Berita Borneotribun.com: BPBD Hari ini
Tampilkan postingan dengan label BPBD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BPBD. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Maret 2023

Monitoring Banjir, Kepala Pelaksanaan BPBD ; Banjir Karena Tingginya Curah Hujan

Tim TRC BPBD Sekadau memonitoring lokasi banjir.
Sekadau, Kalbar – Banjir melanda lima desa di Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat pada hari Minggu (19/3/2023).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Sekadau, Akhmad Suryadi, mengatakan bahwa banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan yang terjadi pada hari Sabtu, 18 Maret 2023 pukul 04:00 WIB.

“Banjir mengakibatkan sungai Sekadau, sungai Ketaman, dan sungai Kemarau meluap ke permukiman warga di Desa Nanga Mahap, Desa Teluk Kebau, Desa Batu Pahat, Desa Lembah Beringin, dan Desa Tembesuk Kecamatan Nanga Mahap Kabupaten Sekadau. Ketinggian air mencapai 50 cm hingga 2 meter,” terang Akhmad Suryadi.

Saat Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Sekadau tiba di lokasi, banjir sudah mulai surut.

TRC BPBD Kabupaten Sekadau langsung melakukan monitoring dan pengecekan ke lapangan serta berkoordinasi dengan pihak terkait dalam upaya menindaklanjuti kejadian tersebut.

Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sekadau, jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir adalah sebagai berikut: 420 KK di Desa Batu Pahat, 203 KK di Desa Nanga Mahap, 162 KK di Desa Tembesuk, 640 KK di Desa Lembah Beringin, dan 206 KK di Desa Teluk Kebau.

BPBD Kabupaten Sekadau masih terus monitoring dan mengimbau masyarakat yang berada di daerah rawan banjir untuk tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan bencana banjir di masa mendatang.

(Yakop)

Minggu, 11 April 2021

Lebih dari 300 Rumah di Jawa Timur Rusak Akibat Gempa

Lebih dari 300 Rumah di Jawa Timur Rusak Akibat Gempa
Seorang pria membersihkan ruang sidang yang rusak akibat gempa bumi yang melanda laut 91 km tenggara Blitar, foto di Blitar, Jawa Timur, 10 April 2021. (Foto: Antara/Irfan Anshori via Reuters)

BORNEOTRIBUN JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (10/4), melaporkan lebih dari 300 rumah di Jawa Timur rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,1 di Malang.

Berdasarkan data yang dihimpun BNPB dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah Jawa Timur, hingga pukul 20.00 WIB terdapat setidaknya 11 rumah rusak berat, 194 rumah rusak sedang dan 126 rusak ringan. 

Dalam situs webnya, Sabtu (10/4), BNPB menyebutkan gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada sejumlah fasilitas umum, antara lain 11 unit sarana pendidikan, tujuh kantor pemerintah, enam unit sarana ibadah, satu unit RSUD, dan sebuah pondok pesantren.

Sebuah rumah terlihat rusak akibat gempa di Malang, Jawa Timur, 10 April 2021. (Foto: Antara via Reuters)

Selain merusak bangunan, gempa tersebut juga menelan korban jiwa. Hingga pukul 21.00 WIB, BNPB mencatat terdapat delapan orang meninggal dunia, satu orang luka berat dan 22 orang luka ringan.

Bencana gempa mengguncang Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/4), pada pukul 14.00 WIB. Pusat gempa berada di laut dengan jarak 96 km arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, dengan kedalaman 80 km. 

Sebelumnya, gempa tersebut diperkirakan mencapai skala 6,7, tetapi BMKG memutakhirkan parameter gempa menjadi 6,1.

Gempa tersebut berdampak pada delapan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, meliputi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabuapten Trenggalek, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jember.

Waspadai Fenomena

BNPB, mengutip keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu (10/4), melaporkan episentrum gempa di Malang itu berdekatan dengan pusat gempa bumi yang telah merusak Jawa Timur pada tahun-tahun sebelumnya. 

Provinsi tersebut tercatat pernah mengalami gempa bumi pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963, dan 1972.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, pengulangan gempa bumi yang terjadi di selatan Malang tersebut sekaligus menjadi fenomena yang patut diwaspadai.

“Gempa selatan Malang yang destruktif merupakan alarm untuk kita semua bahwa ancaman sumber gempa bumi subduksi lempeng selatan Jawa yang selama ini didengungkan oleh para ahli gempa adalah benar. Kita patut waspada,” jelas Daryono.

Berdasarkan hasil monitoring BMKG, setidaknya telah terjadi tiga kali gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kecil dan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan. [ah]

Oleh: VOA

Hukum

Peristiwa

Kesehatan

Pendidikan

Kalbar

Tekno