Berita Borneotribun.com: IndonesiaGelap Hari ini

Tampilkan postingan dengan label IndonesiaGelap. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IndonesiaGelap. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Februari 2025

Kebijakan “Ugal-ugalan” Bikin "Gerah", Mahasiswa dan Pekerja Turun ke Jalan

Kebijakan “Ugal-ugalan” Bikin "Gerah", Mahasiswa dan Pekerja Turun ke Jalan
Amanda (kiri) dan Aryo, pendemo yang mengaku rela ambil cuti demi ikut berunjuk rasa dalam aksi massa #IndonesiaGelap di Patung Kuda, pada Jumat, 21 Februari 2025. (Foto: Hafizh Sahadeva/VOA)
JAKARTA - Jakarta kembali diwarnai aksi demonstrasi pada Kamis dan Jumat (21-22 Februari 2025). Sejumlah mahasiswa dan pekerja turun ke jalan memprotes kebijakan efisiensi anggaran yang dinilai "ugal-ugalan" dan merugikan rakyat kecil. Demo yang berlangsung di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, dipenuhi berbagai spanduk dan poster kreatif yang menyindir kebijakan pemerintah.

Mensesneg Janji Akan Pelajari Tuntutan

Pada aksi hari Kamis, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat menemui para pendemo dan berjanji bahwa pemerintah akan mempelajari tuntutan yang diajukan. Namun, situasi berbeda terjadi keesokan harinya. Pada demo Jumat, tidak ada satu pun pejabat dari kabinet Presiden Prabowo Subianto yang menemui massa aksi.

"Kami ingin ada kejelasan soal kebijakan ini. Jangan sampai rakyat jadi korban karena keputusan yang diambil tanpa pertimbangan matang," ujar Amanda, seorang peserta aksi yang bekerja sebagai konsultan.

Kebijakan Efisiensi yang Menuai Kritik

Kebijakan pemangkasan anggaran yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto menjadi sorotan dalam aksi ini. Sebelumnya, pada peringatan HUT ke-17 Partai Gerindra, Prabowo menegaskan bahwa setiap upaya perbaikan akan selalu mendapat perlawanan dari pihak-pihak tertentu.

"Kita mau adakan perbaikan ya, biasanya dilawan oleh mereka-mereka yang tidak suka kebaikan," ujar Prabowo. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita Bung Karno agar Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri dan memastikan rakyat tidak kelaparan.

Namun, demonstran menilai bahwa efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah justru berdampak pada pemotongan anggaran layanan masyarakat. "Ini bukan efisiensi kalau malah memotong hak rakyat. Kami tidak mau kesejahteraan rakyat makin terdampak hanya karena kebijakan yang asal-asalan," lanjut Amanda.

Aksi Kreatif, Sindiran Pedas

Seperti demo-demo sebelumnya, aksi kali ini juga diwarnai dengan berbagai poster kreatif yang menyindir kebijakan pemerintah. Salah satu poster yang menarik perhatian adalah gambar Bart Simpson menangis dengan tulisan "Ya Allah, Kenapa Aku WNI."

Tak hanya itu, ada pula poster parodi iklan obat sakit kepala, di mana gambar produk diganti dengan foto Presiden Prabowo yang tampak mengurut dahinya, seolah sedang pusing menghadapi situasi politik.

Sementara itu, Aryo, seorang pekerja di bidang riset yang ikut aksi, mengungkapkan kekesalannya. "Saya sudah marah dengan kondisi negara kita yang dijalankan secara ugal-ugalan," serunya lantang.

Apa Selanjutnya?

Aksi ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat tidak tinggal diam terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat. Para demonstran berharap pemerintah lebih transparan dalam mengambil keputusan, serta mendengarkan aspirasi masyarakat sebelum menerapkan kebijakan besar yang berdampak luas.

Apakah aksi protes ini akan berlanjut? Ataukah pemerintah akan merespons dengan kebijakan yang lebih berpihak kepada rakyat? Kita tunggu perkembangan selanjutnya!

Demo #IndonesiaGelap Masih Berlanjut di Sejumlah Kota Besar, Kritik terhadap Kabinet

Demo #IndonesiaGelap Masih Berlanjut di Sejumlah Kota Besar, Berlangsung Relatif Damai
Perwakilan pengunjuk rasa berorasi di depan ribuan massa dalam aksi massa bertagar #Indonesia Gelap di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Februari 2025, untuk memprotes sejumlah kebijakan pemerintah. (Foto: Hafizh Sahadeva/VOA)
SURABAYA - Gelombang protes dengan tagar #IndonesiaGelap masih terus berlangsung di berbagai kota besar di Tanah Air. Aksi yang digelar oleh mahasiswa, aktivis, dan masyarakat sipil ini berjalan dengan tertib meskipun tetap mendapatkan pengawalan dari pihak kepolisian.

Menurut laporan kantor berita AFP, salah satu aksi terbesar terjadi di Yogyakarta. Ratusan demonstran berkumpul di pusat kota untuk menyuarakan protes terhadap kebijakan pemotongan anggaran pemerintah.

"Saya yakin semua orang Indonesia yang punya hati, pikiran, dan moral akan merasa gelisah melihat kondisi saat ini," ujar koordinator aksi, Rendra Setiawan, sebelum demonstrasi dimulai. "Kegelisahan ini muncul dari ketidakmampuan pemerintah baru untuk menyelesaikan masalah bangsa."

Protes di Surabaya: Kritik terhadap Kabinet

Di Surabaya, Jawa Timur, ratusan mahasiswa dan pekerja dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menggelar aksi damai di depan kantor dewan setempat. Dengan mengenakan kaus hitam, mereka duduk di tanah sambil mengangkat spanduk berisi kritik terhadap pemerintahan baru, seperti "Nilai Buruk untuk Kabinet Gendut" dan "Satu Presiden, Banyak Insiden."

Meskipun berlangsung damai, aparat keamanan tetap berjaga untuk mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan.

Gelombang Protes Masih Berlanjut

Demo serupa juga terjadi di kota-kota lain, menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki kekhawatiran besar terhadap berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Meski begitu, hingga saat ini aksi-aksi tersebut masih berjalan dengan tertib tanpa insiden besar.

Fenomena #IndonesiaGelap ini mencerminkan keresahan masyarakat terhadap berbagai isu yang berkembang, mulai dari kebijakan ekonomi hingga kinerja pemerintahan. Apakah suara rakyat akan didengar? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Massa Padati Patung Kuda Jakarta, Lanjutkan Aksi #IndonesiaGelap

Massa Padati Patung Kuda Jakarta, Lanjutkan Aksi #IndonesiaGelap
Mahasiswa dan aktivis berdemo dalam aksi massa Indonesia Gelap, untuk menolak kebijakan pemotongan anggaran di depan gedung DPRD Jawa Timur di Surabaya, Jumat, 21 Februari 2025. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)
JAKARTA - Jakarta kembali dipenuhi gelombang massa yang melakukan aksi demonstrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Jumat (21/2) siang hingga sore. Massa yang mengenakan pakaian serba hitam mulai berdatangan sejak pukul 13.30 WIB, melanjutkan aksi protes bertajuk #IndonesiaGelap. Aksi ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai semakin membebani rakyat.

Latar Belakang Aksi #IndonesiaGelap

Aksi demonstrasi ini bermula dari keputusan Presiden Prabowo Subianto yang memangkas anggaran sebesar Rp 306,7 triliun. Pemangkasan ini dilakukan dengan mengurangi belanja kementerian dan lembaga, menghapus acara-acara besar, serta membatasi perjalanan dinas.

Namun, langkah penghematan ini berdampak pada berbagai sektor, termasuk pegawai pemerintahan yang harus bekerja dalam kondisi penerangan minim dan penghentian operasional lift di beberapa gedung perkantoran guna menghemat listrik. Beberapa program seperti makan siang bergizi gratis, tunjangan kinerja dosen, hingga kebijakan hilirisasi juga menjadi sorotan para demonstran.

Tuntutan dan Isu yang Diangkat

Dalam aksi ini, massa tidak hanya menyoroti pemangkasan anggaran, tetapi juga menuntut pemerintah untuk segera mengesahkan beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) prorakyat, seperti:
  • RUU Masyarakat Adat
  • RUU Perampasan Aset
  • RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga

Sebaliknya, mereka juga menolak beberapa RUU yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, antara lain:
  • Revisi UU Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri
  • Revisi Tata Tertib DPR
  • Revisi UU Mineral dan Batu Bara

Selain itu, massa juga mendesak pemerintah membatalkan program-program seperti multifungsi TNI-Polri, proyek food estate 29 juta hektar, serta pendirian Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Demo di Berbagai Kota, Berlangsung Damai

Tak hanya di Jakarta, aksi serupa juga terjadi di beberapa kota besar lainnya, seperti Medan, Sumatera Utara dan Makassar, Sulawesi Selatan. Di Yogyakarta, ratusan orang berkumpul di pusat kota untuk memprotes pemangkasan anggaran, sementara di Surabaya, mahasiswa dan aktivis mengenakan pakaian hitam dan menggelar aksi damai di depan kantor dewan setempat.

Koordinator aksi di Yogyakarta, Rendra Setiawan, mengatakan bahwa masyarakat semakin gelisah dengan kondisi saat ini. “Saya yakin semua orang Indonesia yang punya hati, pikiran, dan moral akan merasa gelisah melihat kondisi saat ini,” ujarnya.

Di Surabaya, spanduk bertuliskan "Nilai Buruk untuk Kabinet Gendut" dan "Satu Presiden, Banyak Insiden" dibentangkan oleh para demonstran yang duduk di depan kantor dewan.

Tak Ada Pejabat yang Temui Demonstran

Pada aksi hari sebelumnya, Kamis (20/2), Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sempat menemui para demonstran dan berjanji akan mempelajari tuntutan mereka. Namun, dalam aksi Jumat ini, tidak ada pejabat yang turun langsung untuk berdialog dengan massa.

Amanda, salah satu peserta aksi yang bekerja sebagai konsultan, mengaku rela mengambil cuti demi turun ke jalan. “Kami tidak mau melihat kesejahteraan rakyat makin terdampak hanya karena kebijakan yang asal-asalan,” ungkapnya.

Aryo, seorang peneliti, juga merasa geram dengan kebijakan efisiensi anggaran yang dinilai tidak masuk akal. “Saya sudah marah dengan kondisi negara kita yang dijalankan secara ugal-ugalan,” katanya lantang.

Protes Kreatif, Poster-Poster Menggelitik

Seperti demonstrasi sebelumnya, aksi kali ini juga diwarnai dengan berbagai poster kreatif yang mengundang tawa sekaligus sindiran tajam. Salah satunya adalah poster bergambar Bart Simpson menangis dengan tulisan ‘Ya Allah, Kenapa Aku WNI’. Ada juga poster parodi iklan obat sakit kepala yang mengganti gambar dengan foto Presiden Prabowo sedang mengurut dahinya, seolah sedang pusing.

Pengamat: Pemerintah Harus Merespons dengan Baik

Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, menilai aksi demonstrasi ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan yang diterapkan dalam 100 hari pertama pemerintahan Prabowo.

Ia mencontohkan kebijakan makan siang bergizi gratis yang dinilai tidak tepat sasaran. “Kenapa justru didahulukan di kota-kota, bukan di daerah-daerah?” ujarnya.

Lili juga mengingatkan pemerintah agar tidak merespons aksi ini dengan pernyataan yang meremehkan. “Seperti Luhut yang bilang ‘Indonesia tidak gelap, yang gelap kau’, itu bukan jawaban yang baik dari seorang pejabat negara,” tegasnya.

Aksi Serupa Terjadi di Amerika Serikat

Menariknya, protes atas kebijakan efisiensi anggaran tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat, kebijakan serupa yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Trump juga memicu demonstrasi besar pada Hari Presiden, Senin (17/2) lalu. Survei terbaru menunjukkan bahwa tingkat kepuasan terhadap Trump mulai menurun akibat kebijakan ini.

Aksi #IndonesiaGelap semakin meluas dan menunjukkan kekecewaan publik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro-rakyat. Gelombang demonstrasi ini kemungkinan masih akan terus berlanjut hingga pemerintah memberikan respons yang lebih konkret terhadap tuntutan massa.

Apakah aksi ini akan membawa perubahan kebijakan? Waktu yang akan menjawabnya. Namun yang pasti, suara rakyat semakin lantang terdengar.

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno