Berita Borneotribun.com: Israel-Hamas Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Israel-Hamas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Israel-Hamas. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Maret 2025

Trump Ancam Hamas: "Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah"

Trump Ancam Hamas Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah
Trump Ancam Hamas: "Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah".

JAKARTA - Hamas menuduh ancaman yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mendorong Israel untuk keluar dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza. 

Pernyataan ini disampaikan Hamas pada Kamis (6/3), sehari setelah Trump mengeluarkan peringatan keras kepada kelompok tersebut.

Dalam unggahannya di platform media sosial Truth Social, Trump menulis, "Bebaskan semua sandera sekarang. 

Jangan tunda, dan segera kembalikan semua mayat orang-orang yang kalian bunuh, atau kalian akan MUSNAH." Ia juga menambahkan bahwa dirinya telah mengirimkan segala yang dibutuhkan Israel untuk menuntaskan perang ini. 

"Tidak seorang pun anggota Hamas akan selamat jika kalian tidak melakukan apa yang saya katakan," tegasnya.

Situasi Gencatan Senjata yang Rawan

Fase pertama gencatan senjata di Gaza dijadwalkan berakhir pada Sabtu (8/3). Hingga saat ini, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel serta lima warga Thailand. 

Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.

Namun, ketegangan kembali meningkat setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas. 

Sumber yang mengetahui pembicaraan itu menyebut bahwa fokus utama adalah pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan di Gaza.

Karoline Leavitt, juru bicara Gedung Putih, mengatakan bahwa dialog ini adalah "upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika." Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel telah mengungkapkan sikapnya kepada AS mengenai perundingan langsung dengan Hamas.

Eskalasi Perang di Gaza

Konflik di Gaza kembali memanas sejak serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang lainnya disandera. 

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 48.400 warga Palestina, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan di Gaza.

Seiring dengan makin dekatnya tenggat waktu gencatan senjata, dunia tengah menunggu apakah ancaman Trump akan memperburuk situasi atau justru mendorong upaya penyelesaian konflik yang lebih damai. 

Bagaimana pun, tekanan dari berbagai pihak terus meningkat untuk segera menemukan solusi yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat di wilayah konflik ini.

Kamis, 06 Maret 2025

Trump Tegaskan Dukungannya untuk Israel, Berikan Peringatan Keras kepada Hamas

Trump Tegaskan Dukungannya untuk Israel, Berikan Peringatan Keras kepada Hamas
Konvoi kendaraan militer bergerak di dalam Gaza, seperti yang terlihat dari sisi Israel, di perbatasan antara Israel dan Gaza, 5 Maret 2025. (Foto: Nir Elias/Reuters)

WASHINGTON – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan tegas terkait konflik Israel-Hamas. Dalam unggahan di platform Truth Social pada Rabu (5/3), Trump menyatakan bahwa dirinya telah "mengirimkan semua yang dibutuhkan oleh Israel untuk menyelesaikan tugasnya." Pernyataan ini muncul setelah pertemuan Trump dengan delapan mantan sandera yang sebelumnya ditahan di Gaza.

Trump juga mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas, yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, untuk segera membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza.

"Bebaskan semua sandera sekarang, jangan nanti, dan segera kembalikan semua jasad orang-orang yang Anda bunuh, atau semuanya BERAKHIR bagi Anda," ujar Trump dalam pernyataannya. "Hanya orang sakit dan keji yang menyimpan mayat, dan Anda sakit dan keji!"

AS Terlibat dalam Pembicaraan Langsung dengan Hamas

Pernyataan Trump ini muncul setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pejabat Amerika Serikat telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas. Ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat kebijakan AS selama ini yang menolak bernegosiasi langsung dengan kelompok tersebut.

Pembicaraan ini berlangsung di Doha, Qatar, dan merupakan pertama kalinya sejak 1997 – ketika Departemen Luar Negeri AS menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris – ada keterlibatan langsung antara AS dan Hamas.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Trump telah memberikan izin kepada utusannya untuk "berbicara dengan siapa pun" dalam rangka menyelesaikan konflik ini. Namun, ia enggan memberikan detail lebih lanjut mengenai isi pembicaraan tersebut.

Leavitt juga menekankan bahwa Israel telah dikonsultasikan sebelum AS mengambil langkah untuk bernegosiasi langsung dengan Hamas. "Ada nyawa warga Amerika yang dipertaruhkan," tambahnya.

Peran Mesir dan Qatar sebagai Mediator

Sejak konflik Israel-Hamas kembali meletus pada 7 Oktober 2023, Mesir dan Qatar telah berperan sebagai mediator utama dalam negosiasi antara Hamas, Amerika Serikat, dan Israel. Peran mereka sangat penting dalam upaya mencapai kesepakatan pembebasan sandera serta upaya mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.

Pihak Israel sendiri memberikan pernyataan singkat terkait keterlibatan AS dalam pembicaraan dengan Hamas. "Israel telah menyampaikan kepada Amerika Serikat posisinya mengenai perundingan langsung dengan Hamas," ungkap Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Situasi Sandera di Gaza

Menurut pejabat Israel, diperkirakan ada sekitar 24 sandera yang masih hidup di Gaza, termasuk Edan Alexander, seorang warga negara Amerika. Selain itu, jenazah sedikitnya 35 orang lainnya diyakini masih berada di tangan Hamas.

Trump telah menunjuk Adam Boehler sebagai utusan khusus untuk urusan penyanderaan. Boehler, yang merupakan pendiri dan CEO Rubicon Founders, dikenal sebagai negosiator utama dalam tim Abraham Accords – sebuah inisiatif yang berupaya meningkatkan pengakuan negara-negara Arab terhadap Israel selama masa jabatan pertama Trump.

Dengan peringatan keras yang disampaikan Trump dan langkah negosiasi langsung yang diambil oleh AS, dunia kini menantikan bagaimana Hamas akan merespons, serta apakah langkah ini dapat membawa perubahan dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

Rabu, 05 Maret 2025

Masa Depan Gencatan Senjata Israel-Hamas Tidak Pasti Setelah Israel Blokir Bantuan ke Gaza

Masa Depan Gencatan Senjata Israel-Hamas Tidak Pasti Setelah Israel Blokir Bantuan ke Gaza
Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan berjajar di sepanjang perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza, 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke daerah kantong Palestina tersebut. (AFP)

Yerusalem – Masa depan gencatan senjata antara Israel dan Hamas semakin tidak menentu setelah Israel memutuskan untuk memblokir semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. 

Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat Gaza, terutama karena terjadi tepat saat bulan suci Ramadan dimulai.

Israel mengklaim ingin memperpanjang gencatan senjata selama tujuh pekan, sementara Hamas bersikeras untuk melakukan negosiasi guna mencapai penghentian perang secara permanen. 

Namun, dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak meragukan keberhasilan perundingan tersebut.

Warga Gaza Panik dan Kesulitan Bertahan Hidup

Keputusan Israel untuk memblokir bantuan kemanusiaan telah menyebabkan kepanikan di pasar-pasar Gaza. 

Banyak warga yang bergegas membeli kebutuhan pokok karena khawatir persediaan akan habis.

Mai al-Khoudari, seorang mantan kepala sekolah yang terpaksa mengungsi akibat konflik, mengungkapkan kesulitannya. 

“Pemblokiran ini berdampak buruk bagi kami sebagai pengungsi. Ini bulan Ramadan, dan kami sangat membutuhkan banyak hal. Rumah saya telah dihancurkan, saya tidak punya apa-apa. Harga barang-barang melambung tinggi dan banyak yang tidak tersedia di pasar.”

Sementara itu, Israel berpendapat bahwa masih ada cukup bahan pangan di Gaza untuk bertahan selama beberapa bulan ke depan, meskipun banyak organisasi kemanusiaan membantah klaim tersebut.

Negosiasi Gencatan Senjata Alami Jalan Buntu

Negosiasi tahap kedua mengenai perpanjangan gencatan senjata dan pertukaran sandera mengalami kebuntuan. 

Hamas saat ini masih menahan sekitar 63 sandera dari total 250 orang yang diculik dalam serangan 7 Oktober 2023. 

Perang yang berlangsung lebih dari 16 bulan ini telah merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina dan lebih dari 1.700 warga Israel.

Sejauh ini, 147 sandera telah berhasil dikembalikan ke Israel dalam dua kesepakatan gencatan senjata sebelumnya. 

Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina. 

Namun, dengan kebijakan baru Israel yang memblokir bantuan, banyak keluarga sandera khawatir langkah ini justru akan memperburuk kondisi para sandera yang masih ditahan.

Netanyahu: Hamas Gunakan Bantuan untuk Operasi Militer

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa keputusan untuk memblokir bantuan dimaksudkan untuk menekan Hamas agar kembali ke meja perundingan dan menyetujui gencatan senjata yang diajukan oleh utusan Timur Tengah Presiden AS, Steve Witkoff.

“Israel telah menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza karena Hamas mencuri dan menggunakannya untuk memperkuat operasi militer mereka. Kami tidak ingin bantuan yang seharusnya untuk warga Gaza justru digunakan untuk mendanai teror terhadap Israel,” kata Netanyahu.

Kebijakan ini mendapat dukungan dari sebagian warga Israel yang ingin melihat tindakan tegas terhadap Hamas. 

Namun, banyak keluarga sandera yang merasa pemblokiran bantuan justru memperburuk situasi. 

Zahiro Shahar Mor, seorang warga Israel yang kehilangan pamannya dalam tahanan Hamas, menyatakan kekhawatirannya. 

“Menahan bantuan kemanusiaan tidak hanya menyiksa warga Gaza tetapi juga para sandera. Mereka hidup dalam kondisi yang semakin buruk setiap harinya.”

Kecaman Internasional dan Desakan Perdamaian

Hamas, negara-negara Arab, PBB, serta organisasi hak asasi manusia mengecam langkah Israel yang dianggap melanggar ketentuan gencatan senjata. 

Liga Arab bahkan berencana mengadakan pertemuan darurat pekan ini guna membahas kemungkinan penghentian perang secara permanen.

Situasi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya: apakah gencatan senjata masih mungkin terwujud, atau perang ini akan terus berkepanjangan tanpa kepastian kapan akan berakhir? Masa depan konflik Israel-Hamas kini berada di titik kritis, dan dunia menanti langkah selanjutnya dari kedua belah pihak.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno