Masa Depan Gencatan Senjata Israel-Hamas Tidak Pasti Setelah Israel Blokir Bantuan ke Gaza
Yerusalem – Masa depan gencatan senjata antara Israel dan Hamas semakin tidak menentu setelah Israel memutuskan untuk memblokir semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza.
Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat Gaza, terutama karena terjadi tepat saat bulan suci Ramadan dimulai.
Israel mengklaim ingin memperpanjang gencatan senjata selama tujuh pekan, sementara Hamas bersikeras untuk melakukan negosiasi guna mencapai penghentian perang secara permanen.
Namun, dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak meragukan keberhasilan perundingan tersebut.
Warga Gaza Panik dan Kesulitan Bertahan Hidup
Keputusan Israel untuk memblokir bantuan kemanusiaan telah menyebabkan kepanikan di pasar-pasar Gaza.
Banyak warga yang bergegas membeli kebutuhan pokok karena khawatir persediaan akan habis.
Mai al-Khoudari, seorang mantan kepala sekolah yang terpaksa mengungsi akibat konflik, mengungkapkan kesulitannya.
“Pemblokiran ini berdampak buruk bagi kami sebagai pengungsi. Ini bulan Ramadan, dan kami sangat membutuhkan banyak hal. Rumah saya telah dihancurkan, saya tidak punya apa-apa. Harga barang-barang melambung tinggi dan banyak yang tidak tersedia di pasar.”
Sementara itu, Israel berpendapat bahwa masih ada cukup bahan pangan di Gaza untuk bertahan selama beberapa bulan ke depan, meskipun banyak organisasi kemanusiaan membantah klaim tersebut.
Negosiasi Gencatan Senjata Alami Jalan Buntu
Negosiasi tahap kedua mengenai perpanjangan gencatan senjata dan pertukaran sandera mengalami kebuntuan.
Hamas saat ini masih menahan sekitar 63 sandera dari total 250 orang yang diculik dalam serangan 7 Oktober 2023.
Perang yang berlangsung lebih dari 16 bulan ini telah merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina dan lebih dari 1.700 warga Israel.
Sejauh ini, 147 sandera telah berhasil dikembalikan ke Israel dalam dua kesepakatan gencatan senjata sebelumnya.
Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Namun, dengan kebijakan baru Israel yang memblokir bantuan, banyak keluarga sandera khawatir langkah ini justru akan memperburuk kondisi para sandera yang masih ditahan.
Netanyahu: Hamas Gunakan Bantuan untuk Operasi Militer
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa keputusan untuk memblokir bantuan dimaksudkan untuk menekan Hamas agar kembali ke meja perundingan dan menyetujui gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Timur Tengah Presiden AS, Steve Witkoff.
“Israel telah menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza karena Hamas mencuri dan menggunakannya untuk memperkuat operasi militer mereka. Kami tidak ingin bantuan yang seharusnya untuk warga Gaza justru digunakan untuk mendanai teror terhadap Israel,” kata Netanyahu.
Kebijakan ini mendapat dukungan dari sebagian warga Israel yang ingin melihat tindakan tegas terhadap Hamas.
Namun, banyak keluarga sandera yang merasa pemblokiran bantuan justru memperburuk situasi.
Zahiro Shahar Mor, seorang warga Israel yang kehilangan pamannya dalam tahanan Hamas, menyatakan kekhawatirannya.
“Menahan bantuan kemanusiaan tidak hanya menyiksa warga Gaza tetapi juga para sandera. Mereka hidup dalam kondisi yang semakin buruk setiap harinya.”
Kecaman Internasional dan Desakan Perdamaian
Hamas, negara-negara Arab, PBB, serta organisasi hak asasi manusia mengecam langkah Israel yang dianggap melanggar ketentuan gencatan senjata.
Liga Arab bahkan berencana mengadakan pertemuan darurat pekan ini guna membahas kemungkinan penghentian perang secara permanen.
Situasi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya: apakah gencatan senjata masih mungkin terwujud, atau perang ini akan terus berkepanjangan tanpa kepastian kapan akan berakhir? Masa depan konflik Israel-Hamas kini berada di titik kritis, dan dunia menanti langkah selanjutnya dari kedua belah pihak.
Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop