Kegiatan Ramadan di Masjid-masjid AS: Dari Tadarus Virtual Hingga Vaksinasi COVID-19
Masjid ikut mengadakan kegiatan vaksinasi COVID-19 bagi jamaah dan masyarakat (foto: ilustrasi). |
Masjid ikut mengadakan kegiatan vaksinasi COVID-19 bagi jamaah dan masyarakat (foto: ilustrasi). |
Acara berbuka puasa di Masjid Islamic Society of Greater Chattanooga, TN sebelum terjadi pandemi COVID-19 (foto: courtesy). |
Suasana salat di masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, Maryland (dok: VOA) |
Pemeriksaan suhu tubuh sebelum masuk masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, Maryland. |
Acara berbuka puasa di Masjid Islamic Society of Greater Chattanooga, TN sebelum terjadi pandemi COVID-19 (foto: courtesy). |
Halaman Facebook. (Gambar iStock). |
Wapres Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pada Peringatan Isra Mikraj Tingkat Kenegaraan Tahun 2021 Masehi/1442 Hijriah, melalui konferensi video, Rabu (10/03/2021) malam. (Foto: BPMI Setwapres) |
Sejumlah perempuan Muslim berswafoto usai Salat Idul Fitri di Staten Island, New York, 25 Juni 2017. (Foto: Reuters) |
BorneoTribun - Ada berbagai upaya digelar untuk memberdayakan Muslim di Amerika, khususnya perempuan. Sejumlah aktivis perempuan Muslim di AS melakukannya dengan menggelar kontes kecantikan perempuan Muslim. Apa yang membedakan kegiatan itu dengan kontes-kontes kecantikan lain yang kerap digelar di AS?
Maghrib Shahid mengaku prihatin dengan perkembangan situasi terkait Muslim dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya perhatikan banyak perempuan Muslim melepas hijab mereka karena khawatir terlihat sebagai Muslim saat berada di keramaian publik. Orang-orang Muslim tidak berbeda dengan orang-orang lainnya. Hanya saja, kepercayaan kami berbeda," ujar Maghrib.
Keprihatinan ini pula yang melatarbelakangi usahanya menyelenggarakan Miss Muslimah USA, kontes kecantikan bagi perempuan Muslim di Amerika Serikat. Telah empat kali diselenggarakan, kegiatan tahunan ini bertujuan memberdayakan perempuan Muslim sekaligus memperkenalkan kepada publik bahwa Muslim tidak ada bedanya dengan masyarakat umum Amerika.
Namun, Shahid menegaskan, jangan keliru mengartikan kontes itu sebagai kompetisi kecantikan fisik. Miss Muslimah USA, menurutnya, lebih menekankan pada kecantikan nonfisik, kecerdasan, dan pengetahuan yang luas mengenai Islam.
View this post on InstagramA post shared by MIss Muslimah U.S.A (@missmuslimahusa) on
Shahid menceritakan misi dari organisasi ini adalah mengangkat dan memberdayakan perempuan.
“Perempuan Muslim Amerika sebelumnya tidak memiliki platform itu. Lewat platform ini mereka bisa mengubah miskonsepsi mengenai mereka sendiri dan meruntuhkan pandangan-pandangan stereotipe," tutur Shahid.
Pada 2016, Maghrib Shahid mengatakan ia tidak senang dengan bagaimana perempuan Muslim dipandang dan diperlakukan. Suatu hari ia pernah berbelanja di sebuah toko kelontong, dan mendapati seseorang mengatakan agar ia pulang ke negara asalnya. Pernyataan tersebut mengejutkannya dan membuatnya bertekad untuk mengubah keadaan. Ia merasa yakin, banyak perempuan Muslim mengalami perlakuan seperti itu.
Muslim merupakan bagian signifikan dari penduduk Amerika Serikat. Hasil riset Pew Research Center pada 2020 menunjukkan, sekitar 1,1 persen penduduk AS atau 3,5 juta adalah Muslim
Ketika pertama kali menyelenggarkan Miss Muslimah USA, Shahid terpaksa menguras tabungannya karena sulitnya mencari sponsor. Namun pada tahun-tahun berikutnya banyak pihak bersedia menjadi penyandang dana.
Penyelenggaraan Miss Muslimah USA 2020 sempat direncanakan ditunda akhir Agustus lalu karena wabah virus corona. Apalagi ada sekitar 50 kontestan yang menyatakan mundur karena khawatir tertular virus itu. Namun karena mengingat pentingnya misi yang diemban, organisasi itu bersikeras tetap menyelenggarakanya dengan sejumlah pembatasan dan pemberlakuan protokol kesehatan.
Organisasi yang didirikan di Columbus, Ohio, ini dengan terpaksa mengalihkan tempat penyelenggaraan acara itu dari sebuah balairung besar yang tertutup ke sebuah tenda di ruang terbuka.
Halimah Abdullah adalah Miss Muslimah USA 2017. Ia mengatakan, kontes ini membantu menumbuhkan kepercayaan dirinya. Ia berharap Miss Muslimah bisa menjadi teladan bagi para perempuan Muslim, khususnya mereka yang masih di bawah umur.
“Ikut kontes ini dan akhirnya memenangkan gelar menunjukan pada diri saya bahwa kecantikan itu bukan sebatas penampilan lahiriah. Kecantikan perempuan seharusnya dilihat dari apa yang ada di balik permukaan. Saya kini percaya diri dan tak lagi sungkan mengenakan hijab di mana saja," ujar perempuan asal Somalia yang tinggal Columbus dan mengenyam Pendidikan di Ohio State University.
View this post on InstagramA post shared by Zehra’s (@zehra_abukar) on
Zehra Abukar, Miss Muslimah USA 2020, memiliki pandangan serupa. Perempuan berusia 23 tahun asal Somalia yang aktif di media sosial itu ingin gelar yang baru disandangnya bisa membantunya memberdayakan perempuan Muslim.
“Saya ingin perempuan Muslim memiliki pilihan karir yang sesuai dengan apa yang diidamkannya. Banyak perempuan Muslim ketika datang ke negara ini tidak bisa berbahasa Inggris, tidak bisa bekerja, tidak nyaman berada di luar rumah. Organisasi ini menawarkan pelatihan mengenai bagaimana membuka bisnis, dan mengembangkan kemampuan diri.” (VOA)
Foto: Dok. Istimewa |
BORNEOTRIBUN | JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD perlunya pengetahuan terkait Islam Wasathiyah.Mahfud menilai Islam Wasathiyah ini cocok di Indonesia.
"Alhamdulillah buku Fikih Kebangsaan seri III diluncurkan. Isi buku ini, memaparkan hubungan Islam dan negara. Memang perlu disebarluaskan wacana keilmuwan Islam Wasathiyah. Islam jalan tengah, yang tidak ekstrim ke kanan dan ke kiri. Ya inilah yang cocok bagi bangsa Indonesia," ujar Mahfud dalam keterangan tertulis, Senin (17/8/2020).
Hal ini diungkap Mahfud saat memberi sambutan pada launching Buku Fikih Kebangsaan Jilid III secara virtual yang disiarkan langsung dari Ponpes Lirboyo, Senin (17/8). Selain Mahfud, hadir secara virtual Mendagri Tito Karnavian, Mustasyar PBNU K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zealand Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), Pegasuh Ponpes Lirboyo K.H. M Anwar Manshur dan K.H A. Kafabihi Mahrus dan sejumlah masayikh PBNU, serta tim penyusun buku.
Mahfud menilai Islam Wasathiyah, paling cocok diterapkan di Indonesia. Sebab, sejak berdirinya republik, jalan tengah ini telah dirumuskan tokoh Islam yang tergabung dalam BPUPKI.
Selain itu Mahfud mengatakan, Islam dari waktu ke waktu mengalami kemajuan. Menurutnya, sebelum merdeka dan satu dasawarsa setelah merdeka, orang Islam masih disudutkan dan tidak banyak diberi peran. Namun, lambat laun, Islam mulai mendapat tempat.
"Awal kemerdekaan, mau jadi tentara nggak boleh. Tapi sekarang, semua berubah. Makanya salah kalau orang menyebut ada islamophobi. Pak Tito (Mendagri) ngajinya pinter. Jadi imam kelasnya bukan Qulhu. Surat panjang, beliau fasih. Tapi bisa jadi Kapolri, bisa jadi menteri," kata Mahfud.
Selain itu, perkembangan Islam juga dinilai telah maju pesat. Sehingga saat ini tak ada larangan kegiatan keagamaan.
"Di kantor polisi ada pengajian, Kapolresnya pintar ngaji, pintar dakwah. Di kantor TNI juga demikian. Di kampus-kampus, Islam sudah terang-terangan. Dulu sampai akhir 70-80 malu-malu, pakai jilbab jarang. Sekarang semua pakai jilbab. Tidak ada sekali lagi islamplophobi saat ini. Kalau ada yang bilang, itu pihak yang kalah saja. Karena yang diserang mereka juga memperjuangkan Islam," pungkasnya.(cnn/dw)
Subscribe di situs ini untuk mendapatkan update berita terbaru