Berita Borneotribun.com: Marc Marquez Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Marc Marquez. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 April 2025

Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK

Perjalanan Karier Scott Redding Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK
Perjalanan Karier Scott Redding: Dari Rivalitas dengan Marquez hingga Bangkit di WorldSBK.

JAKARTA - Dunia balap motor penuh dengan cerita inspiratif, salah satunya datang dari pembalap Inggris, Scott Redding. 

Meski sempat mengalahkan Marc Marquez saat masih remaja, perjalanan Redding tidak semulus sang juara dunia delapan kali. 

Kini, ia berbagi cerita tentang betapa pentingnya dukungan finansial dan manajerial dalam menentukan arah karier seorang pembalap.

Dalam wawancaranya di podcast Motorsport Republica, Redding mengungkapkan bahwa ia dan Marquez tumbuh bersama di lintasan balap. 

Keduanya sering bertarung di kelas 125cc, dan bahkan Redding kerap keluar sebagai pemenang.

"Aku dan Marc tumbuh bersama di dunia balap. Saat kami masih di kelas 125cc, aku sering mengalahkannya," ujar Redding. "Tapi perbedaannya, dia punya banyak dukungan — dari Red Bull, Repsol, hingga tim pabrikan seperti KTM. Sementara aku? Aku nggak punya apa-apa."

Nasib yang Berbeda Karena Dukungan Finansial

Redding mengakui bahwa perbedaan besar antara dirinya dan Marquez bukan terletak pada bakat, tapi pada akses terhadap dukungan yang kuat. 

Marquez mendapat tempat di tim pabrikan sejak dini, lengkap dengan tim yang dibentuk khusus untuk mendukung potensinya. 

Sementara itu, Redding hanya bisa mengandalkan kemampuan sendiri dan manajemen yang, menurutnya, tidak benar-benar memahami dunia balap motor.

"Manajerku dulu nggak paham dunia balap. Mereka nggak tahu apa yang harus aku katakan, lakukan, bahkan pakai. Aku cuma anak liar yang nggak suka aturan. Tapi itulah aku," lanjutnya.

Meski karier mereka akhirnya mengambil jalur yang sangat berbeda, Redding tidak menyesali apapun. Ia percaya bahwa semua pengalaman itu telah membentuk kepribadiannya saat ini.

"Aku mungkin bisa punya karier yang berbeda kalau dulu aku punya tim dan dukungan seperti Marc. Tapi aku nggak akan mengubah apa pun, karena semua itu membuat aku jadi seperti sekarang," katanya dengan mantap.

Menjadi Juara Termuda dan Perjalanan di MotoGP

Pada tahun 2008, Scott Redding mencetak sejarah sebagai pemenang termuda dalam balapan Grand Prix, tepatnya di kelas 125cc di Donington Park. 

Saat itu, ia baru berusia 15 tahun dan sukses meninggalkan Marquez di belakangnya.

Namun, Marquez dengan cepat bangkit dan menunjukkan potensinya. Dua tahun setelah kekalahan itu, Marquez keluar sebagai juara dunia 125cc dan kemudian melesat ke kelas MotoGP dengan segudang prestasi. 

Hingga saat ini, Marquez telah mengantongi delapan gelar juara dunia dan tengah berjuang untuk meraih gelar kesembilan.

Sementara itu, Redding menjalani karier yang penuh liku. Ia menghabiskan lima musim di MotoGP, membela tim-tim seperti Honda, Ducati, dan Aprilia. 

Meski tak pernah benar-benar bersinar di kelas premier, semangat Redding untuk terus membalap tak pernah padam.

Sukses di British Superbike dan WorldSBK

Setelah meninggalkan MotoGP, Redding beralih ke British Superbike Championship (BSB). Di sana, ia langsung menunjukkan kelasnya dengan menjuarai kompetisi tersebut di musim pertamanya pada tahun 2019. 

Kesuksesan itu mengantarnya ke kejuaraan World Superbike (WorldSBK), di mana ia tampil cukup konsisten bersama Ducati.

Pada tahun 2021, Redding berhasil finis di posisi ketiga klasemen WorldSBK bersama Ducati. Namun, ketika ia pindah ke tim BMW, performanya sempat menurun drastis. 

Ia kesulitan menemukan ritme dan sempat diragukan bisa kembali ke level tertinggi.

Tapi tahun ini, Redding membuat keputusan penting: kembali menunggangi motor Ducati. Keputusan itu membuahkan hasil positif. Performanya mulai membaik dan kepercayaan dirinya kembali tumbuh.

Pelajaran dari Scott Redding: Bakat Saja Tidak Cukup

Kisah hidup Scott Redding adalah cerminan dari kerasnya dunia balap motor. Bakat besar tidak selalu cukup untuk menjamin kesuksesan jika tidak dibarengi dengan dukungan yang tepat. 

Perbedaan antara dirinya dan Marquez menjadi bukti nyata bahwa dalam olahraga profesional, akses terhadap tim yang solid, dana, dan jaringan sponsor memainkan peran besar.

Namun di balik itu semua, Redding tetap bangga dengan pencapaiannya. Ia membuktikan bahwa kegigihan dan semangat pantang menyerah bisa membawanya bertahan di level atas meski tanpa fasilitas mewah.

"Aku tetap di sini, membalap di level tertinggi. Itu sudah cukup buatku," tutup Redding.

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP

Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP
Pedro Acosta Ingin Kalah dari Marc Marquez Sebagai Tanda Penghormatan untuk Legenda MotoGP.

JAKARTA - Nama Pedro Acosta memang sedang hangat dibicarakan di dunia MotoGP. Pembalap muda asal Spanyol ini tampil mencuri perhatian sejak debutnya di kelas utama. 

Tapi siapa sangka, di balik semua pencapaian dan ekspektasi tinggi yang disematkan kepadanya, Acosta justru mengungkapkan keinginan yang cukup unik dan penuh rasa hormat: dia ingin bisa “kalah dari Marc Marquez”.

Bukan tanpa alasan Acosta berkata seperti itu. Dalam wawancara dengan media Spanyol Mundo Deportivo, pembalap yang saat ini memperkuat tim Tech3 KTM itu menyatakan bahwa hanya bisa bertarung melawan Marc Marquez saja sudah merupakan sebuah pencapaian tersendiri. 

“Lebih dari sekadar ingin mengalahkannya, saya ingin bisa berada di posisi di mana saya bisa kalah darinya. Karena bisa bertarung dengan pembalap sekelas Marc aja udah prestasi,” ujar Acosta dengan nada penuh hormat.

Debut Gemilang, Musim Kedua Penuh Tantangan

Pedro Acosta memang sempat mencuri perhatian pada musim debutnya di MotoGP. Setelah menjadi juara di Moto3 dan Moto2 dalam tiga tahun, Acosta langsung membuat gebrakan di kelas utama dengan meraih podium di balapan keduanya bersama Tech3 KTM. 

Sepanjang musim 2024, ia berhasil naik podium sembilan kali baik di sprint race maupun balapan utama.

Namun sayangnya, musim 2025 ini belum berjalan sesuai harapan. Dari empat seri awal, Acosta hanya mampu mengumpulkan 24 poin. 

Performanya yang kurang menggigit ini sebagian besar disebabkan oleh motor KTM yang masih kalah kompetitif dibandingkan para rivalnya.

Hal ini jugalah yang membuat rumor kepindahan Acosta ke tim lain makin kencang berhembus. 

Salah satu tim yang santer dikaitkan dengannya adalah VR46 Racing Team milik Valentino Rossi, yang saat ini menggunakan motor Ducati. 

Bahkan, nama Acosta juga disebut-sebut masuk radar tim pabrikan Honda dan tim Pramac Yamaha untuk musim 2026.

Komentar Marquez dan Dukungan Rossi

Menariknya, Marc Marquez sendiri justru mendukung jika Acosta pindah ke tim yang lebih kompetitif. 

Bagi Acosta, mendapat restu dari legenda MotoGP seperti Marquez adalah suatu kehormatan besar. 

“Kalau seorang legenda seperti Marc bilang begitu, itu tentu membanggakan dan sangat positif. Kita lihat saja nanti masa depan akan seperti apa,” ujar Acosta.

Sementara itu, Valentino Rossi yang ditemui saat Grand Prix Qatar juga memberikan dukungan moril kepada Acosta, meskipun ia enggan membahas lebih dalam soal kemungkinan Acosta bergabung ke tim VR46. 

Di sisi lain, bos KTM, Pit Beirer, juga turut angkat bicara untuk menepis isu kepindahan Acosta. 

Ia menegaskan bahwa KTM masih punya kontrak dengan pembalap muda tersebut dan menyebut ketertarikan dari tim-tim lain sebagai “sebuah pujian”.

Antara Loyalitas dan Ambisi

Dilema yang kini dihadapi Acosta mencerminkan konflik antara loyalitas kepada tim dan keinginan untuk terus berkembang. 

Di satu sisi, ia ingin terus membela KTM yang telah memberinya kesempatan di MotoGP. 

Tapi di sisi lain, ia tentu punya ambisi untuk bertarung di papan atas dan meraih gelar juara dunia impian semua pembalap.

Komentar Acosta tentang keinginannya untuk “kalah dari Marquez” juga bisa dimaknai sebagai bentuk kedewasaan. 

Ia sadar bahwa bertarung melawan rider kaliber dunia seperti Marquez adalah tantangan besar. 

Tapi bagi Acosta, kesempatan untuk bisa berada di level yang sama dan bersaing langsung di lintasan adalah hal yang jauh lebih penting daripada sekadar menang.

Masa Depan Masih Misterius

Dengan performa motor KTM yang belum memuaskan dan banyaknya tim yang mulai meliriknya, masa depan Pedro Acosta di MotoGP masih menjadi teka-teki besar. 

Apakah ia akan tetap bertahan di KTM dan berjuang bersama tim Austria itu? Ataukah ia akan menerima tawaran dari tim lain demi peluang lebih besar bersaing di depan?

Satu hal yang pasti, Pedro Acosta telah menunjukkan sikap rendah hati dan semangat bertarung yang luar biasa. 

Di usia yang masih sangat muda baru 20 tahun ia sudah punya pemikiran matang dan rasa hormat yang besar kepada para seniornya. 

Dan siapapun timnya nanti, Acosta jelas adalah sosok yang punya potensi menjadi bintang besar MotoGP di masa depan.

Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez

Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez
Sisi Tersembunyi Valentino Rossi dari Karisma Sang Legenda hingga Konflik Panas dengan Marc Marquez.

JAKARTA - Valentino Rossi dikenal sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah MotoGP. Dengan kepribadiannya yang karismatik, gaya balapnya yang penuh aksi, serta kemampuan menghidupkan atmosfer balapan, Rossi benar-benar jadi sosok tak tergantikan. 

Tapi di balik semua pencapaiannya, ternyata ada sisi kontroversial dari sang legenda yang sempat muncul ke permukaan, terutama saat ia terlibat konflik dengan rival beratnya, Marc Marquez.

Dalam sebuah wawancara di podcast Motorsport Republica, mantan pebalap MotoGP, Scott Redding, membuka kembali kisah panas antara Rossi dan Marquez yang meledak pada pertengahan 2010-an. 

Redding, yang pernah berada di grid yang sama dengan keduanya, menyebut bahwa meskipun Rossi sangat pandai membangun hubungan dengan para fans, ia juga sempat menunjukkan sisi gelapnya dalam konflik tersebut.

Drama Rossi vs Marquez: Konflik yang Tak Terlupakan

Konflik antara Valentino Rossi dan Marc Marquez menjadi salah satu rivalitas paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah MotoGP. 

Puncaknya terjadi pada musim 2015, tepatnya di GP Sepang, Malaysia, saat insiden saling senggol membuat hubungan keduanya benar-benar memanas.

Menurut Redding, Rossi kala itu sangat pintar dalam “mengendalikan” opini publik dan fans. "Dia itu jago banget dalam memainkan emosi fans. Baik itu dalam konteks positif atau negatif, dia tahu cara menggunakannya," ujar Redding.

Namun, Redding juga mengkritik cara Rossi “menghasut” fans untuk berbalik melawan Marquez. 

Bahkan, Marquez sempat mengalami teror dari oknum fans yang datang ke rumahnya hanya karena ketegangan yang terus dibakar di luar lintasan. 

“Itu sebenarnya bisa dicegah kalau Rossi mau. Tapi dia membiarkan itu terjadi, dan menurut saya itu menunjukkan sisi buruk dari dirinya,” lanjut Redding.

Saat Fans Mulai Berlebihan

Insiden tersebut ternyata masih membekas, bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Redding menyinggung kejadian di sirkuit Misano tahun lalu, di mana Marc Marquez mendapat cemoohan dari sebagian fans saat berada di podium. 

Rekan setim Rossi saat ini di Ducati, Pecco Bagnaia, bahkan secara terbuka meminta fans untuk lebih sportif. 

"Kalian nggak perlu sampai mengejek begitu," ujar Pecco saat itu, yang membuat banyak orang mengapresiasi sikapnya.

Era MotoGP yang Berubah: Dulu Panas, Sekarang Lebih Ramah

Scott Redding juga membandingkan era MotoGP saat ini dengan zamannya dulu. Ia mengatakan bahwa dulu rivalitas terasa lebih nyata dan personal. 

“Saya ingat banget zaman Rossi lawan Sete Gibernau. Wah, itu beneran panas, bukan sekadar drama buat media. Mereka bener-bener nggak akur,” katanya.

Redding mengaku lebih suka atmosfer yang penuh persaingan ketimbang sekarang, di mana para rider terlihat terlalu bersahabat. 

“Sekarang semua kayak makan malam bareng, latihan bareng, dan itu ngebuat kompetisi jadi kurang greget. Dulu, saya kalau punya teman di grid, itu pun tetap susah buat akur karena saat balapan, saya merasa kayak lagi perang.”

Menurutnya, perubahan ini juga dipengaruhi oleh aturan MotoGP yang kini lebih ketat. "Kalau kamu kasih jari tengah ke lawan saat balapan, bisa langsung kena denda. Ngomong kasar dikit aja bisa kena sanksi," kata Redding.

Sosok Rossi: Antara Legenda dan Manusia Biasa

Tak bisa dipungkiri, Valentino Rossi adalah legenda yang berjasa besar dalam mempopulerkan MotoGP ke seluruh dunia. 

Tapi seperti halnya manusia biasa, Rossi pun tak luput dari sisi kontroversial yang pernah menodai kariernya. 

Kehebatannya dalam membangun citra diri dan mempengaruhi opini publik memang luar biasa, tapi terkadang, strategi tersebut bisa berdampak negatif jika tidak dikendalikan dengan bijak.

Kini, meskipun Rossi sudah pensiun dari MotoGP dan fokus sebagai pemilik tim VR46 serta mentor bagi para pembalap muda, bayang-bayang konflik lamanya dengan Marquez masih sering dibicarakan. 

Terlebih lagi, Marquez kini membalap di tim pabrikan Ducati bersama anak didik Rossi sendiri, Pecco Bagnaia. 

Rivalitas lama mungkin akan hidup kembali, meski dalam bentuk yang berbeda.

Kisah antara Valentino Rossi dan Marc Marquez bukan hanya tentang persaingan di lintasan, tapi juga menggambarkan bagaimana pengaruh besar seorang tokoh publik bisa berdampak ke banyak hal, termasuk perilaku fans. 

Di satu sisi, Rossi adalah pahlawan yang membawa MotoGP ke level tertinggi, tapi di sisi lain, ia juga manusia biasa yang bisa berbuat salah.

Sebagai penonton dan penggemar, penting buat kita untuk tetap objektif, sportif, dan tidak larut dalam fanatisme berlebihan. 

Karena pada akhirnya, yang membuat MotoGP menarik bukan hanya rivalitas panas, tapi juga semangat sportifitas yang jadi jiwanya balapan sejati.

Senin, 21 April 2025

Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!

Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!
Aksi Marc Marquez Picu Perubahan Aturan MotoGP Lagi, Ini Kronologinya!.

JAKARTA - Marc Marquez emang dikenal sebagai pembalap yang agresif dan penuh strategi, tapi siapa sangka aksinya di MotoGP Amerika beberapa waktu lalu malah bikin heboh dan bikin aturan balapan harus direvisi lagi! 

Yup, kejadian unik yang terjadi di Circuit of the Americas (COTA) ini bahkan bikin panitia balapan harus menghentikan start dan mempertimbangkan perubahan regulasi demi keselamatan dan kejelasan aturan.

Kronologi Kekacauan di Grid Start MotoGP Amerika

Balapan MotoGP di COTA bulan lalu berlangsung dalam kondisi cuaca yang cukup tricky. Saat para pembalap masuk ke grid, trek masih basah, jadi mayoritas pakai ban basah. 

Tapi beberapa detik sebelum lampu start menyala, Marc Marquez, yang start dari pole position, langsung melesat dari grid menuju pit untuk ganti motor ke versi yang pakai ban kering. Pasalnya, lintasan udah mulai mengering drastis.

Melihat langkah berani Marquez, beberapa rider lain ikut-ikutan masuk ke pit. Akibatnya? Grid jadi kosong dan start balapan terpaksa dibatalkan oleh race direction demi alasan keselamatan. 

Keputusan ini sekaligus menyelamatkan para pembalap yang masuk pit dari hukuman ride-through penalty.

Sesuai aturan yang berlaku saat ini, pembalap yang meninggalkan grid karena alasan cuaca seharusnya tetap start dari posisi semula, lalu menjalani hukuman ride-through selama balapan. Tapi karena start dibatalkan, aturan itu jadi nggak berlaku.

Situasi ini bikin bingung banyak pihak, termasuk tim, pembalap, bahkan penonton. Race director Mike Webb pun mengonfirmasi bahwa insiden ini jadi bahan evaluasi penting. Menurutnya, perlu ada revisi aturan supaya nggak ada lagi kebingungan kalau kejadian serupa terulang.

Pengakuan Jujur dari Marquez

Dalam wawancaranya bersama DAZN, Marquez jujur mengaku tahu kalau balapan akan ditunda kalau ada lebih dari 10 pembalap yang masuk pit. Tapi dia nggak sadar kalau bisa kena penalti kalau ternyata jumlahnya kurang dari itu.

“Saya tahu kalau banyak yang masuk pit, start bakal ditunda. Tapi saya nggak tahu kalau masuk pit tanpa ada cukup pembalap lain bisa bikin saya dihukum,” kata Marquez.

Tapi yang menarik, Marquez juga bilang ini bukan kali pertama tindakannya bikin aturan MotoGP berubah.

Aksi-Aksi Marquez yang Pernah Bikin Aturan Diubah

Marquez udah beberapa kali bikin panitia MotoGP harus mikir ulang soal regulasi. Salah satunya adalah soal pergantian motor dalam kondisi flag-to-flag alias balapan yang dimulai dalam kondisi basah dan berakhir kering (atau sebaliknya). 

Dulu, Marquez suka banget langsung lompat dari satu motor ke motor lain di pitlane, dan itu jadi tren di antara rider lain. 

Tapi karena dianggap berbahaya, sekarang aturan mewajibkan rider untuk berhenti di area khusus sebelum ganti motor.

Contoh lainnya adalah di GP Jerman tahun 2014, di mana sebagian besar pembalap masuk pit setelah warm-up lap untuk ganti ban kering. Akibatnya mereka semua start dari pitlane. Kejadian ini juga memicu revisi aturan supaya situasi kayak gitu nggak terjadi lagi.

Meskipun bukan Marquez yang pertama kali masuk pit saat itu, dia yang paling menonjol karena berhasil berada di depan pit-exit dan mencuri start, yang tentu saja bikin geger.

MotoGP Terus Beradaptasi

Marquez sendiri bilang bahwa kejadian-kejadian seperti ini memang bagian dari dunia balap. Kadang ada momen improvisasi yang nggak bisa diprediksi siapa pun. 

Dan menurutnya, MotoGP juga menunjukkan sisi positif dengan selalu beradaptasi terhadap situasi seperti ini.

“Kita sedang bersaing. Ada momen-momen yang terjadi secara spontan, dan itulah yang bikin MotoGP menarik. Dan saya rasa, MotoGP cukup bijak untuk terus menyesuaikan aturan,” tambah Marquez.

Insiden yang melibatkan Marc Marquez di COTA ini mungkin kelihatan sepele, tapi dampaknya besar banget. 

Ini menunjukkan betapa pentingnya kejelasan aturan dalam situasi cuaca yang nggak menentu. Perubahan regulasi bukan hanya tentang menghukum atau melarang, tapi juga soal menjaga keselamatan dan sportivitas di lintasan.

MotoGP memang terus berkembang, dan aksi-aksi seperti yang dilakukan Marquez menjadi katalis perubahan demi balapan yang makin seru, aman, dan adil. 

Bagi penggemar, ini jadi pengingat bahwa di balik kecepatan dan adrenalin, strategi dan aturan juga punya peran penting dalam menentukan hasil akhir.

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda

Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda
Marc Marquez Ungkap Perbedaan Kecepatan Satu Lap antara Ducati dan Honda.

JAKARTA - Marc Marquez, sang juara dunia MotoGP enam kali, selalu jadi bahan perbincangan di dunia balap. Setelah bertahun-tahun mendominasi bersama Honda, kini dia beralih ke Ducati, dan ternyata banyak hal yang berubah. 

Dalam wawancaranya baru-baru ini dengan Motorsport, Marquez mengungkapkan perbedaan signifikan yang dia rasakan antara kedua motor tersebut, khususnya dalam hal kecepatan satu lap.

Bagi Marquez, yang telah menikmati masa-masa kejayaannya di Honda, Ducati sekarang menjadi tantangan baru. Ia menyebutkan kalau perbedaan paling jelas terjadi saat melakukan lap kualifikasi. Menurut Marquez, saat keluar dari tikungan, Ducati jelas lebih unggul.

Keunggulan Ducati di Keluar Tikungan

Marquez menjelaskan dengan sangat jelas: "Keluar dari tikungan, Ducati lebih unggul." Maksudnya, Ducati lebih cepat dalam akselerasi keluar tikungan, yang memberikan keuntungan besar dalam waktu putaran. 

Namun, untuk bisa mendapatkan hasil terbaik dengan Ducati, kamu harus lebih berhati-hati pada bagian awal tikungan. “Di Ducati, kamu harus lebih hati-hati di bagian awal tikungan, dan waktu perbedaannya lebih terasa saat keluar,” lanjut Marquez.

Sebaliknya, Honda punya pendekatan yang sedikit berbeda. "Di Honda, yang penting adalah bagian awal tikungan. Kalau kamu cepat di bagian awal, itu akan membuatmu cepat di sisa lap,” jelas Marquez. 

Di Honda, fokusnya lebih ke kelancaran dan kecepatan di awal tikungan, sementara di Ducati, manajemen tikungan awal menjadi kunci, dan baru kemudian bisa melesat saat keluar.

Pernah Gagal Bangkit, Tapi Tetap Berjuang

Marc Marquez, meskipun sudah meraih banyak kesuksesan, tak lepas dari momen-momen penuh tantangan dalam kariernya. Salah satunya adalah comeback-nya yang terlalu cepat pada tahun 2020 setelah cedera parah di lengan kanan. Marquez mengakui, keputusan itu merupakan kesalahan besar. "Itu adalah kesalahan dari semua pihak, tapi tanggung jawabnya ada pada saya karena saya yang membuat keputusan terakhir," ujarnya.

Namun, meskipun cedera tersebut masih terasa, Marquez tetap menunjukkan bahwa dia masih kompetitif. "Lengan saya bekerja dengan baik, meskipun tidak sama seperti lima tahun lalu. Tapi hasil akhirnya tetap ada, saya masih bisa tampil kompetitif," tambahnya. 

Saat ini, setelah empat balapan di musim MotoGP 2025, Marquez sudah meraih tujuh kemenangan dari delapan balapan. Satu-satunya kekalahan terjadi saat dia terjatuh di MotoGP Amerika meski memimpin balapan dengan selisih dua detik.

Kunci Kesuksesan Marquez: Ikuti Insting

Marquez juga memberikan pesan kepada versi mudanya yang dulu meraih gelar juara 125cc. "Siapkan diri kalian, karena setelah itu, semuanya akan seperti mimpi," katanya. Jika ada satu momen yang dia sesali dalam kariernya, itu adalah comeback terlalu cepat setelah cedera di Jerez. Tapi untuk sisanya, dia hanya bilang, “Ikuti insting kalian, dan semuanya akan baik-baik saja.”

Sabtu, 19 April 2025

Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!

Marc Marquez Bikin Geger Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!
Marc Marquez Bikin Geger: Ancaman Serius Ducati di MotoGP Bisa Bertahan Hingga 5 Tahun Lagi!.

JAKARTA - Performa luar biasa Marc Marquez bersama tim pabrikan Ducati bikin banyak pihak angkat topi bahkan bos tim Ducati sendiri, Davide Tardozzi, sampai memberi peringatan serius. 

Menurutnya, Marquez bukan cuma kembali ke performa terbaik, tapi juga bisa jadi “ancaman berbahaya” di MotoGP untuk empat hingga lima tahun ke depan.

Marc Marquez, yang kini sudah mengoleksi delapan gelar juara dunia, sukses menunjukkan taringnya sejak pindah ke tim utama Ducati untuk musim 2025. 

Dalam waktu singkat, pembalap asal Spanyol itu langsung menggebrak perebutan gelar juara dunia dengan memenangi semua balapan sprint dan tiga dari empat balapan utama yang sudah digelar sejauh ini.

Kemenangan impresifnya di Grand Prix Qatar menjadi bukti nyata bahwa Marquez belum habis. 

Bahkan, ia kini memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 17 poin atas adiknya sendiri, Alex Marquez dari tim Gresini. 

Sementara itu, rekan setimnya di Ducati, Francesco "Pecco" Bagnaia, tertinggal 26 poin di belakang.

Dalam wawancaranya dengan media asal Spanyol, AS, Davide Tardozzi menyebut saat ini Ducati punya dua pembalap luar biasa di garasi mereka. "Kami punya raja dan pangeran di tim kami," ujar Tardozzi dengan bangga.

Ia melanjutkan, "Marc melakukan lap 1 menit 52,5 detik dan 1 menit 52,6 detik hanya beberapa lap sebelum finish. Itu menunjukkan siapa yang benar-benar menguasai lintasan."

Menurut Tardozzi, kombinasi antara pengalaman, keberanian, dan kecerdasan balap membuat Marquez kini tampil lebih matang dari sebelumnya. 

Ia bahkan yakin pembalap berusia 32 tahun ini bisa terus jadi ancaman serius di MotoGP hingga empat atau lima musim ke depan.

"Marc yang sekarang jauh lebih bijak dan dewasa," tambahnya. "Dia tahu kapan harus menekan dan kapan harus bermain aman. Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menjadi juara dunia, dan itu yang membuatnya sangat berbahaya bagi para rival."

Namun, Tardozzi juga tak menutup kemungkinan bahwa Pecco Bagnaia masih bisa merebut kemenangan di beberapa seri. 

Menurutnya, Pecco sudah belajar untuk menerima posisi dua jika itu bisa membantu strategi jangka panjang demi gelar juara.

"Pecco juga sudah makin dewasa. Dia paham bahwa kadang-kadang lebih baik finis kedua daripada ambil risiko terlalu besar dan kehilangan poin penting," ujar Tardozzi.

Hingga saat ini, Ducati benar-benar mendominasi. Selain Marquez memimpin klasemen individu, Ducati juga unggul jauh di klasemen konstruktor dengan selisih 99 poin dari rival terdekatnya, Honda. 

Bahkan di klasemen tim, Ducati unggul 174 poin dari tim non-Ducati terbaik berikutnya.

Dominasi ini tentu menjadi sinyal kuat bahwa era Ducati bisa berlanjut lebih lama, apalagi dengan keberadaan pembalap sekelas Marc Marquez di dalam skuad mereka. 

Tapi di sisi lain, hal ini juga membuat persaingan di MotoGP makin seru. 

Pasalnya, tim-tim lain tentu tak akan tinggal diam melihat Ducati melaju sendirian.

Apa artinya ini untuk penggemar MotoGP?

Yang jelas, kehadiran kembali Marc Marquez dalam kondisi terbaiknya membawa warna baru di kejuaraan dunia balap motor ini. 

Setelah beberapa musim diganggu cedera dan performa kurang konsisten, banyak fans merasa senang melihat Marquez kembali ke puncak performa. 

Ia bukan hanya cepat, tapi juga cerdas dalam mengambil keputusan di lintasan.

Buat Ducati sendiri, ini bisa jadi awal dari era kejayaan baru. Memiliki dua pembalap top dunia yang bersaing sehat di dalam satu tim jelas menjadi keuntungan besar, tapi juga tantangan tersendiri. 

Mereka harus pintar menjaga keseimbangan antara kompetisi internal dan target kolektif sebagai tim.

Dengan performa Marc Marquez yang masih sangat kuat dan stabil, serta potensi besar dari Bagnaia, Ducati mungkin saja mencatat sejarah baru di MotoGP dalam beberapa musim ke depan.

Namun, seperti yang sering terjadi di dunia balap, segalanya bisa berubah dalam sekejap. 

Itulah kenapa MotoGP selalu menarik untuk diikuti penuh kejutan, drama, dan aksi mendebarkan di setiap seri.

Kekhawatiran Rival MotoGP: Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi

Kekhawatiran Rival MotoGP Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi
Kekhawatiran Rival MotoGP: Marc Marquez Tidak Lagi Memiliki Kelemahan yang Dapat Dieksploitasi.

JAKARTA - Marc Marquez, pembalap MotoGP yang sudah lama dikenal dengan kehebatannya, kini semakin menunjukkan dominasinya di kejuaraan dunia MotoGP. 

Di musim 2025, Marquez telah mengalahkan sebagian besar rivalnya dalam empat seri pertama dengan meraih tujuh kemenangan dari delapan balapan. 

Meski sempat kehilangan posisi terdepan dalam balapan MotoGP Amerika, di mana ia sempat unggul dua detik, Marquez tetap menunjukkan performa luar biasa di setiap seri.

Keberhasilan Marquez dalam meraih kemenangan di MotoGP Qatar menjadi sorotan utama. 

Meski banyak yang menganggap bahwa sirkuit tersebut akan lebih menguntungkan Pecco Bagnaia, Marquez justru tampil lebih cepat dan lebih dominan. 

Ia mengalahkan Maverick Vinales dengan selisih enam ratusan detik, dan Pecco Bagnaia dengan selisih dua persepuluh detik, sebuah pencapaian yang mengesankan mengingat banyak yang mengira Pecco akan menjadi pesaing utama di sana.

"Jika kita lihat pada lap ke-17, saat Marquez mengambil alih posisi terdepan, ia hampir tiga persepuluh detik lebih cepat per lap dibandingkan dengan Maverick Vinales hingga lap ke-21," ujar Lewis Duncan dalam podcast Crash MotoGP. "Pada titik itu, Marquez sudah menunjukkan keunggulannya dengan dua lap tercepat berturut-turut."

Performa Marquez yang semakin konsisten dan dominan di sirkuit yang tidak menguntungkannya, seperti sirkuit dengan tikungan kanan, menunjukkan bahwa ia kini tidak lagi memiliki kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh rival-rivalnya. 

Bahkan di sirkuit seperti itu, Marquez mengklaim bahwa dirinya telah membuat kemajuan besar dan siap untuk tampil lebih kuat lagi.

Dengan kemenangan di Qatar, Marquez memimpin klasemen sementara MotoGP 2025, diikuti oleh saudaranya, Alex Marquez, yang tertinggal 17 poin, dan Pecco Bagnaia yang berada di posisi ketiga dengan selisih 26 poin. 

Meskipun tampak bahwa persaingan di papan klasemen masih cukup ketat, kenyataannya Marquez sepertinya berada dalam kontrol penuh atas kejuaraan tahun ini.

Pada beberapa kesempatan, Pecco Bagnaia tampil lebih cepat dari Marquez, terutama dalam sesi latihan. 

Namun, masalah pada kualifikasi membuatnya kehilangan peluang untuk meraih posisi terdepan di balapan. 

Duncan juga mencatat bahwa masalah yang terus berulang pada motor Ducati, khususnya terkait dengan tangki bahan bakar yang dikaitkan dengan performa Bagnaia di balapan sprint, semakin menunjukkan bahwa bukan hanya motor yang menjadi faktor penentu, tetapi juga kemampuan Bagnaia sendiri.

"Bagnaia memang lebih cepat dalam kecepatan balapan, tetapi ia sering kali gagal mengoptimalkan peluangnya di kualifikasi," tambah Duncan. 

"Selama dua tahun terakhir, Ducati terus menghadapi masalah yang sama. Tidak ada solusi konkret yang ditemukan, dan pada titik ini, kita harus bertanya, seberapa baik sebenarnya Pecco Bagnaia? Kita tidak melihat seorang juara dunia ganda, tetapi lebih pada seorang pembalap yang terasa belum stabil, seakan menjadi pembalap kedua yang goyah."

Bagaimana dengan peluang para pembalap lain untuk mengalahkan Marquez? Menurut Duncan, saat ini sepertinya tidak ada yang dapat menghentikan Marquez. 

Kehebatannya dalam mengendalikan balapan, baik dalam hal kecepatan maupun strategi, menjadikannya sebagai pembalap yang sangat sulit untuk dikalahkan. 

Seiring berjalannya musim, Marquez semakin menunjukkan bahwa kelemahan-kelemahan yang dulu dimanfaatkan oleh rivalnya, kini sudah tidak ada lagi. Ini membuat pertanyaan besar muncul: Siapa yang dapat menghentikan dominasi Marquez di MotoGP?

Kehadiran Marquez di posisi terdepan bukan hanya sebuah pencapaian, tetapi juga sebuah pesan bagi seluruh rivalnya bahwa ia kini tidak memiliki kelemahan yang dapat dieksploitasi. 

Dengan kemampuan untuk tampil dominan di berbagai jenis sirkuit, Marquez semakin menunjukkan bahwa ia adalah pembalap yang berada di level yang berbeda. 

Seiring dengan bertambahnya seri balapan, persaingan di MotoGP semakin menarik, namun sulit untuk membayangkan siapa yang bisa menandingi Marquez di musim ini.

Bagi para penggemar MotoGP dan mereka yang mengikuti ketat persaingan di ajang balap motor ini, musim 2025 tampaknya akan menjadi tahun yang penuh dengan kejutan, namun di saat yang sama, Marc Marquez tetap menjadi ancaman besar bagi setiap pembalap yang berusaha merebut gelar juara dunia.

Kamis, 10 April 2025

Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi: Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai

Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai
Ketegangan Tersembunyi di Ranch Rossi Ketika Marquez Membawa Atmosfer Pabrikan ke Arena Santai.

JAKARTA - Sebuah cerita lama kembali mencuat, menyibak akar rivalitas mendalam antara dua ikon MotoGP, Valentino Rossi dan Marc Marquez. Salah satu insiden yang disebut-sebut sebagai titik awal renggangnya hubungan mereka terjadi pada 2014, di lokasi yang sangat pribadi bagi Rossi—ranch miliknya di Tavullia, Italia.

Ranch tersebut bukan sekadar lintasan tanah. Bagi Rossi, tempat itu menjadi arena latihan yang menggabungkan keseriusan dan keakraban, terutama bersama para pembalap muda binaannya di VR46 Academy. Namun, kedatangan Marquez saat itu justru mengubah atmosfer.

Dalam sebuah perbincangan di podcast Motorsport Republica, mantan pembalap MotoGP Scott Redding mengungkapkan bahwa Marquez tak datang sendirian ia membawa serta truk milik HRC (Honda Racing Corporation), lengkap dengan kru teknis dan motor spek pabrikan.

“Tindakan itu dianggap kurang menghargai semangat santai dari latihan di ranch Rossi,” ujar Redding. “Valentino cukup kecewa karena tujuan utama tempat itu adalah untuk membangun kebersamaan dan belajar, bukan untuk pamer kekuatan teknis.”

Tak hanya Redding, pembalap supercross asal Australia, Chad Reed, turut membenarkan adanya ketegangan. Ia mengingat jelas momen usai GP Misano, saat kedua pembalap dalam kondisi fisik yang belum pulih sepenuhnya masih bersikeras mengejar catatan waktu tercepat di lintasan tanah.

Marquez sendiri dikenal serius dalam menjalani latihan off-road, termasuk dirt track dan motocross, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya balap di Spanyol. Redding bahkan mengaku pernah merasa ketinggalan saat melihat standar latihan di sana yang sudah menggunakan teknologi tinggi seperti suspensi Ohlins dan sistem kontrol traksi.

Latihan jenis ini bukan sekadar hiburan bagi Marquez. Ia menjadikannya sarana untuk mempertajam keterampilan mengendalikan motor kemampuan yang kerap terlihat dalam aksinya di MotoGP.

Menariknya, Marquez baru-baru ini terlihat mengendarai Honda CRF450R dalam sesi latihan motocross. Mungkin itu menjadi momen terakhirnya dengan motor berlambang sayap tersebut, mengingat kini Ducati telah merilis Desmo450 MX motor yang kemungkinan besar akan segera dijajal Marquez.

Meski Rossi telah pensiun dan Marquez bergabung dengan Ducati tim yang menaungi Pecco Bagnaia, jebolan VR46 Academy rivalitas keduanya masih kerap menjadi bahan pembicaraan. Apalagi, Marquez masih memburu rekor sembilan gelar juara dunia milik sang legenda asal Italia.

Kisah yang terjadi di ranch Rossi mungkin hanya satu bagian dari narasi besar antara dua pembalap berkarakter kuat ini. Namun, dari situlah terlihat bahwa bahkan di tempat yang seharusnya menjadi ruang latihan santai, ambisi dan ego bisa memantik bara yang belum juga padam.

Sabtu, 05 April 2025

Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez

Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez
Pecco Bagnaia Ungkap Masalah Serius Saat MotoGP Amerika 2025 Lewat Obrolan Bareng Marc Marquez.

JAKARTA - MotoGP 2025 kembali menghadirkan drama menarik di seri ketiga yang digelar di Circuit of the Americas (COTA), Texas. Kemenangan Pecco Bagnaia menjadi sorotan, tapi yang lebih menarik justru muncul setelah balapan selesai lewat sebuah video di balik layar yang memperlihatkan percakapan santai namun penuh informasi antara Pecco Bagnaia dan Marc Marquez.

Dalam video yang dirilis situs resmi MotoGP, terlihat keduanya berbagi cerita tentang kesulitan dan keputusan penting yang mereka ambil sebelum dan saat balapan. Fakta-fakta yang terungkap cukup mengejutkan, terutama terkait masalah teknis yang dihadapi Bagnaia di atas motor Ducati-nya.

Awal Balapan yang Penuh Drama

Balapan MotoGP Amerika 2025 diawali dengan situasi yang cukup kacau. Saat semua pembalap bersiap di grid, tiba-tiba Marc Marquez meninggalkan motornya dan lari ke arah pit untuk mengganti motor ke versi ban kering. Langkah ini sontak memicu kepanikan dan membuat sejumlah pembalap lain, termasuk Bagnaia, ikut-ikutan berpikir ulang soal strategi mereka.

“Lintasannya kering, tapi aku masih pakai ban basah. Satu lap aja rasanya lama banget,” ujar Bagnaia dalam video itu.

Melihat Marc Marquez bergerak, Bagnaia memutuskan ikut ganti motor juga.

“Dia biasanya pintar, jadi aku pikir ‘oke, aku ikut dia aja’,” tambahnya.

Namun drama belum selesai. Saat Bagnaia sedang bersiap dengan motor barunya, lampu start tiba-tiba menyala. Untung saja, race director memutuskan untuk mengulang start karena banyak pembalap yang belum siap.

“Aku malah senang ketika mereka bilang ‘stop semuanya’. Kalau nggak, bisa berantakan,” ungkap Bagnaia.

Masalah Getaran di Motor Ducati Pecco Bagnaia

Walau akhirnya keluar sebagai pemenang, Pecco Bagnaia ternyata mengalami masalah getaran di bagian belakang motornya, khususnya di Tikungan 6, 17, dan 18. Dalam percakapannya dengan Marc Marquez, ia menjelaskan bahwa getaran tersebut sangat mengganggu dan mempengaruhi performanya.

“Masalah utama ada di getaran ban belakang. Di beberapa tikungan, rasanya seperti mau terlempar,” kata Bagnaia.

Menariknya, Marc Marquez tidak mengalami masalah yang sama, padahal keduanya menggunakan motor pabrikan Ducati.

“Aku nggak ngerasa ada getaran sama sekali,” balas Marquez singkat.

Hal ini menunjukkan bahwa walau motor mereka secara teknis sama, setup dan gaya balap bisa mempengaruhi performa secara signifikan.

Kemenangan yang Menjadi Titik Balik Pecco Bagnaia

Kemenangan Pecco Bagnaia di Grand Prix Amerika menjadi titik terang di musim MotoGP 2025 yang cukup sulit bagi dirinya. Setelah dua seri awal yang kurang memuaskan dan kerap tertinggal dari rekan setim barunya, Marc Marquez, kemenangan ini memberi angin segar untuk mengejar posisi puncak klasemen.

Sebelum balapan di COTA, Bagnaia tertinggal 31 poin dari pemimpin klasemen. Tapi dengan kemenangan ini, ia kini hanya berjarak 12 poin dari posisi pertama.

“Aku tahu aku bisa menang. Tapi masalah teknis dan keputusan kecil bisa bikin segalanya berubah,” ujar Bagnaia setelah balapan.

Dengan performa ini, Bagnaia kembali menjadi ancaman serius dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2025.

Persaingan Semakin Ketat Jelang MotoGP Qatar

Setelah balapan di Texas, Alex Marquez (Gresini Racing) memimpin klasemen sementara dengan hanya satu poin di depan Marc Marquez. Pecco Bagnaia, yang kini berada di posisi keempat, hanya tertinggal 12 poin saja. Persaingan makin panas dan tidak bisa diprediksi.

Berikut klasemen sementara MotoGP 2025 (Top 5):

1. Alex Marquez - 87 poin

2. Marc Marquez - 86 poin

4. Pecco Bagnaia - 75 poin

F. Morbidelli - 55 poin

5. F. Di Giannantonio - 44 poin

Dengan selisih poin yang tipis seperti ini, setiap balapan ke depan akan sangat menentukan. Balapan berikutnya di MotoGP Qatar 2025 diprediksi bakal jadi ajang penentuan siapa yang lebih siap secara teknis dan mental.

MotoGP 2025: Pertarungan Strategi, Kecepatan, dan Ketahanan

Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa MotoGP bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal insting, strategi, dan komunikasi tim. Bahkan juara dunia seperti Pecco Bagnaia pun bisa mengalami kesulitan teknis yang signifikan. Namun dengan ketenangan, kerja keras, dan keberanian mengambil keputusan, kemenangan masih bisa diraih.

Marc Marquez juga menunjukkan performa luar biasa di balapan ini, meski akhirnya harus crash di lap ke-9. Tapi gaya agresifnya kembali membuktikan bahwa dia belum kehilangan sentuhannya, dan siap merebut gelar juara dunia bersama Ducati.

Pecco Bagnaia dan Marc Marquez bukan cuma dua nama besar di MotoGP 2025, tapi juga simbol dari pertarungan mental dan fisik di dunia balap motor paling elite. Lewat percakapan santai mereka, kita tahu bahwa di balik kemenangan selalu ada cerita menarik yang layak diketahui.

Dengan Grand Prix Qatar menanti, fans MotoGP di seluruh dunia akan kembali menyaksikan pertarungan seru antara Ducati, Gresini, dan Pramac. Apakah Pecco Bagnaia akan lanjutkan momentum kemenangannya? Atau Marc Marquez kembali memimpin klasemen? Yang pasti, balapan akan terus memanas!

Marc Marquez Akan Tinggalkan Honda CRF450R Demi Ducati Desmo450 MX?

Marc Marquez Akan Tinggalkan Honda CRF450R Demi Ducati Desmo450 MX

Marc Marquez Akan Tinggalkan Honda CRF450R Demi Ducati Desmo450 MX?

JAKARTA - Apakah Marc Marquez akan benar-benar meninggalkan jejak terakhirnya bersama Honda untuk memulai babak baru dengan motor motocross keluaran terbaru dari Ducati? Pertanyaan ini muncul setelah momen menarik saat sesi latihan Marquez baru-baru ini bertepatan dengan peluncuran motor anyar Ducati: Desmo450 MX.

Sebagai penggemar berat motocross dan motor trail, Marquez terlihat masih setia berlatih menggunakan Honda CRF450R, motor yang menjadi saksi kejayaannya selama bertahun-tahun bersama tim Honda. Namun, situasi mulai berubah sejak awal tahun 2025 ketika ia mengganti motor latihan aspalnya, Honda CBR600RR, dengan Ducati Panigale V2 S. Motor ini bahkan sering ia pakai di Sirkuit Aspar, dan kabarnya, sang adik yang juga pemuncak klasemen sementara MotoGP 2025, Alex Marquez, akan segera mendapatkan motor yang sama.

Yang menarik, saat ini CRF450R adalah satu-satunya motor Honda yang masih digunakan Marc Marquez dalam sesi latihannya. Tapi, dengan peluncuran Desmo450 MX oleh Ducati pada bulan April 2025, bisa jadi motor trail Honda tersebut segera akan digantikan.

Desmo450 MX sendiri sebenarnya bukan barang baru. Motor ini sudah turun di lintasan sejak tahun lalu dan bahkan berhasil membawa Alessandro Lupino menjadi juara di Italian Motocross Prestige MX1. Namun, motor ini belum dijual bebas dan baru akan tersedia di dealer-dealer Eropa mulai Juni 2025. Sebagai pembalap pabrikan Ducati, bukan tidak mungkin Marc Marquez menjadi salah satu orang pertama yang bisa menjajalnya.

Performa Ducati di Dunia Motocross: Naik-Turun

Perjalanan Ducati di dunia motocross bisa dibilang cukup campur aduk. Di satu sisi, Desmo450 MX tampil kompetitif di ajang MXGP World Championship 2025 dengan pembalap seperti Mattia Guadagnini dan Jeremy Seewer yang sering menembus 10 besar. Tapi sayangnya, Guadagnini mengalami cedera parah saat latihan di pasir Riola Sardo, Sardinia—enam tulang rusuknya patah, dan ia harus absen di beberapa seri.

Tak hanya berhenti di situ, Ducati juga meluncurkan Desmo250 MX, versi 250cc dari motor trail-nya. Menariknya, motor ini langsung tampil apik di debutnya dengan meraih posisi ketiga di MX2 Prestige Italia berkat aksi Lupino, yang padahal sudah 10 tahun tidak menunggangi motor 250cc 4-tak.

Apakah Marquez Akan Beralih ke Ducati Desmo450 MX?

Melihat perkembangan ini, bukan hal yang aneh jika kita bertanya-tanya: Apakah Marquez akan mengucapkan selamat tinggal pada CRF450R dan beralih sepenuhnya ke Desmo450 MX?

Jawabannya mungkin belum jelas sekarang, tapi satu hal yang pasti, hubungan Marquez dengan Ducati semakin erat. Bukan cuma di lintasan MotoGP, tapi juga di jalur tanah tempat dia melatih insting balap dan ketangguhan fisiknya.

Jika akhirnya Marquez memilih Desmo450 MX sebagai motor latihan barunya, itu akan menjadi langkah simbolik bahwa era Honda benar-benar telah ia tutup. Dan bagi Ducati, memiliki Marc Marquez menggunakan produk motocross mereka tentu jadi promosi yang luar biasa.

Dari arena balap MotoGP hingga trek tanah berdebu, Marc Marquez terus berevolusi. Kini, tinggal menunggu waktu apakah Desmo450 MX akan menjadi bagian dari transformasi itu. Yang jelas, penggemar MotoGP dan motocross akan terus menyimak setiap langkah Marquez—baik di aspal maupun di tanah merah.

Rabu, 26 Maret 2025

Protege Marc Marquez, Maximo Quiles, Siap Debut di Moto3 Amerika

Protege Marc Marquez, Maximo Quiles, Siap Debut di Moto3 Amerika
Protege Marc Marquez, Maximo Quiles, Siap Debut di Moto3 Amerika.

JAKARTA -- Bintang muda yang digadang-gadang sebagai calon pebalap hebat, Maximo Quiles, akan menjalani debutnya di ajang grand prix Moto3 akhir pekan ini di GP Amerika bersama tim Aspar. Quiles merupakan salah satu talenta paling menjanjikan di paddock MotoGP untuk musim 2025, setelah meraih berbagai prestasi gemilang di level junior.

Perjalanan Karier Quiles

Maximo Quiles pertama kali mencuri perhatian dengan menjuarai European Talent Cup pada tahun 2021 di musim debutnya. Tak hanya itu, ia kembali mengulang kesuksesan serupa pada tahun 2023. Kehebatannya berlanjut dengan finis di posisi tiga besar dalam kejuaraan Red Bull Rookies Cup serta meraih kemenangan di Junior GP World Championship, yang akhirnya mengantarnya mendapatkan kontrak Moto3 dengan Aspar untuk musim 2025.

Namun, debutnya di Moto3 lebih cepat dari yang diperkirakan berkat perubahan aturan batas usia yang diberlakukan akhir tahun lalu. Awalnya, aturan hanya mengizinkan pebalap yang berada di posisi tiga besar Red Bull Rookies Cup "pada musim sebelumnya" untuk naik kelas ke Moto3. Dengan Quiles yang hanya finis di posisi kelima tahun lalu, ia seharusnya baru bisa naik ke Moto3 pada 2026.

Namun, perubahan pada aturan tersebut kini memperbolehkan pebalap yang pernah finis tiga besar "di musim mana pun" untuk mendapatkan pengecualian usia. Tak heran, banyak yang menyebut regulasi baru ini sebagai "Aturan Quiles".

Debut di GP Amerika

Meski mendapatkan pengecualian usia, Quiles tetap harus menunggu hingga ia berusia 17 tahun untuk memulai balapannya. Karena ia baru merayakan ulang tahunnya pada 19 Maret, ia melewatkan dua seri pertama musim ini di Thailand dan Argentina. Kini, dengan aturan yang memungkinkannya turun di Moto3, Quiles siap menjalani balapan perdananya di Circuit of the Americas, Austin.

"Saya sangat menantikan balapan di Austin," kata Quiles. "Saya memang sedikit kecewa karena tidak bisa balapan di Thailand dan Argentina, tetapi akhirnya perjalanan saya di kejuaraan dunia benar-benar dimulai. Moto3 memiliki level yang sangat tinggi, jadi saya harus berusaha sebaik mungkin. Di beberapa balapan pertama, target saya adalah belajar dan menikmati setiap momen, tetapi tentu saja saya juga ingin tampil baik."

Dibimbing Oleh Marc Marquez

Bakat besar yang dimiliki Quiles membuatnya dilirik oleh Vertical Management, perusahaan manajemen yang dikelola oleh Marc dan Alex Marquez. Sepanjang tahun lalu, Quiles beberapa kali terlihat berlatih bersama kakak beradik Marquez, menandakan bahwa ia memang menjadi bagian dari program pembinaan mereka.

Namun, perjalanan kariernya tak lepas dari kontroversi. Tahun lalu, Quiles sempat terkena hukuman larangan balap akibat insiden di salah satu balapan Red Bull Rookies Cup di Mugello. Meski begitu, ia tetap menjadi prospek yang menarik di dunia balap motor.

Sebelum memulai debutnya, Quiles sudah mengikuti sesi tes pramusim bersama tim Aspar. Selama dua seri pertama musim ini, ia sempat digantikan oleh Jakob Rosenthaler. Sayangnya, Rosenthaler tidak mampu meraih poin dalam dua balapan tersebut, yang semakin membuka peluang besar bagi Quiles untuk langsung memberikan dampak positif bagi timnya.

Akankah Quiles Bersinar?

Dengan pengalaman dan dukungan yang dimilikinya, banyak yang berharap Maximo Quiles bisa segera menunjukkan potensinya di kelas Moto3. Debutnya di GP Amerika akan menjadi momen yang dinantikan oleh para penggemar MotoGP, terutama mereka yang penasaran apakah Quiles benar-benar bisa menjadi pebalap masa depan yang dijanjikan.

Mari kita nantikan aksi perdananya akhir pekan ini di Circuit of the Americas!

Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025

Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025
Prediksi Insider Ducati Tentang Potensi Ancaman Dominasi Marc Marquez di MotoGP 2025.

JAKARTA -- Marc Marquez tampil luar biasa di awal musim MotoGP 2025. Dengan empat kemenangan beruntun di Thailand dan Argentina, ia langsung memimpin klasemen sementara dan menunjukkan bahwa dirinya masih menjadi salah satu pebalap terbaik di dunia.

Namun, menurut Michele Pirro, test rider Ducati, dominasi Marquez mungkin tidak akan bertahan lama. Pirro meyakini bahwa rekan setimnya, Pecco Bagnaia, masih memiliki peluang besar untuk kembali bersaing memperebutkan gelar juara dunia.

Pecco Bagnaia: Lambat Panas, Tapi Bisa Bangkit

Pirro mengungkapkan bahwa Bagnaia memang bukan tipe pebalap yang langsung tampil maksimal di awal musim. Selain itu, dua seri pertama di Thailand dan Argentina bukanlah trek yang menguntungkan bagi Bagnaia.

“Pecco belum pernah menjadi pebalap yang langsung memberikan performa terbaiknya di awal musim. Itu adalah karakteristiknya,” kata Pirro kepada GPOne.

Ia juga menambahkan bahwa Marquez saat ini berada dalam kondisi terbaik. “Marc memiliki talenta luar biasa, keinginan besar untuk bangkit, dan berada di motor terbaik. Jadi, dia hanya melakukan apa yang sudah ia kuasai.”

Namun, Pirro percaya bahwa Bagnaia akan segera menemukan ritmenya dan kembali ke persaingan papan atas. “Saya yakin Pecco akan kembali bertarung untuk kemenangan dalam beberapa balapan ke depan.”

Kejutan dari Alex Marquez

Salah satu hal yang mengejutkan di awal musim ini adalah performa impresif Alex Marquez. Adik kandung Marc Marquez ini mampu tampil kompetitif meskipun hanya mengendarai Ducati GP23, motor versi tahun lalu yang digunakan oleh tim Gresini.

Pirro menjelaskan bahwa keberadaan Marc Marquez di paddock turut membantu Alex meningkatkan performanya. “Kedekatan dengan saudaranya dan memiliki motor yang sama telah membantunya melangkah lebih jauh. Selain itu, ia langsung merasa nyaman dengan GP24.”

Bagnaia Pertimbangkan Kembali ke Motor Tahun Lalu

Bagnaia kini tengah mempertimbangkan opsi untuk kembali menggunakan motor Ducati GP24, yang merupakan versi tahun lalu, demi menemukan kembali performanya. Meskipun perbedaan antara GP24 dan GP25 tidak terlalu signifikan, Bagnaia merasa bahwa motor lama bisa memberinya kepercayaan diri yang lebih.

Pirro pun menanggapi isu ini dengan mengatakan, “Saat ini yang terpenting adalah memberikan ketenangan kepada Pecco dan membantunya mendapatkan kembali feeling yang ia butuhkan.”

Ketika ditanya apakah Bagnaia tertekan dengan kehadiran Marc Marquez di tim pabrikan Ducati, Pirro mengakui bahwa tekanan itu ada. “Untuk mengatakan bahwa dia tidak terganggu dengan kehadiran Marc adalah sebuah pernyataan yang besar. Marquez adalah salah satu rekan setim paling sulit yang bisa dimiliki seseorang.”

Namun, Pirro tetap optimistis bahwa Bagnaia bisa bangkit. “Pecco memiliki semua bakat yang dibutuhkan untuk bisa mengalahkan Marc. Dia hanya perlu menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan saya yakin dalam beberapa seri ke depan, dia akan kembali bertarung untuk kemenangan.”

MotoGP Amerika Jadi Ujian Berikutnya

Akhir pekan ini, MotoGP 2025 akan memasuki seri ketiga di Circuit of the Americas (COTA), Texas. Trek ini dikenal sebagai salah satu favorit Marc Marquez, yang bisa menjadi peluang besar baginya untuk memperlebar keunggulan di klasemen.

Sementara itu, Bagnaia harus berusaha keras untuk memangkas jarak poin dan menemukan kembali kenyamanannya di atas motor. Seri di Amerika ini bisa menjadi titik balik sebelum musim berlanjut ke Eropa, di mana persaingan akan semakin ketat.

Akankah Bagnaia mampu bangkit dan menghentikan dominasi Marquez? Atau justru Marc Marquez semakin menjauh di puncak klasemen? Kita tunggu aksinya di lintasan!