Berita Borneotribun.com: Olimpiade Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Olimpiade. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olimpiade. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Agustus 2024

Veddriq Leonardo Persembahkan Medali Emas Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Veddriq Leonardo Persembahkan Medali Emas Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024
Veddriq Leonardo Persembahkan Medali Emas Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024.
JAKARTA - Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo, membuat sejarah dengan meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024! Di pertandingan final yang digelar di Le Bourget Climbing Venue, Prancis, pada Kamis, 8 Agustus 2024, Veddriq tampil gemilang dan sukses meraih posisi puncak.

Di nomor men's speed, Veddriq Leonardo menunjukkan kehebatannya dengan mencatatkan waktu 4,75 detik, mengalahkan atlet asal Republik Rakyat Tiongkok, Wu Peng, yang hanya mampu mencatatkan waktu 4,77 detik. Dengan kemenangan ini, Wu Peng harus puas dengan medali perak. Medali perunggu pada pertandingan ini diraih oleh atlet asal Amerika Serikat, Sam Watson.

Perjalanan Veddriq menuju medali emas sangat menegangkan. Di babak perempat final, ia menghadapi atlet tuan rumah, Bassa Mawem. Veddriq menunjukkan kemampuannya dengan mencatatkan waktu 4,88 detik, unggul atas Mawem yang mencatatkan waktu 5,26 detik. 

Selanjutnya, di semifinal, Veddriq menantang Reza Alipour Shenazandifard dari Iran. Dengan waktu 4,78 detik, Veddriq berhasil mengalahkan Alipour yang mencatatkan waktu 4,84 detik. 

Kemenangan ini merupakan medali emas pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Sebelumnya, Indonesia telah meraih medali perunggu melalui pebulu tangkis tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung. Keberhasilan Veddriq Leonardo sebagai atlet panjat tebing menjadi momen bersejarah yang membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Selamat kepada Veddriq Leonardo atas prestasinya yang luar biasa! Semoga prestasi ini bisa menjadi inspirasi bagi atlet-atlet Indonesia lainnya untuk terus berprestasi di kancah internasional.

Kamis, 08 Agustus 2024

Rizki Juniansyah dan Tantangan di Olimpiade Paris 2024

Rizki Juniansyah dan Tantangan di Olimpiade Paris 2024
Lifter Indonesia, Rizki Juniansyah, bersiap menjalani latihan untuk persiapan Olimpiade Paris 2024.
JAKARTA - Lifter muda Indonesia, Rizki Juniansyah, akan bersaing di Olimpiade Paris 2024 dengan semangat tinggi. 

Pertandingan ini akan berlangsung pada Jumat, 9 Agustus 2024, dini hari WIB, dan Rizki mengaku sedikit gugup namun tetap percaya diri.

Rizki menghadapi persaingan ketat dari Shi Zhiyong, lifter asal China yang merupakan pemegang rekor dunia untuk snatch 169 kg. 

Shi Zhiyong juga telah meraih dua medali emas Olimpiade, yaitu di Rio de Janeiro 2016 untuk kelas 69 kg dan Tokyo 2020 untuk kelas 73 kg. 

Dengan prestasi gemilang tersebut, Shi Zhiyong bisa menjadi ancaman serius bagi Rizki dalam usahanya merebut medali emas.

Meskipun begitu, Rizki tidak merasa tertekan. Dia cenderung santai dalam menghadapi perlombaan besar ini dan tetap yakin dengan kemampuannya. 

“Di dalam perlombaan, boleh bertarung habis-habisan. Namun, di luar perlombaan, kehidupan berjalan dengan cara berbeda,” kata Rizki dengan santai.
Rizki Juniansyah dan Tantangan di Olimpiade Paris 2024
Lifter China, Shi Zhiyong.
Dalam persiapan menuju Olimpiade Paris 2024, Rizki dan Shi sering bertukar pesan dan saling memotivasi. 

Mereka saling mengirim video angkatan ketika latihan. 

Rizki mengirim video ketika berhasil mengangkat beban tertentu, yang kemudian dibalas oleh Shi dengan video saat mengangkat beban yang lebih berat. 

Pertukaran ini bukan hanya menjadi ajang saling adu kemampuan, tetapi juga cara untuk membangkitkan semangat dan menjalin hubungan baik di luar arena.

Dengan keyakinan dan persiapan yang matang, Rizki Juniansyah siap memberikan yang terbaik untuk Indonesia. 

Mari kita dukung Rizki di Olimpiade Paris 2024 dan berharap dia bisa meraih prestasi gemilang!

Jumat, 17 September 2021

Panitia Pastikan Olimpiade Los Angeles 2028 Berjalan Tepat Waktu

Panitia Pastikan Olimpiade Los Angeles 2028 Berjalan Tepat Waktu
Panitia Pastikan Olimpiade Los Angeles 2028 Berjalan Tepat Waktu. 

BORNEOTRIBUN.COM -- Kathy Carter, yang minggu ini ditunjuk sebagai CEO dan panitia penyelenggara dari Olimpiade dan Paralimpiade Los Angeles 2028 (LA28), memastikan bahwa biaya untuk menyelenggarakan pesta olah raga empat tahunan tersebut aman terkendali. 

Carter juga yakin bahwa ajang tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi kota Los Angeles. 

Kepada Reuters, Carter mengatakan pihaknya tidak akan membangun fasilitas olahraga baru untuk pesta olahraga terbesar tersebut. 

Ia mengatakan Olimpiade dan Paralimpiade 2028 akan memanfaatkan fasilitas olahraga yang sudah dimiliki dan diperkirakan menghabiskan biaya sebesar $6,9 miliar. 

Pengeluaran tersebut kemungkinan akan ditanggung oleh pendapatan yang didapat dari sumbangan sponsor, penjualan tiket, dan sumber-sumber lain. 

“Pertama dan yang paling penting, kami akan menggelar perhelatan ini tepat waktu dan sesuai dengan bujet yang ada,” kata Carter. 

Sebelum diangkat menjadi CEO untuk panitia penyelenggara perhelatan pesta olahraga musim pana tersebut, Carter menjabat sebagai direktur keuangan dari panitia tersebut. 

Ia berhasil mengamankan kerja sama dengan sponsor kunci saat menjabat posisi tersebut. 

“Banyak hal yang bisa dilakukan mempermudah para atlet, pemangku kepentingan, dan para fans dalam menikmati perhelatan ini,” tambahnya. 

Carter menambahkan salah satu komponen penting untuk membangun sebuah pesta olahraga yang berdampak luas sekaligus dapat menjawab sikap skeptis yang ditunjukkan oleh beberapa pihak mengenai perhelatan tersebut adalah dengan mulai menjalankan program yang dapat meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat di kota Los Angeles. 

Untuk memulai upaya tersebut, LA28 akan melakukan investasi senilai $160 juta agar olahraga lebih mudah diakses oleh anak-anak di seluruh Los Angeles, khususnya di area komunitas warga miskin. 

Olahraga yang terdapat dalam program diantaranya adalah renang, tenis, golf, dan judo. (jm/mg)

VOA

Kamis, 19 Agustus 2021

Ridwan Kamil Menyerahkan bonus kepada atlet Olimpiade Tokyo 2020 asal Jabar

Ridwan Kamil Menyerahkan bonus kepada atlet  Olimpiade Tokyo 2020 asal Jabar
Ridwan Kamil Menyerahkan bonus kepada atlet  Olimpiade Tokyo 2020 asal Jabar. (Foto:Antara) 

BORNEOTRIBUN BANDUNG - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil menyerahkan "kadeudeuh" (bonus) kepada atlet asal Jabar yang telah berjuang mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.

Kadeudeuh tersebut diberikan dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-76 Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis.

Pertama, kadeudeuh diberikan kepada atlet bulu tangkis asal Cimahi yang meraih medali perunggu Anthony Sinisuka Ginting.

Kemudian, atlet asal Kabupaten Bandung Windy Cantika Aisah yang meraih medali perunggu lewat cabang olahraga angkat besi di Olimpiade Tokyo 2020. 

Adapun kadeudeuh yang diberikan, yaitu berupa uang total Rp500 juta untuk masing-masing atlet peraih medali, yang berasal dari Pemda Provinsi Jabar dan Bank BJB. Rinciannya, Rp300 juta berasal dari Pemda Provinsi Jabar dan Rp200 juta berasal dari Bank BJB.

"Para atlet semua diapresiasi. Cuma untuk yang mendapat medali tentu lebih. Jadi, kepada Cantika sama Anthony Sinisuka Ginting kita kasih Rp500 juta. Rp300 juta dari Pemda Provinsi, Rp200 juta dari BJB dan ada sumbangan dari Eiger juga untuk belanja gratis produknya," kata Kang Emil di Bandung, Kamis.

Selain itu, Pemda Provinsi Jabar juga memberikan penghargaan kepada para atlet yang sudah berjuang di Olimpiade Tokyo 2020.

Meskipun para atlet tersebut belum memenangkan medali, tetapi perjuangan mereka layak diberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi.

Atlet-atlet itu, antara lain Melanie Putri yang merupakan atlet dayung asal Kabupaten Karawang, kemudian atlet bulu tangkis Gregoria Mariska Tunjung, atlet renang Aflah Fadlan Prawira dan petembak Vidya Rafika. Mereka masing-masing mendapatkan kadeudeuh Rp30 juta dari Pemda Provinsi Jabar.

ANTARA

Senin, 09 Agustus 2021

Penutupan Olimpiade 2020 di Tokyo

Penutupan Olimpiade 2020 di Tokyo
Penutupan Olimpiade 2020 di Tokyo. 

BorneoTribun Internasional -- Olimpiade Tokyo resmi ditutup hari Minggu malam (8/8). Olimpiade ini dimulai dengan perebakan luas virus corona dan jeda selama satu tahun. Dan berakhir dengan tiupan angin topan, dan tetap saja: COVID-19. 

Olimpiade Tokyo – yang tetap disebut sebagai Olimpiade 2020 tetapi diselenggarakan pada pertengahan tahun 2021 karena perebakan luas virus corona – ditutup di stadion tanpa dihadiri penonton, Minggu malam, mengisyaratkan situasi campuran bagi Jepang dan dunia. 

Upacara penutupan yang diiringi genderang dengan tema “Worlds We Share” – suatu gagasan optimistis tetapi ironis – ditetapkan untuk mengarah pada Olimpiade Musim Panas di Paris tahun 2024. Dan dengan itu, pesta olahraga paling aneh dalam sejarah dunia ini, ditutup. 

Olimpiade Tokyo dilangsungkan di tengah kembali maraknya perebakan pandemi, ditentang banyak warga Jepang dan selama berbulan-bulan diusik oleh masalah administrasi; yang membuat pesta olahraga ini memiliki tantangan logistik dan medis yang tiada duanya, memicu diskusi serius tentang isu kesehatan mental, dan dalam hal olahraga, menunjukkan kemenangan dan sedikit kekalahan yang mengejutkan. 

Awalnya, ekspektasi yang ditetapkan cukup baik, tetapi COVID-19 mengacaukan segalanya. Kantor berita Associated Press melaporkan bahkan Presiden Komite Olimpiade Internasional IOC Thomas Bach mengatakan ia khawatir Olimpiade kali ini akan “menjadi Olimpiade tanpa jiwa.” 

Meskipun Jumat lalu (6/8) ia mengatakan “apa yang kita lihat di sini benar-benar berbeda.” “Anda dapat mengalami dan merasakan, serta melihat dan mendengar betapa mereka sangat menikmati kebersamaan dalam olimpiade lagi di sini,” ujar Bach. 

Dalam pertandingan-pertandingan itu kata “bersama” terasa asing. Para penonton tidak dapat menyaksikan pertandingan dari dekat. 

Berbagai aturan membuat atlet-atlet harus senantiasa mengenakan masker dan menjaga jarak, bahkan untuk upacara penyerahan medali sekali pun. Tetapi tentunya tak terhindarkan dalam beberapa pertandingan sebagian atlet saling berdekatan. 

Bukan karena mereka lalai, tetapi karena memang tak terhindarkan. Ada upaya keras untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19, meskipun pada saat yang bersamaan acara harus terus berlanjut. 

Ketekunan atlet menjadi cerita utama. Kesehatan mental menjadi diskusi serius yang belum pernah terjadi, dan para atlet mengungkapkan kisah dan perjuangan mereka dalam kerentanan dan sesekali cara-cara yang menyiksa. 

Olimpiade keempat di Jepang, yang diadakan 57 tahun setelah Olimpiade 1964 yang secara efektif berhasil memperkenalkan kembali negara itu pada dunia pasca kekalahan dalam Perang Dunia Kedua, mewakili dunia yang mencoba bersatu pada saat bersejarah, ketika penyakit dan kondisi yang menyertainya – serta politik – memisahkannya. Upacara penutupan hari Minggu mencerminkan bahwa kadang-kadang untuk mendorong proses menuju sesuatu, diperlukan pendekatan “science-fiction.” 

Ketika para atlet berdiri di arena untuk mengikuti upacara penutupan, papan skor digital di kedua ujung stadion menampilkan apa yang disebut penyelenggara sebagai “matriks video penggemar,” suatu layar video berukuran raksasa seperti layar Zoom yang diunggah penonton yang bersorak-sorai di rumah. 

Bahkan parade atlet yang membawa bendera nasional mereka ikut terdampak. 

Sebagian bendera dibawa para relawan karena adanya peraturan yang mengharuskan para atlet segera meninggalkan Tokyo setelah pertandingan mereka selesai. 

Tetapi dengan latar belakang yang luar biasa itu pun, ada sejumlah atlet yang mencatat sejarah. 

Antara lain Yang Qian dari Tiongkok yang merebut medali emas pertama dalam cabang senapan angin 10 meter pada 24 Juli, hingga yang terakhir yaitu atlet Serbia yang mengalahkan Yunani di cabang polo air putra pada Minggu sore. 

Sebagian atlet lain yang menjadi sorotan adalah Allyson Felix yang merebut medali ke-11 untuk Amerika dalam lari lintasan. Juga penampilan luar biasa peraih lima medali emas Amerika, Caeleb Dressel, di kolam renang. 

Dan tentunya para atlet dalam cabang selancar, skateboard, dan olahraga panjat tebing yang merupakan olahraga populer di Olimpiade. Jepang sebagai tuan rumah secara keseluruhan meraih 58 medali. [em/ka]

VOA

Jumat, 09 Juli 2021

Presiden Jokowi Lepas kontingen Indonesia ke Olimpiade Tokyo 2021

Presiden Jokowi Lepas kontingen Indonesia ke Olimpiade Tokyo 2021
Presiden Jokowi pada Upacara Pelepasan Tim Indonesia Menuju Olimpiade Tokyo Tahun 2021, Kamis (08/07/2021), di Halaman Istana Merdeka, Jakarta. (Foto: BPMI Setpres/Lukas)

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Presiden Jokowi secara resmi melepas kontingen Indonesia yang akan berlaga di ajang olahraga Olimpiade Tahun 2021 yang akan dilaksanakan di Tokyo, Jepang. Acara pelepasan digelar di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (08/07/2021).

Dalam arahannya, Presiden meminta para atlet yang akan berangkat untuk fokus meraih prestasi yang membanggakan bagi negara dan seluruh rakyat Indonesia.

“Hari-hari ini sampai ke puncak pertandingan agar jaga kesehatan, jaga stamina, jaga motivasi, dan fokus pada pertandingan dan fokus pada prestasi. Rakyat menaruh harapan besar kepada Saudara-saudara dan prestasi Saudara-saudara akan menjadi prestasi negara kita Indonesia,” ujarnya.

Pada Olimpiade yang akan digelar pada tanggal 23 Juli hingga 10 Agustus ini, Indonesia akan memberangkatkan sebanyak 28 atlet dan 17 ofisial dari 8 cabang olahraga (cabor) yang sudah sepenuhnya siap bertanding secara sportif dan berpotensi meraih medali juara. Kedelapan cabor tersebut yaitu atletik, panahan, rowing, menembak, bulu tangkis, angkat besi, renang, dan selancar.

“Saya tahu persiapan untuk menghadapi Olimpiade Tokyo ini telah dilaksanakan secara maksimal dan para atlet saya tahu juga telah bekerja keras untuk meningkatkan prestasinya,” ujar Presiden.

Dengan perjuangan dan usaha maksimal tersebut, Kepala Negara optimistis akan membuah hasil yang diharapkan oleh seluruh bangsa Indonesia.

“Selamat menjalankan amanat berat ini. Rakyat menunggu Saudara-saudara kembali ke Tanah Air dengan membawa medali yang membanggakan Indonesia. Semoga perjuangan Saudara-saudara berhasil,” pungkasnya.

Dalam laporannya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menyampaikan pengiriman 28 atlet ke Olimpiade Tokyo ini melebih target yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu sebanyak 22 atlet.

“Hasil dari kualifikasi yang dihasilkan ini adalah melebihi dari target. Di dalam rencana awalnya hanya dapat memberangkatkan 22 atlet karena situasi pandemi COVID-19 tetapi karena usaha dan kerja keras dari semua pihak kita bisa memberangkatkan 28 atlet,” ujarnya Menpora.

Menpora menambahkan, pengiriman kontingen yang dipimpin oleh Chef de Mission (CdM) Rosan P Roeslani ini adalah wujud dari komitmen pemerintah untuk kemajuan olahraga di Indonesia.

“Perhatian Bapak Presiden terhadap olahraga Indonesia tetap ada dan ditunjukkan dengan pelepasan secara virtual. Ini adalah komitmen pemerintah untuk mendorong majunya olahraga di Tanah Air,” ujarnya.

Zainudin juga menegaskan bahwa seluruh kontingen ini telah memperoleh dosis vaksin COVID-19. “Para atlet, ofisial, dan tenaga pendamping semuanya sudah divaksin,” tandasnya.

Untuk diketahui, acara pelepasan kontingen ini juga dihadiri secara langsung oleh Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari dan CdM Rosan P Roeslani. Hadir juga empat orang perwakilan atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo yakni Alviyanto Bagas Prastyadi (panahan), Arif Dwi Pangestu (panahan), Aflah Fadlan Prawira (renang), dan Windy Cantika Aisah (angkat besi).

Selain itu, acara pelepasan juga diikuti oleh para atlet, ofisial, dan ketua umum induk cabang olahraga secara virtual dari sejumlah tempat antara lain di Hotel Aston, Hotel Mulia, pelatnas dayung Pangalengan, pelatnas selancar Bali, pelatnas angkat besi di Mess Kwini, dan Hotel Century. (TGH/UN)

Senin, 07 Juni 2021

Menurut Setengah Warga Jepang, Olimpiade Akan Tetap Berlangsung

Menurut Setengah Warga Jepang, Olimpiade Akan Tetap Berlangsung
Cincin Olimpiade terlihat di tepi Pantai Odaiba di Tokyo pada 3 Juni 2021. (Foto: AFP/Kazuhiro Nogi)

BorneoTribun Jepang -- Setengah publik Jepang meyakini Olimpiade Tokyo akan berlangsung sesuai rencana, terlepas dari mereka menginginkannya atau tidak.

Temuan ini diperoleh berdasarkan jajak pendapat akhir pekan yang dilakukan surat kabar Jepang Yomiuri, yang hasilnya dirilis hari Senin (7/6).

Olimpiade dijadwalkan dimulai kurang dari dua bulan lagi, setelah ditunda setahun karena krisis kesehatan global yang masih terus berlangsung.

Tetapi masih ada pertanyaan mengenai bagaimana Tokyo dapat membuat para sukarelawan, atlet, ofisial dan masyarakat Jepang tetap aman.

Jepang sekarang ini sedang menghadapi gelombang keempat wabah, dengan mencatat kenaikan jumlah kasus yang parah.

Hari Jumat, mantan peraih medali Olimpiade Kaori Yamaguchi mengatakan Jepang telah “dipojokkan” untuk tetap melaksanakan Olimpiade, meskipun masyarakat menentangnya.

Jajak pendapat baru Yomiuri menunjukkan dukungan publik bagi pemerintahan PM Yoshihide Suga merosot ke tingkat terendah, 37 persen.

Sebagian besar responden menyatakan langkah-langkah pengamanan dari virus corona bagi para atlet dan partisipan Olimpiade tidak cukup.

Para pejabat tinggi telah berulang kali berjanji untuk membuat pelaksanaan Olimpiade “aman dan selamat.”

Jajak pendapat juga mendapati lebih dari seperempat responden meyakini Olimpiade akan terus berlangsung tanpa kehadiran penonton.

Sementara pemerintah telah melarang penonton asing menghadiri Olimpiade itu, keputusan mengenai penonton domestik diperkirakan akan diambil bulan ini. [uh/ab]

Oleh: VOA

Sabtu, 17 April 2021

Hashimoto Kembali Tegaskan Olimpiade Tokyo Tidak Akan Dibatalkan

Hashimoto Kembali Tegaskan Olimpiade Tokyo Tidak Akan Dibatalkan
CIncin Olimpiade di Odaiba, Tokyo, 8 April 8, 2021. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

BorneoTribun.com -- Ketua Olimpiade Tokyo, Jumat (16/4), kembali dipaksa untuk meyakinkan dunia bahwa pesta olahraga yang sempat ditunda itu akan dilangsungkan dalam waktu tiga bulan lagi dan tidak dibatalkan meskipun kasus COVID-19 melonjak di Jepang.

Ketua panitia penyelenggara Seiko Hashimoto ditanya wartawan pada konferensi pers apakah ada kondisi di mana Olimpiade itu akan bisa dibatalkan.

Pertanyaan itu muncul setelah sekretaris jenderal partai politik LDP yang berkuasa, dan orang nomor dua yang bertanggung jawab atas Olimpiade Tokyo, Toshihiro Nikai, menyebutkan kemungkinan pembatalan penyelenggaraannya sehari sebelumnya.

“Ada berbagai kekhawatiran tetapi sebagai panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 kami tidak berpikir untuk membatalkannya, '' kata Hashimoto.

Nikai ditanya pada hari Kamis dalam sebuah wawancara apakah pembatalan masih menjadi pilihan. “Tentu saja,'' jawabnya, menambahkan bahwa jika Olimpiade menyebabkan lonjakan infeksi, “tidak ada artinya menyelenggarakan Olimpiade. ''

Nikai belakangan berusaha menarik pernyataannya, dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis (16/4) yang mengatakan bahwa pemerintah berusaha keras untuk melangsungkan Olimpiade yang terjamin keamanannya.

Hashimoto mengaku bisa memahami keprihatinan Nikai dan menyiratkan itu bahwa itu mencerminkan pendapat publik Jepang pada umumnya. Jajak-jajak pendapat menunjukkan sebanyak 80 persen warga Jepang menentang penyelenggaraan Olimpiade selama pandemi.

“Fakta bahwa ia (Nikai) prihatin adalah hal yang perlu kami tanggapi serius mengingat makin dekatnya pelaksanaan Olimpiade,'' katanya. “Komentarnya mengingatkan kami betapa kami harus percaya diri atau sepenuhnya siap menyelenggarakan pertandingan.''

Kasus COVID-19 meningkat di berbagai penjuru Jepang. Meskipun demikian, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan panitia Olimpiade Tokyo bersikeras untuk tetap melangsungkannya. Pemasukan IOC tersendat karena penundaan Olimpiade itu, dan Jepang telah menginvestasikan setidaknya 15 miliar dolar untuk menyelenggarakan Olimpiade Tokyo. [ab/uh]

Oleh: VOA

Jumat, 09 April 2021

China Peringatkan AS agar Tidak Boikot Olimpiade Musim Dingin

China Peringatkan AS agar Tidak Boikot Olimpiade Musim Dingin
Logo Olimpiade di Jeongseon Alpine Center, Pyeongchang, Korea Selatan, 11 Februari 2018.

BorneoTribun Jakarta -- Pemerintah China memperingatkan Amerika Serikat (AS), Rabu (7/4), agar tidak memboikot Olimpiade musim dingin tahun depan di Beijing. China mengeluarkan pernyataan itu setelah pemerintahan Biden menyatakan sedang membahas dengan sekutu pendekatan gabungan untuk mengadukan pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) di China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menolak tuduhan pelecehan terhadap minoritas etnis di kawasan Xinjiang. Akan ada “respons China yang tegas terhadap boikot semacam itu," katanya tanpa memperinci lebih jauh.

“Politisasi olahraga akan merusak semangat Piagam Olimpiade dan kepentingan para atlit dari semua negara,” kata juru bicara Zhao Li-jian. “Masyarakat internasional termasuk komite Olimpiade AS tidak bisa menerimanya.”

Organisasi HAM memprotes China sebagai penyelenggara Olimpiade musim dingin yang akan dimulai Februari 2022. Mereka mendesak boikot atau langkah lain guna memusatkan perhatian pada pelecehan China terhadap warga Uighur, Tibet, dan penduduk Hong Kong.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan memboikot Olimpiade adalah salah satu opsi, tetapi pejabat senior mengatakan pemboikotan tidak dibahas. Komite Olimpiade Internasional dan Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS telah mengatakan menentang boikot.

Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, Rabu (7/4), mengatakan, Gedung Putih tidak mengkaji wacana pemboikotan Olimpiade 2022.

“Kami tidak membahas, dan tidak sedang membahas, boikot gabungan dengan sekutu dan mitra,” kata Psaki.

Ketika ditanya apakah pemerintah AS menganjurkan warganya tidak melakukan perjalanan ke China, Psaki mengatakan, pemerintahan Biden berharap saat pesta olahraga itu berlangsung, “kita sudah mencapai titik di mana cukup banyak orang di seluruh negara, dan juga di seluruh dunia telah divaksinasi” COVID-19. [jm/ka]

Oleh: VOA

Rabu, 10 Maret 2021

Akhir Maret IOC Putuskan Apakah Olimpiade Terbuka untuk Fans Luar Negeri

Akhir Maret IOC Putuskan Apakah Olimpiade Terbuka untuk Fans Luar Negeri
Sumber Foto: VOA Indonesia

BorneoTribun Olahraga - Juru bicara Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC), Mark Adams, pada Senin Kemarin (8/3) mengatakan bahwa pihaknya pada akhir Maret nanti berencana menyampaikan keputusan tentang apakah penonton dari luar negeri akan diizinkan menghadiri pertandingan-pertandingan Olimpiade di Tokyo pada musim panas nanti.

Isu ini tidak dibahas pada hari pertama pertemuan Dewan Eksekutif IOC – yang mendahului sidang ke-137 IOC, tetapi Adams memperkirakan keputusan itu akan dicapai pada akhir bulan ini.

“Belum ada pembahasan spesifik apapun tentang hal itu hari ini, tetapi tentu saja terkait soal penonton, mungkin akan ada keputusan menjelang akhir Maret nanti. Setidaknya soal penonton dari luar negeri," ujar Adams.

Selain itu, kata Adams,terlalu dini untuk menyampaikan apapun saat ini karena sidang tidak membahas hal itu.

Adams juga mengumumkan bahwa IOC mengambil serangkaian langkah pengawasan terhadap Komite Olimpiade Nasional Belarus (National Olympic Committee).

IOC menolak mengakui terpilihnya Viktor Lukashenko sebagai presiden baru Komite Olimpiade Nasional Belarus, menggantikan ayahnya, Alexander Lukashenko, yang sekaligus dikenal sebagai Presiden Belarus.

Anggota dewan NOC, Dmitry Baskov, telah dikenai sanksi yang sama, termasuk larangan menghadiri pertandingan Olimpiade di Tokyo pada musim panas nanti.

Keduanya menghadapi sejumlah tuduhan diskriminasi politik terhadap para atlet pasca terpilihnya kembali Lukashenko secara kontroversial sebagai presiden negara itu Agustus 2020 lalu. [em/pp]

Oleh: VOA Indonesia

Rabu, 03 Maret 2021

Hashimoto Desak Peningkatan Kuota Perempuan di Dewan Eksekutif Olimpiade Tokyo

Hashimoto Desak Peningkatan Kuota Perempuan di Dewan Eksekutif Olimpiade Tokyo
Menteri Olimpiade dan Paralimpiade Jepang Seiko Hashimoto menghadiri konferensi pers di Tokyo, Jepang, 16 September 2020. (Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

BorneoTribun Jepang, Internasional - Ketua Olimpiade Tokyo 2020 Seiko Hashimoto mengatakan, Selasa (2/3),bahwa timnya harus bergerak cepat mempromosikan kesetaraan gender untuk memulihkan kepercayaan pada panitia penyelenggara pesta olahraga akbar itu.

Hashimoto mendesak peningkatan jumlah perempuan di Dewan Eksekutif Tokyo 2020.

“Sebagai langkah awal, kami ingin mengubah Anggaran Dasar agar jumlah pengurus yang dipilih Panitia Penyelenggara bisa bertambah, kemudian meminta pengurus untuk memutuskan diadakannya rapat dewan untuk meningkatkan rasio perempuan sebagai anggota dewan,” katanya.

Hashimotomengambil alih posisi ketua OlimpiadeTokyo 2020 bulan lalu setelah pengunduran diri pendahulunya Yoshiro Mori menyusul reaksi keras atas komentar Mori yang dianggap seksis,

Hashimoto juga mengumumkan bahwapertemuan melalui konferensi video akan berlangsung Rabu, antara ia dan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons, Gubernur Tokyo Yuriko Koike, dan Menteri Olimpiade Tamayo Marukawa. [ab/uh]

Oleh: VOA Indonesia

Sabtu, 30 Januari 2021

Jepang Bertekad Selenggarakan Olimpiade, Paralimpiade

Jepang Bertekad Selenggarakan Olimpiade, Paralimpiade
Para pejalan kaki terlihat mengenakan masker saat melewati papan kampanye Olimpiade Tokyo di depan kantor sekuritas di Tokyo, Jepang, 29 Januari 2021.

BorneoTribun | Jepang- PM Jepang Yoshihide Suga, hari Jumat (29/1) menyatakan tekad bahwa Olimpiade Tokyo akan tetap berlangsung pada musim panas mendatang.

Pesta olahraga akbar itu ditunda tahun lalu karena pandemi virus corona. Berbagai jajak pendapat telah mengindikasikan bahwa masyarakat Jepang ingin acara ini ditunda di tengah-tengah berlanjutnya kekhawatiran mengenai perebakan virus.

Tetapi dalam pidato pada pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia (WEF), Suga menyatakan bertekad untuk terus maju dengan rencana penyelenggaraannya.

“Jepang, pada musim panas ini, akan menyelenggarakan Olimpiade dan Paralimpiade,” ujar Suga. “Sebagai simbol bahwa umat manusia telah mengalahkan virus corona dan dunia telah bersatu, kami bertekad untuk membuat Olimpiade terwujud yang memberi semangat dan harapan bagi dunia,” jelasnya.

Ketika ditanya apakah ada langkah-langkah konkret untuk memastikan Olimpiade yang aman dari Covid-19, Suga menjawab bahwa pemerintah sedang membahasnya. Tetapi ia menambahkan bahwa langkah-langkah dasar antivirus seperti mengenakan masker mungkin merupakan langkah yang paling efektif.

“Saya tahu ini adalah langkah-langkah dasar, tetapi jika semua orang di Jepang melakukannya, ini akan menjadi langkah paling kuat,” kata Suga.

Jepang mengalami lonjakan kasus dalam beberapa bulan ini, dan banyak daerah di negara itu kini di bawah perintah darurat.

Jumlah kematian di Jepang kurang dari 5.000, dan pihak berwenang mengendalikan perebakan virus ini jauh lebih baik daripada di banyak negara lainnya. [uh/ab]

Oleh: VOA Indonesia

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno