Berita Borneotribun.com: Gunung Berapi Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Gunung Berapi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gunung Berapi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Juni 2021

Gunung Berapi paling Aktif di Indonesia Meletus, Abu Panas Menyembur 1.000 Meter ke Langit-langit

Gunung berapi paling aktif di Indonesia meletu, Abu Panas Menyembur 1.000 Meter ke Langit-langit
Lahar mengalir dari kawah Gunung Merapi, gunung berapi paling aktif di Indonesia, terlihat dari Kaliurang di Yogyakarta pada 14 April 2021. (Foto: AFP/Agung Supriyanto)

BORNEOTRIBUN.COM - Gunung berapi paling aktif di Indonesia meletus hari Jumat (25/6), melepaskan gumpalan abu ke angkasa dan mengalirkan lava menuruni lereng-lerengnya dengan disertai awan gas panas. Tidak ada laporan mengenai korban.

Awan abu panas menyembur 1.000 meter ke angkasa dan guguran lava serta gas panas menuruni lereng Gunung Merapi sedikitnya enam kali sejak pagi sementara gunung itu berguncang, kata Hanik Humaida, kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

Serangkaian aliran piroklastik yang kuat muncul dari kubah lava yang berkembang aktif di puncak kawah dalam gunung berapi setinggi 2.968 meter itu, kata Hanik.

Aliran piroklastik adalah fenomena vulkanik yang mencakup turbulen dan campuran guguran batu lava panas, abu, dan gas vulkanik.

Ia menyebut kubah lava itu berkembang dengan pesat, menyebabkan lava panas dan awan gas mengalir menuruni lereng-lerengnya. Beberapa bagian kubah lava runtuh, melontarkan batu dan abu yang menuruni lereng sebelah barat daya Merapi.

Abu menutupi beberapa desa dan kota sekitarnya, lanjut Hanik.

Gunung Merapi telah mengalami peningkatan aktivitas vulkanik dalam beberapa pekan ini dan gumpalan abu meluas hingga sekitar 1,8 kilometer ke arah barat daya gunung itu sebelum fajar, kata Hanik.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia belum menaikkan status waspada Merapi, yang telah berada di level tertinggi kedua dari empat level sejak gunung itu mulai meletus pada November lalu.

Penduduk desa di lereng Merapi yang subur telah dianjurkan untuk tinggal 5 kilometer dari bibir kawah dan harus mewaspadai ancaman lava, kata lembaga tersebut. [uh/ka]

Sumber : VOA

Rabu, 26 Mei 2021

Pasca Letusan Gunung, Sejumlah Anak di Kongo Hilang

Pasca Letusan Gunung, Sejumlah Anak di Kongo Hilang
Aliran lava dari letusan gunung Nyiragongo tampak membelah wilayah permukiman di Buhene, Goma utara, Kongo, Senin (24/5).

BorneoTribun Internasional - Keluarga yang kehilangan anak-anak mereka setelah erupsi Gunung Nyiragongo di bagian timur Republik Demokratik Kongo akhir pekan lalu menunggu di luar sebuah rumah sakit di Goma, dengan harapan akan mendengar kabar tentang orang-orang yang mereka kasihi.

Para orang tua yang putus asa itu hari Selasa (25/5) mencari informasi tentang anak-anak mereka yang hilang setelah letusan gunung yang menewaskan sedikitnya 32 orang itu.

“Saya berada di sini karena sejak Sabtu lalu saya belum lagi bertemu dengan anak saya yang terpisah ketika gunung itu meledak,” ujar Neema Sifa, ibu seorang anak perempuan berusia sembilan tahun di RS Propinsi North-Kivu.

Lebih dari 170 anak-anak dikhawatirkan hilang, dan para pejabat UNICEF mengatakan mereka kini membentuk satu pusat singgah untuk membantu anak-anak tanpa pendamping pasca bencana alam itu.

“Kami bahkan mengirim komunikasi lewat radio, tetapi sayangnya kami tidak mendapat sinyal dari anak itu sehingga tidak tahu di mana ia berada. Kami sangat sedih,” ujar Amani Fiston Butondo, ayah seorang anak berusia enam tahun yang saat ini hilang.

UNICEF mengatakan erupsi Gunung Nyiragongo membuat sekitar 5.000 orang mengungsi dari Goma – suatu kota berpenduduk sekitar dua juta orang – menuju ke Rwanda. Dua puluh lima ribu lainnya mengungsi ke Sake, di Republik Demokratik Kongo barat laut.

Pada hari Minggu (23/5) ribuan penduduk telah kembali, tetapi sejumlah rumah di daerah-daerah dekat gunung itu tertutup lahar.

Erupsi Gunung Nyiragongo membuat langit gelap menjadi merah menyala dan lahar mengalir ke desa-desa yang menghancurkan lebih dari 500 rumah, kata para pejabat dan korban yang selamat.

Hingga laporan ini disampaikan daerah itu masih dalam keadaan siaga, beberapa gempa bumi masih dirasakan di Kongo dan Rwanda. [em/lt]

Oleh: VOA

Senin, 24 Mei 2021

Gunung Nyiragongo di Kongo Meletus, Lahar Mengalir di Jalan-Jalan Kota

Gunung Nyiragongo di Kongo Meletus, Lahar Mengalir di Jalan-Jalan Kota
Lahar terlihat di kota Goma, pasca letusan gunung Nyiragongo di Kongo, Minggu (23/5).

BorneoTribun Internasional - Gunung Nyiragongo di Kongo meletus dan mengeluarkan lahar yang menghancurkan sejumlah rumah di pinggiran kota Goma. Tetapi saksi-saksi mata hari Minggu (23/5) mengatakan kota berpenduduk sekitar dua juta orang itu aman setelah letusan gunung pada Sabtu malam (22/5) yang membuat orang-orang melarikan diri dalam keadaan panik.

Pihak berwenang mengatakan sedikitnya lima orang meninggal dalam kecelakaan di jalan raya ketika berupaya meninggalkan kota Goma. Tetapi mereka memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk memberi informasi soal korban meninggal di komunitas yang paling terpukul itu.

Gubernur Goma Constand Ndima mengatakan lebih dari 500 rumah hancur.

Warga mengatakan hanya ada sedikit peringatan dini sebelum langit yang gelap berubah menjadi merah menyala, memicu kekhawatiran bahwa letusan gunung itu dapat menimbulkan kerusakan yang sama seperti letusan tahun 2002 yang menewaskan ratusan orang.

Misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo Sabtu malam mengatakan berdasarkan pemantauan udara, tampaknya lahar Gunung Nyiragongo tidak mengalir menuju Goma. 

Tetapi ribuan warga Goma telah meninggalkan rumah mereka karena khawatir dengan kemungkinan terburuk. 

Sebagian warga naik perahu menuju Danau Kivu, lainnya berupaya mencapai Gunung Goma, titik ketinggian tertinggi di wilayah itu. 

Sedikitnya 3.000 orang melintasi perbatasan menuju Rwanda.

Pada hari Minggu warga memberanikan diri kembali ke kampung mereka untuk mengevaluasi kerusakan yang ditimbulkan. Asap mengepul dari tumpukan lahar yang membara di Buhene, dekat kota.

Goma adalah pusat bagi banyak badan kemanusiaan di kawasan itu dan sekaligus lokasi Misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB. 

Meskipun Goma merupakan kediaman bagi banyak personil penjaga perdamaian dan pekerja bantuan, banyak wilayah di bagian timur Kongo yang berada dalam ancaman kelompok bersenjata yang berlomba-lomba ingin menguasai sumber daya mineral yang kaya di wilayah itu. [em/jm]

Oleh: VOA

Minggu, 23 Mei 2021

Langit Dipenuhi Asap Warna Merah Akibat Letusan Gunung berapi Nyiragongo

Langit Dipenuhi Asap Warna Merah Akibat Letusan Gunung berapi Nyiragongo
Foto: Gunung Nyiragongo Meletus (AFP/ALEX MILES)


BorneoTribun Internasional -- Langit dipenuhi asap berwarna merah akibat letusan gunung berapi Nyiragongo di Kongo, Sabtu (22/5) sekitar pukul 7 malam.


Dilansir dari AFP, Letusan gunung berapi Nyiragongo memicu eksodus warga ke Negara Tetangga Rwanda.


Gubernur Militer Provinsi Kivu Utara mengatakan gunung berapi Nyiragongo meletus sekitar jam 7 malam.


Sementara, Jenderal Constant Ndima meminta warga setempat tetap tenang, Investigasi terkait insiden gunung meletus ini tengah dilakukan.


"Investigasi sedang dilakukan dan orang-orang harus mengikuti panduan unit perlindungan sipil," katanya.


Misi PBB ke DR Kongo mengirim helikopter "di atas zona tersebut dan mengkonfirmasi letusan tersebut", menurut catatan internal yang dilihat oleh AFP.


"Bagaimanapun lahar itu mengalir menuju Rwanda. Kota Goma dan sekitarnya aman," kata misi tersebut, yang dikenal dengan singkatan bahasa Prancis MONUSCO, yang memiliki basis di Goma.


Akibat gunung meletus tersebut, listrik pun terputus di sebagian besar kota. Tak hanya itu ratusan penduduk juga mulai meninggalkan rumah mereka.


Beberapa keluar dari ujung selatan kota menuju pos perbatasan terdekat dengan Rwanda. 


Sementara yang lainnya menuju ke barat menuju Sake, di wilayah tetangga, Kongo, Masisi.


"Langit menjadi merah," kata seorang warga, Carine Mbala, kepada AFP melalui telepon.


"Ada bau belerang. Di kejauhan Anda bisa melihat api raksasa keluar dari gunung. Tapi belum ada gempa," tambahnya.


(YK/ER)

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno