKM atau Merchan pengguna QRIS di Manokwari Since Moby yang tergabung dalam kelompok Amenya yang menyediakan Abon tuna dan keripik sukun, menyebutkan kemudahan yang didapat saat menggunakan transaksi digital.

"Kita tidak lagi menyiapkan uang kembali dan pembayaran bisa langsung dari HP, terutama anak-anak muda," ujar Since Moby.

Ia juga menyebutkan penggunaan pembayaran digital bisa mencegah peredaran uang palsu di masyarakat awam.

Sementara itu, Dari data Bank Indonesia per Juni 2022 terdapat 47.652 merchand QRIS di Provinsi Papua Barat, lokasi tersebut terpusat di Kabupaten Manokwari sebesar 50,19 persen, Kota Sorong 38,05 persen dan Kabupaten lainnya 6,06 persen.

(ant)

Selasa, 28 Juni 2022

Binter Di Daerah Operasi : Satgas Satuan Organik Yonif Raider 301/PKS Berikan Bimbingan Membuat Tempe


Satgas Satuan Organik Yonif Raider 301/PKS Bekali Warga Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya (Dok. Borneotribun)

Borneotribun Puncak Jaya, Papua - Satgas Satuan Organik Yonif Raider 301/PKS Bekali Warga Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya - Papua pengetahuan tentang cara mengolah bahan makanan yaitu kacang kedelai menjadi tempe.

Tempe merupakan salah satu bahan makanan yang sangat familiar di kalangan masyarakat menengah ke bawah, selain murah juga memiliki kandungan gizi yang tinggi dan kaya protein. Oleh karena itu, Satgas Satuan Organik Yonif Raider 301/PKS merasa perlu untuk memberikan keterampilan cara pembuatan tempe berbahan baku kacang kedelai.

Demikian disampaikan Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) III/Siliwangi Kolonel Inf Arie Tri Hedhianto di Kantor Pendam III/Siliwangi Jl. Aceh No. 69 Kota Bandung Jabar, Selasa (28/6/2022).

Pembekalan pengetahuan pembuatan tempe dilakukan oleh anggota Pos Ramil Ilu kepada masyarakat dengan mempraktekkan cara pembuatan tempe mulai dari penyiapan bahan dasar hingga pengemasannya. Kegiatan bimbingan dalam rangka pembekalan kepada warga binaan tersebut dipimpin langsung oleh Dan Pos Ramil llu Lettu Inf Asep Tatang dengan beberapa anggota.

"Berbagi tak selamanya harus dengan barang atau materi. Kita juga dapat berbagi banyak hal selain materi, seperti pengetahuan, pengalaman dan bantuan kepada orang di sekeliling kita. Karena kesuksesan dan kebahagiaan akan sangat berarti jika kita mau berbagi dengan orang lain," Ujar Dansatgas, Letkol Inf Mohammad Syaifuddin Fanany.,S.H., M.I.P.

Rasa Senang dan antusias terlihat dari warga terutama Mama-mama saat menerima bimbingan pembuatan tempe yang langsung diperagakan oleh anggota Posramil Ilu.

"Terima kasih Bapak TNI atas kepedulian dan perhatiannya memberikan pengetahuan cara pembuatan tempe kepada kami, semoga Bapak-bapak TNI selalu diberikan kemudahan dalam segala hal," Ucap Mama Elias Wonda. 

Sumber : Pendam III/Siliwangi

Selasa, 21 September 2021

BREAKINGNEWS : Kembali Putra Kalbar Gugur Di Distrik Kiwirok


Alm Pratu Ida Bagus Putu S

BorneoTribun Kiwirok, Papua Aksi separatis KST Ngalum Kupel dibawah pimpinan Lamek Alepki Taplo kembali menewaskan anggota Satgas Pamtas Yonif 403/WP Pos Kiwirok Pada tanggal 21 September 2021 pukul 06.40 WIT bertempat di Bandara Kiwi, Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Sergapan tersebut terjadi saat rencana kedatangan Heli yang akan mengevakuasi Jenazah Almarhumah Gabriela Meilani (Nakes).

Kontak tembak tersebut mengakibatkan Pratu Ida Bagus meninggal dunia karena terkena tembakan di bagian kepala (Helm Tembus).

Berikut data identitas korban :
Nama               : Ida Bagus Putu S
Pangkat/NRP : Pratu,  31170348390498
Jabatan           : Tabakpan 3 RO 1 Ton II Kipan B Yonif 403/Wp Rem 072/Pmk

Tempat/Tgl Lhr : Pontianak, 9 April 1998 
Tanda Jasa        : Nihil 

Alamat               : Dsn. Tungkul Ds.Hilir Kantor RT. 003 RW. 013 Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak Provinsi Kalbar

Sampai berita ini diterbitkan masih terjadi kontak tembak, dan Jenazah Pratu Ida Bagus sedang berusaha dibawa kembali ke Pos.

Reporter : Tim Satgas Pamtas
Editor      : Hermanto

Sabtu, 18 September 2021

Jenazah 3 Awak Pesawat Rimbun Air Berhasil Dievakuasi

Jenazah 3 Awak Pesawat Rimbun Air Berhasil Dievakuasi
Jenazah 3 Awak Pesawat Rimbun Air Berhasil Dievakuasi. 

BorneoTribun Jakarta -- Tiga jenazah awak pesawat Rimbun Air PK-OTW yang jatuh di perbukitan Kampung Bilogai, Papua, telah berhasil dievakuasi. Tiga jenazah itu kemudian dibawa ke kampung halamannya masing-masing.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal, mengatakan tiga jenazah awak pesawat Rimbun Air PK-OTW yakni Mirza (pilot), Fajar (kopilot), dan Iswahyudi (mekanik), telah berhasil dievakuasi dari perbukitan Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.

"Pagi ini ketiga korban kru pesawat akan dievakuasi ke Timika. Selanjutnya akan di pulangkan ke kampung halaman untuk disemayamkan," kata Kamal, Kamis (16/9).


Setelah berhasil dievakuasi, kata Kamal, tiga jenazah itu akan diterbangkan ke kampung halamannya masing-masing. 

Jenazah Mirza akan diterbangkan ke Bogor, Fajar ke Bekasi, Jawa Barat. 

Sedangkan, Iswahyudi diterbangkan ke Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Tim gabungan TNI-Polri berkoodinasi dengan pihak perusahaan dan keluarga korban untuk proses evakuasi hari ini dari Sugapa Kabupaten Intan Jaya ke Timika. Selanjutnya, menuju kampung halaman masing-masing," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Rimbun Air PK-OTW ditemukan jatuh di perbukitan Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Rabu (15/9) sekitar pukul 11.00 WIT. 

Pesawat itu ditemukan dalam kondisi hancur, sedangkan tiga awaknya meninggal dunia. Sebelumnya, pesawat dari Kabupaten Nabire itu dinyatakan hilang kontak pada pukul 07.37 WIT.

Kemudian, pada pukul 11.30 WIT tim gabungan TNI-Polri, Basarnas dan pemuda gereja menuju ke lokasi jatuhnya pesawat untuk mengevakuasi para korban. 

Selanjutnya pada pukul 15.30 WIT, tim gabungan sampai di lokasi kejadian dan menemukan ketiga awak pesawat dalam keadaan meninggal dunia.

Namun ketika akan dilakukan evakuasi terjadi hujan lebat dan berkabut. Tim gabungan TNI-Polri pun memutuskan untuk menunda proses evakuasi. 

Pada pukul 23.45 WIT, cuaca membaik dan proses evakuasi kembali dilanjutkan. Tim gabungan berhasil mengevakuasi korban menuju Sugapa.

Pada Kamis (16/9) sekitar pukul 04.20 WIT, tim gabungan berhasil menemukan kotak hitam dan sinyal pemancar dari pesawat Rimbun Air PK-OTW. [aa/em]

VOA



Kamis, 16 September 2021

Pesawat Rimbun Air Yang Jatuh Di Sugapa Ditemukan

Pesawat Rimbun Air Yang Jatuh Di Sugapa Ditemukan
Pesawat Rimbun Air Yang Jatuh Di Sugapa Ditemukan. 

BORNEOTRIBUN INTAN JAYA -- Pesawat Rimbun Air yang jatuh dalam penerbangan dari Nabire ke Bandara Bilorai Kabupaten Intan Jaya, Papua telah ditemukan dalam keadaan hancur.

Hal tersebut disampaikan salah satu perwira Satgas Mamba, Doni Antara beberapa saat yang lalu, Rabu, (15/9).

“Pesawat ditemukan di koordinat 03⁰44’49” S 136⁰59’59.50″E ketika dilakukan pencarian dengan menggunakan Helly PK-IWN yang diterbangkan pilot Luke bersama Kiki dari Satgas Mamba,” jelas Doni Antara.


Ditambahkannya, pesawat pada saat mau mendarat terkendala cuaca buruk sehingga pesawat tersebut melakukan manuver dengan berputar sekali lagi. Pada saat melakukan putaran tersebut pesawat jatuh dekat gunung atau Kali Wabu.

“Saat ini evakuasi penyelamatan tengah berlangsung dipimpin Pastor Yustinus R dan Pastor Yance Yogi dari Gereja Katedral Santo Missael disertai 37 orang asli Papua,” ujar Doni Antara.

Pesawat Rimbun Air PK OTW, hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Rabu (15/9) pagi sekitar pukul 07.30 WIT.

Pesawat Rimbun Air tersebut berangkat dari Kabupaten Nabire menuju Sugapa, Kabupaten Intan Jaya sekitar pukul 06.40 WIT dengan membawa tiga orang crew yang terdiri dari H. A Mirza, Fajar, dan Iswahyudi,” jelas salah satu staf Rimbun Air, Rizky.

Dijelaskannya, pesawat membawa barang berupa semen dengan beban standar 1.5 Ton dan tidak ada penumpang. (*) 

Rabu, 30 Juni 2021

Tak Puas Putusan MK soal Pilkada, Massa di Yalimo Bakar Gedung Pemerintahan

Tak Puas Putusan MK soal Pilkada, Massa di Yalimo Bakar Gedung Pemerintahan
Sejumlah gedung pemerintahan di Kabupaten Yalimo, Papua, dibakar oleh massa hari Selasa 29/6 (courtesy: Polda Papua).

BORNEOTRIBUN.COM - Sejumlah gedung pemerintahan di Kabupaten Yalimo, Papua, dibakar oleh massa pendukung dari salah satu pasangan calon yang tidak puas atas sidang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pilkada. 

Juru bicara Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal, mengatakan pembakaran sejumlah gedung pemerintahan itu terjadi pada Selasa (29/6) sekitar pukul 16.00 WIT. 

Beberapa kantor pemerintahan yang dibakar oleh massa di Kabupaten Yalimo, Papua, yaitu Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kantor Gakkumdu, Kantor DPRD, Kantor BPMK, Kantor Perhubungan, dan Bank Papua.

Massa pendukung dari pasangan calon Erdi Dabi-Jhon Wilil yang diduga tidak puas atas sidang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pilkada itu juga menutup akses jalan.

"Kejadian berawal pada saat para massa pendukung pasangan calon nomor urut 01 menyaksikan secara daring pelaksanaan sidang putusan MK tentang Pilkada Kabupaten Yalimo di beberapa tempat," kata Kamal dalam keterangan resmi tertulisnya, Selasa (29/6).

Foto: Gedung pemerintahan di Kabupaten Yalimo, Papua, dibakar oleh massa hari Selasa 29/6 (courtesy: Polda Papua).

Lanjut Kamal, setelah mendengarkan hasil putusan MK. Massa pendukung Erdi Dabi dan Jhon Wilil tak terima lantaran majelis hakim mendiskualifikasi pasangan calon bupati dan wakil bupati itu karena status hukum pasca penetapan calon September 2020 lalu.

"Kemudian massa melakukan aksi pembakaran terhadap beberapa gedung milik pemerintahan," ungkapnya.

Foto: Juru bicara Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal (courtesy: Polda Papua).

Pembakaran sejumlah gedung pemerintahan yang dilakukan oleh massa itu pun sangat disayangkan. 

Pasalnya, beberapa gedung yang dibakar merupakan kantor pelayanan masyarakat di Yalimo.

"Kami mengajak semua pihak untuk menahan diri agar segera terciptanya situasi kamtibmas di Kabupaten Yalimo yang aman dan kondusif," pungkasnya.

Hingga jauh malam api di sejumlah lokasi yang dibakar masih belum dapat dipadamkan karena memang fasilitas pemadam kebakaran tidak ada di kabupaten Yalimo.

Unsur-unsur TNI dan Polri juga sedang mengupayakan pertemuan dengan kelompok-kelompok adat untuk membantu menyerukan warga masyarakat agar dapat menahan diri. [aa/em]

Oleh: VOA

Jumat, 04 Juni 2021

Dana Otonomi Khusus Papua bernilai Triliunan Rupiah, 20 Tahun Manfaat tidak Terwujud

Dana Otonomi Khusus Papua bernilai Triliunan Rupiah, 20 Tahun Manfaat tidak Terwujud
Ilustrasi. Gambar Kompasiana

BORNEOTRIBUN JAKARTA - Dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua yang bernilai triliunan rupiah dinilai tak mampu menyentuh masyarakat bawah. Dua puluh tahun digulirkan, manfaat yang diharapkan tidak juga terwujud. Sejumlah pihak mengatakan, perlu terobosan baru untuk mengalirkan dana itu langsung ke masyarakat.

Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (GTP-UGM) menggagas diterbitkannya Kartu Dana Otsus. Usulan itu disampaikan Ketua GTP-UGM, Prof Bambang Purwoko dalam rapat bersama Pansus Otsus Papua DPR, Kamis (3/6).

“Hasil diskusi kami dengan beberapa kepala daerah di Papua dan bahkan ini sudah mendapatkan lampu hijau dari MRP (Majelis Rakyat Papua), apakah dari yang satu persen atau 1,25 persen kalau nanti disetujui, ada belanja langsung yang bisa diterima oleh masyarakat, entah dalam bentuk kartu, voucher atau apapun,” kata Bambang.

Ketua GTP-UGM, Prof Bambang Purwoko. (Foto: VOA)

Kartu Otsus Papua hanya satu dari tiga usulan yang tergabung dalam upaya reinstrumentasi Otsus Papua. Reinstrumentasi atau rancangan baru Otsus penting, di tengah persoalan yang terus mendera provinsi tersebut.

DPR sendiri saat ini sedang menyusun perubahan kedua UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Perubahan ini sekaligus sebagai upaya meninjau kekurangan pelaksanaan Otsus selama 20 tahun sejak dicanangkan.

Otsus Sisakan Persoalan

Usulan lain yang disampaikan GTP-UGM adalah perluasan jangkauan otonomi khusus Papua hingga ke tingkat kabupaten dan kota. Perluasan hingga ke struktur bawah penting agar Otsus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat hingga ke tingkat kampung. Usulan ketiga yang disampaikan Bambang adalah pengaturan regulasi pemekaran di Papua, baik provinsi maupun kabupaten dan kota.

“Pemekaran harus ditempatkan sebagai strategi percepatan pembangunan, peningkatan pelayanan publik, redistribusi kesejahteraan sosial, memuliakan adat, dan mengangkat harkat dan martabat orang asli Papua,” ujar Bambang.

Dalam catatan GTP-UGM, Otsus yang sudah berjalan dua dekade ternyata masih menyisakan banyak persoalan di Papua. Di bidang politik, kebijakan lambang daerah dan simbol kultural, pembentukan partai politik, pembentukan pengadilan HAM, pembentukan KKR, dan pengakuan peradilan adat tidak berjalan. Di bidang pemerintahan, Otsus tidak memberikan kewenangan sepenuhnya, tetapi justru dibebani banyak kebijakan lain yang melemahkan atau bertentangan dengan UU Otsus Papua sendiri.

Dalam isu keamanan, Papua masih dan terus dinaungi dan bahkan kasus kekerasan meningkat setidaknya dalam dua tahun terakhir. Sementara di sektor ekonomi, kesempatan orang asli Papua kehilangan akses pekerjaan dan sumber ekonomi karena persaingan dengan pendatang.

Pada kesempatan itu, Bambang juga menekankan pentingnya instrumen khusus untuk mengatasi persoalan Papua yang pelik dan khusus. penyempurnaan UU Otsus Papua sangat mendesak sebagai solusi persoalan Papua.

Tak Penuhi Tujuan

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Mardyanto Wahyu Tryatmoko, peneliti LIPI menyebut, Otsus Papua selama dua dekade ini tidak mampu memenuhi tujuan awalnya.

Dr. Mardyanto Wahyu Tryatmoko, peneliti LIPI. (Foto: VOA)

“Sesuai dengan TAP MPR nomor 4 tahun 1999, otonomi khusus diperlukan untuk menyelesaikan konflik, tapi faktanya kita lihat konflik etnis, komunal dan separatis dari tahun implementasi Otsus itu cenderung meningkat. Ini data yang saya olah dari sistem pemantauan kekerasan di Indonesia,” kata Mardyanto.

Kekerasan bermotif politik di Papua juga menjadi yang tertinggi di Indonesia, menurut data LIPI.

“Dari sisi korban konflik, yang meninggal di Papua dalam pemilu juga menjadi problem karena sangat signifikan, melebihi daerah konflik di Indonesia lainnya, seperti Aceh, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Maluku dan Maluku Utara,” tambah Mardyanto yang juga menyebut bahwa Papua adalah daerah paling rawan dalam Pemilu.

Konflik terkait sumber daya dan pemerintahan trennya juga meningkat. Angka kriminalitas yang tinggi juga membebani, persoalan distribusi dana Otsus itu sendiri.

Mardyanto tidak ingin berhenti pada kesimpulan sederhana mengenai apakah Otsus selama dua dekade membawa hasil atau tidak. Dia mengatakan, lebih penting bagi Papua untuk mencermati persoalan membangun kelembagaan. Mardyanto menyebut langkah ini sebagai proses untuk membentuk lembaga yang stabil dan efektif di Papua. Sayangnya, menurut Mardyanto, lembaga-lembaga yang ada di Papua selama ini justru sangat lemah.

Papua Tanyakan Komitmen

Ketua Pansus Otsus Papua DPR, Komarudin Watubun menyambut baik usulan terkait kartu Otsus yang disampaikan Bambang Purwoko. Salah satu pertimbangannya, adalah tidak semua konsep Otsus dapat disosialisasikan dengan mudah. Namun, dengan sebuah kartu, setiap orang Papua dapat menerimanya.

“Jadi kalau bisa ada kartu langsung kepada keluarga orang asli Papua, itu saya kira lebih baik. Dan itu langsung dirasakan, jadi tidak perlu kita sosialisasi dengan susah. Dan itu salah satu tujuan dari Otsus itu, yaitu dirasakan langsung,” kata Komarudin yang berasal dari Papua.

Ketua Pansus Otsus Papua DPR, Komarudin Watubun. (Foto: VOA)

Dia juga mengupas isu besar terkait Otsus, yang mendasari pelaksanaan program-program di dalamnya, yaitu apakah ada keseriusan dalam pelaksanaannya. Keseriusan itu,katanya,harus dimiliki, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Komarudin juga menyetujui munculnya lembaga khusus langsung di bawah presiden, terkait pelaksanaan Otsus.

Anggota Komite I DPD RI dari Papua, Filep Wamafma menyebut, konsep Otsus yang saat ini ada sebenarnya sudah baik. Pekerjaan rumah terbesarnya justru karena konsep itu tidak diterapkan dengan sungguh-sungguh. Karena itu menurutnya, dalam persoalan Otsus, yang juga sangat penting adalah komitmen.

Selain itu, katanya, rasa saling percaya antara pemerintah pusat dan daerah juga harus dibangun.

“Rakyat Papua hari ini tidak percaya lagi bagaimana kebijakan yang dipikirkan di Jakarta, demikian pula Jakarta juga tidak percaya pada rakyat di daerah, khawatir berlebihan. Kalau kewenangan diberikan lebih, khawatir Papua akan merdeka. Ini kekhawatiran berlebih,” kata Filep. [ns/ab]

Oleh: VOA

Selasa, 25 Mei 2021

Pengerahan Pasukan di Papua untuk 'Musnahkan' Pemberontak Bersenjata

Pengerahan Pasukan di Papua untuk 'Musnahkan' Pemberontak Bersenjata
Sejumlah tentara Indonesia yang dikerahkan untuk mengamankan malam Idulfitri di Timika, Papua, 12 Mei 2021. (Foto: Sevianto Pakiding/AFP)

BorneoTribun Jakarta -- Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri Komjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan tindakan tegas aparat keamanan terhadap kelompok separatis bersenjata di Papua akan dipertahankan sampai mereka berhasil dimusnahkan.

Di tengah konflik yang memburuk, pemerintah telah mengerahkan sekitar 400 pasukan tambahan ke Papua menyusul pembunuhan Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha. 

Pemerintah juga melabeli kelompok separatis atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai "teroris" pada bulan lalu.

Diwawancarai oleh Reuters, Paulus Waterpauw, yang juga putra daerah Papua menegaskan pemerintah bertekad untuk menekan pemberontakan separatis bersenjata yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di Papua, wilayah yang kaya sumber daya itu.

"Tujuannya adalah untuk memusnahkan mereka yang berada di balik tindakan kekerasan yang mengerikan ini," katanya. "Operasi ini akan terus berjalan sampai kami mendapatkan hasil yang maksimal. Selama mereka belum ditangkap, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk melumpuhkan dan menangkap mereka."

Paulus mencontohkan sejumlah aksi KKB tersebut, di antaranya pembantaian 19 pekerja pembangunan proyek Trans Papua pada Desember 2018; penghancuran sekolah dan klinik kesehatan; dan serangan terhadap warga sipil sebagai bagian dari "peristiwa brutal baru-baru ini" yang telah mendorong peningkatan jumlah pasukan TNI di wilayah tersebut.

Sebby Sambom, juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM), kelompok separatis utama di Papua, mengatakan ada "alasan yang masuk akal" di balik serangan kelompok itu.

"Target militer dan polisi tidak akan berhasil," tambahnya. "Setiap tahun akan ada kombatan baru. (Jumlah) Mereka akan bertambah, bukan berkurang."

Ia berdalih perjuangan mereka sah karena bekas penguasa kolonial Belanda menjanjikan daerah itu bisa merdeka sebelum dianeksasi oleh Indonesia pada 1963.

Indonesia menyatakan Papua sebagai wilayahnya setelah pemungutan suara pada 1969 yang diawasi oleh PBB yang mendukung integrasi Papua. Kelompok separatis mengatakan bahwa pemungutan suara, yang melibatkan sekitar 1.025 orang, tidak mencerminkan aspirasi mereka.

Paulus mengatakan kepada Reuters bahwa satuan tugas baru yang dibentuk untuk menangani kekerasan di Papua - yang dikenal sebagai Operasi Nemangkawi - memiliki dua tugas. 

Tugas tersebut adalah pengejaran dan penangkapan separatis bersenjata dan "pendekatan lunak" - pengembangan komunitas dan peningkatan pendampingan dengan kelompok agama dan komunitas.

Paulus mengatakan telah terjadi 26 serangan oleh kelompok separatis bersenjata pada tahun ini.

Dia mengatakan dua tentara disergap dan senjata mereka disita dan "mereka dipotong dan dimutilasi serta dibunuh." Dalam dua insiden lainnya pada Selasa (18/5), lima tentara terluka.

Pengamat dan analis hak asasi manusia mengatakan telah terjadi pelanggaran oleh kedua belah pihak.

"Kami terus menerima laporan yang dapat dipercaya tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh militer dan polisi, termasuk pembunuhan di luar hukum, pelecehan, penangkapan sewenang-wenang dan penahanan penduduk asli Papua," kata Ravina Shamdasani, juru bicara Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, kepada Reuters bulan lalu.

Oleh: VOA

Minggu, 23 Mei 2021

Isak Tangis berubah Penyerangan, Sekelompok warga Serang Pejabat Daerah dan Kapolda Papua

Isak Tangis berubah Penyerangan, Sekelompok warga Serang Pejabat Daerah dan Kapolda Papua
Gambar Screenshot YouTube.

BorneoTribun Papua  -- Suasana duka dan isak tangis mendadak berubah saat kelompok warga yang diduga kerabat Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mengamuk dan menyerang pejabat daerah termasuk Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri.

Kedatangan jenazah wagub Papua disambut isak tangis keluarga. Suasana duka terasa saat jenazah diturunkan dari mobil jenazah di kediaman wagub.

Namun, suasana duka mendadak berubah saat kelompok warga yang diduga kerabat Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mengamuk dan menyerang pejabat daerah termasuk Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri.

Tak hanya kapolda, sejumlah pejabat daerah yang sedang memberikan arahan kepada warga juga diserang.

Sebelumnya, Pejabat daerah sedang memberikan pengarahan kepada warga. Mendadak masa melempar dan menyerang beberapa pejabat daerah papua termasuk Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri yang sedang berdiri didepan kediaman wakil Gubernur papua.

Tak hanya itu, masa juga emosi merusak karangan bunga didepan rumah Wakil Gubernur Papua.

Ruangan tamu kediaman wakil gubernur papua dan sejumlah perabotan rusak akibat amukan massa.

Belum diketahui motif penyerangan kerabatan Wakil Gubernur Papua tersebut.

Stuasi kota jaya pura sempat mencekam lebih awal akibat tersebar isu-isu adanya penyerangan oleh sekelompok warga terkait kematian Wakil Gubernur Papua yang mendadak.

Reporter: Er

Sabtu, 08 Mei 2021

TNI Kerahkan 400 Tentara di Papua

Tentara berpatroli di jalan di Timika di Papua, 18 Juli 2009. (Foto: REUTERS/Muhammad Yamin)

BorneoTribun Jakarta -- Kepala Pusat Penerangan TNI Brigadir Jenderal Prantara Santosa, Kamis (6/5), mengatakan TNI telah mengerahkan 400 lebih tentara di Papua. Pengerahan itu terjadi ketika seorang pemimpin separatis dalam pengasingan memperingatkan bahwa TNI tampaknya akan melakukan operasi keamanan terbesar dalam beberapa dekade di daerah tersebut.

Pekan lalu, Presiden Joko Widodo memerintahkan untuk menumpas kelompok-kelompok separatis setelah Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha ditembak mati dalam sebuah penyergapan.

Brigjen Prantara Santosa mengatakan TNI akan menerjunkan Batalyon 315/Garuda, yang mendapat julukan 'pasukan Setan' karena pernah mengambil bagian dalam konflik berdarah di Timor Leste. Batalyon itu dikirim setelah pembicaraan dengan kelompok separatis, gagal.

"Mereka hanya pasukan infanteri terlatih, bukan pasukan khusus," katanya, tanpa menyebutkan ke mana mereka akan dikirim. Ia menggambarkan penempatan mereka sebagai rotasi rutin.

Dilansir dari Reuters, Kamis (6/5), pengerahan tentara ke Papua dilakukan setelah pemerintah mengatakan kelompok separatis bersenjata Papua sebagai "teroris.” Kebijakan itu dinilai para aktivis dapat meningkatkan respons keamanan di wilayah tersebut.

Benny Wenda, seorang pemimpin kemerdekaan Papua Barat yang berbasis di Inggris, telah menyatakan bahwa dia memimpin pemerintahan sementara dari tempat pengasingan. Ia memperingatkan bahwa tampaknya Papua menghadapi operasi militer terbesar sejak tahun 1970-an.

"Internet terputus, ratusan tentara dikerahkan, dan kami menerima laporan bahwa warga sipil Papua Barat melarikan diri dari desa mereka," kata Wenda dalam sebuah pernyataan.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan layanan internet telah terganggu di ibu kota provinsi, Jayapura, dan kota terdekat, Sentani,sejak 30 April.

Dedy Permadi, juru bicara Kementerian Perhubungan, Kamis (6/5), mengatakan layanan internet di Papua terganggu karena rusaknya kabel komunikasi bawah air.

Pemerintah sebelumnya pernah membatasi internet di Papua saat terjadinya peningkatan ketegangan politik, termasuk selama demonstrasi massal pada 2019. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Selasa, 04 Mei 2021

Keluarga Korban Kekerasan di Papua: Kami Butuh Jawaban, Bukan Jamsostek Semata

Windy (yang ketika itu baru berusia 10 tahun) dan ibunda Harry Siregar menangis pilu dalam upacara pemakaman di Jakarta, April 2011. (Foto: pribadi)

BorneoTribun Jakarta -- Sepuluh tahun pasca tewasnya dua karyawan Freeport di Timika, Papua, keluarga masih tak lelah mencari jawaban untuk mengetahui siapa pelaku pembunuhan itu.Meski mendukung penetapan status organisasi teroris terhadap kelompok separatis bersenjata di Papua, mereka ragu ini akan menyelesaikan masalah.

Foto Windy, gadis kecil berusia 10 tahun yang menangis pilu di pelukan neneknya ketika ayahnya, Harry Bonatama Siregar, dimakamkan di TPU Pondok Kopi, Jakarta, setelah diterbangkan dari Timika, Papua, pada 11 April 2011, masih membekas. Kini Windy dan anak salah seorang korban lainnya yaitu Daniel Mansawan, sudah sama-sama berkuliah di Institut Pariwisata Bali Internasional dan ia sudah bisa bertanya, siapa yang membunuh dan membakar ayah mereka di Timika sepuluh tahun lalu.

Diwawancarai melalui telepon akhir pekan lalu, Linda Gurning, istri mendiang Harry Siregar, masih tak kuasa menahan kesedihan mengingat peristiwa itu.

Foto-foto keluarga Harry Bonatama Siregar saat masih bertugas di Departemen Security Risk Management PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, sebelum tewas dibunuh 7 April 2011. (Foto: pribadi)

“Saya masih ingat betul tanggal 7 April 2011 itu mengantarnya pergi bekerja dalam keadaan sehat wal'afiat. Dia sempat pulang untuk makan siang jam 12 dan kembali bekerja jam 1. Kemudian seharian itu saya disibukkan dengan pekerjaan lain dan baru menyadari ada insiden itu sore hari. Saya telepon-telepon tidak masuk. Lalu ada informasi ada dua korban masuk di klinik. Tetangga-tetangga saya mengatakan “kita kena, kita kena” dan saya tidak paham maksudnya, tapi kami langsung berangkat," kenangnya.

"Saya bersama Windy. Waktu itu dia baru duduk di kelas tiga SD. Sejak kami menunggu di klinik, semua orang diam. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi. Mengapa suami saya ditembak dan dibakar sehingga mayatnya pun tidak bisa kami kenali lagi. Siapa yang melakukannya? Kenapa? Ada apa di mil 37 itu?,” tanyanya beruntun.

Lulusan Universitas Indonesia itu pun kemudian mendatangi pihak Freeport Indonesia di mana suaminya bekerja, kepolisian dan TNI di Timika, Komnas HAM, DPR, Ombudsman dan beberapa lembaga lain guna mendapat jawaban. Namun hingga sepuluh tahun berlalu, tidak pernah ada penjelasan resmi tentang insiden di mil 37 Timika pada 7 April 2011 itu.

Linda Gurning: “Setiap Kali Bertanya, Dibalas dengan Jamsostek Sudah Dibayarkan Khan?”

“Tolong bantu saya sebagai keluarga korban, ini ada apa? Ia (Harry) pergi kerja dalam keadaan sehat, mengapa pulangnya luluh lantak begini. Hasil otopsi dokter RSCM mengatakan ia dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup. Paru-parunya masih mengembang ketika ia dibakar. Darahnya jadi arang. Bagi saya kondisi ini mengenaskan dan pedih. Ia sebagai warga negara Indonesia, pergi dalam keadaan baik dan pulang luluh lantak tanpa ada penjelasan," jelasnya.

Linda Gurning, istri mendiang Harry Siregar, yang datang menabur bunga di Mil 37, TImika, Papua, dengan pengawalan ketat karena rentannya situasi keamanan. (Foto: pribadi)

"Saya pernah datang ke mil 37 di mana Harry dibunuh untuk menabur bunga, karena nyawanya dicabut di tempat itu. Kami datang dengan pengawalan ketat. Tidak ada kesempatan bagi saya untuk bertanya pada warga sekitar,” ujar Linda yang sepeninggal suaminya menjadi tulang punggung keluarga.

Yang lebih menyakitkan lagi, kata Linda, adalah setiap kali ia bertanya, “mereka justru bertanya... Jamsostek sudah dibayar khan? Bagi saya, kok begitu. Ini nyawa orang. Ini nyawa suami saya, ayah anak saya. Jamsostek atau dana apapun itu tidak seharga dengan nyawanya. Nyawa itu Tuhan yang kasih, bukan manusia. Saya tahu saya bukan siapa-siapa dan sudah terlalu banyak kepentingan di Papua, tapi saya akan terus bertanya mengapa suami saya dan temannya (Daniel Mansawan), yang naik mobil dengan plat Brimob itu dihabisi,” ujarnya lirih.

Harry Bonatama Siregar dan putrinya Windy, ketika bertugas di Departemen Security Risk Management PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, sebelum tewas dibunuh 7 April 2011. (Foto: Pribadi)

Pemerintah Tetapkan KSB di Papua Sebagai Organisasi Teroris

Beberapa tahun terakhir ini aksi kekerasan di sebagian Papua kembali melonjak. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dalam laporan tahunan Desember lalu mengatakan ada 40 aksi kekerasan sepanjang tahun 2020, baik yang dilakukan TNI, Polri, maupun keduanya. Sebagian besar terjadi di empat wilayah konflik, yaitu Kabupaten Intan Jaya, Nduga, Maybrat dan Kota Timika.

Namun KontraS tidak melaporkan aksi kekerasan yang dilakukan kelompok bersenjata yang menurut aparat keamanan juga ikut memperkeruh suasana. Yang terakhir adalah kontak tembak di Kabupaten Puncak yang menewaskan Kepala BIN Daerah Papua Brigjen TNI I Putu Danny Karya Nugraha pada 25 April dan disusul kontak tembak lain di daerah yang sama pada 27 April yang menewaskan seorang polisi dan melukai dua lainnya.

Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan Organisasi dan Orang-Orang di Papua yang Lakukan Kekerasan Masif Dikategorikan Teroris. (Foto: Facebook/Kemenko Polhukam RI)

Menko Polhukam Mahfud MD pada 29 April menetapkan kelompok kriminal bersenjata yang terus menerus melakukan kekerasan masif di Papua dan Papua Barat sebagai teroris. Menurutnya, berdasarkan UU Tindak Pidana Terorisme, kekerasan yang dilakukan sudah masuk kategori terorisme. “Untuk itu pemerintah sudah meminta Polri, TNI, BIN dan aparat-aparat terkait untuk segera melakukan tindakan cepat, tegas dan terukur menurut hukum,” tegas Mahfud.

Kebijakan Baru Pemerintah Dinilai “Jalan Pintas”

Penetapan itu dikecam keras sejumlah LSM dan pemerhati isu Papua, tapi tidak sedikit pula yang mendukung langkah pemerintah itu.

Ketua Setara Institute Hendardi. Foto: Setara

Setara Institute menyebut penetapan pemerintah itu sebagai “jalan pintas.” Dalam pernyataan tertulisnya, Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan “kebijiakan pelabelan pemerintah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebagai teroris menggambarkan ketidakcakapan pemerintah dalam mengelola dan meniti resolusi konflik di Papua dan ekspresi sikap putus asa pemerintah yang tidak kunjung tuntas menangani kelompok perlawanan Papua. Bukannya membangun dialog Jakarta-Papua dan mengurangi pendekatan keamanan, pemerintah justru mempertegas pilihan kekerasan bagi penanganan Papua.”

Ia menilai kebijakan itu kontraproduktif, “rentan menimbulkan pelanggaran HAM serius” dan “menutup ruang dialog Jakarta-Papua yang direkomendasikan banyak pihak sebagai jalan membangun perdamaian.

Hal senada disampaikan Amnesty International Indonesia. Diwawancarai melalui telepon, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan “pelabelan itu mendorong Papua memasuki fase berbahaya.”

Ia menjabarkan bagaimana pada beberapa tahun terakhir ini melonjak pesat apa yang disebutnya sebagai “pembunuhan di luar hukum,” yang tahun lalu saja, kata Usman Hamid, mencapai 50-an kasus. “Untuk tiga bulan pertama tahun ini saja sudah ada lima kasus dan total korban tujuh orang,” ujarnya tanpa memberi perincian lebih jauh.

“Jadi kami khawatir sekali dengan kebijakan baru sekarang, penetapan Organisasi Papua Merdeka (OPM), atau Kelompok Separatis Bersenjata (KSB), atau Kelompok Kriminal Bersenjata KKB, yang semuanya merupakan label dari pemerintah, sebagai organisasi teroris. Ini akan menjadi pembenaran bagi pemerintah untuk menggelar operasi keamanan yang berpotensi menimbulkan persoalan HAM yang lebih besar,” tambahnya.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid. (Foto: VOA/Anugrah Andriansyah)

Usman Hamid, yang sudah puluhan tahun malang melintang menjadi aktivis HAM, mengatakan ia tidak menutup mata atas aksi kekerasan yang juga dilakukan kelompok bersenjata.

“Ini juga tidak dapat dibenarkan. Negara wajib menegakkan hukum, menyelidiki dan menuntut pelaku sehingga akan memberi rasa keadilan pada korban yang menjadi korban pembunuhan, penyiksaan, pelanggaran HAM. Kita tidak berharap kelompok bersenjata atau kelompok pro-kemerdekaan yang melangsungkan penyelidikan dan penuntutan, karena itu merupakan tugas negara. Hukum internasional mewajibkan negara untuk menyelesaikan berbagai persoalan kekerasan, menuntut siapapun pelakunya lewat mekanisme pengadilan,” jelasnya,

UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Dinilai Tepat

Namun Guru Besar Hukum Internasional di Universitas Indonesia, Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, menilai penggunaan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan penetapan kelompok bersenjata di Papua sebagai teroris sudah tepat karena “penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak tertentu yang melawan pemerintah yang sah telah sampai pada kekerasan yang mengarah pada terorisme.”

Pakar hukum internasional UI, Prof. Dr. Hikmahanto Juwana (Foto: Courtesy).

Dengan jernih Hikmahanto melihat tiga bentuk aksi kekerasan yang terjadi di Papua, yang bersifat kriminal semata, yang bertujuan memisahkan diri dari NKRI, dan yang berniat menciptakan dan melanggengkan teror. Menurutnya Pasal 6 UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dengan jelas menyatakan “setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror dan rasa takut terhadap orang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup atau fasilitas publik dan fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama dua puluh tahun, pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.”

Lebih jauh Hikmahanto mengatakan “penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak tertentu di Papua tidak mungkin dihadapi pemerintah dengan kesejahteraan semata, tetapi juga penggunaan kekerasan.”

Menurutnya dunia dan masyarakat internasional akan “sangat bisa memahami bila pemerintah memberlakukan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme itu,” dan bahwa penggunaan kekerasan oleh pemerintah “bukanlah justifikasi untuk bertindak represif di Tanah Papua.”

Linda Gurning dan putri semata wayangnya Windy hingga hari ini masih terus mencari jawaban atas kematian Harry Siregar. (Foto: pribadi)

Linda Gurning, salah seorang keluarga korban kekerasan di Papua, mengatakan memahami ketegasan pemerintah saat ini karena menurutnya “sudah terlalu lama hal ini dibiarkan berlarut-larut.” Pemerintah, ujarnya, sudah berusaha keras tidak saja dengan membangun sumber daya manusia dan infrastruktur di Papua, juga dialog, “tetapi jika saya berdiskusi dengan teman-teman di Papua mereka tetap ada persoalan yang belum selesai, bahwa mereka merasa dibohongi. Saya juga bingung tidak tahu harus bilang apa.”

Ibu satu anak yang hingga kini masih mencari jawaban atas pembunuhan suaminya itu berharap persoalan kekerasan di Papua segera selesai agar tidak ada lagi korban baru. “Juga agar tidak ada lagi istri atau ibu yang setiap kali memperingati kepergian suami atau anggota keluarganya hanya dapat memasang berita atau foto-foto di sosial media, guna menjaga ingatan kami sementara menunggu jawaban dari pihak berwenang.” [em/jm]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno