Berita Borneotribun.com: Antariksa Hari ini
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antariksa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 April 2025

Sampah Antariksa Makin Parah! ESA Ungkap Orbit Bumi Jadi "Tempat Sampah" Luar Angkasa

Sampah Antariksa Makin Parah! ESA Ungkap Orbit Bumi Jadi Tempat Sampah Luar Angkasa
Sampah Antariksa Makin Parah! ESA Ungkap Orbit Bumi Jadi "Tempat Sampah" Luar Angkasa.

JAKARTA - Pernah bayangin nggak sih, kalau luar angkasa — khususnya di sekitar orbit Bumi — sekarang udah kayak tempat sampah raksasa? Yup, itu bukan bualan. Badan Antariksa Eropa alias ESA baru aja merilis data mengejutkan: lebih dari 6.600 ton sampah luar angkasa sekarang ngorbit di sekitar Bumi!

Orbit yang dimaksud ini ada di ketinggian 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan Bumi. Di sanalah satelit-satelit diluncurkan buat berbagai keperluan, mulai dari komunikasi, navigasi, sampai pantauan cuaca. Tapi masalahnya, satelit yang udah nggak dipakai atau rusak itu sering dibiarkan begitu aja—nggak ditarik kembali atau dibuang dengan aman.

Jumlah Sampah Antariksa Terus Meningkat

Data terbaru dari ESA menyebutkan, berat total sampah luar angkasa melonjak dari 6.000 ton di tahun 2023 jadi lebih dari 6.600 ton di tahun ini. Ini termasuk satelit rusak, bagian roket peluncur, pecahan-pecahan akibat tabrakan di luar angkasa, bahkan benda-benda kecil kayak obeng atau alat yang terlepas dari tangan astronot.

Bisa dibilang, sekarang ini di orbit ada lebih dari 1,2 juta objek berukuran lebih dari 1 cm. Kedengarannya kecil, tapi benda sekecil itu bisa bikin satelit aktif rusak parah kalau sampai nabrak. Bayangin aja: serpihan logam kecil melaju dengan kecepatan ribuan kilometer per jam. Nggak main-main, kan?

Bahaya Buat Satelit dan Kehidupan Kita

Padahal, satelit punya peran penting banget di kehidupan sehari-hari. Kita bisa pakai GPS, nonton TV satelit, cek prakiraan cuaca, bahkan akses internet di pelosok, semua berkat satelit. Tapi kalau sampah luar angkasa terus bertambah, risiko tabrakan juga makin tinggi. Kalau satu satelit kena, bisa nimbulin lebih banyak pecahan lagi. Ini disebut efek domino—dan itu serius.

Seperti yang disampaikan oleh Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher, masalah ini memang nggak kasat mata buat kebanyakan orang, tapi ancamannya nyata. Kita bisa kehilangan layanan penting kalau satelit kita hancur karena tabrakan di luar angkasa.

Solusi: “Tukang Bersih-Bersih” Luar Angkasa

Untungnya, ESA nggak tinggal diam. Mereka berencana meluncurkan misi bernama ClearSpace-1 pada tahun 2028. Misi ini dikembangkan bareng perusahaan asal Swiss bernama ClearSpace. Alat yang akan diluncurkan punya berat sekitar 112 kg dan dilengkapi empat "cakar" buat nangkep dan narik sampah luar angkasa keluar dari orbit.

Bukan cuma ESA, perusahaan Jepang bernama Astroscale juga lagi kembangkan teknologi serupa. Semakin banyak yang ikut bersihin langit, semakin besar harapan kita buat nyelametin orbit Bumi dari tumpukan sampah yang bisa jadi bencana.

Masalah sampah luar angkasa ini bukan cuma urusan ilmuwan atau astronot, tapi juga berkaitan sama hidup kita sehari-hari. Kalau satelit rusak gara-gara sampah, kita juga yang rugi. Jadi, penting banget buat dukung upaya pembersihan ini dan lebih sadar soal dampak teknologi terhadap lingkungan, bahkan yang ada jauh di atas langit.

Foto Terbaru dari Teleskop Hubble: Menyingkap Keindahan Tersembunyi di Taman Bintang Nebula Elang

Foto Terbaru dari Teleskop Hubble Menyingkap Keindahan Tersembunyi di Taman Bintang Nebula Elang
Foto Terbaru dari Teleskop Hubble: Menyingkap Keindahan Tersembunyi di Taman Bintang Nebula Elang.

JAKARTA - Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-35 teleskop luar angkasa Hubble, NASA dan ESA merilis sebuah foto terbaru yang bikin banyak orang terpukau. 

Foto tersebut menampilkan bagian dari Nebula Elang atau Eagle Nebula, yang dijuluki sebagai "menara kosmik dari gas dan debu". 

Gambar ini begitu detail dan penuh warna, hingga rasanya seperti melihat lukisan luar angkasa yang hidup.

Nebula Elang: Rumah Bagi Bintang-Bintang Muda

Nebula Elang terletak di rasi bintang Serpens (Zmeja), sekitar 7.000 tahun cahaya dari Bumi. 

Daerah ini sudah lama dikenal sebagai "pabrik bintang", karena di sinilah banyak bintang-bintang muda dilahirkan dari kumpulan gas dan debu. 

Di dalamnya terdapat bagian yang sangat ikonik bernama Pillars of Creation (Tiang-Tiang Penciptaan), yang sempat difoto Hubble pada tahun 1995 dan menjadi salah satu gambar luar angkasa paling terkenal sepanjang masa.

Dalam foto terbaru ini, kita bisa melihat struktur raksasa berbentuk seperti menara setinggi 9,5 tahun cahaya, yang tersusun dari gas hidrogen dan debu kosmik. 

Menariknya, warna-warni pada gambar ini bukan hasil editan semata, melainkan hasil interaksi antara cahaya bintang dengan material di sekitarnya. 

Warna oranye dan biru gelap menunjukkan adanya gas panas dan debu dingin yang saling berpadu menciptakan pemandangan yang luar biasa indah.

Kenapa Gambar Ini Begitu Spesial?

Foto Terbaru dari Teleskop Hubble Menyingkap Keindahan Tersembunyi di Taman Bintang Nebula Elang
Foto Terbaru dari Teleskop Hubble: Menyingkap Keindahan Tersembunyi di Taman Bintang Nebula Elang.

Meski Hubble sudah pernah memotret Nebula Elang sebelumnya, gambar ulang ini dibuat dengan teknik pemrosesan terbaru yang membuat warna dan detailnya jauh lebih tajam dan hidup. 

Ini adalah cara NASA dan ESA menunjukkan betapa teleskop Hubble masih punya peran penting meskipun sudah 35 tahun mengorbit di luar angkasa.

Yang menarik, meski tidak ditemukan hal baru dalam gambar ini, namun hasil tangkapan terbaru memberikan sudut pandang berbeda tentang objek yang sama. 

Kita jadi bisa melihat betapa kompleks dan dinamisnya alam semesta kita, bahkan di tempat yang sebelumnya sudah pernah dipelajari.

Inspirasi dari Langit

Melalui foto-foto seperti ini, kita diingatkan bahwa alam semesta adalah tempat yang luar biasa luas dan penuh misteri. 

Menara gas dan debu setinggi 9,5 tahun cahaya ini hanyalah sebagian kecil dari keajaiban yang tersembunyi di balik langit malam.

Teleskop Hubble mungkin tidak lagi menjadi teknologi tercanggih (karena kini ada James Webb), tapi foto-foto seperti ini membuktikan bahwa Hubble masih sangat relevan dan memberikan kontribusi besar dalam dunia astronomi dan edukasi.

Jadi, buat kamu yang suka langit malam atau penasaran dengan luar angkasa, jangan ragu untuk melihat lebih dekat hasil jepretan Hubble. 

Siapa tahu, dari situ kamu bisa mendapat inspirasi atau bahkan mimpi untuk jadi astronom!

ESA Rilis Video Langka: Pemandangan Mars dan Deimos dari Dekat, Bikin Takjub!

ESA Rilis Video Langka Pemandangan Mars dan Deimos dari Dekat, Bikin Takjub!
ESA Rilis Video Langka: Pemandangan Mars dan Deimos dari Dekat, Bikin Takjub!

JAKARTA - Buat kamu yang suka dengan dunia luar angkasa, ada kabar keren banget dari European Space Agency (ESA). Mereka baru aja merilis video time-lapse yang super langka menampilkan pemandangan Mars dan salah satu bulannya, Deimos, dari jarak yang sangat dekat! Momen ini terekam oleh wahana antariksa Hera, yang sedang dalam perjalanan menuju sistem asteroid ganda bernama Didymos dan Dimorphos.

Mars dan Deimos, Diliatin dari Dekat Banget!

Jadi ceritanya, saat Hera melintas dekat Mars, kamera di dalamnya berhasil menangkap momen luar biasa: planet merah itu terlihat dari kejauhan sebagai titik kecil, lalu makin lama makin besar sampai terlihat jelas permukaan dan kawah-kawahnya. 

Gambar-gambar ini punya resolusi 1020 x 1020 piksel cukup tajam buat bikin kita terkesima!

Selain Mars, ada juga penampakan satelitnya yang jarang dibahas: Deimos. Bentuknya unik banget, mirip kentang yang penyok. 

Ukurannya memang jauh lebih kecil dari Mars, tapi tetap aja menarik banget buat dilihat. 

Di akhir video, kita juga bisa lihat Phobos, satelit Mars yang lain, yang muncul seperti garis kecil melengkung dengan cahaya matahari menyinari permukaannya.

Seberapa Dekat sih Hera dengan Mars?

Nggak main-main, jaraknya cuma sekitar 5.000 kilometer dari permukaan Mars—itu udah termasuk “dekat banget” kalau dalam skala astronomi. 

Dan yang lebih mengejutkan lagi, Hera terbang cuma 300 kilometer dari Deimos. Bayangin aja, itu lebih dekat dari jarak Jakarta ke Surabaya kalau diukur secara lurus!

Tujuan Utama: Asteroid Didymos dan Dimorphos

Walaupun video Mars dan Deimos ini super menarik, sebenarnya Hera punya misi yang lebih serius. 

Ia sedang dalam perjalanan ke Dimorphos, asteroid kecil yang pernah “ditabrak” oleh misi DART milik NASA di tahun 2022. 

Tujuannya waktu itu adalah untuk menguji apakah kita bisa mengubah jalur asteroid yang mengancam Bumi. Dan kabar baiknya, eksperimen itu sukses!

Nah, sekarang ESA ingin mengumpulkan lebih banyak data tentang efek dari “tabrakan kosmik” tersebut. 

Dengan begitu, kita bisa lebih siap kalau suatu saat nanti ada asteroid yang benar-benar mengancam planet kita.

Kenapa Ini Penting?

Gambar-gambar yang dirilis ESA ini nggak cuma keren untuk dilihat, tapi juga punya nilai ilmiah yang besar. 

Melalui momen seperti ini, para ilmuwan bisa mempelajari lebih dalam soal Mars, Deimos, dan juga cara kerja sistem asteroid di tata surya kita. 

Dan buat kita yang awam? Ini jadi kesempatan langka buat melihat keindahan luar angkasa dari sudut pandang yang nggak biasa.

Tembok Raksasa di Alam Semesta Ternyata Lebih Dekat dan Lebih Besar dari Perkiraan!

Tembok Raksasa di Alam Semesta Ternyata Lebih Dekat dan Lebih Besar dari Perkiraan!
Tembok Raksasa di Alam Semesta Ternyata Lebih Dekat dan Lebih Besar dari Perkiraan!

JAKARTA - Pernah dengar soal struktur terbesar di alam semesta? Yup, namanya Great Wall Hercules–Corona Borealis atau dalam bahasa Indonesia sering disebut Tembok Besar Hercules–Mahkota Utara. 

Struktur ini adalah kumpulan super besar galaksi yang ternyata lebih dekat dan lebih luas dari yang selama ini kita duga. Fakta ini baru-baru ini terungkap lewat penelitian terbaru berbasis data lebih dari 500 ledakan sinar gamma (gamma-ray burst/GRB).

Apa Itu Great Wall Hercules–Corona Borealis?

Struktur ini pertama kali ditemukan pada tahun 2013 oleh sekelompok ilmuwan dari Hungaria dan Amerika Serikat. 

Bayangkan saja, struktur ini membentang sejauh lebih dari 10 miliar tahun cahaya! 

Awalnya, para ilmuwan memperkirakan struktur ini berada sangat jauh dari Bumi, tapi studi terbaru menunjukkan bahwa ternyata bagian dari struktur ini menjangkau wilayah yang lebih dekat ke Bumi daripada yang sebelumnya diperkirakan.

Tembok galaksi ini mencakup area langit yang sangat luas, dari rasi bintang Boötes (Vulpecula) hingga ke Gemini. Meski namanya menyebut “Hercules” dan “Corona Borealis”, nyatanya struktur ini jauh melampaui batas kedua rasi bintang itu.

Apa Peran Ledakan Gamma?

Yang bikin penemuan ini makin menarik adalah metode pengamatannya. Para ilmuwan memanfaatkan ledakan sinar gamma fenomena super dahsyat yang biasanya terjadi saat bintang-bintang raksasa meledak atau saat dua bintang neutron bertabrakan. 

Karena pancarannya sangat terang dan bisa dilihat dari jarak yang sangat jauh, para astronom bisa mendeteksi galaksi di area-area yang sulit dijangkau teleskop biasa.

Dengan memetakan lokasi ledakan-ledakan ini, para peneliti bisa mengidentifikasi bahwa struktur Tembok Besar ini bukan cuma luas, tapi juga punya bagian-bagian yang ternyata berada lebih dekat ke Bumi daripada sebelumnya diduga.

Tantangan Ilmiah: Melawan Prinsip Kosmologi?

Penemuan ini cukup bikin geger di dunia ilmiah karena menantang prinsip kosmologis yang selama ini diyakini: bahwa alam semesta itu seragam dan isotropis dalam skala besar. 

Tapi jika struktur seperti ini benar-benar eksis, dengan panjang mencapai 1,2 miliar tahun cahaya lebih, maka muncul pertanyaan: Bagaimana mungkin struktur sebesar itu terbentuk hanya dalam 13,8 miliar tahun usia alam semesta?

Apa Selanjutnya?

Penelitian ini menggunakan data dari dua teleskop luar angkasa terkenal: Fermi dan Swift, yang telah mengumpulkan data selama lebih dari 20 tahun. Meski begitu, para ilmuwan masih butuh lebih banyak data untuk bisa memetakan batas struktur ini dengan lebih akurat.

Kabar baiknya, ada misi luar angkasa baru dari Eropa bernama THESEUS yang direncanakan akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan. Misi ini diharapkan bisa memberikan data lebih lengkap soal GRB dan membuka lebih banyak rahasia tentang struktur misterius ini.

Penemuan ini menunjukkan bahwa alam semesta masih menyimpan banyak kejutan yang belum kita pahami sepenuhnya. Siapa sangka, “tembok” terbesar di kosmos ternyata bisa lebih dekat dari yang kita kira?

Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa: Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat

Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat
Dua Roti Es Krim di Luar Angkasa Zond NASA Memotret Asteroid Langka dengan Jarak Dekat.

JAKARTA - Baru-baru ini, zond Lucy milik NASA berhasil mengirimkan gambar menakjubkan dari asteroid yang disebut Donaldjohanson

Asteroid ini sangat unik karena bentuknya yang tidak biasa, hampir menyerupai dua roti es krim yang saling bertautan. 

NASA bahkan menyebutnya sebagai bentuk yang mirip dengan dua kerucut es krim yang saling menempel di bagian "leher" asteroid tersebut. 

Wah, keren banget, kan?

Zond Lucy, yang dirancang untuk mempelajari benda-benda purba di Tata Surya kita, baru saja berhasil mendekati asteroid ini hingga jarak sekitar 960 km. 

Dengan jarak sedekat itu, Lucy berhasil mengambil foto detail dari struktur asteroid ini yang sangat menarik.

Asteroid yang Menarik: "Biner Kontak"

Asteroid Donaldjohanson ini ternyata termasuk dalam kategori yang disebut "biner kontak." Apa itu biner kontak? Jadi, asteroid ini terbentuk dari dua benda langit yang menyatu atau bertabrakan. 

Prosesnya mirip dengan bagaimana dua bola salju bisa menyatu saat berguling di salju. 

Dan di asteroid ini, kita bisa melihat ada "gundukan" di bagian tengahnya, yang memberi kesan bentuk seperti dua kerucut es krim yang terhubung di bagian tengahnya.

Hal ini pun dijelaskan oleh Hal Levison, kepala peneliti misi Lucy dari Southwest Research Institute. 

Menurutnya, mempelajari struktur seperti ini akan membantu para ilmuwan memahami lebih dalam bagaimana proses tabrakan dan penyatuan benda langit terjadi pada masa awal pembentukan planet-planet di Tata Surya.

Lebih Besar dari yang Diharapkan

Ukuran asteroid ini ternyata sedikit lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Panjangnya sekitar 8 km dan lebar 3,5 km. 

Donaldjohanson ini menjadi objek kedua yang dikunjungi oleh zond Lucy setelah sebelumnya mendekati asteroid Dinkinesh dan satelitnya, Selam, yang juga termasuk dalam kategori biner kontak. 

Zond Lucy pun terus melanjutkan misinya untuk mempelajari benda-benda langit purba ini.

Persiapan untuk Misi Utama: Menyelidiki Asteroid Trojan

Penelitian mengenai asteroid Donaldjohanson ini hanya tahap persiapan bagi misi utama zond Lucy, yaitu untuk mempelajari asteroid Trojan di orbit Jupiter. 

Asteroid-asteroid ini adalah benda langit purba yang mengorbit di titik-titik stabil dekat Jupiter, dan belum pernah ada satupun misi luar angkasa yang mendekat sejauh ini.

Menurut Tom Statler, pemimpin program NASA untuk misi Lucy, penemuan ini sudah menunjukkan betapa canggihnya alat-alat yang dibawa oleh zond Lucy. 

Dan ketika Lucy sampai di asteroid Trojan, kita akan mendapatkan kesempatan untuk menggali lebih dalam sejarah awal Tata Surya kita. 

Wah, itu bisa jadi penemuan luar biasa yang akan memperkaya pengetahuan kita!

Apa yang Bisa Kita Harapkan di Masa Depan?

Dalam beberapa minggu ke depan, para ilmuwan akan mulai menganalisis data yang dikirimkan oleh zond Lucy, termasuk gambar hitam-putih dan warna, serta data dari spekrometer inframerah. 

Salah satu momen penting dari misi ini adalah pada Agustus 2027, ketika zond Lucy akan melakukan pendekatan pertama ke asteroid Trojan. 

Siapa tahu, mungkin kita akan mendapatkan penemuan yang mengubah pandangan kita tentang bagaimana planet-planet di Tata Surya ini terbentuk!

Jadi, buat kalian yang tertarik dengan penemuan-penemuan luar angkasa, misi ini bisa menjadi langkah besar dalam mengungkap misteri awal pembentukan planet. 

Tentu saja, kita semua berharap bisa mempelajari lebih banyak tentang bagaimana kehidupan dan planet-planet seperti Bumi ini bisa terbentuk sejak dulu. Stay tuned untuk update berikutnya!

Bulan dan Dua Planet Bentuk Smailey di Langit Malam 25 April!

Bulan dan Dua Planet Bentuk Smailey di Langit Malam 25 April!
Bulan dan Dua Planet Bentuk Smailey di Langit Malam 25 April!

JAKARTA - Halo, teman-teman! Ada yang seru di langit malam pada hari Jumat, 25 April nanti. Buat kalian yang suka banget ngamatin langit dan bintang-bintang, siap-siap ya, karena bakal ada fenomena langit yang cukup langka! 

Jadi, pada tanggal itu, bulan, Venus, dan Saturnus bakal menyatu dalam formasi yang bakal bikin kita semua mikir, “Ini kok kayak emotikon senyum ya?” 

Fenomena Langit yang Seru

Fenomena ini terjadi karena bulan, Venus, dan Saturnus akan berjejer dalam satu garis yang nggak biasa. 

Bayangin deh, bulan bakal jadi bagian dari “senyuman”, sementara Venus dan Saturnus bakal jadi “mata” yang bikin senyum itu makin lengkap. 

Tapi, jangan bayangin ini seperti emotikon di ponsel kita ya. 

Bentuknya lebih mirip senyum dengan satu mata yang agak redup dan sedikit miring, jadi nggak sempurna kayak emoji yang biasa kita pakai di WhatsApp.

Kenapa Bisa Terjadi?

Nah, kalau kalian penasaran kenapa bisa begitu, jawabannya adalah karena posisi planet-planet ini yang memang saling berdekatan di langit. 

Saturnus dan Venus bakal berada dekat banget dengan bulan, menciptakan formasi yang keren. 

Tapi, yang bikin menarik adalah keduanya bakal tampak sedikit miring. 

Jadi, walaupun terlihat seperti wajah tersenyum, posisinya nggak simetris seperti yang biasa kita lihat di emotikon.

Venus Lebih Terang, Saturnus Lebih Tersamar

Selain itu, ada juga perbedaan dalam tingkat kecerahan antara Venus dan Saturnus. Venus, yang lebih dekat dengan Bumi dan Matahari, bakal terlihat sangat terang di langit. 

Karena permukaannya yang memantulkan cahaya Matahari dengan sangat baik, Venus bakal jadi mata yang super terang dalam “wajah senyum” ini. 

Sementara itu, Saturnus, yang lebih jauh, bakal tampak lebih redup. Jadi, untuk bisa lihat Saturnus, kalian perlu mata yang tajam dan peralatan sedikit untuk mengamatinya dengan jelas.

Apa yang Harus Kalian Lakukan?

Jadi, buat kalian yang pengen menikmati momen langka ini, pastikan untuk cari tempat dengan pandangan langit yang bebas dari polusi cahaya, seperti di luar kota atau di tempat tinggi yang jauh dari keramaian. 

Waktu terbaik untuk melihat fenomena ini adalah pada malam hari setelah matahari terbenam. 

Cek jamnya ya, karena fenomena ini cuma akan berlangsung pada tanggal 25 April.

Buat yang suka fotografi langit, ini juga kesempatan bagus untuk menangkap momen langka ini di kamera. 

Tapi ingat, meskipun nggak sejelas emotikon di layar, fenomena ini tetap punya daya tarik tersendiri, kan?

Jadi, siap-siap ya, guys! Siapa tahu bisa jadi materi cerita seru di media sosial kalian. Jangan sampai ketinggalan!

Rabu, 19 Maret 2025

Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir

Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir
Astronot Starliner Akhirnya Pulang! Petualangan Panjang di Luar Angkasa Segera Berakhir.

JAKARTA - Setelah lebih dari sembilan bulan hidup di luar angkasa, dua astronot yang sempat bikin heboh karena terjebak dalam misi Boeing Starliner akhirnya dalam perjalanan pulang ke Bumi!

Perjalanan Pulang yang Ditunggu-tunggu

Pada Selasa dini hari, Suni Williams dan Butch Wilmore, dua astronot NASA yang awalnya hanya dijadwalkan tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama beberapa hari, akhirnya bisa angkat kaki dari sana. Mereka naik kapsul SpaceX Dragon yang sudah lama nangkring di ISS dan mulai perjalanan panjang kembali ke Bumi.

Nggak sendirian, mereka ditemani oleh dua anggota misi Crew-9, yaitu Nick Hague dari NASA dan Aleksandr Gorbunov dari Roscosmos. Empat astronot ini dijadwalkan mendarat dengan cara splashdown (mendarat di laut) di lepas pantai Florida pada Selasa malam waktu setempat.

Dari Misi Kilat Jadi Petualangan Panjang

Williams dan Wilmore awalnya terbang ke luar angkasa menggunakan Boeing Starliner, pesawat luar angkasa yang digadang-gadang bakal jadi pesaing SpaceX. Tapi, siapa sangka, misi yang seharusnya cuma beberapa hari malah berubah jadi lebih dari sembilan bulan! Masalah teknis bikin mereka harus bertahan lebih lama di ISS, dan hal ini memicu banyak pertanyaan tentang masa depan Starliner.

Mereka nggak cuma jadi pahlawan luar angkasa, tapi juga sempat jadi bahan perbincangan politik. Bahkan mantan Presiden AS, Donald Trump, ikut buka suara soal kejadian ini. Namun, kini semua mata tertuju pada perjalanan pulang mereka yang dinanti-nantikan.

Pergantian Crew di ISS

Kepulangan Williams dan Wilmore ini terjadi setelah kedatangan Crew-10 ke ISS pada Sabtu lalu. Dengan kedatangan tim baru, Crew-9 akhirnya bisa menyelesaikan misinya dan bersiap kembali ke Bumi.

Akhir dari Drama Starliner?

Boeing Starliner yang seharusnya menjadi pesaing utama SpaceX kini malah menuai banyak kritik. Misi ini seharusnya menjadi uji coba kru pertama untuk Starliner, tapi malah jadi bukti bahwa pesawat ini masih punya banyak PR sebelum bisa benar-benar diandalkan.

Sementara itu, SpaceX dengan kapsul Dragon-nya justru terus menunjukkan dominasinya dalam misi luar angkasa NASA. Perjalanan pulang Williams dan Wilmore dengan Dragon ini seakan menjadi tamparan telak buat Boeing.


NASA & SpaceX Percepat Kepulangan Crew-9: Kapsul Dragon Freedom Mendarat di Laut Florida

NASA dan SpaceX telah mempercepat jadwal kepulangan para astronaut misi Crew-9 menggunakan kapsul Dragon Freedom. Awalnya, NASA mengumumkan bahwa mereka tidak akan kembali sebelum hari Rabu, tetapi setelah mempertimbangkan cuaca di lepas pantai Florida, jadwal kepulangan dimajukan.

NASA & SpaceX Percepat Kepulangan Crew-9 Kapsul Dragon Freedom Mendarat di Laut Florida
Anggota SpaceX Crew-9 NASA berpose bersama untuk potret di dalam wahana antariksa kru SpaceX Dragon yang berlabuh di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dari kiri, adalah astronot NASA Suni Williams, kosmonot Roscosmos Aleksandr Gorbunov, dan astronot NASA Nick Hague dan Butch Wilmore. © NASA

Kapsul Dragon Freedom telah berhasil melepaskan diri dari modul Harmony di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tepat pada pukul 01.05 EDT (12.05 WIB) pada Selasa, 19 Maret 2025. Misi kepulangan ini akan berlangsung selama kurang lebih 17 jam, dan para astronaut diperkirakan akan melakukan pendaratan di laut (splashdown) pada pukul 17.57 EDT (04.57 WIB, Rabu pagi) di lepas pantai Florida.

NASA akan menyiarkan proses pendaratan kapsul secara langsung melalui layanan streaming NASA+, dengan siaran yang dimulai pukul 16.45 EDT (03.45 WIB).

Misi Crew-9 ini merupakan bagian dari kerja sama rutin antara NASA dan SpaceX dalam mengirimkan astronaut ke ISS dan membawa mereka kembali ke Bumi dengan aman. Pendaratan di laut menjadi metode standar untuk kapsul Dragon karena memberikan dampak yang lebih lunak dibandingkan pendaratan di darat.


Boeing Starliner Bermasalah: Kok Astronot NASA Malah Nginap Lama di ISS?

Astronot NASA Butch Wilmore dan Suni Williams berjalan pada tanggal 1 Juni di Kennedy Space Center milik NASA. Para astronot yang berpengalaman itu akhirnya meluncur pada tanggal 5 Juni dalam misi uji terbang berawak pertama Starliner milik Boeing. © Joe Skipper/Reuters

Siapa yang sangka, misi singkat Boeing Starliner malah jadi ‘staycation’ panjang buat dua astronot NASA, Butch Wilmore dan Suni Williams, di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)? Awalnya, mereka dijadwalkan cuma sebentar di ISS, tapi gara-gara masalah teknis di pesawat ruang angkasa mereka, kepulangan harus ditunda berbulan-bulan!

Apa yang Terjadi dengan Boeing Starliner?

Boeing Starliner, pesawat luar angkasa buatan Boeing yang digadang-gadang bakal jadi pesaing Crew Dragon-nya SpaceX, mengalami beberapa kendala teknis yang cukup serius. Beberapa masalah utama yang ditemukan adalah:

Kebocoran Helium: Ini masalah besar karena helium dipakai buat mengoperasikan sistem dorong pesawat. Kalau bocor, bisa bikin manuver pesawat jadi nggak stabil.
Gangguan pada Sistem Propulsi: Mesin yang seharusnya membantu Starliner untuk kembali ke Bumi mengalami malfungsi.

Karena kendala ini, NASA dan Boeing akhirnya memutuskan untuk membawa pulang Starliner tanpa dua astronotnya. Iya, pesawatnya pulang duluan, tapi penumpangnya ditinggal!

NASA Nggak Panik, Malah Biarkan Astronot Tetap di ISS

Daripada buru-buru mengadakan misi penyelamatan, NASA memutuskan buat membiarkan Wilmore dan Williams tetap di ISS lebih lama. Kenapa? Supaya ISS tetap beroperasi dengan jumlah kru yang cukup.

Sebagai gantinya, NASA meluncurkan misi SpaceX Crew-9 pada September lalu, tapi hanya membawa dua astronot, bukan empat. Dua kursi kosong itu sengaja disiapkan untuk Wilmore dan Williams saat nanti mereka bisa pulang.

Astronotnya Stres Nggak?

Kebayang nggak sih, niatnya misi sebentar eh malah nginep lama? Tapi Wilmore dan Williams tetap enjoy. Mereka bilang sudah siap dengan segala kemungkinan, termasuk skenario tinggal lebih lama. Dalam sebuah wawancara, Wilmore bahkan berkata:

"Kami datang sudah siap untuk tinggal lama, meskipun rencana awalnya cuma sebentar."

Jadi, meskipun banyak orang di Bumi menganggap mereka "terjebak" di ISS, dua astronot ini tetap santai dan menikmati waktu mereka di luar angkasa.

Boeing Starliner Bermasalah Kok Astronot NASA Malah Nginap Lama di ISS
Tim Boeing dan NASA bekerja di sekitar wahana antariksa Starliner Boeing Crew Flight Test NASA setelah mendarat pada 6 September 2024 tanpa awaknya di White Sands, New Mexico. © NASA/Aubrey Gemignani, via Reuters

Kapan Mereka Bisa Pulang?

Saat ini, NASA dan Boeing masih berusaha memperbaiki Starliner supaya bisa dipakai lagi untuk membawa Wilmore dan Williams kembali ke Bumi. Namun, belum ada kepastian kapan pastinya mereka bisa pulang.


Trump & Musk Ribut soal Starliner: Astronot NASA Beneran Terjebak di Luar Angkasa?

Drama luar angkasa kembali mencuat! Kali ini, mantan Presiden AS Donald Trump dan bos SpaceX, Elon Musk, ikut berkomentar soal misi Starliner yang tertunda kepulangannya dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Keduanya menuding bahwa astronot yang ada di dalam kapsul Starliner "terjebak" atau bahkan "ditelantarkan" gara-gara kebijakan pemerintahan Presiden Joe Biden. Tapi, benarkah begitu? Yuk, kita kupas tuntas!

Starliner: Misi yang Bikin Heboh

Boeing Starliner awalnya direncanakan hanya tinggal di ISS selama beberapa hari setelah meluncur pada awal Juni 2024. Tapi karena masalah teknis, jadwal kepulangannya terus mundur. Meski begitu, NASA dan para astronot memastikan kalau mereka baik-baik saja dan tidak ada yang namanya "terjebak di luar angkasa."

Tapi ya gitu, hal ini tetap jadi bahan panas di dunia politik. Trump mengklaim bahwa astronot tersebut "ditinggalkan" akibat kebijakan Biden. Lebih jauh lagi, dia bilang kalau dirinya-lah yang "mengizinkan" Musk untuk membantu membawa mereka pulang. Padahal, rencana kepulangan Starliner sudah disusun jauh sebelum Trump mulai berkampanye lagi untuk Pilpres 2024.

Musk Ikut Komentari Starliner

Elon Musk, yang selama ini sering bersaing dengan Boeing dalam industri penerbangan luar angkasa, nggak mau ketinggalan. Dia ikut meramaikan isu ini dengan beberapa cuitan di X (dulunya Twitter). Musk menyindir bahwa SpaceX tidak akan mengalami masalah serupa, menegaskan bahwa roket dan kapsul buatannya lebih andal dibandingkan Starliner milik Boeing.

Meski banyak yang pro dan kontra, para astronot di ISS menanggapi semua ini dengan santai. Salah satu astronot, Butch Wilmore, ketika ditanya tentang pernyataan Trump dan Musk, hanya berkata, "Ya, itu politik. Begitulah dunia ini bekerja." Artinya, mereka sama sekali nggak merasa ditelantarkan seperti yang diklaim Trump dan Musk.

Jadi, Apakah Starliner Aman?

Menurut NASA, astronot yang ada di dalam Starliner tetap aman dan semua keputusan diambil berdasarkan aspek keselamatan. Mereka memilih untuk menunda kepulangan karena ingin memastikan semua sistem berfungsi dengan baik sebelum memasuki atmosfer Bumi. Kalau dipaksakan pulang dalam kondisi nggak siap, justru malah bisa membahayakan misi.

Jadi, buat kalian yang khawatir, jangan panik! Para astronot nggak benar-benar "terjebak" seperti yang dibilang Trump. Ini cuma persoalan teknis yang memang butuh waktu untuk diperbaiki.

Seperti biasa, apa pun bisa jadi bahan politik—termasuk soal luar angkasa. Trump dan Musk mungkin punya agenda masing-masing dalam membuat isu Starliner ini semakin panas. Tapi yang pasti, NASA dan para astronot tetap bekerja sesuai prosedur untuk memastikan keselamatan mereka.


Crew-10 Memulai Misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional: Petualangan Baru di Luar Angkasa!

Crew-10 Memulai Misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional Petualangan Baru di Luar Angkasa!
Anggota SpaceX Crew-10 yang baru tiba bergabung dengan kru Ekspedisi 72 di Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk upacara singkat tak lama setelah berlabuh pada Minggu pagi. © Disediakan oleh NASA

Halo, sobat pencinta luar angkasa! Ada kabar keren nih dari dunia antariksa. Misi Crew-10 akhirnya tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Sabtu malam waktu setempat. Kedatangan mereka menjadi langkah penting yang memungkinkan kru sebelumnya, Barry Wilmore dan Sunita Williams, bisa pulang ke Bumi setelah lebih dari 280 hari di orbit.

Siapa Saja Kru Crew-10?

Misi ini dipimpin oleh astronaut NASA Anne McClain sebagai komandan. Selain itu, ada juga Nichole Ayers yang bertugas sebagai pilot. Nggak cuma dari NASA, misi ini juga melibatkan dua spesialis dari badan antariksa lain, yaitu:

  • Takuya Onishi dari JAXA (Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang)
  • Kirill Peskov dari Roscosmos (Badan Antariksa Rusia)

Perjalanan Menuju ISS

Crew-10 awalnya dijadwalkan berangkat lebih cepat, tapi harus mengalami penundaan selama dua hari. Akhirnya, pada Jumat malam, mereka berhasil meluncur dari Kennedy Space Center, Florida, menggunakan roket Falcon 9 buatan SpaceX. Setelah lepas dari roket, kapsul Dragon Endurance yang membawa para astronaut ini menggunakan pendorongnya sendiri untuk menuju ISS. Oh ya, Dragon Endurance ini udah sering dipakai dalam berbagai misi SpaceX sebelumnya lho!

Serah Terima Kru di ISS

Sebelum kru lama meninggalkan ISS, mereka sempat membantu Crew-10 untuk beradaptasi dengan lingkungan di luar angkasa. Proses ini penting banget supaya kru baru bisa langsung ngegas menjalankan tugas mereka dengan lancar. Nah, McClain, Ayers, Onishi, dan Peskov bakal menjadi bagian dari Ekspedisi 73, yang akan menetap di ISS selama kurang lebih enam bulan untuk melakukan berbagai eksperimen sains yang super canggih!

SpaceX dan Masa Depan Misi Luar Angkasa

Misi Crew-10 ini adalah bagian dari Commercial Crew Program milik NASA. Program ini memungkinkan NASA untuk bekerjasama dengan perusahaan swasta seperti SpaceX dalam mengirim astronaut dan kargo ke luar angkasa. Sebenarnya, selain SpaceX, NASA juga menggandeng Boeing untuk menyediakan kendaraan luar angkasa mereka sendiri, yaitu Starliner. Sayangnya, Starliner masih mengalami berbagai kendala dalam uji coba penerbangan awak pertamanya. Jadi, untuk saat ini, SpaceX masih jadi andalan utama NASA.

Sabtu, 08 Maret 2025

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena"

NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul Athena
NASA Meluncurkan Jaringan 4G di Bulan Setelah Pendaratan Modul "Athena".

Jakarta - NASA kembali mencetak sejarah dengan berhasil mengaktifkan jaringan seluler 4G pertama di Bulan. Teknologi ini dikembangkan oleh Nokia dan dikirim ke Kutub Selatan Bulan menggunakan modul pendaratan "Athena", yang dibuat oleh perusahaan swasta Intuitive Machines.

Pendaratan Tidak Sempurna, Tapi Jaringan Tetap Berfungsi

Meskipun pendaratan modul "Athena" tidak berlangsung sempurna—karena posisi modul sedikit miring—para insinyur memastikan bahwa jaringan 4G tetap berfungsi dengan baik. 

Dalam waktu dekat, NASA akan mulai melakukan pengujian jaringan ini, yang nantinya akan menjadi bagian penting dari misi luar angkasa di masa depan.

Apa Fungsi Jaringan 4G di Bulan?

Banyak yang mungkin bertanya-tanya, apakah kita bisa menelepon ke Bumi menggunakan jaringan ini? Jawabannya tidak. 

Jaringan 4G di Bulan bukan untuk komunikasi langsung ke Bumi, tetapi lebih difokuskan pada:

  • Menyediakan konektivitas bagi para astronot di misi "Artemis 3".
  • Menghubungkan berbagai peralatan penelitian di Bulan.
  • Memfasilitasi komunikasi antar-robot seperti rover MAPP dan drone Micro Nova Hopper.

Teknologi di Balik Jaringan 4G Bulan

Perangkat jaringan yang digunakan oleh Nokia dikemas dalam modul "Network-in-a-Box" (Jaringan dalam Kotak). 

Modul ini memiliki semua komponen yang diperlukan untuk membangun jaringan seluler, kecuali antena dan sumber daya. 

Antena dipasang di modul pendaratan, sedangkan tenaga listrik disuplai oleh panel surya.

Namun, jaringan ini hanya akan bertahan selama beberapa hari, karena peralatan yang dikirim kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan menghadapi malam pertama di Bulan yang ekstrem.

Langkah Awal Menuju Infrastruktur Komunikasi Luar Angkasa

Peluncuran jaringan 4G ini menjadi langkah awal dalam membangun sistem komunikasi yang lebih canggih di Bulan. 

Ke depannya, Nokia berencana mengembangkan jaringan 4G atau bahkan 5G yang lebih luas, yang dapat mencakup pangkalan penelitian "Artemis".

NASA juga tengah mengembangkan teknologi komunikasi untuk astronot, seperti integrasi jaringan seluler ke dalam baju antariksa terbaru dari Axiom. 

Hal ini akan memungkinkan astronot untuk tetap terhubung satu sama lain dan dengan tim di Bumi secara lebih efisien.

Tantangan dan Hambatan dalam Penggunaan 4G di Bulan

Meskipun inovasi ini terdengar menarik, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:

  1. Interferensi dengan Radio Astronomi – Frekuensi LTE yang digunakan sebagian tumpang tindih dengan frekuensi yang dipakai untuk pengamatan luar angkasa, yang dapat mengganggu penelitian ilmiah.
  2. Regulasi Frekuensi Internasional – Hingga saat ini, frekuensi 4G belum secara resmi masuk dalam daftar gelombang yang diizinkan untuk misi luar angkasa. Oleh karena itu, Nokia hanya mendapat izin khusus untuk eksperimen ini. Di masa depan, mereka perlu menyesuaikan frekuensi agar tetap kompatibel dengan standar global.

Masa Depan Komunikasi di Bulan

Langkah NASA dan Nokia dalam menghadirkan jaringan 4G di Bulan adalah tonggak penting dalam eksplorasi luar angkasa. 

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, kemungkinan besar kita akan melihat jaringan yang lebih kuat dan tahan lama di Bulan. 

Hal ini bukan hanya membantu misi eksplorasi, tetapi juga membuka peluang bagi masa depan kolonisasi manusia di luar angkasa.

Bagaimana menurutmu? Apakah jaringan 4G di Bulan akan membuka jalan bagi kehidupan manusia di luar Bumi? Yuk, diskusikan di kolom komentar!

Senin, 03 Maret 2025

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA

Wahana Blue Ghost Sukses Mendarat di Bulan Membawa Kiriman Khusus untuk NASA
Blue Ghost setelah mendarat di bulan dengan pengiriman khusus untuk NASA, 2 Maret 2025. (NASA/Firefly Aerospace via AP)
JAKARTA - Sebuah pendarat bulan swasta bernama "Blue Ghost" sukses mendarat dengan stabil di Bulan pada Minggu (2/3). 

Keberhasilan ini menjadikan Firefly Aerospace sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa mengalami kecelakaan atau tumbang.

Misi ini membawa berbagai peralatan penting untuk NASA, termasuk bor, ruang hampa udara, dan sejumlah eksperimen lainnya. 

Keberhasilan pendaratan ini menambah daftar perusahaan yang berupaya mengembangkan bisnis eksplorasi Bulan sebelum misi astronaut masa depan.

Pendaratan Autopilot di Cekungan Vulkanik Kuno

Pendarat "Blue Ghost" melakukan perjalanan sejauh 360.000 kilometer sebelum akhirnya turun secara autopilot menuju permukaan Bulan. Titik pendaratan yang dipilih adalah sebuah lereng kubah vulkanik kuno di cekungan tumbukan di tepi timur laut sisi dekat Bulan.

Tim Mission Control Firefly Aerospace yang berbasis di luar Austin, Texas, mengonfirmasi keberhasilan pendaratan ini. 

Kepala teknisi pendarat, Will Coogan, dengan bangga melaporkan, "Kami berhasil melakukan pendaratan. Kami berada di Bulan."

Misi Penting untuk Eksplorasi Masa Depan

Keberhasilan Firefly Aerospace menunjukkan bahwa perusahaan swasta memiliki potensi besar dalam mendukung eksplorasi ruang angkasa. 

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang ikut serta dalam eksplorasi Bulan, diharapkan akan semakin banyak inovasi yang mendukung misi masa depan, termasuk pengiriman manusia kembali ke satelit alami Bumi ini.

Misi "Blue Ghost" ini juga menjadi langkah awal dalam menjadikan Bulan sebagai pusat penelitian dan eksplorasi yang lebih luas. 

NASA dan berbagai pihak lainnya terus mencari cara untuk memanfaatkan sumber daya di Bulan guna mendukung misi luar angkasa yang lebih ambisius di masa depan, termasuk perjalanan ke Mars.

Dengan pencapaian ini, Firefly Aerospace membuktikan bahwa mereka siap bersaing dalam industri eksplorasi luar angkasa yang semakin berkembang. Kita tunggu inovasi dan misi luar angkasa menarik lainnya di masa depan!

Pendaratan yang tegak dan stabil menjadikan Firefly – sebuah perusahaan rintisan yang didirikan satu dekade lalu – sebagai perusahaan swasta pertama yang menempatkan pesawat ruang angkasa di Bulan tanpa jatuh atau terjatuh. 

Sejauh ini baru lima negara yang mengklaim berhasil melakukan pendaratan di Bulan, yaitu Rusia, Amerika Serikat, China, India, dan Jepang.

Setengah jam setelah mendarat, “Blue Ghost” mulai mengirimkan kembali gambar-gambar dari permukaan, yang pertama adalah swafoto (selfie) yang agak tertutup oleh sinar matahari.

Dua perusahaan pendarat lainnya sedang mengejar “Blue Ghost,” dan perusahaan berikutnya diperkirakan akan bergabung di bulan pada akhir minggu ini.

Piranti Pendarat Lebih Stabil, NASA Rogoh Kocek Lebih Dalam

“Blue Ghost” dinamai berdasarkan spesies kunang-kunang langka di AS, dengan ukuran dan bentuk yang sesuai. Pendarat jongkok berkaki empat ini memiliki tinggi 2 meter dan lebar 3,5 meter, sehingga lebih stabil.

Diluncurkan pada pertengahan Januari dari Florida, pendarat itu telah melakukan 10 percobaan ke bulan untuk NASA.

NASA membayar US$101 juta untuk pengiriman tersebut, ditambah US$44 juta untuk ilmu pengetahuan dan teknologi di dalamnya. 

Ini adalah misi ketiga di bawah program pengiriman komersial ke bulan NASA, yang dimaksudkan untuk memicu kompetisi bisnis swasta ke bulan, sambil mencari informasi tambahan sebelum mengirim para astronot di akhir dekade ini.

Ray Allensworth dari Firefly mengatakan pendarat itu melewati sejumlah bahaya, termasuk batu besar, untuk mendarat dengan aman.

Demo tersebut akan berlangsung selama dua minggu, sebelum siang hari di bulan berakhir dan pendarat dinonaktifkan.

“Blue Ghost” membawa alat vakum untuk menyedot material tak terkonsolidasi yang ditemukan di permukaan Bulanguna dianalisis lebih jauh, dan bor untuk mengukur suhu sedalam 3 meter di bawah permukaan. 

Ada pula berbagai perangkat untuk menghilangkan debu bulan yang bersifat abrasif, yang menjadi momok bagi para penjelajah Apollo milik NASA, yang melekat di seluruh pakaian dan peralatan antariksa mereka.

Dalam perjalanannya ke bulan, “Blue Ghost” memancarkan kembali gambar-gambar indah dari planet asalnya. 

Pendarat ini sempat beraksi saat berada di orbit mengelilingi bulan, dengan gambar lebih rinci tentang permukaan bulan yang bopeng abu-abu. 

Pada saat yang sama, penerima di dalam pesawat melacak dan memperoleh sinyal dari GPS AS dan konstelasi Galileo Eropa, sebuah langkah maju yang menggembirakan dalam navigasi penjelajah masa depan.

Pendaratan ini membuka jalan bagi banyak pihak yang sedang mengupayakan bisnis ke Bulan.

Pendarat Kedua Siap Mendarat pada Kamis

Pendarat lainnya – yaitu sebuah pesawat setinggi 15 kaki yang tinggi dan kurus, yang dibangun dan dioperasikan oleh Intuitive Machines yang berbasis di Houston – akan mendarat di bulan pada Kamis (6/3). 

Ia mengincar bagian bawah bulan, yang terletak hanya 160 kilometer dari kutub selatan. 

Jarak itu lebih dekat ke kutub dibandingkan yang dicapai perusahaan tahun lalu dengan pendarat pertamanya, yang bagian kakinya patah dan terbalik.

Meski terjatuh, pendarat pertama Intuitive Machines itu berhasil membawa Amerika Serikat kembali ke bulan untuk pertama kalinya, sejak astronaut NASA menutup program Apollo pada 972.

Pendarat Ketiga dari Jepang akan Tiba Juni

Pendarat ketiga milik perusahaan Jepang, ispace, baru akan mendarat tiga bulan lagi. Piranti ini menumpang roket “Blue Ghost” dari Cape Canaveral pada 15 Januari lalu, dengan rute yang lebih panjang dan berangin.

Sebagaimana halnya Intuitive Machines, ispace juga berusaha mendarat di bulan untuk kedua kalinya. Pendarat pertamanya pada 2023 jatuh.

Bulan dipenuhi puing-puing tidak hanya dari jatuhnya piranti ispace tersebut, tapi juga puluhan piranti lain yang gagal selama beberapa dekade. [em/ab]

Oleh: VOA Indonesia
Editor: Yakop

Senin, 24 Februari 2025

Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan

Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan
Pesawat Antariksa Blue Ghost Kirim Video Menakjubkan dari Sisi Jauh Bulan.
JAKARTA - Pesawat antariksa Blue Ghost, yang dikembangkan oleh Firefly Aerospace dalam program NASA Commercial Lunar Payload Services (CLPS), baru saja mengirimkan rekaman video spektakuler dari sisi jauh Bulan. 

Saat ini, Blue Ghost sedang menjalani serangkaian manuver untuk menurunkan orbitnya sebelum melakukan pendaratan di area Mare Crisium (Laut Krisis) pada 2 Maret 2025.

Menurut pernyataan dari Firefly Aerospace, manuver terbaru yang dilakukan berlangsung selama 3 menit 18 detik dan berhasil mengubah orbit Blue Ghost dari bentuk elips memanjang menjadi lebih rendah. 

Setelah manuver ini, pesawat berhasil merekam sisi jauh Bulan dari ketinggian sekitar 120 km, memberikan pandangan yang luar biasa dari wilayah yang jarang terekam.

Blue Ghost membawa sepuluh instrumen sains dan teknologi dari NASA. Dalam misinya, para ilmuwan akan meneliti berbagai aspek Bulan, termasuk:
  • Aliran panas dari dalam Bulan.
  • Interaksi antara material yang dikeluarkan dari pesawat dengan permukaan Bulan.
  • Medan listrik dan magnetik di kerak Bulan.
  • Observasi sinar-X terhadap magnetosfer Bumi.

Selain itu, ada juga eksperimen teknologi yang akan menguji sistem pengambilan sampel tanah Bulan, komputer tahan radiasi, serta metode perlindungan dari debu menggunakan teknologi elektrodinamika.

Salah satu peristiwa paling dinantikan dalam misi ini adalah perekaman gerhana matahari total pada 14 Maret 2025. 

Pada saat itu, Bumi akan menutupi Matahari dari perspektif Bulan, menciptakan pemandangan unik yang jarang disaksikan. 

Dua hari kemudian, pada 16 Maret, Blue Ghost juga akan merekam proses Matahari terbenam di cakrawala Bulan untuk meneliti efek cahaya yang disebabkan oleh debu bulan yang melayang, fenomena yang pertama kali diamati oleh astronot Eugene Cernan selama misi Apollo 17.

Para ilmuwan menduga bahwa debu bermuatan ini bisa menjadi ancaman bagi peralatan dan kesehatan astronot di masa depan, sehingga penelitian ini menjadi sangat penting.

Saat ini, Blue Ghost masih terus menurunkan orbitnya dan mengalami kehilangan sinyal secara berkala saat melintasi sisi jauh Bulan. 

Dalam beberapa hari ke depan, tim Firefly Aerospace akan melakukan manuver akhir sebelum pendaratan bersejarah yang akan menjadi langkah penting dalam persiapan eksplorasi Bulan di masa depan.

Dengan keberhasilan misi ini, Firefly Aerospace dan NASA semakin dekat dengan impian eksplorasi lebih jauh ke luar angkasa, membuka jalan bagi misi berawak ke Bulan dan mungkin bahkan ke Mars suatu hari nanti.

Selasa, 23 Juli 2024

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Halo, teman-teman! Ada berita seru nih dari dunia teknologi satelit. Maxar Intelligence, perusahaan yang ahli dalam menyediakan data geospasial yang akurat, baru saja merilis gambar pertama planet kita yang diambil oleh satelit WorldView Legion generasi baru. 

Gambar-gambar ini menampilkan detail menakjubkan dari daerah perkotaan dan jalan raya di San Francisco dan Sacramento.

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Satelit Generasi Baru

Gambar-gambar tersebut diambil oleh salah satu dari dua satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi pada bulan Mei. Totalnya, akan ada enam satelit seperti ini yang akan diluncurkan. Menurut Maxar, seluruh satelit ini akan melipatgandakan kemampuan mereka dalam mengumpulkan gambar berkualitas tinggi. 

Hal ini memungkinkan mereka mengambil gambar dari "senja hingga fajar," dengan frekuensi 20 hingga 30 menit untuk area yang paling cepat berubah di planet ini. Bayangkan, bisa mendapatkan gambar terbaru dari area penting setiap setengah jam!

Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Teknologi Canggih untuk Informasi Lebih Cepat

Dengan peningkatan kapasitas ini, Maxar akan mampu menciptakan produk perangkat lunak yang memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi pembelajaran mesin untuk mengekstrak informasi dari data geospasial dengan lebih cepat. 

Ini sangat penting untuk pemetaan yang tepat, pemantauan medan, analisis geospasial, dan tugas-tugas penting lainnya. 

Jadi, dengan teknologi ini, kita bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat dan cepat tentang bumi kita.

Masa Depan Cerah dengan Enam Satelit

Saat ini, Maxar sedang menugaskan dan mengkalibrasi satelit-satelit ini. Dalam waktu dekat, dua satelit pertama akan siap digunakan untuk melayani pelanggan. 

Dan yang lebih menarik lagi, pada akhir tahun 2024, Maxar berencana untuk meluncurkan keenam satelit tersebut. 

Dengan begitu, kita bisa mengharapkan lebih banyak gambar dan data yang sangat bermanfaat dari Maxar.
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)
Maxar Menerbitkan Gambar Pertama Bumi dari Satelit Generasi Baru. (Sumber Gambar: Maxar)

Kesimpulan

Kehadiran satelit WorldView Legion generasi baru dari Maxar ini adalah langkah besar dalam teknologi pemetaan dan analisis geospasial. 

Dengan gambar berkualitas tinggi dan teknologi canggih, Maxar membuka peluang baru untuk memahami dan memantau bumi kita dengan lebih baik. 

Jadi, itulah berita terbaru dari dunia satelit! Tetap ikuti perkembangan selanjutnya dan nantikan lebih banyak gambar keren dari Maxar. Jangan lupa untuk share artikel ini jika kalian merasa informasi ini menarik. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Sabtu, 13 Juli 2024

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet

Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
Menuju Mars dalam 2 Bulan: Inovasi Mesin untuk Mempercepat Penerbangan Antarplanet. Gambar: Howe Industri
JAKARTA - Penerbangan manusia ke Mars merupakan salah satu tantangan terbesar dalam eksplorasi luar angkasa. Dengan teknologi saat ini, misi ke Planet Merah dan kembali ke Bumi memakan waktu sekitar dua tahun. 

Durasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai ketahanan fisik dan psikologis manusia dalam menjalani ekspedisi yang begitu lama. 

Selain itu, penerbangan panjang meningkatkan risiko paparan radiasi, terutama saat melintasi zona lontaran massa koronal matahari.

Mempercepat penerbangan ke Mars bisa menjadi solusi untuk banyak masalah ini. Dan kini, Howe Industries tengah mengerjakan inovasi mesin yang mampu mewujudkan hal tersebut. 

Di antara banyak startup, Howe Industries menonjol dengan menarik investasi dari NASA, yang sangat tertarik dengan proyek mereka.

Roket Pulsa Plasma: Solusi Masa Depan

Howe Industries mengusulkan pembuatan roket pulsa plasma (PPR). Mereka percaya bahwa dengan teknologi saat ini, sistem ini layak diwujudkan. 

PPR akan menggabungkan dua komponen penting untuk mesin luar angkasa: daya dorong tinggi (hingga 100.000 N) dan impuls spesifik tinggi (hingga 5.000 detik).

Dengan konsep ini, roket akan mampu mempercepat kapal berawak, bahkan dengan sistem proteksi radiasi masif, hingga kecepatan 160 ribu km/jam. 

Namun, tantangan berikutnya adalah bagaimana menghentikan kapal secara efektif saat mendekati Mars. 

Howe Industries, dengan dukungan NASA, harus menyelesaikan masalah ini serta tantangan struktural dan energi lainnya.

Investasi NASA dalam Inovasi

Saat ini, NASA berinvestasi dengan hati-hati dalam proyek ini. Mereka telah mengalokasikan $725.000 untuk mengembangkan konsep ini lebih lanjut. 

Pendanaan ini diberikan melalui program Innovative Advanced Concepts (NIAC), yang dirancang untuk mengevaluasi ide-ide inovatif dari pihak ketiga. Meski terlihat fantastis, ide ini memiliki peluang untuk diwujudkan.

Para peneliti menyadari bahwa meskipun tahap awal penelitian dapat diselesaikan, butuh waktu sekitar 20 tahun sebelum misi sebenarnya dapat diluncurkan. 

Namun, dengan teknologi mesin pulsa plasma yang kuat, peluang baru dalam penerbangan luar angkasa akan terbuka. 

Mengirim misi ke pinggiran tata surya pun akan menjadi lebih mudah.

Harapan untuk Masa Depan

Inovasi ini memberi harapan baru bagi misi manusia ke Mars. Dengan mesin yang lebih cepat dan efisien, waktu penerbangan dapat dipersingkat menjadi hanya dua bulan. 

Ini tidak hanya mengurangi beban fisik dan psikologis para astronot, tetapi juga mengurangi risiko paparan radiasi. 

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, dukungan dari NASA menunjukkan bahwa konsep ini memiliki potensi besar untuk masa depan eksplorasi luar angkasa.

Mari kita nantikan terobosan berikutnya dalam teknologi luar angkasa yang bisa membawa kita lebih dekat ke impian manusia ke Mars!

Selasa, 02 April 2024

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya!

Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya
Jelang Hari Raya Idul Fitri Diperkirakan Ada Gerhana Matahari Total, Ini Efeknya. (Gambar Ilustrasi)
JAKARTA – Fenomena langka akan terjadi menjelang Lebaran. Fenomena alam tersebut merupakan "Gerhana Matahari Total".

Ketua Asosiasi Astronomi Uni Emirat Arab (UEA), Al-Jarwan, mengungkapkan bahwa fenomena "Gerhana Matahari Total" yang terjadi menjelang lebaran ternyata memiliki dampak terhadap penampakan bulan sabit Syawal.

Menurutnya, "Gerhana Matahari Total" dapat menyulitkan proses pengamatan bulan Sabit.

Selain itu, fenomena ini juga dapat membuat bulan Sabit awal Syawal baru akan terlihat pada 9 April 2024 mendatang.

Melansir dari Gulf News, Asosiasi Astronomi UEA mengungkapkan bahwa lebaran berpotensi jatuh pada Rabu, 10 April 2024 karena bulan Sabit baru terlihat pada 9 April 224.

Sebagai informasi, bulan Sabit adalah tanda bulan baru. Dalam hal ini, bulan baru menandakan akhir dari bulan Ramadan.

Selain terhadap pengamatan bulan Sabit, "Gerhana Matahari Total" juga berdampak terhadap aktivitas di Bumi lainnya, seperti lonjakan trafik internet dan sinyal ponsel.

Lonjakan trafik disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak orang yang mengakses Google Search.

Pada fenomena sebelumnya, sejumlah orang mencari tahu informasi dampak melihat langsung Matahari saat gerhana terjadi.

Sementara itu, sinyal ponsel yang bermasalah disebabkan karena kemungkinan akan ada banyak aktivitas ponsel secara berlebihan saat itu.

"Gerhana Matahari Total" nanti dapat terlihat di beberapa lokasi di dunia, yakni mulai dari Meksiko, Amerika Serikat (AS), Amerika Utara hingga Kanada.

Sementara itu, Xavier Jubier selaku pakar gerhana asal Perancis menjelaskan jalur "Gerhana Matahari Total" terbentang 162-200 kilometer, yakni terjadi di Samudera Pasifik hingga menuju ke Atlantik.

Titik totalitas terpanjang fenomena tersebut pada Nazas, dekat Durango, Meksiko. Pada saat bayangan Bulan membesar, masyarakat dapat melihat "Gerhana Matahari Total" selama 4 menit 28 detik.

Minggu, 04 Februari 2024

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars

NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
JAKARTA - NASA telah mengungkap jejak-jejak sungai kuno yang berkelok-kelok di permukaan Mars melalui pengamatan yang dilakukan oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). 

Gambar yang diperoleh dari misi ini menunjukkan formasi sungai kering di Aeolis Planum, yang memberikan bukti kuat akan keberadaan air di planet tersebut pada masa lampau.

Dalam gambar-gambar tersebut, terlihat pola sungai yang jelas berkelok-kelok di tengah dataran Mars. 

Para ilmuwan memperhatikan bahwa formasi dasar sungai terdiri dari batu kerikil, sementara sekitarnya tertutup oleh endapan berbutir halus. 

Fenomena ini dijelaskan oleh para ahli sebagai hasil dari apa yang mereka sebut sebagai "saluran terbalik", yaitu ketika sungai mengering, endapan berbutir halus akan tersapu meninggalkan lapisan kerikil yang terlihat seperti punggung bukit.

Dr. Maria Zuber, seorang ilmuwan planetary dari Universitas Harvard, mengatakan, "Ini adalah bukti yang sangat penting tentang sejarah air di Mars. 
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
NASA Temukan Jejak Sungai Kuno di Mars. Gambar: NASA/JPL-Caltech
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kondisi permukaan planet ini telah berubah seiring waktu."

Gambar-gambar ini diambil dari ketinggian hampir 267 kilometer menggunakan HiRISE, sebuah kamera canggih yang dipasang pada MRO. 

Kemampuan resolusi tinggi kamera ini memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan detail yang sangat halus dari formasi permukaan Mars, memungkinkan mereka untuk memahami lebih dalam tentang sejarah geologis planet tersebut.

Penemuan ini menambah daftar panjang bukti bahwa Mars memiliki masa lalu yang kaya akan air cair, yang mendukung kemungkinan adanya kehidupan mikroba di masa lalu. 

Hal ini juga memberikan petunjuk penting bagi penelitian masa depan, termasuk misi berawak yang diusulkan untuk menjelajahi lebih jauh potensi keberadaan kehidupan di planet tetangga kita ini.

Selasa, 23 Januari 2024

Pioneer 10: Pesawat Ruang Angkasa yang Terus Mengirim Data Meski Tua

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
JAKARTA – Pada tanggal 22 Januari 2003, Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA mengirimkan transmisi data terakhirnya ke Bumi. 

Pioneer 10 mencatat sejarah sebagai misi luar angkasa pertama NASA yang berhasil melewati sabuk asteroid, mengunjungi Jupiter, dan melintasi planet luar. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Saat ini, pesawat ini sedang menjauh dari tata surya, telah menempuh perjalanan lebih dari 10 miliar mil dari Bumi.

Meskipun dirancang awalnya untuk bertahan selama 21 bulan, Pioneer 10 terus mengumpulkan dan mengirimkan data selama lebih dari 30 tahun. 

Pasokan listrik radioisotopnya akhirnya rusak, dan NASA tak dapat lagi menghubunginya.

Berita lainnya pada 21 Januari 1960, ketika monyet bernama Miss Sam diluncurkan dengan roket Little Joe untuk membantu uji sistem pelarian pesawat ruang angkasa Mercury NASA. 

Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Pesawat Ruang Angkasa Pioneer 10 milik NASA. (Gambar ilustrasi)
Meski hanya mencapai ketinggian sekitar 9 mil, Miss Sam berhasil melewati uji psikomotorik dengan menarik tuas menggunakan lampu sebagai isyarat selama penerbangan 8,5 menit. 

Roket tersebut akhirnya membawa astronot Amerika pertama ke luar angkasa.

Sumber: Space.com

Kamis, 23 Februari 2023

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik

Teleskop luar Angkasa mengungkap Galaksi masif di dekat Fajar Kosmik
Foto: Gambar yang disediakan oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa ini menunjukkan gambar dari enam calon galaksi masif, terlihat 500-800 juta tahun.
CAPE CANAVERAL — Para astronom telah menemukan apa yang tampak sebagai galaksi masif yang berasal dari 600 juta tahun Big Bang, menunjukkan bahwa alam semesta awal mungkin memiliki jalur cepat bintang yang menghasilkan "monster" ini.

Sementara Teleskop Luar Angkasa James Webb yang baru telah melihat galaksi-galaksi yang bahkan lebih tua, yang berumur hanya 300 juta tahun dari awal alam semesta, ukuran dan kejadian dari enam mega-galaksi yang terlihat inilah yang mengejutkan para ilmuwan. Mereka melaporkan temuan mereka Rabu (23/2/2023).

Peneliti utama Ivo Labbe dari Swinburne University of Technology Australia dan timnya berharap menemukan bayi galaksi kecil sedekat ini dengan fajar alam semesta,  dan ini tidak bohong.

“Sementara sebagian besar galaksi di era ini masih kecil dan hanya secara bertahap tumbuh lebih besar dari waktu ke waktu,” katanya melalui email, “ada beberapa monster yang mempercepat kedewasaan. Mengapa ini terjadi atau bagaimana ini akan berhasil tidak diketahui.”

Labbe mengatakan dia dan timnya pada awalnya tidak berpikir hasilnya sangat nyata dan bahwa tidak mungkin ada galaksi yang matang seperti Bima Sakti pada waktu yang sangat awal dan mereka masih perlu dikonfirmasi. 

Benda-benda itu tampak begitu besar dan terang sehingga beberapa anggota tim mengira mereka telah melakukan kesalahan. "Kami sangat terkejut, agak ragu," kata Labbe.

Joel Leja dari Pennsylvania State University, yang mengambil bagian dalam penelitian ini, menyebut mereka "pemecah alam semesta".

"Pengungkapan bahwa pembentukan galaksi masif dimulai sangat awal dalam sejarah alam semesta. Membalikkan apa yang banyak dari kita anggap sebagai sains yang menetap," kata Leja dalam sebuah pernyataan. “Ternyata kami menemukan sesuatu yang sangat tidak terduga sehingga benar-benar menimbulkan masalah bagi sains. Ini mempertanyakan gambaran keseluruhan pembentukan galaksi awal.”

Pengamatan galaksi ini termasuk di antara kumpulan data pertama yang berasal dari teleskop Webb senilai $10 miliar, yang diluncurkan lebih dari setahun yang lalu. 

Webb NASA dan Badan Antariksa Eropa dianggap sebagai penerus Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang muncul pada ulang tahun ke-33 peluncurannya.

Tidak seperti Hubble, Webb yang lebih besar dan lebih kuat dapat mengintip melalui awan debu dengan penglihatan infra merahnya dan menemukan galaksi yang sebelumnya tidak terlihat. 

Para ilmuwan berharap dapat mengamati bintang dan galaksi pertama yang terbentuk setelah penciptaan alam semesta 13,8 miliar tahun lalu.

Para peneliti masih menunggu konfirmasi resmi melalui spektroskopi sensitif, berhati-hati untuk menyebut sekelompok galaksi masif ini untuk saat ini. 

Leja mengatakan ada kemungkinan bahwa beberapa objek mungkin bukan galaksi, tetapi lubang hitam supermasif yang tersembunyi.

Sementara beberapa mungkin terbukti lebih kecil, kemungkinan besar setidaknya beberapa dari mereka akan berubah menjadi raksasa galaksi, kata Labbe. "Tahun depan akan memberitahu kita."

Salah satu pelajaran awal dari Webb adalah “melepaskan harapan Anda dan bersiaplah untuk terkejut,” katanya.

Departemen Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Associated Press menerima dukungan dari Kelompok Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Howard Hughes Medical Institute.

Editor: Yakop

Minggu, 07 Agustus 2022

Malaysia menandatangani dua perjanjian antariksa internasional PBB

Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.
Ilustrasi. Seorang astronot dari program Artemis melihat ke Bulan setelah mendarat dengan kendaraannya.

BorneoTribun, Kuala Lumpur - Malaysia menandatangani dua dari lima perjanjian atau konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi dan menjaga keamanan dan kedaulatan nasional, menurut Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Kuala Lumpur, Minggu, Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi Malaysia (MOSTI) mengatakan dua kesepakatan atau konvensi yang telah ditandatangani namun belum diratifikasi adalah, pertama, Agreement on Principles Governing the Activities of Countries. dalam Eksplorasi dan Penggunaan Eksternal. Luar Angkasa, Termasuk Bulan dan Benda Langit Lainnya, 1967 (OST 1967).

Kedua, Treaty on the Rescue of Astronauts, Return of Astronauts and Return of Objects Launched to Space, 1968 (ARRA 1968).

Sementara proses ratifikasi atau menjadi anggota dari semua perjanjian atau konvensi sedang dipertimbangkan sesuai dengan kepentingan nasional, kata MOSTI.

Dengan demikian, keanggotaan Malaysia dalam United Nations Committee on the Peaceful Use of Outer Space (UNCOPUOS) sejak tahun 1994 menunjukkan komitmennya untuk menjalankan tanggung jawabnya di bidang antariksa di tingkat internasional.

Malaysia membuktikan komitmennya melalui pemberlakuan Undang-Undang Badan Antariksa Malaysia 2022 [UU 834] pada 25 Januari 2022. Dengan berlakunya undang-undang ini, memungkinkan Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi untuk mempertimbangkan tindakan yang diperlukan untuk meratifikasi semua perjanjian atau konvensi internasional.

Konvensi antariksa internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang belum ditandatangani dan diratifikasi oleh Malaysia antara lain Convention on International Liability for Damage Caused Outer Space Objects, 1972 (LIAB 1972), Convention on the Registration of Objects Launched into Outer Space, 1975 (REG 1975).

Selain itu, ada Treaty Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies, 1979 (MOON 1979) yang juga belum ditandatangani dan diratifikasi.

(WP/ANT)