JAKARTA – Laga leg pertama perempat final Liga Champions antara Arsenal dan Real Madrid di Emirates Stadium menjadi mimpi buruk bagi Los Blancos.
Arsenal tampil dominan dan menang 3-0 lewat dua gol indah dari Declan Rice melalui tendangan bebas dan satu gol dari Mikel Merino.
Tidak hanya itu, Real Madrid juga harus kehilangan Eduardo Camavinga yang dikartu merah di masa injury time.
Lalu, apa saja pertanyaan penting yang terjawab di laga ini, dan apa pertanyaan yang masih menggantung untuk leg kedua?
Three Answers: Jawaban yang Kita Dapat dari Laga Ini
1. Siapa yang akan dimainkan di posisi full-back?
Rumor menyebutkan Lucas Vázquez dan David Alaba akan turun sebagai starter, tapi yang terjadi hanya separuh benar. Fede Valverde mengisi sisi kanan, sementara Alaba mengisi kiri menggantikan Fran García.
Alaba dipilih karena punya pengalaman dan tinggi badan yang membantu saat duel udara.
Meskipun keduanya beberapa kali kerepotan menghadapi Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli, secara keseluruhan mereka tampil cukup stabil.
2. Apakah bola mati akan berperan penting?
Ya, tapi bukan dari sepak pojok seperti yang dikhawatirkan. Justru dua tendangan bebas Declan Rice-lah yang jadi mimpi buruk Real Madrid.
Meskipun hanya sedikit pelanggaran dilakukan, beberapa di antaranya terjadi di area berbahaya dan Rice memanfaatkannya dengan sangat baik.
Ini jadi pelajaran penting bagi Madrid: jangan memberi peluang sekecil apa pun dari bola mati.
3. Seberapa besar pengaruh laga kandang di leg kedua?
Sayangnya, kekalahan 3-0 ini membuat keuntungan bermain di Santiago Bernabéu terasa hambar.
Real Madrid memang punya sejarah comeback luar biasa, tapi Arsenal bukan lawan sembarangan.
Dengan pertahanan solid dan mental yang sedang tinggi, akan sangat sulit membalikkan keadaan, meskipun bermain di kandang sendiri.
Three Questions: Pertanyaan Besar Menjelang Leg Kedua
1. Masih adakah harapan untuk Real Madrid?
Statistik berkata sangat kecil. Sejarah mencatat hanya tiga kali Madrid membalikkan defisit besar seperti ini, dan terakhir terjadi di tahun 1986.
Arsenal juga bukan tim yang mudah kebobolan; mereka hanya kemasukan 6 gol di 10 laga Liga Champions musim ini. Jika Madrid ingin berharap, mereka harus bermain nyaris sempurna.
2. Bisakah Madrid menghindari gol dari tendangan bebas Rice?
Sulit menyalahkan kiper atau pagar betis untuk dua tendangan bebas Rice yang luar biasa. Tapi yang bisa dikritik adalah pelanggaran yang tidak perlu.
Madrid harus lebih disiplin dan tidak memberi celah sedikit pun di area berbahaya. Apalagi, mereka kehilangan Camavinga yang dikartu merah karena frustrasi.
3. Di mana Madrid kalah dalam laga ini?
Kuncinya ada di lini tengah. Arsenal menang dalam penguasaan bola dan transisi dari bertahan ke menyerang. Bellingham kalah duel, Camavinga terlalu bertahan, dan Modrić tidak bisa mengontrol permainan. Arsenal terlalu mudah membongkar pertahanan dan itu terlihat jelas saat gol ketiga tercipta.
Real Madrid punya tugas berat di leg kedua. Meski sejarah dan semangat comeback masih ada, mereka harus tampil jauh lebih baik di semua lini.
Sementara itu, Arsenal hanya perlu bermain cerdas dan menjaga momentum. Menarik untuk ditunggu, apakah keajaiban Bernabéu akan kembali terjadi?
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS