Berita Borneotribun.com: Jalur Gaza dan Yerusalem Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Jalur Gaza dan Yerusalem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalur Gaza dan Yerusalem. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Agustus 2024

Ribuan Orang Beraksi di Depan Kedutaan Besar AS di Jakarta: Seruan untuk Hentikan Genosida di Gaza

Ribuan Orang Beraksi di Depan Kedutaan Besar AS di Jakarta: Seruan untuk Hentikan Genosida di Gaza
Seorang pria membawa plakat saat unjuk rasa pro-Palestina, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jakarta, 9 Juni 2024. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
JAKARTA - Dalam aksi solidaritas yang penuh semangat dan dukungan, ribuan orang berpakaian serba putih dengan atribut Palestina berkumpul di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. 

Mereka menyerukan agar dunia segera menghentikan pembantaian dan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Gaza. 

Dengan membawa kertas putih bertuliskan “Stop Genocida, Never Normalize With Israel” dan “Long Live The Resistance,” demonstrasi ini menggema dengan pesan kuat menentang kekerasan yang terjadi.

Pernyataan Tegas dari Ketua Pelaksana Aksi

Muhammad Zaitun Rasmin, ketua pelaksana aksi ini, menekankan pentingnya peran masyarakat Indonesia dalam menyuarakan perdamaian dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap warga Gaza. 

"Kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia yang mempunyai hati nurani dan cita perdamaian untuk terus bergerak, minimal bersuara agar pembantaian yang dilakukan Israel segera dihentikan," ujar Zaitun.

Kematian pemimpin kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, baru-baru ini menjadi sorotan utama dalam aksi ini. 

Zaitun menyatakan, “Ini lonceng yang sangat berbahaya bagi dunia. Kalau dunia membiarkan terus zionis melakukan genosida, pembantaian kepada masyarakat Gaza di Palestina dan para pemimpinnya, maka tidak tertutup kemungkinan ini akan memicu perang dunia ketiga.”

Dukungan dan Kecaman dari Wakil Ketua MPR

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid yang turut hadir dalam aksi tersebut, mengecam pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh. 

Ia menyebutkan bahwa Haniyeh adalah tokoh yang sangat dipercaya untuk membawa perdamaian. 

“Kalau masyarakat dunia menghendaki perdamaian, maka saatnyalah mereka dibukakan mata hatinya bahwa Israel ternyata tidak menghendaki perdamaian tersebut,” tegas Hidayat.

Desakan kepada Pemerintah Indonesia

Para demonstran juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk menjalankan konsensus yang dikeluarkan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). 
Mereka mengharapkan Indonesia bisa bersama-sama dengan negara-negara Islam lainnya untuk memprakarsai pengiriman bantuan militer ke Palestina.

Demonstrasi Global: Paris, Baghdad, dan Sanaa

Tak hanya di Jakarta, gelombang protes juga berlangsung di kota-kota besar seperti Paris, Baghdad, dan Sanaa. Di Paris, seorang demonstran bernama Abdelali Mebarki menuntut Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk melarang atlet Israel berkompetisi, dengan menyoroti standar ganda yang terjadi. 

"Menurut saya, Israel tidak boleh terlibat dalam Olimpiade karena IOC sebelumnya juga sudah melarang Rusia ikut. Mengapa Israel boleh?" ungkap Abdelali.

Di Sanaa, demonstran Mohammad Al Qaeli turut menyuarakan dukungan untuk Gaza dan meminta agar tanggal 3 Agustus dijadikan hari khusus untuk mendukung Gaza.

Pernyataan dari PM Israel

Meskipun demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya tetap berpegang pada kebijakan kerasnya. 

Dalam rapat kabinet, Netanyahu menyatakan bahwa "perang melawan terorisme akan berlanjut sepanjang waktu," dan bahkan memperingatkan Iran bahwa Israel “bersiap menghadapi skenario apapun.”

Analisis dari Pengamat Hubungan Internasional

Ribuan Orang Beraksi di Depan Kedutaan Besar AS di Jakarta: Seruan untuk Hentikan Genosida di Gaza
Para pemuda terlibat dalam aksi duduk di depan gedung Universitas Sciences Po di Paris pada 26 April 2024, sebagai bentuk dukungan untuk warga Palestina di Gaza selama konflik antara Israel dan Hamas. (Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Diponegoro, Mohamad Rosyidin, menyatakan bahwa kematian Haniyeh memiliki dampak luas terhadap prospek perdamaian di Timur Tengah. 

"Ini justru akan menutup pintu bagi perdamaian, memperburuk keadaan di kawasan. Terlebih pihak-pihak lain terlibat sehingga konflik ini tidak hanya bereskalasi tapi multifront," ujar Rosyidin.

Dengan terus berkecamuknya perang Israel-Hamas selama hampir 10 bulan, situasi di Timur Tengah semakin memprihatinkan. 

Pembunuhan tokoh-tokoh senior Hamas dalam beberapa serangan baru-baru ini meningkatkan ketegangan dan menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik yang lebih menghancurkan. 

Demonstrasi ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dan dukungan global untuk mengakhiri kekerasan dan mencapai perdamaian yang sejati di wilayah tersebut. 

Dunia internasional diharapkan dapat memberikan perhatian lebih dan mengambil tindakan nyata untuk mengakhiri genosida dan membawa stabilitas bagi masyarakat Palestina.

Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat

Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat
Tragedi di Gaza: Jumlah Korban Warga Palestina Tewas Meningkat.
GAZA - Jalur Gaza kembali berduka dengan terus meningkatnya jumlah korban akibat serangan yang tidak henti-hentinya dari Israel. 

Hingga kini, setidaknya 31 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir, membuat total korban tewas mencapai angka mengejutkan, yaitu 39.583 orang sejak 7 Oktober lalu. 

Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Minggu.

Selain itu, sekitar 91.398 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka akibat berbagai serangan yang terjadi. 

Kementerian Kesehatan Palestina juga melaporkan bahwa dalam dua "pembantaian" terhadap keluarga-keluarga Palestina dalam 24 jam terakhir, sebanyak 33 orang tewas dan 118 lainnya terluka.

Situasi semakin memprihatinkan dengan banyaknya warga yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan. 

Tim pencarian dan penyelamatan menghadapi kesulitan untuk mencapai mereka karena kondisi medan yang berat dan berbahaya.

Di tengah serangan yang terus berlanjut, Israel mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. 

Tindakan ini memicu kecaman internasional, terutama karena serangan ini telah berlangsung sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Memasuki bulan kesepuluh konflik ini, sebagian besar wilayah Gaza mengalami kerusakan parah di tengah blokade yang menghalangi pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan. 

Kehidupan warga Palestina di sana semakin sulit dengan segala keterbatasan yang ada.

Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional. 

Pengadilan tersebut memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sejak sebelum kota tersebut diserang pada 6 Mei lalu.

Kamis, 20 Mei 2021

Netanyahu Tolak Seruan Biden untuk Redakan Ketegangan di Gaza

Netanyahu Tolak Seruan Biden untuk Redakan Ketegangan di Gaza
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pengarahan kepada para duta besar untuk Israel, di pangkalan militer Hakirya, di Tel Aviv, Israel, Rabu,19 Mei 2021. (Foto: Sebastian Scheiner/Pool/AP)

BorneoTribun Internasional -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Rabu (19/5), menolak seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk “menurunkan secara signifikan” pengeboman terhadap militan Hamas di Jalur Gaza dan mengarah pada gencatan senjata bagi bentrokan yang telah berlangsung selama sepuluh hari.

Sebaliknya, Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia “bertekad untuk melanjutkan operasi ini sampai tujuannya tercapai.”

Netanyahu mengatakan dia “sangat menghargai dukungan dari presiden Amerika,” tetapi Israel akan terus maju “untuk mengembalikan ketenangan dan keamanan kepada warga Israel.”

Menurut pejabat kesehatan setempat, pada Rabu (19/5) malam, jumlah korban tewas mencapai 227 di Gaza, termasuk 64 anak-anak. Dua belas orang tewas di Israel.

Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza baku serang pada Rabu (19/5), meskipun banyak upaya oleh pihak-pihak regional dan internasional untuk melakukan gencatan senjata, termasuk upaya Biden dalam percakapan keempatnya dengan Netanyahu sejak permusuhan pecah pekan lalu.

Gedung Putih menyatakan bahwa Biden mengatakan kepada pemimpin Israel “dia mengharapkan penurunan yang signifikan hari ini dan menuju gencatan senjata.”

Gedung Putih tidak bersedia mengatakan apa yang akan terjadi jika Israel melanjutkan serangan pembomannya terhadap Gaza.

“Pendekatan kami adalah memastikan bahwa kami melakukan ini secara diam-diam, intensif, dengan cara diplomatik,” kata Gedung Putih.

Pada Rabu (19/5), Pentagon melaporkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan mitranya dari Israel, Menteri Pertahanan Benny Gantz, untuk hari kedua berturut-turut.

Austin, sambil menegaskan hak Israel untuk membela diri, juga “mengungkapkan kembali keprihatinan yang mendalam atas hilangnya nyawa yang tidak berdosa,” menurut juru bicara Pentagon, John Kirby.

Sementara itu, kepada para diplomat asing, Netanyahu mengatakan, “kami saat ini sedang melakukan tindakan pencegahan sekuat mungkin.”

Pemimpin Israel itu menolak kritik terhadap kampanye udara Israel, dengan mengatakan pasukannya melakukan yang terbaik untuk menghindari korban sipil. Dia mengatakan pasukan Israel berusaha menggunakan “presisi yang tinggi” untuk menanggapi serangan, tetapi mereka tidak dapat mencegah semua kerusakan sebagai akibat samping.

Hamas mulai menembakkan serentetan roket ke Israel pada 10 Mei karena apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran hak oleh Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem. Warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel dan 21 persen minoritas Arab di Israel melancarkan mogok umum pada hari Selasa sebagai aksi solidaritas dengan Hamas. [lt/em]

Oleh: VOA

Rabu, 19 Mei 2021

Erdogan: Biden Berlumur Darah karena Dukung Israel

Erdogan: Biden Berlumur Darah karena Dukung Israel
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

BorneoTribun Internasional -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan hari Senin (17/5) mengatakan, tangan Presiden AS Joe Biden "berlumur darah" karena mendukung Israel dalam konflik di Jalur Gaza.

Komentar presiden Turki tersebut merupakan salah satu kecaman terkerasnya terhadap Biden sejak Biden menjabat di Gedung Putih pada Januari.

Erdogan selama beberapa bulan terakhir berupaya memperbaiki hubungan dengan Washington dan menjangkau sekutu Barat lainnya setelah setahun berselisih keras.

Tapi ia secara langsung mengecam Biden dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional.

"Anda sedang menorehkan sejarah dengan tangan yang berlumuran darah. Anda memaksa kami untuk mengatakan ini. Karena kami tidak bisa diam lagi mengenai hal ini," kata Erdogan dalam pidatonya yang ditujukan kepada presiden AS.

Sementara itu, Presiden Joe Biden Senin (17/5) mengatakan akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Netanyahu mengenai kekerasan Israel.

"Saya akan berbicara dengan perdana menteri Netanyahu dalam satu jam dan saya akan memberi tahu Anda setelah itu," katanya Senin pagi kepada wartawan di Gedung Putih, ketika ditanya apakah ia akan bergabung dengan seruan internasional lainnya untuk gencatan senjata di Israel.

Erdogan mendapat dukungan di seluruh Timur Tengah dengan secara vokal membela perjuangan Palestina selama 18 tahun pemerintahannya. Ia pekan lalu menuduh Israel melancarkan "terorisme" dan berjanji untuk menggalang dunia untuk membela Gaza.

"Hari ini kita menyaksikan Biden menandatangani penjualan senjata ke Israel," kata Erdogan, Senin mengacu pada laporan media AS tentang pengiriman senjata baru yang disetujui oleh pemerintahan Biden.

"Wilayah Palestina dilanda penganiayaan, penderitaan dan darah, seperti banyak wilayah lain yang kehilangan kedamaian dengan berakhirnya kekaisaran Ottoman. Dan Anda mendukungnya," kata Erdogan kepada Biden. [my/jm]

Oleh: VOA

Kamis, 13 Mei 2021

40 orang di Jalur Gaza dan Yerusalem tewas dalam pertempuran Hamas dan Israel

Peluncuran roket menuju Israel dari Kota Gaza, dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, pada 11 Mei 2021. (Foto: AFP/Mahmud Hams)

BorneoTribun Internasional -- Sedikitnya 40 orang di Jalur Gaza dan Yerusalem telah tewas dalam pertempuran antara Hamas dan pasukan keamanan Israel yang meningkat hari Rabu (12/5).

Israel meluncurkan serangan udara baru terhadap Gaza pada Rabu (12/5) pagi, menarget instalasi polisi dan keamanan. Sebuah bangunan tempat tinggal dan kantor berlantai banyak rusak berat akibat serangan itu. Tidak seorang pun berada di dalam bangunan itu pada waktu serangan udara.

Serangan sebelumnya pada hari Selasa (11/5), meratakan bangunan hunian beberapa tingkat yang juga dihuni beberapa kantor Hamas. Warga di gedung itu dan daerah sekitarnya diperingatkan untuk mengungsi sebelum bangunan itu dihancurkan.

Serangan udara itu, yang menurut pasukan militer Israel menarget lokasi-lokasi peluncuran roket, kantor-kantor intelijen dan rumah para pemimpin Hamas, telah menewaskan 35 orang di Gaza, termasuk 10 anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari 200 lainnya cedera akibat serangan udara itu.

Sementara itu, lima orang Israel tewas dalam serangan roket Hamas hari Selasa dan Rabu pagi, termasuk dua orang di kota Ashkelon. Hamas telah menembakkan ratusan roket ke arah kota Tel Aviv, Israel, dan sekitarnya sejak Senin, termasuk peluncuran 130 misil pada Selasa malam sebagai tanggapan atas penghancuran bangunan tinggi di Gaza.

Serangan maut dengan saling menembakkan roket dan serangan udara, pertempuran terbesar antara kelompok militan Palestina itu dan pasukan Israel sejak perang 2014 di Gaza, dipicu oleh kerusuhan yang kian besar terkait kontrol atas Yerusalem dan upaya-upaya pemukim Yahudi untuk mengambil alih komunitas yang dikuasai warga Arab.

Ketegangan meluas ke Tepi Barat, di mana ratusan warga di komunitas Arab di berbagai penjuru Israel melancarkan protes semalam menentang aksi pasukan keamanan Israel baru-baru ini terhadap warga Palestina.

Lebih dari 700 orang Palestina cedera dalam pertempuran di kota Yerusalem yang diperebutkan dan di berbagai penjuru Tepi Barat.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Selasa (12/5), mengatakan AS mengecam serangan roket oleh Hamas dan kelompok-kelompok teroris lainnya, dan mengatakan dukungan Presiden Joe Biden bagi keamanan Israel, atas hak sahnya untuk membela diri dan rakyatnya, merupakan hal mendasar dan tidak akan goyah.”

Ia menambahkan pemerintahan AS yang sekarang mendukung solusi dua negara bagi konflik puluhan tahun ini. [uh/ab]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno