Berita Borneotribun.com: Donald Trump Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Donald Trump. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Donald Trump. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Maret 2025

Donald Trump Janjikan Tindakan Keras terhadap Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Donald Trump Janjikan Tindakan Keras terhadap Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS
Demonstran pro-Palestina mengibarkan bendera Palestina di depan gerbang masuk Columbia University saat para aktivis pro-Palestina menggelar aksi perkemahan di dalam kampus tersebut di New York pada 22 April 2024. (Foto: AFP/Charly Triballeau)

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan akan melancarkan tindakan tegas terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina di sejumlah kampus Amerika. 

Langkah ini dimulai dengan penangkapan Mahmoud Khalil, salah satu pemimpin demonstrasi di Columbia University, New York, yang Trump sebut sebagai “penangkapan pertama dari banyak yang akan datang.”

Khalil Ditangkap oleh Pejabat Imigrasi

Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa asal Suriah yang baru saja menyelesaikan gelar masternya di Columbia University, ditangkap oleh pejabat imigrasi AS pada akhir pekan lalu. 

Menurut catatan resmi, Khalil memegang kartu hijau AS dan menikah dengan seorang warga negara Amerika yang tengah hamil delapan bulan. 

Meski belum didakwa atas tindak pidana, pihak berwenang menyatakan bahwa penahanannya adalah bagian dari kebijakan Trump untuk melarang antisemitisme dan mencegah apa yang ia sebut sebagai "aktivitas pro-teroris" di universitas-universitas AS.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan bahwa tindakan ini diambil untuk menegakkan perintah Trump yang melarang segala bentuk antisemitisme di kampus, dengan koordinasi langsung dari Departemen Luar Negeri.

Trump: “Tidak Ada Tempat bagi Pendukung Terorisme”

Melalui unggahannya di Truth Social, Trump menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan mentoleransi mahasiswa yang ia anggap sebagai pendukung aksi terorisme.

"Jika Anda mendukung terorisme, termasuk pembantaian pria, perempuan, dan anak-anak yang tidak bersalah, Anda tidak diterima di sini," tulisnya.

Ia juga memperingatkan bahwa lebih banyak mahasiswa di Columbia dan universitas lain yang akan menghadapi konsekuensi serupa jika mereka terus terlibat dalam aksi protes yang ia sebut anti-Amerika dan anti-Semit.

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus AS

Setahun yang lalu, kampus-kampus di AS menjadi pusat demonstrasi besar-besaran terkait perang Israel-Hamas. 

Protes ini dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan penculikan 250 sandera di Israel selatan. 

Sebagai respons, Israel melancarkan serangan ke Gaza, yang menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Demonstrasi pro-Palestina ini memicu kontroversi di kampus-kampus AS, dengan sebagian pihak menuduh para pengunjuk rasa menyebarkan antisemitisme. 

Beberapa protes bahkan berujung pada kekerasan dan bentrokan dengan kelompok pro-Israel. 

Meski begitu, sebagian besar demonstrasi mulai mereda saat tahun ajaran baru dimulai pada musim gugur lalu.

Kritik terhadap Kebijakan Trump

Keputusan Trump untuk menindak keras para demonstran pro-Palestina menuai kritik dari berbagai pihak. 

Maya Berry, Direktur Eksekutif Arab American Institute, menyatakan bahwa kebijakan ini berisiko membungkam kebebasan berbicara di AS.

"Menghubungkan kritik terhadap Israel dengan antisemitisme adalah langkah berbahaya yang dapat merusak hak-hak sipil mahasiswa di Amerika," ujarnya ( Trump Sebut AS akan Deportasi Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Jihadis).

Selain itu, kelompok hak asasi manusia juga khawatir bahwa deportasi mahasiswa asing yang terlibat dalam aksi protes bisa menjadi preseden berbahaya bagi kebijakan imigrasi di masa depan.

Langkah Donald Trump untuk menindak keras mahasiswa yang terlibat dalam aksi pro-Palestina menunjukkan pendekatan keras pemerintahannya terhadap gerakan protes di kampus. 

Dengan penangkapan Mahmoud Khalil sebagai contoh pertama, banyak pihak kini menunggu apakah tindakan ini akan meluas ke kampus-kampus lain dan bagaimana dampaknya terhadap kebebasan akademik serta hak-hak mahasiswa di AS.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Jumat, 07 Maret 2025

Trump Ancam Hamas: "Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah"

Trump Ancam Hamas Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah
Trump Ancam Hamas: "Bebaskan Sandera atau Kalian Akan Musnah".

JAKARTA - Hamas menuduh ancaman yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mendorong Israel untuk keluar dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza. 

Pernyataan ini disampaikan Hamas pada Kamis (6/3), sehari setelah Trump mengeluarkan peringatan keras kepada kelompok tersebut.

Dalam unggahannya di platform media sosial Truth Social, Trump menulis, "Bebaskan semua sandera sekarang. 

Jangan tunda, dan segera kembalikan semua mayat orang-orang yang kalian bunuh, atau kalian akan MUSNAH." Ia juga menambahkan bahwa dirinya telah mengirimkan segala yang dibutuhkan Israel untuk menuntaskan perang ini. 

"Tidak seorang pun anggota Hamas akan selamat jika kalian tidak melakukan apa yang saya katakan," tegasnya.

Situasi Gencatan Senjata yang Rawan

Fase pertama gencatan senjata di Gaza dijadwalkan berakhir pada Sabtu (8/3). Hingga saat ini, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel serta lima warga Thailand. 

Sebagai bagian dari kesepakatan, Israel juga telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.

Namun, ketegangan kembali meningkat setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas. 

Sumber yang mengetahui pembicaraan itu menyebut bahwa fokus utama adalah pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan di Gaza.

Karoline Leavitt, juru bicara Gedung Putih, mengatakan bahwa dialog ini adalah "upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika." Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel telah mengungkapkan sikapnya kepada AS mengenai perundingan langsung dengan Hamas.

Eskalasi Perang di Gaza

Konflik di Gaza kembali memanas sejak serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang lainnya disandera. 

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 48.400 warga Palestina, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan di Gaza.

Seiring dengan makin dekatnya tenggat waktu gencatan senjata, dunia tengah menunggu apakah ancaman Trump akan memperburuk situasi atau justru mendorong upaya penyelesaian konflik yang lebih damai. 

Bagaimana pun, tekanan dari berbagai pihak terus meningkat untuk segera menemukan solusi yang dapat mengakhiri penderitaan rakyat di wilayah konflik ini.

Kamis, 06 Maret 2025

Trump Tegaskan Dukungannya untuk Israel, Berikan Peringatan Keras kepada Hamas

Trump Tegaskan Dukungannya untuk Israel, Berikan Peringatan Keras kepada Hamas
Konvoi kendaraan militer bergerak di dalam Gaza, seperti yang terlihat dari sisi Israel, di perbatasan antara Israel dan Gaza, 5 Maret 2025. (Foto: Nir Elias/Reuters)

WASHINGTON – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan tegas terkait konflik Israel-Hamas. Dalam unggahan di platform Truth Social pada Rabu (5/3), Trump menyatakan bahwa dirinya telah "mengirimkan semua yang dibutuhkan oleh Israel untuk menyelesaikan tugasnya." Pernyataan ini muncul setelah pertemuan Trump dengan delapan mantan sandera yang sebelumnya ditahan di Gaza.

Trump juga mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas, yang telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, untuk segera membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza.

"Bebaskan semua sandera sekarang, jangan nanti, dan segera kembalikan semua jasad orang-orang yang Anda bunuh, atau semuanya BERAKHIR bagi Anda," ujar Trump dalam pernyataannya. "Hanya orang sakit dan keji yang menyimpan mayat, dan Anda sakit dan keji!"

AS Terlibat dalam Pembicaraan Langsung dengan Hamas

Pernyataan Trump ini muncul setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pejabat Amerika Serikat telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas. Ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat kebijakan AS selama ini yang menolak bernegosiasi langsung dengan kelompok tersebut.

Pembicaraan ini berlangsung di Doha, Qatar, dan merupakan pertama kalinya sejak 1997 – ketika Departemen Luar Negeri AS menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris – ada keterlibatan langsung antara AS dan Hamas.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Trump telah memberikan izin kepada utusannya untuk "berbicara dengan siapa pun" dalam rangka menyelesaikan konflik ini. Namun, ia enggan memberikan detail lebih lanjut mengenai isi pembicaraan tersebut.

Leavitt juga menekankan bahwa Israel telah dikonsultasikan sebelum AS mengambil langkah untuk bernegosiasi langsung dengan Hamas. "Ada nyawa warga Amerika yang dipertaruhkan," tambahnya.

Peran Mesir dan Qatar sebagai Mediator

Sejak konflik Israel-Hamas kembali meletus pada 7 Oktober 2023, Mesir dan Qatar telah berperan sebagai mediator utama dalam negosiasi antara Hamas, Amerika Serikat, dan Israel. Peran mereka sangat penting dalam upaya mencapai kesepakatan pembebasan sandera serta upaya mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.

Pihak Israel sendiri memberikan pernyataan singkat terkait keterlibatan AS dalam pembicaraan dengan Hamas. "Israel telah menyampaikan kepada Amerika Serikat posisinya mengenai perundingan langsung dengan Hamas," ungkap Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Situasi Sandera di Gaza

Menurut pejabat Israel, diperkirakan ada sekitar 24 sandera yang masih hidup di Gaza, termasuk Edan Alexander, seorang warga negara Amerika. Selain itu, jenazah sedikitnya 35 orang lainnya diyakini masih berada di tangan Hamas.

Trump telah menunjuk Adam Boehler sebagai utusan khusus untuk urusan penyanderaan. Boehler, yang merupakan pendiri dan CEO Rubicon Founders, dikenal sebagai negosiator utama dalam tim Abraham Accords – sebuah inisiatif yang berupaya meningkatkan pengakuan negara-negara Arab terhadap Israel selama masa jabatan pertama Trump.

Dengan peringatan keras yang disampaikan Trump dan langkah negosiasi langsung yang diambil oleh AS, dunia kini menantikan bagaimana Hamas akan merespons, serta apakah langkah ini dapat membawa perubahan dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

Rabu, 05 Maret 2025

Ramadan Jadi Momen Penting Bagi Trump untuk Menegaskan Kebebasan Beragama di Amerika Serikat

Ramadan Jadi Momen Penting Bagi Trump untuk Menegaskan Kebebasan Beragama di Amerika Serikat
Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump.

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump, menyampaikan pesan Ramadan yang penuh makna pada Senin (3/3). 

Dalam pernyataannya, Trump memberikan salam hangat kepada umat Muslim di seluruh dunia yang menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadan.

"Ramadan adalah waktu yang suci untuk berpuasa, berdoa, dan berkumpul bersama," ujar Trump. 

Ia menekankan bahwa bulan Ramadan merupakan momen untuk mendapatkan harapan, keberanian, serta inspirasi dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan penuh makna.

Selain itu, Trump menegaskan kembali komitmen pemerintahannya dalam menegakkan kebebasan beragama. 

Ia menyoroti bahwa kebebasan beragama adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Amerika Serikat. 

"Kami akan terus berjuang untuk memastikan bahwa setiap individu memiliki hak untuk menjalankan keyakinan mereka dengan bebas dan tanpa hambatan," tambahnya.

Trump juga mengajak seluruh umat untuk memperbarui tekad dalam membangun masa depan yang damai serta menghormati martabat setiap manusia. 

Menurutnya, perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis dan penuh toleransi.

Menutup pesannya, Trump mengungkapkan harapan terbaiknya bagi umat Muslim yang sedang menjalani Ramadan. 

"Semoga bulan suci ini menjadi musim penuh sukacita untuk merenungkan rahmat dan kasih Tuhan yang tak terbatas," katanya.

Pernyataan ini mendapat beragam respons dari berbagai pihak. Sebagian melihatnya sebagai bentuk dukungan bagi kebebasan beragama, sementara yang lain menganggapnya sebagai bagian dari diplomasi politik. 

Meski demikian, pesan Ramadan dari seorang pemimpin dunia tetap menjadi momen penting bagi umat Muslim di berbagai belahan dunia.

Dengan pesan ini, Trump menegaskan kembali pentingnya kebebasan beragama sebagai pilar utama dalam kehidupan bermasyarakat. 

Harapannya, toleransi dan saling menghormati antarumat beragama dapat terus terjaga, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di seluruh dunia.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Trump Tangguhkan Bantuan Militer ke Ukraina, Tekanan Perdamaian Meningkat

Trump Tangguhkan Bantuan Militer ke Ukraina, Tekanan Perdamaian Meningkat
Presiden AS Donald Trump menyambut kedatangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Washington, pada 28 Februari 2025. (Foto: AP/Ben Curtis)

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menangguhkan bantuan militer ke Ukraina pada Senin (3/3). 

Keputusan ini diungkapkan oleh seorang pejabat AS kepada kantor berita AFP dan langsung berdampak pada ratusan juta dolar bantuan dalam bentuk senjata yang tengah diproses untuk dikirim ke Kyiv, seperti yang dilaporkan oleh surat kabar The New York Times.

Langkah ini dilakukan hanya beberapa hari setelah perdebatan terbuka yang mengejutkan di Gedung Putih antara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dan Trump. 

Perselisihan ini menunjukkan adanya tekanan kuat bagi Ukraina untuk segera menyetujui perundingan perdamaian dengan Rusia.

Alasan di Balik Penangguhan Bantuan

Menurut seorang pejabat Gedung Putih yang berbicara secara anonim, Trump ingin memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar berkontribusi pada solusi perdamaian. 

"Presiden telah menjelaskan bahwa dia fokus pada perdamaian. Kami membutuhkan mitra kami untuk berkomitmen pada tujuan itu juga," kata pejabat tersebut.

Dia menambahkan bahwa keputusan untuk menghentikan sementara bantuan ini dilakukan guna meninjau kembali kontribusi bantuan terhadap proses perdamaian. 

Meskipun demikian, Trump sendiri sebelumnya mengatakan bahwa penghentian sementara bantuan ini belum dibahas secara resmi, tetapi dia juga tidak menutup kemungkinan kebijakan tersebut akan tetap berlanjut.

Dampak bagi Ukraina

Keputusan ini jelas memberikan tekanan tambahan bagi Ukraina yang masih berada dalam konflik dengan Rusia. 

Trump bahkan mengisyaratkan bahwa Zelenskyy “tidak akan bertahan lama” tanpa adanya kesepakatan gencatan senjata dengan Moskow.

Di sisi lain, Zelenskyy menegaskan bahwa pihaknya berupaya untuk mengakhiri perang sesegera mungkin. 

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Ukraina tengah berada dalam posisi sulit dan harus mempertimbangkan berbagai opsi untuk menyelesaikan konflik dengan Rusia.

Tekanan Diplomatik dan Masa Depan Konflik

Langkah yang diambil Trump ini bisa menjadi bagian dari strategi diplomasi AS dalam menekan Ukraina agar segera mencapai kesepakatan damai. 

Namun, di sisi lain, keputusan ini juga bisa mengundang kritik dari berbagai pihak yang menilai bahwa penghentian bantuan militer dapat melemahkan posisi Ukraina dalam menghadapi Rusia.

Apakah keputusan ini akan membawa hasil positif atau justru semakin memperumit situasi, masih harus kita lihat ke depannya. 

Yang jelas, kebijakan ini semakin menambah ketidakpastian di tengah konflik yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun ini.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Senin, 03 Maret 2025

Apple Gandakan Investasi di AS, Produksi iPhone Kian Beragam

Apple Gandakan Investasi di AS, Produksi iPhone Kian Beragam
Apple Gandakan Investasi di AS, Produksi iPhone Kian Beragam.

JAKARTA - Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan menggandakan tarif terhadap China, tempat sebagian besar produk Apple dibuat. Keputusan ini menambah ketegangan dalam perang dagang antara AS dan China yang sudah berlangsung selama beberapa tahun.

Selama ini, banyak iPhone dan produk Apple lainnya diproduksi di China. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Apple mulai memperluas produksinya ke negara lain seperti Vietnam dan India. Sayangnya, investasi Apple di Amerika Serikat sendiri belum terlalu signifikan.

Namun, situasi ini tampaknya akan segera berubah. Pekan lalu, Apple mengumumkan rencana besar mereka untuk berinvestasi sebesar $500 miliar di AS dalam empat tahun ke depan. Salah satu rencana utama Apple adalah membangun fasilitas di Texas untuk memproduksi server kecerdasan buatan (AI). Selain itu, Apple juga berkomitmen menciptakan 20.000 lapangan kerja baru di AS.

Bertemu dengan Trump, Apple Umumkan Investasi Baru

Pengumuman investasi besar ini datang setelah CEO Apple, Tim Cook, bertemu dengan Donald Trump pekan lalu. Apple menjadi salah satu perusahaan teknologi AS yang mulai mengalihkan sebagian produksinya ke dalam negeri. Trump sendiri menyambut baik keputusan Apple tersebut.

“Mereka justru akan membangun di sini karena mereka tidak mau membayar tarif,” ujar Trump.

Dalam unggahan di media sosial pada Kamis lalu, Trump mengumumkan bahwa tarif universal sebesar 10% terhadap produk-produk dari China akan digandakan, yang mulai berlaku efektif pada hari Selasa.

Diversifikasi Produksi, Bukan Sekadar Tarif

Meskipun ada anggapan bahwa langkah Apple ini dipengaruhi oleh kebijakan tarif Trump, para pengamat mengatakan bahwa keputusan ini lebih berkaitan dengan strategi jangka panjang Apple dalam mendiversifikasi rantai pasokan mereka.

Bill Reinsch dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) mengatakan bahwa Apple sudah mulai memindahkan sebagian produksi dari China jauh sebelum kebijakan tarif ini diberlakukan.

"Jumlah produksi di China masih besar, tapi ada tren yang jelas bahwa Apple ingin mengurangi ketergantungan mereka di sana," ujar Reinsch.

Apple dan Investasi Pro-AS

Sebagian besar rencana Apple sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Namun, perusahaan ini tetap menegaskan bahwa kebijakan investasi dan penciptaan lapangan kerja mereka selaras dengan prioritas ekonomi AS.

Ben Bajarin, CEO Creative Strategies, mengatakan bahwa Apple memanfaatkan pengumuman ini untuk mendapatkan lebih banyak perhatian publik.

“Mereka hanya mengambil kesempatan untuk menggunakan siaran pers untuk mendapatkan lebih banyak paparan publik mengenai banyak hal yang telah mereka belanjakan dan jelas selaras dengan kebijakan yang pro-AS,” jelas Bajarin kepada VOA.

Sebagai bagian dari investasinya di AS, Apple juga mengonfirmasi bahwa mereka akan memproduksi chip silikon canggihnya di pabrik TSMC di Arizona. TSMC sendiri merupakan perusahaan semikonduktor asal Taiwan yang memiliki reputasi kuat dalam industri teknologi global.

Dengan langkah ini, Apple tidak hanya menunjukkan komitmennya terhadap ekonomi AS tetapi juga semakin memperkuat rantai pasokan mereka di berbagai negara. Keputusan ini bisa menjadi awal dari perubahan besar dalam cara Apple memproduksi perangkat mereka di masa depan.

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Minggu, 02 Maret 2025

Trump Akan Teken Inpres Tetapkan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Nasional

Trump Akan Teken Inpres Tetapkan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Nasional
Petunjuk tiga bahasa mengarahkan orang di gedung pengadilan imigrasi Chicago pada 12 November 2024. Pada 28 Februari 2025, Gedung Putih mengumumkan Trump akan menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi AS. (Foto: AP)

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dijadwalkan menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) pada Jumat (28/2) waktu setempat yang akan menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional. 

Langkah ini diklaim sebagai upaya untuk "mendorong persatuan, meningkatkan efisiensi administrasi pemerintah, dan membuka jalan bagi partisipasi sipil," menurut pernyataan Gedung Putih.

Aturan Baru dan Perubahan Kebijakan

Dengan Inpres ini, lembaga pemerintah serta organisasi yang menerima dana federal akan diberikan kewenangan untuk memutuskan apakah mereka tetap menyediakan layanan dan dokumen dalam bahasa selain bahasa Inggris atau tidak.

Selain itu, kebijakan ini juga mencabut mandat dari era Presiden Bill Clinton yang sebelumnya mewajibkan pemerintah dan penerima dana federal untuk menyediakan bantuan bahasa bagi penutur non-Inggris. 

Hal ini diperkirakan akan berdampak pada banyak komunitas imigran yang selama ini mengandalkan layanan terjemahan dalam berbagai bahasa.

Langkah Kontroversial

Langkah ini bukan pertama kalinya Trump membuat kebijakan yang berhubungan dengan bahasa nasional. 

Pada hari-hari awal kepresidenannya di Januari, pemerintahan Trump menghapus versi bahasa Spanyol dari situs web resmi Gedung Putih, yang menimbulkan reaksi kecewa dari berbagai kelompok advokasi Hispanik dan komunitas lainnya. 

Meskipun Gedung Putih sempat berjanji untuk mengembalikannya, hingga saat ini versi bahasa Spanyol dari situs tersebut masih belum dipulihkan.

Sejarah Panjang Upaya Penetapan Bahasa Inggris

Penetapan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi Amerika Serikat telah menjadi perdebatan panjang selama beberapa dekade. 

Sejumlah anggota Kongres telah beberapa kali mencoba mengajukan undang-undang terkait, tetapi selalu menemui kegagalan. 

Namun, lebih dari 30 negara bagian di AS sudah lebih dulu menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di wilayah mereka, menurut data dari organisasi U.S. English, yang aktif mengadvokasi kebijakan ini.

Dampak Kebijakan Ini

Kebijakan ini kemungkinan besar akan memicu berbagai reaksi, terutama dari kelompok imigran dan komunitas yang mengandalkan layanan dalam bahasa selain Inggris. 

Banyak yang khawatir bahwa langkah ini akan semakin menyulitkan akses mereka terhadap layanan publik dan informasi penting dari pemerintah.

Sementara itu, pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa penetapan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional dapat membantu meningkatkan efisiensi pemerintahan dan mendorong imigran untuk lebih cepat beradaptasi dengan kehidupan di Amerika Serikat.

Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan tanggapan lebih lanjut mengenai kebijakan ini, terutama terkait dampaknya terhadap komunitas non-penutur bahasa Inggris di AS.**

Oleh: VOA Indonesia | Editor: Yakop

Sabtu, 01 Maret 2025

Trump dan Zelenskyy Bersitegang di Gedung Putih Soal Kesepakatan Mineral

Trump dan Zelenskyy Bersitegang di Gedung Putih Soal Kesepakatan Mineral
Trump dan Zelenskyy Bersitegang di Gedung Putih Soal Kesepakatan Mineral.
Washington, D.C. – Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih berujung pada ketegangan setelah keduanya berselisih mengenai kesepakatan akses mineral langka Ukraina.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Ruang Oval, Trump menekan Zelenskyy untuk menerima kesepakatan yang memungkinkan Amerika Serikat mengakses sumber daya mineral di Ukraina. 

Ketegangan meningkat ketika Trump memperingatkan Zelenskyy dengan nada tegas, “Anda akan membuat kesepakatan atau kami keluar.”

Setelah pertemuan tersebut, Trump mengeluarkan pernyataan melalui media sosial yang mengindikasikan bahwa kesepakatan itu batal. 

“Saya telah memutuskan bahwa Presiden Zelenskyy tidak siap untuk perdamaian jika Amerika terlibat, karena dia merasa keterlibatan kami memberinya keuntungan besar dalam negosiasi,” tulis Trump. 

Ia juga menambahkan bahwa Zelenskyy bisa kembali ketika sudah siap untuk berbicara tentang perdamaian.

Situasi semakin memanas sekitar 40 menit setelah Zelenskyy mengangkat isu invasi Rusia ke Krimea pada 2014. Wakil Presiden AS JD Vance turut mengkritik Zelenskyy dengan menuduhnya melakukan “tur propaganda.”

“Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval dan mencoba meributkan hal ini di depan media Amerika,” ujar Vance.

Trump dan Vance juga menyinggung bantuan besar yang telah diberikan Washington kepada Ukraina, menyiratkan bahwa Zelenskyy tidak cukup berterima kasih atas dukungan tersebut. 

Trump bahkan memperingatkan bahwa Ukraina sedang mempertaruhkan risiko lebih besar. 

“Anda tidak punya kartu saat ini,” katanya. “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III.”

Zelenskyy akhirnya meninggalkan Gedung Putih lebih awal tanpa mengikuti konferensi pers bersama yang sebelumnya dijadwalkan.

Kesepakatan mineral langka

Sebelum pertemuan berakhir, Trump mengatakan bahwa ia hampir menandatangani kesepakatan dengan Zelenskyy.

"Kami memiliki sesuatu yang merupakan kesepakatan yang sangat adil, dan kami berharap untuk masuk dan menggali, menggali, menggali, dan bekerja serta memperoleh sebagian mineral langka," kata Trump kepada Zelenskyy yang tampak tidak nyaman.

Kesepakatan tersebut mencakup ketentuan untuk kepemilikan bersama dan pengelolaan dana rekonstruksi pascaperang untuk Ukraina, yang mana Ukraina akan mengalokasikan 50 persen dari pendapatan masa depan dari sumber daya alam negara tersebut.

Trump menggambarkan perjanjian mineral ini sebagai sejenis "backstop" guna menggantikan jaminan keamanan di mana Amerika Serikat memberi dukungan garis belakang bagi pasukan perdamaian Ukraina pasca perang dengan Rusia.

“Itu artinya kami akan berada di dalam, dan itu adalah komitmen besar dari Amerika Serikat,” katanya.

Perjanjian tersebut menyatakan bahwa Amerika Serikat akan mempertahankan “komitmen keuangan jangka panjang untuk pengembangan Ukraina yang stabil dan makmur secara ekonomi.” Perjanjian tersebut tidak secara langsung merujuk pada upaya untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina atau tentang pengaturan keamanan di masa mendatang, selain dari satu baris: “Pemerintah Amerika Serikat mendukung upaya Ukraina untuk memperoleh jaminan keamanan yang diperlukan untuk membangun perdamaian abadi.”

Di luar kesepakatan mineral, Trump tidak berkomitmen untuk memberikan jaminan keamanan apa pun guna mendukung pasukan penjaga perdamaian Eropa untuk menegakkan gencatan senjata di masa mendatang antara Ukraina dan Rusia — tuntutan yang diajukan oleh Prancis, Inggris, dan sekutu NATO lainnya.

“Saya tidak suka berbicara tentang penjagaan perdamaian sampai kita mencapai kesepakatan,” kata Trump dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Inggris Kier Starmer pada hari Kamis di Gedung Putih.

Pertemuan pertama di Gedung Putih

Trump dan Zelenskyy telah melakukan berbagai pertemuan tatap muka sebelumnya, tetapi pertemuan hari Jumat adalah pertemuan pertama mereka di Gedung Putih. 

Awal bulan ini, keduanya berbicara melalui telepon, menyusul pembicaraan telepon Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump dan Zelenskyy Bersitegang di Gedung Putih Soal Kesepakatan Mineral
Trump dan Zelenskyy Bersitegang di Gedung Putih Soal Kesepakatan Mineral.
Sejak menjabat, Trump telah meningkatkan tekanannya terhadap Ukraina, dan dengan keliru menyatakan bahwa Kyiv memulai perang dengan Rusia dan menyebut Zelenskyy sebagai "diktator."

Ia juga telah mengulangi klaim bahwa Amerika Serikat telah menghabiskan $350 miliar untuk perang Ukraina — angka yang jauh melampaui jumlah yang dicatat oleh Departemen Pertahanan dan kelompok pengawas antarlembaga yang melacak alokasi dana Amerika Serikat untuk Ukraina.

Sementara itu, Trump tengah melakukan negosiasi langsung dengan Rusia tanpa melibatkan Kyiv atau sekutu Eropa, dan dalam pembelaannya mengatakan hal itu sebagai "akal sehat" ketika berbicara dalam konferensi pers.

Ia menggambarkan pembicaraan tersebut sebagai "sangat maju" tetapi memperingatkan bahwa hanya ada sedikit waktu untuk mengamankan kesepakatan guna mengakhiri perang. 

Ia menyatakan keyakinannya bahwa Putin akan "menepati janjinya" dan tidak melancarkan agresi lebih lanjut terhadap Ukraina jika kesepakatan damai antara Moskow dan Kyiv tercapai. [es/dw]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Trump Yakin Putin Akan "Penuhi Janji" Jika Perjanjian Akhiri Perang Ukraina Tercapai

Trump Yakin Putin Akan "Penuhi Janji" Jika Perjanjian Akhiri Perang Ukraina Tercapai
Trump Yakin Putin Akan "Penuhi Janji" Jika Perjanjian Akhiri Perang Ukraina Tercapai.

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan keyakinannya bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan menepati janjinya jika kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat tercapai. 

Hal ini disampaikan Trump dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Gedung Putih pada Kamis (27/2).

Pembicaraan Damai Sedang Berjalan

Trump menyebut bahwa pembicaraan untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina saat ini "berjalan dengan sangat baik." Dalam pertemuan tersebut, Starmer menekankan pentingnya peran kepemimpinan Amerika dalam menjaga perdamaian di Ukraina, yang hingga kini masih berada dalam situasi perang selama hampir empat tahun.

“Saya rasa dia akan menepati janjinya,” ujar Trump tentang Putin.

Trump juga menegaskan bahwa dirinya telah mengenal Putin sejak lama dan pernah menghadapi isu kontroversial bersama, merujuk pada dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016 yang disebutnya sebagai "hoaks Rusia."

Kekhawatiran Eropa terhadap Pendekatan Trump

Kunjungan Starmer ke AS terjadi tidak lama setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, juga melakukan lawatan serupa. 

Negara-negara Eropa semakin khawatir bahwa pendekatan agresif Trump dalam menyelesaikan konflik ini bisa diartikan sebagai bentuk kelembutan terhadap Putin.

Sejumlah sekutu AS di Eropa merasa tidak nyaman dengan kebijakan luar negeri Trump yang berfokus pada "America First." Terlebih lagi, pekan lalu, pemerintahan Trump diketahui melakukan pembicaraan langsung dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina atau sekutu Eropa lainnya.

Situasi semakin menjadi perhatian setelah AS menolak menandatangani resolusi PBB yang menyalahkan Rusia atas invasi ke Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022. 

Sikap ini membuat hubungan transatlantik antara AS dan negara-negara Eropa mengalami perubahan besar.

Kesepakatan Kontroversial dengan Ukraina

Pada Jumat (28/2), Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk menandatangani perjanjian kontroversial. 

Kesepakatan ini memberikan akses bagi AS terhadap mineral-mineral penting Ukraina yang digunakan dalam industri kedirgantaraan, pertahanan, dan nuklir. 

Sebagai imbalan, Ukraina akan menerima kompensasi berupa bantuan senjata dari AS untuk melawan invasi Rusia.

Namun, yang menjadi sorotan adalah kesepakatan ini tidak secara langsung membahas pengakhiran perang atau menjamin keamanan jangka panjang bagi Ukraina. 

Hanya ada satu pernyataan yang menyebutkan bahwa "Pemerintah Amerika Serikat mendukung upaya Ukraina untuk mendapatkan jaminan keamanan yang diperlukan guna membangun perdamaian yang langgeng."

Zelenskyy Kecewa dengan Sikap AS

Presiden Zelenskyy dikabarkan tidak puas dengan perjanjian tersebut karena tidak adanya jaminan keamanan khusus dari AS. 

Sementara itu, Trump tampaknya lebih fokus pada kepentingan ekonomi dan menekankan bahwa Rusia akan berpikir dua kali untuk menyerang Ukraina jika negara tersebut memiliki perekonomian yang kuat, salah satunya dengan mengekstraksi mineral-mineral penting.

Pendekatan Trump terhadap konflik ini masih menimbulkan banyak pertanyaan, terutama mengenai seberapa besar komitmen AS dalam mendukung Ukraina. 

Dengan sikap yang lebih condong pada penyelesaian diplomasi ekonomi daripada keamanan militer, arah kebijakan luar negeri Trump terhadap konflik ini masih menjadi tanda tanya bagi banyak pihak, terutama di Eropa.

Bagaimana kelanjutan dari perjanjian ini? Apakah Putin benar-benar akan memenuhi janjinya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Kamis, 27 Februari 2025

Donald Trump Tawarkan 'Kartu Emas' Seharga $5 Juta bagi Imigran Kaya

Donald Trump Tawarkan 'Kartu Emas' Seharga $5 Juta bagi Imigran Kaya
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan program baru yang disebut "Kartu Emas," sebuah jalur khusus bagi imigran berkantong tebal untuk mendapatkan kewarganegaraan AS. 

Dengan membayar $5 juta, pemegang kartu ini akan mendapatkan hak istimewa seperti kartu hijau dan kesempatan menjadi warga negara Amerika Serikat.

Program Eksklusif untuk Imigran Kaya

Dalam konferensi pers di Ruang Oval, Gedung Putih, Trump menjelaskan bahwa "Kartu Emas" akan menjadi alternatif baru untuk program visa EB-5 yang sudah ada.

“Kita akan menjual ‘kartu emas.’ Kita memiliki kartu hijau, (sedangkan) ini adalah ‘kartu emas.’ Kita akan menetapkan harga untuk kartu itu sekitar $5 juta, dan itu akan memberi mereka hak istimewa sebagai pemegang kartu hijau. Selain itu, kartu ini akan menjadi jalur menuju kewarganegaraan,” kata Trump kepada wartawan.

Menurut Trump, penerima "Kartu Emas" akan diberikan izin bekerja di AS, membuka bisnis, menciptakan lapangan pekerjaan, serta membayar pajak yang akan membantu mengurangi defisit negara. 

Ia juga berharap perusahaan-perusahaan besar bersedia membayar untuk mendatangkan pekerja terampil ke AS melalui program ini.

Tidak Perlu Persetujuan Kongres

Saat ditanya apakah program ini membutuhkan persetujuan dari Kongres, Trump menegaskan bahwa tidak diperlukan persetujuan saat ini karena yang sedang diproses adalah pemberian kartu, bukan kewarganegaraan langsung.

“Kami tidak memerlukan Kongres sekarang, karena tidak sedang mengurus kewarganegaraan. Kami sedang mengurus kartu. Itu adalah jalan menuju kewarganegaraan, jalan yang sangat kuat menuju kewarganegaraan. Namun, untuk kewarganegaraan, saya harus meminta persetujuan Kongres,” jelasnya.

Akan Menggantikan Program EB-5

Selama ini, AS memiliki program investasi imigran bernama EB-5 yang memungkinkan individu untuk mendapatkan kartu hijau dengan investasi minimal $800.000. 

Namun, Trump menilai program EB-5 memiliki banyak celah dan sering disalahgunakan. Oleh karena itu, "Kartu Emas" akan menjadi penggantinya.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengonfirmasi bahwa "Kartu Emas" akan menggantikan EB-5 dan akan lebih selektif dalam menerima imigran kaya yang bisa memberikan dampak positif bagi ekonomi AS. 

"Para pemegang 'Kartu Emas' akan menjalani pemeriksaan latar belakang yang ketat. Mereka akan menjadi warga dunia yang hebat dan berkelas dunia," ujar Lutnick.

Ia juga menambahkan bahwa uang dari program ini dapat digunakan untuk mengurangi defisit anggaran AS. 

"Mengapa kita memberikan lotere kartu hijau? Mengapa kita memberikan EB-5 untuk kartu hijau? Presiden memahami bahwa kita bisa menggunakan dana dari 'Kartu Emas' untuk kepentingan negara," tegasnya.

Apakah Program Ini Menarik bagi Investor?

Meski terdengar menarik, beberapa pengamat menilai program ini belum tentu diminati oleh investor global.

“Saya tidak yakin tawaran presiden AS saat ini akan berdampak besar. Mendapatkan kartu hijau di AS tidaklah sulit jika memenuhi kriteria tertentu,” kata Bassim Haidar, seorang penasihat imigrasi dan kekayaan.

Menurutnya, imigran kaya mungkin enggan membayar $5 juta karena harus tunduk pada aturan pajak AS yang lebih ketat, termasuk pajak atas pendapatan global mereka. 

Ini bisa menjadi penghalang besar bagi investor yang ingin mempertahankan fleksibilitas finansial mereka.

Selain itu, Uni Eropa belakangan ini mulai memperketat program visa emas serupa karena dinilai hanya memberikan manfaat ekonomi marjinal dan meningkatkan risiko penghindaran pajak serta korupsi.

John Hu, pakar migrasi dari Hong Kong, juga menambahkan bahwa menaikkan ambang batas investasi menjadi $5 juta akan menyulitkan banyak calon imigran, khususnya dari China dan Hong Kong yang selama ini menjadi pengguna utama visa EB-5.

"Jumlah total pemohon akan turun drastis jika 'Kartu Emas' menggantikan EB-5, terutama karena kewajiban pajak global yang menjadi perhatian utama orang-orang kaya," kata Hu.

Program "Kartu Emas" yang diusulkan Donald Trump memang menawarkan jalur eksklusif bagi imigran kaya untuk menjadi warga AS. 

Namun, masih perlu dilihat apakah program ini benar-benar akan menarik investor global atau justru menjadi penghalang karena aturan pajak yang ketat. 

Rincian lebih lanjut mengenai program ini rencananya akan diumumkan dalam dua minggu ke depan.

Senin, 24 Februari 2025

Pertemuan Tatap Muka Trump dan Putin Sedang Dipersiapkan

Pertemuan Tatap Muka Trump dan Putin Sedang Dipersiapkan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan pada awal pertemuan di Helsinki, Finlandia, 16 Juli 2018. (Foto: Pablo Martinez Monsivais/AP Photo)
JAKARTA - Persiapan untuk pertemuan tatap muka antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin kini sedang berlangsung. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, mengungkapkan pada Sabtu (22/2) bahwa pertemuan ini bisa menjadi momen penting dalam hubungan kedua negara dan membahas berbagai isu global, termasuk perang di Ukraina.

Fokus Pembicaraan: Lebih dari Sekadar Ukraina

Ryabkov menyatakan bahwa pembicaraan antara Trump dan Putin tidak hanya akan membahas konflik di Ukraina tetapi juga upaya untuk menormalkan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat.

“Pertanyaannya adalah tentang bagaimana kita mulai bergerak menuju normalisasi hubungan antar negara, menemukan solusi untuk berbagai situasi berbahaya, termasuk Ukraina,” kata Ryabkov.

Namun, ia juga menegaskan bahwa rencana ini masih dalam tahap awal dan memerlukan persiapan yang sangat intensif sebelum bisa terwujud.

Pertemuan Awal di Arab Saudi

Sebelumnya, pada Selasa (18/2), perwakilan Rusia dan Amerika Serikat bertemu di Arab Saudi untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina serta meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi. Kesepakatan ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump.

Dalam pertemuan tersebut, para pejabat senior Amerika bahkan menyarankan agar Ukraina tidak lagi mengejar keanggotaan dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan menerima kondisi kehilangan sekitar 20 persen wilayahnya yang kini dikuasai oleh Rusia.

Setelah pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Amerika Marco Rubio mengatakan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan awal untuk tiga hal penting:
1. Memulihkan staf diplomatik di kedutaan masing-masing di Washington dan Moskow.
2. Membentuk tim negosiasi tingkat tinggi untuk mendukung perundingan damai Ukraina.
3. Menjajaki kerja sama ekonomi yang lebih erat antara Rusia dan Amerika Serikat.

Namun, Rubio menekankan bahwa ini baru tahap awal dari perundingan dan masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai kesepakatan final.

Reaksi Beragam dari Ukraina dan Sekutu Eropa

Meskipun pertemuan ini membawa angin perubahan dalam hubungan Rusia dan Amerika, Ukraina tidak dilibatkan dalam diskusi tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa negaranya tidak akan menerima hasil apa pun dari perundingan yang tidak melibatkan Kyiv. Ia bahkan menunda perjalanannya ke Arab Saudi yang sebelumnya dijadwalkan pada Rabu (19/2).

Di sisi lain, sekutu-sekutu Eropa juga menyuarakan kekhawatiran karena merasa tidak dilibatkan dalam pembicaraan yang menyangkut keamanan regional.

## Sikap Trump terhadap Ukraina
Trump tampaknya mulai melunakkan kritiknya terhadap Ukraina. Dalam wawancara radio dengan Brian Kilmeade dari Fox News pada Jumat (21/2), ia menarik kembali pernyataan sebelumnya yang menyalahkan Kyiv atas konflik ini.

Namun, ia tetap menekankan bahwa baik Zelenskyy maupun mantan Presiden AS Joe Biden seharusnya lebih proaktif dalam mencari solusi damai dengan Rusia.

“Rusia memang menyerang, tapi mereka seharusnya tidak membiarkan itu terjadi,” ujar Trump.

Pertemuan puncak antara Trump dan Putin berpotensi menjadi titik balik dalam hubungan Amerika Serikat dan Rusia serta upaya penyelesaian konflik di Ukraina. Meski masih dalam tahap awal, diskusi ini menunjukkan adanya kemungkinan perubahan besar dalam politik global, terutama terkait peran Amerika dalam perang di Ukraina.

Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam mengakomodasi kepentingan Ukraina dan sekutu-sekutu Barat yang masih ragu dengan pendekatan ini. Apakah pertemuan ini akan membawa perdamaian atau justru membuka babak baru dalam ketegangan geopolitik? Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Jumat, 21 Februari 2025

Ivanka Trump dan Jared Kushner Sewa Kondominium Mewah di Miami Setelah Beli Lahan Rp500 Miliar di Indian Creek

Ivanka Trump dan Jared Kushner Sewa Kondominium Mewah di Miami Setelah Beli Lahan Rp500 Miliar di Indian Creek
Ivanka Trump and Jared Kushner. Samir Hussein/WireImage/Getty Images
JAKARTA - Sebagai masa jabatan Presiden Donald Trump berakhir, keluarga Trump tampaknya mulai menetap di Florida. Ivanka Trump dan suaminya, Jared Kushner, dikabarkan telah menyewa sebuah kondominium mewah di Miami, Florida, sebagai tempat tinggal sementara mereka.

Menurut laporan, pasangan ini menyewa unit di Arte, sebuah bangunan kondominium mewah yang dirancang oleh arsitek Italia Antonio Citterio. Bangunan berbentuk piramida ini dikenal sebagai salah satu hunian paling eksklusif di kawasan Surfside, Miami. Bahkan, penthouse di gedung ini baru saja terjual seharga 33 juta dolar AS (sekitar Rp536 miliar) kepada seorang eksekutif private equity asal New York.

Salah satu pengembang bangunan ini, Alex Sapir, memiliki hubungan bisnis dengan Presiden Trump. Alex adalah CEO dari Sapir Organization, perusahaan yang didirikan oleh ayahnya, Tamir Sapir, seorang imigran Soviet yang memiliki portofolio real estat besar di New York. Sapir Organization sebelumnya pernah bekerja sama dengan Trump Organization dalam membangun Trump SoHo di New York sebelum krisis keuangan 2008.

Sewa kondominium ini disebut sebagai langkah sementara bagi Ivanka dan Jared, karena mereka baru saja membeli sebidang tanah di Pulau Indian Creek, Miami, seharga 32 juta dolar AS (sekitar Rp500 miliar). Pulau ini dikenal sebagai "Bunker Miliarder" karena hanya memiliki sedikit rumah dan dijaga ketat keamanannya.

Apartemen di Arte menawarkan fasilitas kelas dunia, seperti akses lift pribadi dengan teknologi pengenalan sidik jari, teras luas dengan langit-langit travertine Romawi, lantai kayu ek Eropa, serta tempat parkir dengan pengaturan suhu. Penghuni juga dapat menikmati kolam renang dalam ruangan sepanjang 75 kaki yang dipanaskan, lapangan tenis di atap, pusat kebugaran, ruang bermain anak-anak, serta lounge eksklusif untuk penghuni.

Meskipun gedung ini sudah memiliki sistem keamanan 24 jam, Ivanka dan Jared akan membawa tim keamanan tambahan untuk menjaga privasi dan keselamatan mereka. Penjualan unit di gedung ini dikelola oleh perusahaan real estat Douglas Elliman.

Sebelumnya, selama pemerintahan Trump, pasangan ini menyewa rumah mewah di kawasan Kalorama, Washington, D.C., dari pengusaha asal Chile, Andrónico Luksic.

Dengan kepindahan ini, tampaknya Ivanka Trump dan Jared Kushner siap untuk memulai babak baru di Florida, sambil menunggu pembangunan rumah mereka yang kemungkinan akan menjadi salah satu hunian paling mewah di Indian Creek.

Selasa, 17 September 2024

Lagi-lagi Upaya Pembunuhan Terhadap Donald Trump Digagalkan, Pelaku Berkemah di Lapangan Golf

Lagi-lagi Upaya Pembunuhan Terhadap Donald Trump Digagalkan, Pelaku Berkemah di Lapangan Golf
Lagi-lagi Upaya Pembunuhan Terhadap Donald Trump Digagalkan, Pelaku Berkemah di Lapangan Golf.
JAKARTA – Seorang pria yang diduga berencana melakukan pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ditemukan berkemah di dekat lapangan golf Florida selama hampir 12 jam sebelum aksinya digagalkan oleh agen Secret Service. 

Berdasarkan dokumen pengadilan yang diajukan Senin lalu, pria bernama Ryan Wesley Routh (58) ini membawa senapan dan makanan saat menunggu kesempatan untuk menyerang.

Routh tidak sempat menembakkan senjata apapun dan tidak pernah memiliki Trump dalam garis tembaknya.

Dia melarikan diri setelah seorang agen Secret Service menembakinya, meskipun tak seorang pun terluka dalam insiden tersebut.

Routh kemudian ditangkap di kabupaten tetangga dan kini menghadapi dakwaan kepemilikan senjata secara ilegal.

Menurut keterangan FBI, Routh telah berada di sekitar area lapangan golf sejak dini hari hingga sore hari, sekitar pukul 1:59 pagi hingga 2:31 siang. 

Ia meninggalkan kamera digital, ransel, senapan serbu, serta kantong plastik berisi makanan setelah melarikan diri menggunakan SUV.

Latar Belakang Pelaku Upaya Pembunuhan Terhadap Donald Trump

Routh diketahui memiliki riwayat pidana dengan beberapa kasus kepemilikan barang curian dan senjata. Investigasi lebih lanjut juga menyoroti jejak digitalnya yang menunjukkan pandangan politiknya yang terus berkembang, dengan kebencian terhadap Trump sebagai salah satu faktor utama dalam aksi nekatnya. 

Dalam sebuah buku yang dia terbitkan sendiri, Routh menyebut Trump sebagai "bodoh" dan mengkritiknya atas berbagai keputusan politik, termasuk terkait kerusuhan Capitol 6 Januari 2021.

Keamanan Trump yang Ditingkatkan

Meskipun serangan berhasil digagalkan, kejadian ini menimbulkan kekhawatiran baru tentang keamanan Trump, terutama di tengah kampanye presiden yang penuh ketegangan.

Ronald Rowe Jr., direktur sementara Secret Service, menyatakan bahwa meskipun tantangan keamanan terus meningkat, timnya tetap berada di garis depan untuk melindungi para tokoh penting.

"Kami berada di titik puncak, namun para agen terus menjawab tantangan ini dengan baik," ujarnya, menekankan perlunya sumber daya tambahan untuk menghadapi ancaman yang semakin dinamis.

Kejadian ini terjadi beberapa minggu setelah insiden penembakan di kampanye Trump di Pennsylvania pada bulan Juli, di mana Trump terluka akibat tembakan. 

Para politisi, termasuk Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, mengutuk aksi kekerasan ini dan menyerukan perdamaian di tengah meningkatnya retorika politik.

Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh FBI, yang terus menggali motif di balik aksi Routh dan mengumpulkan bukti dari orang-orang di sekitarnya. Meskipun tidak ada korban jiwa, insiden ini menambah kekhawatiran bahwa kekerasan dapat terus menyelimuti politik Amerika di masa mendatang.

Rabu, 14 Agustus 2024

Trump dan Elon Musk Bahas Imigrasi hingga Perang Nuklir

Trump dan Elon Musk Bahas Imigrasi hingga Perang Nuklir
Trump dan Elon Musk Bahas Imigrasi hingga Perang Nuklir.
JAKARTA - Pada Senin lalu, mantan Presiden Donald Trump dan CEO Tesla sekaligus pemilik X, Elon Musk, mengadakan percakapan ramah di platform X setelah wawancara mereka sempat tertunda lebih dari 40 menit karena kendala teknis. 

Wawancara ini menjadi sorotan, karena menandai kembalinya Trump ke X setelah hampir setahun tidak aktif.

Penundaan ini menjadi salah satu rintangan terbaru dalam kampanye Trump yang sedang berusaha mendapatkan kembali momentum, terutama setelah Partai Demokrat bersatu di belakang Wakil Presiden Kamala Harris. 

Trump dan Elon Musk Bahas Imigrasi hingga Perang Nuklir
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Ini juga menjadi kali kedua Musk mengalami kesulitan teknis saat mencoba meluncurkan X Space dengan seorang kandidat presiden.

Percakapan ini dipenuhi dengan pujian dari kedua belah pihak. Trump berterima kasih kepada Musk atas dukungannya, sementara Musk mengungkapkan pandangannya bahwa dunia sedang berada di persimpangan jalan, dan Trump adalah "jalan yang benar" untuk diambil. 

Tak ketinggalan, Trump juga sempat membahas berbagai topik mulai dari kebijakan energi, perubahan iklim, hingga ancaman perang nuklir.

Trump dan Musk juga membicarakan isu imigrasi, di mana Trump kembali menekankan rencananya untuk melakukan deportasi besar-besaran jika terpilih kembali. 

Musk, di sisi lain, mengusulkan pembentukan komisi presiden baru yang fokus pada "efisiensi pemerintahan" dan bahkan menawarkan dirinya untuk memimpin komisi tersebut, yang disambut hangat oleh Trump.

Selama wawancara, Trump juga mengulang berbagai klaim yang sering ia sampaikan, termasuk tuduhan tanpa bukti bahwa Demokrat berencana untuk menggulingkan Presiden Joe Biden dari pemilihan. 

Selain itu, ia mengkritik kondisi mental Biden dan mengomentari sampul majalah Time yang menampilkan Harris.

Percakapan ini menarik perhatian, terutama ketika Trump terdengar seperti mengalami kesulitan berbicara pada beberapa kesempatan. 

Trump dan Elon Musk Bahas Imigrasi hingga Perang Nuklir
Elon Musk.
Meskipun begitu, juru bicara kampanye Trump, Steven Cheung, menepis kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh masalah pendengaran dari pihak penonton.

Kampanye Harris tak ketinggalan memberikan respons, menyebut Trump dan Musk sebagai "orang kaya yang egois" yang hanya peduli pada kepentingan mereka sendiri.

Wawancara ini mungkin menandai awal dari lebih banyak kolaborasi antara Trump dan Musk di masa depan. 

Dengan berbagai topik menarik yang dibahas, dari energi hingga AI, "Trump Musk interview" ini memberikan gambaran tentang bagaimana keduanya mungkin bekerja sama jika Trump kembali ke Gedung Putih.

Minggu, 21 Juli 2024

Trump di Rapat Umum Michigan: "Saya Menerima Ancaman Peluru Demi Demokrasi"

rapat umum yang dihadiri oleh ribuan orang di Grand Rapids, Michigan
rapat umum yang dihadiri oleh ribuan orang di Grand Rapids, Michigan.
Grand Rapids, Michigan - Dalam sebuah rapat umum yang dihadiri oleh ribuan orang di Grand Rapids, Michigan, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa ia "menerima ancaman peluru demi demokrasi." Pernyataan ini disampaikan Trump setelah ia selamat dari percobaan pembunuhan yang terjadi minggu lalu.

Rapat umum ini merupakan penampilan pertama Trump dengan pasangan calon wakil presidennya yang baru, JD Vance. 

Ribuan pendukung memenuhi arena di Grand Rapids untuk mendengarkan pidato Trump yang pertama sejak insiden penembakan yang membuatnya terluka di telinganya. 

Meskipun sebelumnya menggunakan perban putih yang mencolok, Trump kini hanya mengenakan plester berwarna kulit yang hampir tidak terlihat.

Dalam pidatonya, Trump mengecam Partai Demokrat yang menuduhnya sebagai "ancaman bagi demokrasi." 

Di tengah tepuk tangan meriah dari para pendukungnya, ia menegaskan kembali tekadnya untuk "merebut kembali Gedung Putih."

“Saya berdiri di hadapan Anda sekalian hanya karena kasih karunia Tuhan Yang Mahakuasa,” kata Trump, yang menganggap bahwa campur tangan Tuhan telah menyelamatkannya dari kematian.

Antrean panjang terlihat sejak pukul 13.00, empat jam sebelum acara dimulai. Antrean tersebut membentang sekitar tiga mil (4,8 km) di luar Van Del Arena yang berkapasitas 12.000 orang. 

Banyak dari mereka yang hadir menyatakan bahwa upaya pembunuhan tersebut tidak mengurangi semangat mereka untuk mendukung Trump.

"Penembakan itu justru membuat kami semakin bertekad untuk menunjukkan dukungan kami," kata seorang pendukung kepada BBC.

Tidak seperti rapat umum sebelumnya di Butler, Pennsylvania, acara di Grand Rapids ini diadakan di dalam ruangan. 

Hal ini memungkinkan petugas keamanan untuk memantau dengan cermat siapa yang masuk dan mencegah ancaman dari luar.

Saat ini, investigasi sedang dilakukan terkait penembakan akhir pekan lalu yang menewaskan seorang penonton dan melukai dua lainnya. 

Trump mengucapkan terima kasih kepada “ribuan dan ribuan” orang yang datang untuk menemuinya “hampir tepat” seminggu setelah percobaan pembunuhan tersebut.

Dengan semangat yang berkobar, Trump menyampaikan pesan kepada pendukungnya bahwa perjuangan mereka untuk mempertahankan demokrasi Amerika Serikat masih jauh dari selesai.

Kamis, 18 Juli 2024

Membangun Dinasti Trump: Warisan, Politik, dan Pengaruh Keluarga

Membangun Dinasti Trump: Warisan, Politik, dan Pengaruh Keluarga
Membangun Dinasti Trump: Warisan, Politik, dan Pengaruh Keluarga.
Sebelum terjun ke dunia politik, Donald Trump telah membangun dinasti yang dikenal dengan warisan bernilai jutaan dolar, nama merek yang kuat, dan kepemilikan real estat yang mahal. 

Kini, nama Trump identik dengan Partai Republik, dengan anggota keluarga yang memegang pengaruh besar di panggung politik Amerika Serikat.

Membangun Dinasti Trump: Warisan, Politik, dan Pengaruh Keluarga.
Membangun Dinasti Trump: Warisan, Politik, dan Pengaruh Keluarga.
Berikut adalah profil anggota keluarga Trump yang paling menonjol yang mungkin Anda lihat di panggung konvensi partai.

Donald Trump Jr

Donald Trump Jr
Donald Trump Jr
Donald Trump Jr., anak tertua dari Donald Trump, telah mengambil peran yang lebih besar sejak ayahnya meninggalkan Gedung Putih. 

Ia sering tampil di media, terutama saat mendukung calon wakil presiden ayahnya, JD Vance, yang ia anggap sebagai teman. "Itu pilihan yang luar biasa," katanya di Konvensi Nasional Partai Republik (RNC).

"Benar-benar pilihan yang hebat." Donald Trump Jr. memiliki lima anak dari pernikahannya sebelumnya dengan Vanessa Trump, dan kini bertunangan dengan Kimberly Guilfoyle.

Kimberly Guilfoyle

Kimberly Guilfoyle
Kimberly Guilfoyle
Kimberly Guilfoyle, yang bertunangan dengan Donald Trump Jr. sejak 2020, adalah mantan presenter Fox News yang kemudian bergabung dengan super PAC pro-Trump. 

Seperti tunangannya, ia adalah pendukung vokal mantan presiden, terutama dalam penampilan di TV. 

Sebelumnya, ia pernah menikah dengan Gubernur California Gavin Newsom pada awal tahun 2000-an.

Eric Trump

Eric Trump
Eric Trump
Eric Trump, anak ketiga dari Donald Trump, juga aktif dalam melobi ayahnya mengenai isu-isu penting. 

Meskipun tidak sering tampil di publik seperti kakaknya, ia tetap memiliki peran penting dalam bisnis keluarga Trump. 

Eric telah menikah dengan Lara Trump sejak 2014 dan memiliki dua anak.

Lara Trump

Lara Trump
Lara Trump
Lara Trump, yang kini menjabat sebagai wakil ketua RNC, adalah bintang yang sedang naik daun dalam keluarga Trump. 

Ia sering menceritakan pengalaman pribadinya dengan Donald Trump sebagai ayah mertua pada berbagai acara konvensi partai.

Melania Trump

Melania Trump
Melania Trump
Mantan ibu negara Melania Trump telah menikah dengan Donald Trump sejak 2005. Selama masa jabatan suaminya, ia jarang tampil di depan publik. 

Namun, penampilannya di RNC akan menjadi momen besar pertama dalam siklus pemilihan ini sejak masa jabatannya di Gedung Putih. 

Putranya, Barron Trump, kini berusia 18 tahun dan akan melanjutkan pendidikan ke universitas pada musim gugur mendatang.



Barron Trump

Barron Trump
Barron Trump
Barron Trump, anak satu-satunya dari pernikahan Donald Trump dengan Melania, baru saja lulus dari Oxbridge Academy di Palm Beach, Florida. 

Meskipun ia tidak sering muncul di media, kehadirannya di acara kampanye ayahnya telah mencuri perhatian.

Tiffany Trump

Tiffany Trump
Tiffany Trump
Tiffany Trump adalah anak keempat dari Donald Trump dan satu-satunya anak dari pernikahannya dengan Marla Maples. 

Ia tidak memiliki peran politik dalam kampanye ayahnya dan tidak bertugas di Gedung Putih. Sejak 2022, Tiffany telah menikah dengan Michael Boulos.

Ivanka Trump dan Jared Kushner

Ivanka Trump dan Jared Kushner
Ivanka Trump dan Jared Kushner
Ivanka Trump dan Jared Kushner adalah dua sosok paling berpengaruh dalam keluarga Trump selama masa jabatan pertama Donald Trump di Gedung Putih. 

Pasangan yang menikah sejak 2009 ini memiliki tiga anak. Ivanka sering tampil mewakili ayahnya, sementara Jared memegang peran sebagai penasihat senior di Gedung Putih dari 2017 hingga 2021.

Kai Trump

Kai Trump
Kai Trump
Kai Trump adalah cucu tertua Donald Trump, anak dari Donald Trump Jr. dan mantan istrinya Vanessa Trump. 

Remaja berusia 17 tahun ini dikenal sebagai pegolf yang rajin dan berbicara di RNC tentang seperti apa kakeknya sebagai seorang keluarga.

Keluarga Trump, dengan segala kontroversi dan pengaruhnya, terus menjadi pusat perhatian dalam dunia politik Amerika Serikat. 

Dengan berbagai anggota keluarga yang aktif di berbagai bidang, mereka tetap menjadi kekuatan yang signifikan dalam Partai Republik.

Kamis, 18 Agustus 2022

Facebook Tetap Blokir Trump Meski Jadi Capres

Facebook Tetap Blokir Trump Meski Jadi Capres
Donald Trump. (BorneoTribun/Pixabay)
BorneoTribun Jakarta - Meta, perusahaan induk Facebook, tetap memblokir akun milik Donald Trump meski pun dia berencana mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat pada pemilihan umum 2024 nanti.

Diberitakan Politico dan The Verge, Kamis, Presiden Urusan Global Meta, Nick Clegg menyatakan penentuan apakah akun Donal Trump akan dipulihkan atau tidak tetap pada 7 Januari 2023, tidak ada perubahan untuk jadwal tersebut.

Trump dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai presiden untuk Pemilu Presiden AS 2024. Dia diprediksi akan mengumumkan pencalonan ini sebelum pemilu sela November tahun ini.

Akun resmi Donald Trump diblokir dari Facebook dan Instagram, dua media sosial besar milik Meta, tidak lama setelah kerusuhan 6 Januari 2021.

Meta menilai unggahan Trump sebelum dan saat kerusuhan di Capitol tersebut melanggar kebijakan mereka soal memantik kekerasan.

Trump tidak hanya diblokir di Facebook dan Instagrma, Twitter, platform media sosial arus utama, juga melarang akun Donald Trump pada waktu yang sama. Twitter sempat menyatakan blokir itu bersifat permanen.

Sementara YouTube, platform itu akan mencabut larangan akun Trump jika risiko kekerasan yang ditimbulkan akun tersebut berkurang.

Media sosial di AS saat ini sedang bersiap menyambut pemilu sela. Meta akan menggunakan strategi yang mereka terapkan pada pemilu 2020, antara menghapus hoaks soal waktu dan lokasi pemungutan suara.

(YK/AN/ANT)

Kamis, 31 Maret 2022

Miris! Trump Minta Putin Membeberkan Informasi Buruk Mengenai Keluarga Biden

Miris! Trump Minta Putin Membeberkan Informasi Buruk Mengenai Keluarga Biden
Mantan Presiden AS Donald Trump menunjukkan dokumen dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Washington, ketika ia masih menjabat pada 20 April 2020. (Foto: AP/Alex Brandon)


BorneoTribun.com - Dalam sebuah wawancara, pada Selasa (29/3), mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara khusus meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merilis informasi, yang menurut Trump, akan membeberkan peran keluarga Presiden AS Joe Biden dalam penyalahgunaan keuangan.


Dalam wawancara dengan program televisi Just the News di jaringan Real America's Voice, Trump mengindikasikan bahwa Putin mungkin akan memberikan informasi tersebut karena menurutnya itu akan merugikan Amerika.


“Selama Putin sekarang bukan penggemar negara kita,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa pemimpin Rusia itu mungkin bersedia menjelaskan mengapa pada tahun 2014 pengusaha Rusia Elena Baturina, istri mendiang mantan Wali Kota Moskow, Yuri Luzhkov, membayar $3,5 juta ke sebuah perusahaan yang para pendukung Trump percaya bahwa perusahaan tersebut terkait dengan Hunter Biden, putra presiden.


"Saya rasa Putin akan tahu jawabannya," kata Trump. "Saya rasa ia harus merilisnya." Trump menyebut pembayaran itu untuk "keluarga Biden", tetapi sebenarnya kepada entitas bernama Rosemont Seneca Thornton.


Hunter Biden adalah pendiri pertama perusahaan dana investasi Rosemont Seneca, tetapi pengacaranya mengatakan ia tidak terkait atau punya kepentingan pada Rosemont Seneca Thornton.


"Hunter Biden tidak tertarik dan bukan 'salah seorang pendiri' Rosemont Seneca Thornton, jadi klaim bahwa ia dibayar $3,5 juta adalah palsu," kata pengacara George Mesires kepada PolitiFact pada September 2020.


Sementara urusan bisnis Hunter Biden diselidiki oleh jaksa federal setidaknya sejak 2018, informasi tentang pembayaran dari Baturina terungkap dalam penyelidikan Senat yang dipimpin Partai Republik.


Laporan tersebut tidak memberikan bukti bahwa pembayaran tersebut korup atau terkait sama sekali dengan dana investasi Hunter Biden. [my/jm]


Oleh: VOA Indonesia

Minggu, 09 Mei 2021

Twitter Tutup Akun yang Bagikan Pernyataan Trump

Twitter Tutup Akun yang Bagikan Pernyataan Trump
Layar login akun Twitter terlihat di laptop, 27 April 2021, di Orlando, AS. (Foto: AP)

BorneoTribun Tekno -- Twitter Inc minggu ini menangguhkan sejumlah akun yang dibuat untuk membagikan pernyataan dari bagian baru situs web mantan Presiden AS Donald Trump. Perusahaan itu mengatakan akun-akun tersebut melanggar aturan mengenai dengan mengatakan mereka melanggar aturan terhadap menghindari sebuah pelarangan akun.

Trump dilarang menggunakan akun Twitternya, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut (followers) dan di sejumlah platform media sosial lainnya setelah pada 6 Januari, pendukungnya mengepung Gedung Capitol AS.

Reuters melaporkan, pada Selasa (4/5), sebuah laman telah ditambahkan ke situs Trump, yang diberi nama "Dari Meja Donald J. Trump.” Dari laman itu, Trump mengunggah pesan yang bisa dibagikan ke oleh audiensnya ke Twitter dan Facebook.

"Seperti yang dinyatakan dalam kebijakan penghindaran larangan kami, kami akan mengambil tindakan penegakan hukum pada akun yang niatnya jelas untuk mengganti atau mempromosikan konten yang berafiliasi dengan akun yang ditangguhkan," kata juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan.

Perwakilan Trump mengatakan mereka tidak ada hubungannya dengan akun yang ditangguhkan, termasuk @DJTDesk, @DJTrumpDesk, @DeskofDJT, dan @ DeskOfTrump1.

Twitter, yang mengatakan bahwa larangannya terhadap Trump bersifat permanen bahkan jika dia mencalonkan diri lagi, telah mengatakan pengguna dapat berbagi konten dari halaman Trump selama itu tidak melanggar aturan penghindaran larangannya.

Pada Rabu (5/5), dewan pengawas Facebook Inc. mendukung penangguhan akun Trump, tetapi mengatakan perusahaan tidak boleh menerapkan penangguhan tanpa batas waktu. Dewan direksi memberi waktu enam bulan kepada Facebook untuk menentukan tanggapan proporsional.

Seorang penasihan mengatakan Trump berencana untuk meluncurkan platform media sosialnya sendiri. [na/ft]

Oleh: VOA