Memoir "Spare" Memperburuk Hubungan Pangeran Harry dengan Keluarga Kerajaan Inggris
Masker bergambar Pangeran William kiri, Pangeran Harry, tengah, dan istrinya Meghan, kanan, terlihat dijual di sebuah toko di London, Jumat, 6 Januari 2023. (Foto: AP) |
JAKARTA - Perseteruan antara anggota Kerajaan Inggris masih berlanjut dan semakin memanas, terutama setelah Pangeran Harry mengeluarkan curahan hatinya yang tak ada habisnya.
Anak bungsu Raja Charles III tersebut dilaporkan mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya sudah lama merasa "sedikit berbeda" dibandingkan dengan anggota keluarga kerajaan Inggris yang lain.
Harry dari Inggris: Keluarga Kerajaan Adalah "Broken Home"
Pada Sabtu (4/3), Harry berbicara dengan seorang ahli trauma bernama Dr. Gabor Mate dan mengungkapkan bahwa ia berasal dari keluarga "broken home." Dalam laporan wawancara tersebut, Harry berusaha untuk tidak menularkan "trauma itu" kepada anak-anaknya.
Wawancara tersebut merupakan tindak lanjut dari publikasi memoarnya yang kontroversial, "Spare", yang diterbitkan pada Januari. Dalam buku tersebut, Harry menceritakan tentang masa remajanya yang diwarnai dengan penggunaan obat-obatan dan alkohol, serta hubungannya yang buruk dengan ayahnya, Raja Charles III, dan kakaknya, William.
Terungkap: Harry Merasa Berbeda dari Keluarga Kerajaan dan Diduga Mengalami ADD
"Saya merasa sedikit berbeda dari anggota keluarga saya yang lain sepanjang hidup saya, terutama saat saya masih muda," ujar Harry dalam wawancara dengan Mate, seperti yang dilaporkan oleh beberapa media.
William, Pangeran Wales dan Pangeran Harry di tengah prosesi pemakaman Ratu Elizabeth di London, Inggris, 14 September 2022. (Foto: REUTERS /Henry Nicholls) |
Harry mengungkapkan bahwa dirinya merasa aneh berada di dalam keluarga kerajaan, dan ia percaya ibunya, Putri Diana, juga merasakan hal yang sama. Selain itu, Harry juga memuji istrinya, Meghan Markle, karena telah membantunya keluar dari dunia tersebut.
Dalam wawancara tersebut, Mate, yang merupakan penulis beberapa buku tentang trauma, kecanduan, dan penyakit, secara terbuka mendiagnosis Harry mengalami gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder/ADD). Mate menyebutkan bahwa Harry telah mengalami banyak trauma dan penderitaan, termasuk kehilangan ibunya saat ia berusia 12 tahun dan pengalamannya sebagai prajurit Inggris di Afghanistan.
Harry dan Meghan Fokus pada Pengasuhan Anak-anak Setelah Meninggalkan Inggris dan Kehidupan Kerajaan
Harry dan Meghan meninggalkan Inggris dan kehidupan kerajaan pada tahun 2020, di tengah-tengah keretakan hubungan mereka dengan keluarga kerajaan Inggris. Mereka kini fokus pada pengasuhan dua anak mereka, Archie yang berusia tiga tahun dan Lilibet yang berusia satu tahun.
Harry menyatakan bahwa ia merasa bertanggung jawab untuk tidak mewariskan trauma atau pengalaman negatif apa pun yang dialaminya sebagai seorang anak atau dewasa kepada anak-anaknya. Ia dan Meghan berusaha untuk belajar dari masa lalu mereka dan tumpang tindih kesalahan-kesalahan tersebut untuk memutus siklus tersebut.
Wawancara : Pangeran Harry Menceritakan Trauma Masa Lalu dan Kebiasaan Mengonsumsi Ganja
Dalam memoarnya, Harry mengakui telah menggunakan ganja secara teratur di masa lalunya, dan kokain pada beberapa kesempatan ketika ia masih remaja. Meskipun ia mengatakan bahwa kokain "tidak berdampak apa pun baginya", ia menganggap bahwa ganja sangat membantunya.
Dalam wawancara tersebut, Harry menegaskan kepada Mate bahwa kokain "tidak berdampak apa-apa baginya," tetapi mariyuana "berbeda".
"(Mariyuana) benar-benar membantuku," katanya, seperti yang dilaporkan oleh Asosiasi Pers Inggris.
Memoir "Spare" yang memuat pengakuan Harry tentang pertengkaran dengan kakaknya, William, terkait Meghan, signifikan memperburuk hubungan pasangan yang telah mengasingkan diri mereka dari bangsawan senior Inggris lainnya. [ah/ft]
Oleh: VOA Indonesia/Editor: Yakop