Berita Borneotribun.com: Irak Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Irak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Irak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 April 2022

Mheibes, Permainan Khas Ramadan di Irak

Mheibes, Permainan Khas Ramadan di Irak
Warga Kurdi berkumpul di pasar yang populer di Arbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, setelah matahari terbenam untuk makan dan bermain permainan tradisional, termasuk kartu dan domino dan Mheibes, pada bulan suci Ramadan, 11 Mei 2020.(Foto: SAFIN HAMED / AFP)


Borneo Tribun, Irak -- Untuk mempererat tali silaturahmi, sebuah permainan tradisional digelar di Irak setiap Ramadan. Tim-tim dari berbagai provinsi berkompetisi dalam permainan yang sudah eksis ratusan tahun ini.


Dikutip VOA Indonesia, Selasa (19/'4), Nama permainan itu mheibes, yang arti sederhananya adalah tebak posisi cincin. Digelar malam hari setelah salat tarawih, permainan ini pada intinya adalah menebak keberadaan cincin di tangan kelompok saingan.

Seorang pria Irak memegang cincin saat memainkan permainan tradisional Mheibes pada bulan suci Ramadan, di Stadion Internasional Al-Shaab di Baghdad, Irak, 5 Mei 2021. (REUTERS/Teba Sadiq)


Permainan dimulai dengan pemimpin salah satu tim secara hati-hati berusaha menyembunyikan cincin di tangan salah satu anggota timnya. Kemudian tim kedua mencoba menemukan cincin itu dengan menebak di tangan mana cincin itu diletakkan.


Setiap tim terdiri dari 21 pemain, yang berarti ada 42 tangan dalam tim untuk dipilih. Ketika sebuah tim mencetak 21 poin terlebih dahulu, tim itu dianggap sebagai pemenang.


Pertandingan mheibes dimulai di tingkat lokal, seperti tingkat rukun warga. Para pemenang selanjutnya dipertandingkan di tingkat kota atau desa, kemudian tingkat provinsi dan terakhir tingkat nasional.


Mouhamed Abdul Razak, seorang pemain, menceritakan sejarah permainan ini.


“Permainan mheibes adalah permainan tradisional, biasanya dimainkan di bulan Ramadan yang penuh berkah. Kami mempelajari permainan ini dari nenek moyang kami. Ini adalah permainan cinta, harmoni, dan kedamaian antara semua tim dan provinsi di Irak, antara Baghdad dan semua provinsi lain di Irak."

Warga Kurdi Irak memainkan permainan tradisional Mheibes (Cincin) yang biasanya dimainkan selama bulan suci Ramadan, di kota Arbil, Kurdi Irak utara. (AFP PHOTO/SAFIN HAMED)


Permainan mheibes membutuhkan keterampilan khusus dan bukan hanya sekadar menebak. Para pemain harus pandai membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Berbagai trik digelar tim lawan untuk mempersulit usaha menebak siapa yang memegangnya.


Jassim Al Aswad, seorang pemain mheibes, yakin, meski saat ini hanya populer di Irak, permainan itu kelak akan menyebar di Timur Tengah.


"Permainan mheibes adalah bagian dari warisan Irak. Permainan ini telah eksis selama ratusan tahun. Kami dulu memainkan ini di gang-gang, dan kemudian berkembang dan menjadi permainan paling terkenal di Irak. Mungkin akan meluas ke negara-negara Arab lainnya suatu hari nanti," jelasnya.


Pada tahun 2020, permainan itu dilarang karena merebaknya virus corona, tetapi tahun ini permainan itu kembali besar di Irak karena kondisi kesehatan masyarakat dan keamanan yang membaik.


Karena tujuan mheibes sekadar memperketat tali silaturahmi, penghargaan untuk pemenangnya bukanah barang mewah atau uang. Yang meraih gelar juara biasanya hanya mendapat baki besar berisi baklava, kue manis cemilan khas Timur Tengah. [ab/uh]

Senin, 21 Juni 2021

1.000 Pohon Untuk Hijaukan Kota di Irak

1.000 Pohon Untuk Hijaukan Kota di Irak
Ilustrasi Gambar iStock.

BORNEOTRIBUN.COM - Sekelompok relawan di kota Sulaymaniyah, Irak, menanam pepohonan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat setempat. 

Beberapa LSM dan relawan di Sulaymaniyah berkumpul untuk menanam lebih dari 1.000 pohon untuk meningkatkan area urban yang hijau di kota itu. ​
Pemerintah Regional Kurdistan tahun lalu mengumumkan bahwa kota-kota di wilayah Kurdi itu berada di bawah standar global untuk menyisihkan sedikitnya 15-30% area hijau. LSM-LSM itu berusaha mengubahnya. ​

Relawan menanam bibit pohon di tempat yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah, dengan tujuan mengalihkannya menjadi taman, di Zakho, distrik Dohuk, Irak, 22 Januari 2020. (Foto: REUTERS/Ari Jalal)

"Hari ini kami berhasil menanam ratusan pohon. Kami berencana menanam lebih dari 1.000 pohon saat proyek ini selesai," kata Zimnako Ismail.

Kantong-kantong tanaman dengan berat dan nomor urut tertulis di atasnya terlihat sebelum diangkut untuk ditanam di sepanjang rute ziarah antara kota suci Muslim Syiah Irak, Najaf dan Karbala. (Foto: REUTERS/Akhtar Soomro)

"Ini adalah proyek penanaman pohon keempat yang kami ikuti. Sebelumnya kami melakukan kegiatan yang sama dengan Gunung Goizha, bukit Mama Yare, dan beberapa tempat lain di kota ini. Kami juga melakukan kegiatan kemanusiaan," ujar Shahez Abdulkhaliq​.

Tujuan penanaman pohon tersebut bukan hanya membuat keadaan jadi lebih indah dipandang, tapi juga memperbaiki lingkungan pada umumnya.

"Area hijau urban di Sulaymaniyah terus berkurang. Setiap tahun, kami berpartisipasi dalam berbagai aktivitas untuk melindungi lingkungan kota. Tahun ini kami melakukan aktivitas yang sama, dan kami harap usaha kami berhasil," kata Runak Heme Gherib​, Tim Pembawa Perdamaian Kristen​.

"Ada banyak mobil di kota ini yang menyebabkan polusi dan area hijau terlalu sedikit. Kami berencana meningkatkannya dengan menanam pepohonan, agar lingkungan lebih bersih dan penyakit berkurang. Kota ini sangat memerlukannya," tambah Shahez Abdulkhaliq​.

Para relawan yakin bahwa dengan area hijau tambahan, tidak hanya bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat, tapi juga membantu melawan perubahan iklim. [vm/ah]

Oleh: VOA

Selasa, 20 April 2021

5 Terluka dalam Serangan Roket di Pangkalan Irak

5 Terluka dalam Serangan Roket di Pangkalan Irak
Seorang tentara irak berjaga dekat sebuah pesawat jet tempur F-16 di Pangkalan Udara Balad, Irak, 13 Februari 2018. Pada Minggu, 18 April 2021, lima roket menghantam pangkalan itu. (Foto: AP/arsip)

BorneoTribun.com -- 5 roket menarget sebuah pangkalan udara Irak yang ditempati sejumlah tentara Amerika Serikat (AS) pada Minggu (18/4). Serangan itu melukai dua kontraktor asing dan tiga tentara Irak. 

Serangan itu merupakan yang terbaru di tengah ketegangan antara sekutu-sekutu Irak, yaitu Iran dan AS.

Seorang sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dua dari beberapa roket yang ditembakkan ke pangkalan Balad, sebelah utara Baghdad, mengenai asrama dan kantin milik perusahaan AS, Sallyport.

Sumber itu menambahkan bahwa dua kontraktor asing dan tiga tentara Irak terluka.

Belum ada pihak yang mengklaim tanggung jawab. Namun, AS selama ini menyalahkan faksi-faksi Irak yang terkait dengan Iran atas serangan semacam itu yang dilakukan terhadap para tentara dan diplomatnya.

Jet-jet tempur F-16 ditempatkan di pangkalan udara Balad. Beberapa perusahaan pemeliharaaan ada disana, mempekerjakan staf Irak dan asing.

Sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari, terdapat sekitar 20 serangan bom atau roket terhadap kepentingan-kepentingan AS, termasuk pangkalan yang ditinggali para tentara AS.

Puluhan serangan lain terjadi sejak musim gugur 2019 di bawah pemerintahan Donald Trump.

Dua warga AS dan seorang warga sipil Irak telah tewas dalam serangan semacam itu sejak akhir 2019. [vm/lt]

Oleh: VOA

Selasa, 13 April 2021

Kurdi Irak: Serangan Besar ISIS Terhadap Ibu Kota Irbil Digagalkan

Kurdi Irak: Serangan Besar ISIS Terhadap Ibu Kota Irbil Digagalkan
Pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah sedang melakukan operasi keamanan di kamp al-Hol yang menampung para pengungsi keluarga bekas anggota teroris ISIS. (Foto: YPG via AFP)

BorneoTribun Irak, Internasional -- Pejabat Kurdi Irak mengumumkan, Senin (12/4), bahwa unit kontraterorisme mereka menangkap lima tersangka anggota ISIS yang telah masuk ke Daerah Otonom Kurdistan dari Suriah yang dikoyak perang untuk melakukan ledakan dan pembunuhan di ibu kota wilayah itu, Irbil.

Pengumuman itu termasuk pengakuan yang disiarkan lewat televisi dengan lima tersangka dan pernyataan dari Perdana Menteri Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) Masrour Barzani.

Barzani mengatakan semua tersangka berasal dari kamp al-Hol di Suriah, yang menampung lebih dari 60.000 pengungsi Suriah dan keluarga-keluarga para bekas anggota teroris ISIS maupun yang saat ini masih aktif.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS baru-baru ini melakukan operasi keamanan besar-besaran terhadap sel-sel ISIS di al-Hol. Puluhan anggota ISIS ditahan dalam operasi beberapa hari tersebut.

Dalam video pengakuan, kelima tersangka mengatakan khalifah baru kelompok itu, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi, yang dikenal dengan nama panggilannya Haji Abdullah, secara pribadi telah mengizinkan misi tersebut untuk mengguncang wilayah di Irak utara itu. Mereka menambahkan bahwa mereka sedang menunggu bahan peledak. dan peredam suara untuk mulai menjalankan misi mereka. [lt/ft]

Oleh: VOA

Senin, 05 April 2021

Warga Kristen Irak Rayakan Paskah

Warga Kristen Irak Rayakan Paskah
Warga Kristen Irak merayakan Paskah di luar gereja St. Elya Chaldean di tengah pembatasan COVID-19 di Irak, Minggu (4/4).

BorneoTribun Irak, Internasional -- Umat Kristiani di Irak hari Minggu (4/4) merayakan Misa Paskah di Gereja St. Adday Parish di kota Keramlis di bagian utara propinsi Nineveh.

Bagi komunitas kecil, yang pernah diluluhlantakkan oleh ISIS, Paskah ini juga menandai “kebangkitan kembali” kota-kota yang pernah hancur itu.

“Setelah mereka menghancurkan rumah dan membakar gereja kami, kami datang dan membangunnya kembali,” ujar Uskup Thabit Habib, vikaris di Gereja Keramlis. Ditambahkannya, “kita tidak hanya merayakan kebangkitan kembali Yesus, tetapi juga menghidupkan kembali daerah-daerah yang pernah hancur dan kematian yang pernah terjadi di sini.”

Warga Kristen di provinsi Nineveh, di mana terdapat ibu kota Mosul, sebelumnya merupakan anggota komunitas Kristen kuno tetapi bersemangat di Irak.

Mereka merupakan kelompok minoritas yang signifikan di Irak, tetapi beberapa tahun terakhir ini jumlahnya terus menyusut karena sebagian melarikan diri dari aksi kekerasan dan instabilitas di negara itu, terutama ke Barat.

“Saat ini harapan kami adalah menetap kembali di rumah-rumah kami yang dulu hancur,” ujar Selima Kakoush yang tinggal di rumah kakaknya.

Serangan ISIS di bagian utara Irak tahun 2014 menghancurkan sejumlah komunitas unik di kota-kota seperti Keramlis, Bartella dan Qaraqosh, yang semuanya terletak di Nineveh.

Perayaan Paskah di Irak telah diturunkan skalanya karena perebakan pandemi virus corona. [em/jm]

Oleh: VOA

Selasa, 30 Maret 2021

Umat Kristen Irak Rayakan Minggu Palma di Qaraqosh

Umat Kristen Irak Rayakan Minggu Palma di Qaraqosh
Umat Kristen Irak menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Qaraqosh 7 Maret 2021 lalu (foto: dok).

BorneoTribun Internasional -- Ribuan orang Kristiani telah merayakan Minggu Palma (28/3) di Qaraqosh, Irak dengan mengambil bagian dalam pawai melalui kota itu dengan memegang daun palma dan ranting pohon zaitun.

Qaraqosh terletak sekitar 32 kilometer arah tenggara dari Mosul. Komunitas Kristen Irak di daerah itu mengalami pukulan telak ketika mereka tercerai-berai karena serangan kelompok ISIS pada tahun 2014, yang semakin mengurangi populasi umat Kristen di negara itu yang terus menyusut.

Banyak orang Kristen yang melarikan diri dari serangan ISIS telah tinggal di wilayah Kurdistan Irak atau memulai hidup baru di luar negeri.

Qaraqosh adalah salah satu daerah yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam lawatan bersejarahnya ke Irak pada Maret 2021.

Paus mengadakan Misa di gereja Santa Maria Tak Bernoda untuk mendorong umat Kristen Irak agar tetap tinggal di tanah air mereka.

Minggu Palma menandai dimulainya Pekan Suci yang diakhiri dengan Minggu Paskah. Minggu Palma memperingati masuknya Yesus Kristus ke Yerusalem sebelum penangkapan dan penyalibannya, ketika orang-orang dari penduduk kota menggelar ranting-ranting Palma di jalan yang dilewatinya. [lt/jm]

Oleh: VOA Indonesia

Kamis, 04 Maret 2021

Negara Turki Perluas Operasi di Irak, Ketegangan dengan Iran Meningkat

Pasukan Turki beraksi melawan militan Kurdi di Irak utara, 17 Juni 2020. (Foto: Kementerian Pertahanan Turki via AP)

BorneoTribun Turki, Internasional -- Ketegangan Turki-Iran meningkat terkait operasi militer Turki yang sedang berlangsung terhadap militan Kurdi di bagian utara Irak. Dua negara di kawasan yang saling bersaing itu terlibat dalam saingan pertikaian diplomatik yang semakin sengit ketika Ankara mengancam akan memperluas operasinya di Irak ke wilayah strategis penting yang dikuasai milisi yang didukung Iran.

"Kita sama sekali tidak bisa menerima campur tangan itu, baik yang dilakukan oleh Turki atau negara lain, untuk melakukan campur tangan secara militer atau menunjukkan kehadiran secara militer di Irak,” ujar Duta Besar Iran Untuk irak Iraj Masjedi sebagai dikutip dalam wawancara yang disiarkan hari Sabtu (27/2).

Utusan Turki Untuk Irak, Fatih Yildiz, membalas dalam sebuah cuitan, "(Masjedi adalah) orang yang tidak pantas menceramahi Turki" tentang sikap menghormati perbatasan Irak.

Menurut laporan media Turki, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil Duta Besar Iran Mohammad Farazmand untuk memberitahunya bahwa Turki berharap Iran mendukung Turki dalam "perang melawan terorisme".

Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu memprovokasi kemarahan Teheran ketika pada hari Minggu (28/2) mengklaim bahwa Iran menyembunyikan "525 teroris."

Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Duta Besar Turki Untuk Iran, Derya Ors, untuk menyampaikan protes resmi dan bantahan bahwa Iran menawarkan dukungan kepada kelompok teroris dan Iran serius dalam memerangi terorisme.

Operasi militer Turki yang sedang berlangsung di Irak melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) menjadi pusat pertikaian diplomatik yang semakin getir antara Teheran dan Ankara. PKK melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun melawan Turki dari pangkalan di seberang perbatasan di Irak utara. Amerika dan Uni Eropa menetapkan PKK sebagai organisasi teroris. [my/em]

Oleh: VOA Indonesia

Jumat, 04 September 2020

Berhasil Selamatkan 70 Sandera Irak, Sersan Mayor Thomas Terima Medali Kehormatan

Sersan Mayor Thomas Payne saat diwawancara sebagai pemenang kompetisi Ranger Terbaik, di Fort Benning,16 April 2012.


BORNEOTRIBUN
-- Kantor berita Associated Press melaporkan seorang tentara Amerika yang membantu menyelamatkan sekitar 70 sandera yang akan dieksekusi oleh militan ISIS di Irak telah disetujui untuk menerima medali kehormatan, Medal of Honor, atas tindakannya selama serangan berani pada 2015.


Sersan Mayor Thomas "Patrick" Payne, seorang Ranger atau polisi penegak hukum negara bagian, yang ditugaskan di Komando Operasi Khusus Angkatan Darat AS, akan menerima penghargaan tertinggi militer AS atas keberaniannya dalam pertempuran. Penghargaan itu akan diberikan pada upacara di Gedung Putih yang akan diadakan pada peringatan 19 tahun serangan 11 September 2001.


Persetujuan untuk mendapat medali itu dikonfirmasi oleh dua pejabat Departemen Pertahanan yang berbicara tanpa menyebut nama. Payne awalnya diberi penghargaan tertinggi kedua di Angkatan Darat, Distinguished Service Cross karena terlibat dalam operasi khusus.


Penghargaannya ini sekarang ditingkatkan menjadi Medal of Honor.


Pentagon belum bersedia berkomentar. Gedung Putih juga tidak menanggapi pertanyaan melalui email.


Medali tersebut akan menghormati tindakan Payne dalam serangan dini hari yang berani pada 22 Oktober 2015. Ia terlibat dalam upaya menyelamatkan 70 sandera ISIS di mana pasukan komando Amerika dan pasukan Kurdi menerbangkan helikopter CH-47 Chinook ke Kota Huwija, yang terletak sekitar 15 kilometer sebelah barat kota Kirkuk di Irak.


Pemerintah Daerah Kurdi, badan otonom di wilayah Kurdi, Irak utara menerima informasi bahwa 70 tahanan itu, termasuk kombatan Kurdi Peshmerga, akan dibantai oleh militan ISIS. Foto udara dari kompleks itu juga menunjukkan apa yang diyakini para pejabat intelijen sebagai kuburan massal yang baru saja digali, tempat mayat mereka akan dibuang.


Rencana penyelamatan itu membuat pasukan Kurdi meminta dukungan unit Amerika namun tidak meminta AS ikut dalam upaya utama untuk menyelamatkan para tahanan.


"Waktu adalah yang terpenting," kata Payne, menurut rilis berita yang diperoleh AP dan belum dipublikasikan. "Ada kuburan yang baru digali. Kalau kami tidak melakukan penggerebekan kemungkinan besar sandera akan dieksekusi."


Penggerebekan itu diawali dengan kegagalan. Pasukan Kurdi berusaha masuk dengan meledakkan lubang di dinding luar kompleks ISIS, tetapi ledakan itu gagal dan justru membuat militan ISIS waspada dan menembaki pasukan Kurdi.


Payne dan unitnya memanjat dinding dan memasuki kompleks penjara itu. Tentara dengan cepat mengamankan salah satu dari dua bangunan yang diketahui menampung sandera. Begitu masuk ke dalam gedung itu, tentara mengdapat perlawanan musuh. Tim penyelamat kemudian menggunakan pemotong baut untuk membuka pintu-pintu penjara, membebaskan hampir 40 sandera.


Panggilan darurat melalui radio kemudian datang dari anggota gugus tugas lain yang terlibat dalam baku tembak di gedung kedua.


Sekitar 10 hingga 20 tentara Angkatan Darat AS, termasuk Payne dan Sersan Kepala Joshua L. Wheeler beralih menuju gedung kedua yang menurut Payne adalah "bangunan yang dijaga ketat dan sebagian terbakar." Pasukan Kurdi dihujani tembakan.


Dalam upayanya untuk menyelamatkan pasukan Kurdi, Wheeler ditembak dan terbunuh. Wheeler adalah orang Amerika pertama yang tewas dalam tugas sejak AS melancarkan intervensi militer di Irak melawan ISIS pada 2014. Dua puluh militan ISIS juga tewas dalam operasi itu.


Tim kemudian memanjat tangga menuju atap gedung satu lantai di bawah rentetan tembakan senapan mesin musuh dari bawah. Menurut siaran pers, dari sana, pasukan komando menyerang musuh dengan granat tangan dan tembakan senjata kecil.


Payne mengatakan, Ketika itulah militan ISIS mulai meledakkan rompi bunuh diri yang menyebabkan atap berguncang. Tim dengan cepat pindah dari atap ke pintu masuk gedung dua.


Militan ISIS melanjutkan baku tembaknya dengan pasukan komando ketika mereka memasuki gedung itu. Payne bergerak membuka pintu lainnya yang dijaga ketat. Menurut siaran pers, ia berhasil mematahkan kunci pertama, tetapi karena asap tebal dari api, harus menyerahkan pemotong baut kepada rekannya dari Irak dan mundur keluar gedung untuk bisa bernafas.


Selang beberapa saat mitra Irak itu juga keluar agar bisa bernafas. Payne meraih pemotong baut dan masuk kembali ke gedung untuk memotong kunci terakhir. Setelah pintu ditendang terbuka, pasukan komando Amerika dan Kurdi mengawal sekitar 30 sandera keluar dari gedung yang terbakar yang akan runtuh di bawah hujan tembakan musuh.


Payne masuk kembali ke gedung itu dua kali lagi untuk memastikan setiap sandera sudah dibebaskan. Dalam siaran pers, Payne mengatakan, salah satunya ketika ia harus dengan paksa menyeret salah satu sandera yang terlampau takut bergerak pada suasana yang tegang itu.


Payne bergabung dengan Angkatan Darat pada 2002 sebagai seorang infanteri dan dengan cepat menjadi polisi negara bagian. Ia beberapa kali dikerahkan ke zona pertempuran sebagai anggota Resimen Rangers Ke-75 dan di berbagai posisi dalam Komando Operasi Khusus Angkatan Darat A.S.


Ia adalah penerima penghargaan Purple Heart akibat luka yang dideritanya dalam misi terpisah pada 2010 di Afghanistan. Sebagai sersan kelas satu pada 2012, Payne memenangkan Kompetisi Penjaga Rangers Terbaik Angkatan Darat, mewakili USASOC.


Payne menikah, memiliki tiga anak dan saat ini ditempatkan di Fort Bragg, North Carolina. Ia berasal dari kota Batesburg-Leesville dan Lugoff di South Carolina.


Minggu lalu, Menteri Pertahanan Mark Esper mendukung pemberian Medal of Honor kepada seorang tentara yang menderita luka bakar fatal ketika bertugas menyelamatkan sesama tentara di Irak pada 2005. Sersan Angkatan Darat. Kelas 1 Alwyn C. Cashe dari Florida sebelumnya menerima Bintang Perak atas tindakannya. [my/pp]


Sumber: www.voaindonesia.com

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno