Berita Borneotribun.com: Filipina Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Filipina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filipina. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Februari 2024

Korban Tewas Bencana Tanah Longsor di Barangay Masara, Kota Maco, Filipina Mencapai 90 Orang

Korban Tewas Bencana Tanah Longsordi Barangay Masara, Kota Maco, Filipina Mencapai 90 Orang
Evakuasi dan penyelamatan korban tanah longsor di Barangay Masara, Kota Maco di Provinsi Davao de Oro,Filipina, Rabu (14/2/2024). (ANTARA/PNA)
FILIPINA – Korban tewas akibat bencana tanah longsor di Barangay Masara, Kota Maco, Provinsi Davao de Oro, Filipina, telah mencapai 90 orang, menurut Ketua Gugus Manajemen Orang Meninggal dan Hilang (MDM) Lea Añora pada Kamis (15/2). 

Añora melaporkan bahwa 37 orang masih hilang, dan hingga saat ini, sudah ada 39 sertifikat kematian yang diterbitkan.

Dari total korban, 14 jenazah yang belum teridentifikasi dikuburkan sementara di pemakaman umum Maco.

"Sebanyak 90 orang yang dievakuasi termasuk tubuh lengkap dan bagian tubuh," kata Añora. Orang-orang yang hilang dicatat dalam catatan polisi setelah keluarga mereka memberi tahu aparat berwenang.

Añora juga mengimbau keluarga yang mencari anggota keluarganya untuk mengecek imbauan pemerintah setempat mengenai proses identifikasi jenazah yang diambil.

"Tindakan yang kami lakukan bersifat berkesinambungan seperti pemeriksaan postmortem, pencatatan, dan pengumpulan barang-barang korban yang diambil," ujarnya.

Operasi evakuasi diluncurkan oleh pejabat pada 14 Februari, satu pekan setelah terjadi tanah longsor.

Tim 911 Pencarian dan Penyelamatan Perkotaan (USAR) Kota Davao mengumumkan akan tetap tinggal selama tiga hari lagi untuk terus membantu operasi pengambilan di wilayah yang terkena longsor.

Sejak 9 Februari, Kepala Kantor Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana Kota, Alfredo Baloran, menyatakan bahwa teknisi penyelamat, peralatan pencarian dan pertolongan, serta dua anjing pelacak telah dikerahkan ke daerah tersebut.

Tim USAR membawa peralatan pencarian dan penyelamatan, termasuk peralatan untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan dan menemukan orang-orang yang terkubur dalam tanah longsor.

Minggu, 04 Februari 2024

Kapal Filipina Bersandar di Pulau Karang, China Kecam Tindakan Ilegal

Tentara Filipina melihat kapal Penjaga Pantai Filipina di Laut Cina Selatan yang disengketakan pada 1 Desember 2023. (Foto: AFP)
Tentara Filipina melihat kapal Penjaga Pantai Filipina di Laut Cina Selatan yang disengketakan pada 1 Desember 2023. (Foto: AFP)
JAKARTA - Pada Sabtu (3/2), China mengungkapkan bahwa sebuah kapal kecil yang dimiliki oleh warga sipil dari Filipina telah "bersandar secara ilegal di pantai" sebuah pulau karang di Laut China Selatan yang menjadi klaim kedua negara tersebut.

Menurut pernyataan Garda Pantai China yang disampaikan melalui platform Weixin, kapal tersebut tiba di atol Kepulauan Spratly pada Jumat (2/2) dengan tujuan untuk melakukan kegiatan pasokan.

"Filipina menempatkan beberapa tentara di kapal Perang Dunia II yang dikandangkan sejak tahun 1999 di lokasi tersebut, yang dianggap sebagai pos terdepan untuk memperkuat klaimnya atas Second Thomas Shoal," seperti yang diungkapkan dalam pernyataan tersebut. 

Wilayah tersebut dikenal sebagai Ayungin di Filipina dan Renai Reef di China.

Meskipun Beijing telah meminta Manila untuk menarik kapal tersebut pada tahun sebelumnya, permintaan tersebut telah ditolak oleh pihak Filipina. 

Pertikaian ini telah memperburuk hubungan bilateral antara kedua negara Asia.

China secara konsisten menegaskan klaim kedaulatan atas sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, termasuk area yang juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. 

Namun, pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen menyatakan bahwa klaim China tersebut tidak memiliki dasar hukum yang kuat.

Senin, 05 Juli 2021

Pesawat bekas AU Amerika milik Filipina Jatuh, 29 Tewas, 50 Selamat

Pesawat bekas AU Amerika milik Filipina Jatuh, 29 Tewas, 50 Selamat
Tim penyelamat tiba di lokasi jatuhnya pesawat AU Filipina C-130 di kota Patikul, provinsi Sulu, Filipina selatan, Minggu (4/7).

BORNEOTRIBUN.COM - Pesawat Angkatan Udara Filipina C-130 yang membawa puluhan personil tentara jatuh di sebuah propinsi di bagian selatan ketika berupaya mendarat.

Para pejabat mengatakan sedikitnya 29 orang tewas dalam kecelakaan hari Minggu (4/7) itu, sementara sekitar 50 orang berhasil diselamatkan dari puing-puing pesawat yang terbakar. 

Pejabat-pejabat militer Filipina mengatakan pesawat itu membawa 92 orang, termasuk tiga pilot dan lima awak, sisanya adalah personil militer. 

Ditambahkan, ketiga pilot selamat tetapi terluka parah.

Sedikitnya empat warga sebuah desa di mana pesawat itu jatuh juga mengalami luka-luka.

Foto: Puing pesawat Hercules Lockheed C-130 AU Filipina setelah jatuh hari Minggu (4/7).

Pesawat Hercules Lockheed C-130 merupakan salah satu dari dua pesawat bekas Angkatan Udara Amerika yang diserahkan ke Filipina sebagai bagian dari bantuan militer tahun ini.

Kepala Staf Militer Filipina Jendral Cirilito Sobejana mengatakan pesawat itu jatuh ketika mendarat Minggu siang di desa Bangkal, di pegunungan Patikul di provinsi Sulu.

Pesawat itu mengangkut pasukan, yang sebagian merupakan bagian dari tentara yang baru menjalani pelatihan dasar, dari kota Cagayan de Oro di bagian selatan untuk ditempatkan di Sulu.

Belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan itu. Panglima militer regional Letjen.

Corleto Vinluan mengatakan kecil kemungkinan pesawat itu ditembak dengan mengutip keterangan para saksi mata yang mengatakan pesawat itu tampaknya melampaui landasan pacu ketika mendarat dan jatuh di pinggiran bandara. [em/jm]

Oleh: VOA

Kamis, 24 Juni 2021

Presiden Filipina Periode 2010-2016 Benigno Aquino Wafat

Presiden Filipina Periode 2010-2016 Benigno Aquino Wafat
Presiden Filipina Periode 2010-2016 Benigno Aquino Wafat.

BorneoTribun Internasional
- Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino, putra dua ikon demokrasi negara Asia Tenggara itu, meninggal pada Kamis (24/6) setelah dirawat di rumah sakit di Manila. 

Pria berusia 61 tahun itu adalah Presiden Filipina dari 2010-2016.  

"Dengan kesedihan mendalam, saya menerima kabar pagi ini atas meninggalnya mantan presiden Benigno Aquino," kata hakim Mahkamah Agung Marvic Leonen, yang diangkat oleh Aquino pada 2012, dalam sebuah pernyataan. 

"Suatu kehormatan untuk melayani dalam kepemimpinannya. Ia akan dirindukan," sebut pernyataan itu. 

Dikenal dengan panggilan Noynoy, Aquino mendapat dukungan publik hingga meraih kursi kepresidenan setelah kematian ibunya, pemimpin “People Power" yang dihormati Corazon Aquino. Corazon juga pernah menjabat presiden dari 1986 hingga 1992.  

Ayahnya dengan nama yang sama adalah seorang senator yang gigih menentang aturan orang kuat, Presiden Ferdinand Marcos. Dia dibunuh saat pulang dari pengasingan politik pada 1983.  

Pembunuhan itu mengejutkan bangsa Filipina sekaligus menjadi pendorong agar Marcos lengser dari jabatannya melalui revolusi "People Power" pada 1986 dan mengantarkan ibunya menjadi presiden.  Aquino adalah anak tunggal yang bekerja di bisnis gula milik keluarga sebelum memulai karier politik pada 1998.  

Dia adalah anggota DPR selama tiga periode antara 1998 dan 2007, mewakili Provinsi Tarlac, kawasan pertanian gula di utara Manila.  Dia masih punya bekas luka tembak dari percobaan kudeta militer tahun 1987 terhadap pemerintahan ibunya. 

Saat itu Noynoy ditembak lima kali dan tiga pengawalnya tewas.  Enam tahun masa jabatan Aquino sebagai presiden tidak lepas dari krisis. Pada tahun kelima masa jabatannya, 44 pasukan komando tewas dalam operasi yang gagal untuk menangkap seorang militan Malaysia yang buron. [mg/ft]

Oleh: Voa Indonesia

Rabu, 21 April 2021

Seorang pejabat senior Filipina mengatakan akan Mulai Uji Klinis Obat COVID-19, Ivermectin

Seorang pejabat senior Filipina mengatakan akan Mulai Uji Klinis Obat COVID-19, Ivermectin
Sekotak obat Ivermectine, dibuat oleh Biogaran, ada di konter apotek, di Paris, Prancis, 28 April 2020. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)

BorneoTribun Filipina -- Seorang pejabat senior Filipina mengatakan negaranya akan memulai uji klinis beberapa obat, termasuk obat anti-parasit ivermectin, pada pasien COVID-19. Uji klinis itu dilakukan untuk melihat kemanjuran obat-obat tersebut dalam memerangi virus corona.

Beberapa politisi di Filipina telah mulai mempromosikan penggunaan ivermectin untuk melawan virus corona dan memberikan obat itu gratis, meski regulator makanan dan obat-obatan negara tersebut telah memperingatkan penggunaannya karena kurangnya bukti obat itu berhasil dalam pengobatan.

Uji klinis ivermectin, yang dapat berlangsung selama enam bulan, "akan memberi kita perkiraan yang lebih dapat diandalkan tentang efek invermectin sebagai agen anti-virus pada pasien ringan dan sedang (COVID-19)," kata Menteri Sains dan Teknologi, Fortunato Dela Pena, dalam presentasinya pada Senin (19/4) malam, sebagaimana dilansir oleh Reuters, Selasa (20/4).

Filipina sedang menghadapi salah satu wabah virus corona terburuk di Asia. Manila sedang berjuang melawan lonjakan infeksi baru, sementara upaya vaksinasi sudah menjangkau 1,3 juta orang dari lebih dari 108 juta populasinya.

Tablet ivermectin telah disetujui untuk mengobati beberapa infeksi akibat cacing dan untuk penggunaan pada hewan yang terkena parasit.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) bulan lalu merekomendasikan untuk tidak menggunakan ivermectin pada pasien dengan COVID-19 kecuali untuk uji klinis, karena kurangnya data yang menunjukkan manfaatnya.

Dela Pena mengatakan pemerintah juga telah menyetujui uji klinis formulasi baru metilprednisolon, steroid, dan melatonin, sebagai pengobatan untuk COVID-19.

Pemerintah, katanya, juga akan memulai uji coba suplemen herbal, yang berasal dari tanaman tradisional “tawa-tawa” yang dapat melawan demam berdarah. Dia menambahkan Filipina juga sedang menguji penggunaan minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) untuk mengobati pasien COVID-19 yang parah.

"Kami sedang mencoba beberapa (obat). Itu mungkin bukan vaksin, tapi berpotensi mempercepat pemulihan," kata Dela Pena.

Filipina telah mencatat lebih dari 945 ribu kasus COVID-19 dan lebih dari 16 ribu kematian, tingkat tertinggi kedua di Asia Tenggara, setelah Indonesia. [ah/au/ft]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno