Berita Borneotribun.com: Jalur Gaza Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Jalur Gaza. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalur Gaza. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Maret 2025

Masa Depan Gencatan Senjata Israel-Hamas Tidak Pasti Setelah Israel Blokir Bantuan ke Gaza

Masa Depan Gencatan Senjata Israel-Hamas Tidak Pasti Setelah Israel Blokir Bantuan ke Gaza
Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan berjajar di sepanjang perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza, 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke daerah kantong Palestina tersebut. (AFP)

Yerusalem – Masa depan gencatan senjata antara Israel dan Hamas semakin tidak menentu setelah Israel memutuskan untuk memblokir semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. 

Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat Gaza, terutama karena terjadi tepat saat bulan suci Ramadan dimulai.

Israel mengklaim ingin memperpanjang gencatan senjata selama tujuh pekan, sementara Hamas bersikeras untuk melakukan negosiasi guna mencapai penghentian perang secara permanen. 

Namun, dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak meragukan keberhasilan perundingan tersebut.

Warga Gaza Panik dan Kesulitan Bertahan Hidup

Keputusan Israel untuk memblokir bantuan kemanusiaan telah menyebabkan kepanikan di pasar-pasar Gaza. 

Banyak warga yang bergegas membeli kebutuhan pokok karena khawatir persediaan akan habis.

Mai al-Khoudari, seorang mantan kepala sekolah yang terpaksa mengungsi akibat konflik, mengungkapkan kesulitannya. 

“Pemblokiran ini berdampak buruk bagi kami sebagai pengungsi. Ini bulan Ramadan, dan kami sangat membutuhkan banyak hal. Rumah saya telah dihancurkan, saya tidak punya apa-apa. Harga barang-barang melambung tinggi dan banyak yang tidak tersedia di pasar.”

Sementara itu, Israel berpendapat bahwa masih ada cukup bahan pangan di Gaza untuk bertahan selama beberapa bulan ke depan, meskipun banyak organisasi kemanusiaan membantah klaim tersebut.

Negosiasi Gencatan Senjata Alami Jalan Buntu

Negosiasi tahap kedua mengenai perpanjangan gencatan senjata dan pertukaran sandera mengalami kebuntuan. 

Hamas saat ini masih menahan sekitar 63 sandera dari total 250 orang yang diculik dalam serangan 7 Oktober 2023. 

Perang yang berlangsung lebih dari 16 bulan ini telah merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina dan lebih dari 1.700 warga Israel.

Sejauh ini, 147 sandera telah berhasil dikembalikan ke Israel dalam dua kesepakatan gencatan senjata sebelumnya. 

Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina. 

Namun, dengan kebijakan baru Israel yang memblokir bantuan, banyak keluarga sandera khawatir langkah ini justru akan memperburuk kondisi para sandera yang masih ditahan.

Netanyahu: Hamas Gunakan Bantuan untuk Operasi Militer

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa keputusan untuk memblokir bantuan dimaksudkan untuk menekan Hamas agar kembali ke meja perundingan dan menyetujui gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Timur Tengah Presiden AS, Steve Witkoff.

“Israel telah menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza karena Hamas mencuri dan menggunakannya untuk memperkuat operasi militer mereka. Kami tidak ingin bantuan yang seharusnya untuk warga Gaza justru digunakan untuk mendanai teror terhadap Israel,” kata Netanyahu.

Kebijakan ini mendapat dukungan dari sebagian warga Israel yang ingin melihat tindakan tegas terhadap Hamas. 

Namun, banyak keluarga sandera yang merasa pemblokiran bantuan justru memperburuk situasi. 

Zahiro Shahar Mor, seorang warga Israel yang kehilangan pamannya dalam tahanan Hamas, menyatakan kekhawatirannya. 

“Menahan bantuan kemanusiaan tidak hanya menyiksa warga Gaza tetapi juga para sandera. Mereka hidup dalam kondisi yang semakin buruk setiap harinya.”

Kecaman Internasional dan Desakan Perdamaian

Hamas, negara-negara Arab, PBB, serta organisasi hak asasi manusia mengecam langkah Israel yang dianggap melanggar ketentuan gencatan senjata. 

Liga Arab bahkan berencana mengadakan pertemuan darurat pekan ini guna membahas kemungkinan penghentian perang secara permanen.

Situasi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya: apakah gencatan senjata masih mungkin terwujud, atau perang ini akan terus berkepanjangan tanpa kepastian kapan akan berakhir? Masa depan konflik Israel-Hamas kini berada di titik kritis, dan dunia menanti langkah selanjutnya dari kedua belah pihak.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Selasa, 04 Maret 2025

Ramadan di Gaza: Ibadah Puasa di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh

Ramadan di Gaza: Ibadah Puasa di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh
Warga Palestina duduk di meja besar yang dikelilingi reruntuhan rumah dan bangunan yang hancur saat mereka berkumpul untuk berbuka puasa pada hari pertama Ramadan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Sabtu, 1 Maret 2025 (Abdel Kareem Hana/AP)

JAKARTA - Ramadan tahun ini di Jalur Gaza dimulai di bawah bayang-bayang gencatan senjata yang rapuh. Setelah lebih dari 15 bulan perang yang menghancurkan wilayah tersebut dan menewaskan puluhan ribu warga Palestina, umat Muslim di Gaza tetap berusaha menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketabahan.

Di antara puing-puing bangunan yang hancur di kawasan Rafah, hampir 5.000 warga Palestina berkumpul pada hari pertama Ramadan untuk berbuka puasa bersama pada Sabtu lalu. 

Duduk menghadap meja panjang di tengah reruntuhan, mereka dengan sabar menunggu azan magrib berkumandang sebelum menikmati hidangan berbuka yang telah disiapkan oleh para sukarelawan.

Buka Puasa di Tengah Reruntuhan

Walid Abdel Wahab, salah satu penyelenggara acara buka puasa bersama di Rafah, mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya kegiatan ini.

“Hari ini hari yang sangat luar biasa karena kami menjamu lebih dari 5.000 orang dengan 5.000 hidangan berbuka. Hari ini kami melukiskan kegembiraan di wajah orang-orang di sini di tengah kehancuran dan di bawah puing-puing ini,” katanya.

Ramadan tahun ini menjadi tahun kedua bagi warga Palestina menjalankan ibadah puasa dalam situasi perang yang belum sepenuhnya usai. 

Meski gencatan senjata telah diterapkan, ketegangan masih terasa di berbagai wilayah.

Dampak Perang yang Masih Terasa

Perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 itu telah menyebabkan penderitaan besar bagi warga Gaza. 

Konflik ini dipicu oleh serangan terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. 

Sebagai respons, Israel melancarkan operasi militer yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina serta menghancurkan sebagian besar wilayah di Gaza.

Ramadan di Gaza: Ibadah Puasa di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh
Saat matahari terbenam, warga Palestina duduk di meja besar yang dikelilingi puing-puing rumah dan bangunan yang hancur saat mereka berkumpul untuk berbuka puasa, pada hari pertama Ramadan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Sabtu, 1 Maret 2025 (Abdel Kareem Hana/AP)

Kini, meskipun gencatan senjata telah diumumkan, banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, akses terhadap kebutuhan dasar, serta fasilitas kesehatan yang layak. 

Ramadan yang seharusnya menjadi bulan penuh kedamaian dan refleksi justru dijalani dengan tantangan besar.

Semangat Bertahan di Tengah Kesulitan

Meskipun situasi sulit, semangat warga Gaza untuk menjalankan ibadah Ramadan tetap tinggi. Para sukarelawan dan organisasi kemanusiaan terus berusaha menghadirkan secercah harapan dengan menyediakan makanan berbuka puasa, mendistribusikan bantuan, dan memastikan anak-anak tetap bisa merasakan kebahagiaan di bulan suci ini.

Dengan kondisi yang penuh ketidakpastian, banyak yang berharap bahwa Ramadan tahun ini bisa membawa kedamaian yang lebih nyata bagi Gaza dan seluruh wilayah yang terdampak konflik.

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno