Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Prabowo: Dari Makanan Basi hingga Anak-anak Keracunan, Apakah Waktunya Evaluasi Serius? | Borneotribun.com

Kamis, 24 April 2025

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Prabowo: Dari Makanan Basi hingga Anak-anak Keracunan, Apakah Waktunya Evaluasi Serius?

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Prabowo Dari Makanan Basi hingga Anak-anak Keracunan, Apakah Waktunya Evaluasi Serius
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Prabowo Dari Makanan Basi hingga Anak-anak Keracunan, Apakah Waktunya Evaluasi Serius. (GAMBAR ILUSTRASI)

JAKARTA - Belakangan ini, Program Makan Bergizi Gratis yang digagas oleh Prabowo Subianto ramai jadi bahan perbincangan di media sosial. Banyak netizen yang mengkritik program ini, bahkan menyebutnya sebagai bentuk pemborosan anggaran. Nggak sedikit juga yang merasa bahwa seharusnya pemerintah lebih fokus pada program sekolah gratis atau penyediaan peralatan sekolah bagi anak-anak kurang mampu.

Tapi, benarkah program ini gagal? Atau justru banyak yang belum paham tujuan sebenarnya dari program ini?

Tujuan Utama Program Makan Bergizi Gratis

Pertama-tama, kita perlu ngerti dulu, apa sih sebenarnya tujuan dari Program Makan Bergizi Gratis ini?

Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia, terutama yang masih duduk di bangku sekolah, mendapatkan asupan gizi yang cukup setiap harinya. Kenapa penting? Karena banyak anak-anak yang ke sekolah dalam kondisi perut kosong. Akibatnya, mereka sulit konsentrasi, gampang sakit, dan akhirnya prestasi akademiknya jadi turun.

Dengan adanya makanan bergizi setiap hari di sekolah, diharapkan anak-anak bisa lebih semangat belajar, tumbuh kembangnya optimal, dan akhirnya menciptakan generasi muda yang sehat, pintar, dan kuat.

Kenapa Banyak yang Protes?

Meski niatnya baik, ternyata program ini juga nggak lepas dari kritikan. Beberapa alasan yang sering dilontarkan netizen antara lain:

  1. Anggaran yang Besar: Program ini memang butuh dana yang nggak sedikit. Banyak yang khawatir dana triliunan rupiah ini malah nggak tepat sasaran atau berujung pada korupsi.

  2. Masalah Prioritas: Di beberapa daerah, masih banyak anak-anak yang putus sekolah karena nggak mampu bayar SPP, beli seragam, atau buku pelajaran. Bagi sebagian masyarakat, program sekolah gratis atau bantuan pendidikan terasa lebih urgent dibanding makan siang gratis.

  3. Logistik dan Pengawasan: Distribusi makanan sehat ke seluruh sekolah di Indonesia jelas bukan perkara mudah. Tantangannya besar, mulai dari kualitas makanan, kebersihan, hingga pengawasan pelaksanaannya.

Jadi, Gagal atau Belum Matang?

Kalau dibilang gagal, mungkin masih terlalu dini. Program Makan Bergizi Gratis ini sebenarnya belum sepenuhnya berjalan di seluruh Indonesia. Banyak tahapan yang masih dalam proses perencanaan dan uji coba.

Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana program ini bisa disempurnakan. Misalnya:

  • Pelibatan UMKM lokal atau petani sebagai penyedia bahan makanan agar sekaligus menggerakkan ekonomi.

  • Sistem pengawasan transparan yang melibatkan masyarakat, sekolah, dan pihak ketiga agar program tetap bersih dari korupsi.

  • Integrasi dengan program pendidikan lain seperti bantuan perlengkapan sekolah, beasiswa, atau perbaikan fasilitas belajar.

Pentingnya Kolaborasi dan Evaluasi

Nggak ada program pemerintah yang sempurna di awal. Tapi yang penting adalah niat untuk memperbaiki dan mendengarkan suara rakyat. Kalau banyak kritik dari netizen, itu tandanya masyarakat peduli dan ingin yang terbaik.

Tugas pemerintah selanjutnya adalah membuka ruang dialog, melakukan evaluasi terbuka, dan memastikan bahwa Program Makan Bergizi Gratis ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh anak-anak Indonesia.

Dan untuk kita sebagai masyarakat, alangkah baiknya jika kita ikut mengawasi dan memberi masukan secara konstruktif, bukan cuma nyinyir di medsos.

Program Makan Bergizi Gratis Prabowo bukan program yang buruk, tapi juga bukan tanpa kekurangan. Yang dibutuhkan saat ini adalah kerja sama, keterbukaan, dan pengawasan yang kuat agar program ini benar-benar jadi solusi, bukan masalah baru.

Jadi, apakah program ini gagal? Belum tentu. Tapi tanpa perbaikan dan keterlibatan semua pihak, potensi kegagalan itu bisa saja terjadi.

Rentetan Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis: Waktunya Evaluasi Serius!

Siswa menunjukkan menu ayam yang berbau dan hitam dalam penyajian paket Makan Bergizi Gratis di Bombana, Sulawesi Tenggara, Rabu (23/4/2025). Belasan siswa keracunan. (GAMBAR: KOMPAS.ID)
Siswa menunjukkan menu ayam yang berbau dan hitam dalam penyajian paket Makan Bergizi Gratis di Bombana, Sulawesi Tenggara, Rabu (23/4/2025). Belasan siswa keracunan. (GAMBAR: KOMPAS.ID)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah dasar di Indonesia kini kembali jadi sorotan.

Alih-alih membawa manfaat, program ini justru memunculkan kekhawatiran setelah berulang kali menimbulkan kasus keracunan makanan di berbagai daerah. Terbaru, kejadian keracunan dialami oleh belasan siswa SD di Bombana, Sulawesi Tenggara. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ayam Tepung Basi Picu Kepanikan di SDN 33 Kasipute

Pada Rabu, 23 April 2025, suasana di SDN 33 Kasipute mendadak berubah tegang. Belasan siswa yang baru saja menyantap menu ayam goreng tepung dari program MBG mendadak mengalami gejala keracunan seperti muntah-muntah, pusing, dan sakit perut. Menurut Kepala Sekolah, Santi Jamal, total ada 13 siswa yang terdampak.

“Sebagian besar siswa sudah mulai membaik, hanya satu yang masih butuh istirahat. Kami langsung melarang siswa lain untuk melanjutkan makan setelah melihat ada yang muntah dan mencium bau tidak sedap dari makanan,” ujarnya.

Yang lebih mengejutkan, ayam yang disajikan untuk siswa kelas 1 sampai 3 ternyata sudah mengeluarkan bau tak sedap dan warnanya menghitam. Dalam video yang beredar, terlihat beberapa siswa langsung memuntahkan makanan dan tampak ketakutan, bahkan menangis karena panik.

Orang Tua Khawatir, Sekolah Lebih Waspada

Insiden ini langsung membuat para orang tua dan wali murid panik. Banyak yang khawatir dengan keselamatan anak-anak mereka di sekolah. Pihak sekolah pun memutuskan untuk melakukan pengecekan menyeluruh terhadap makanan sebelum disajikan, dan untuk sementara menunda distribusi makanan program MBG hingga ada kejelasan.

“Sepertinya hari ini belum ada pembagian makanan lagi. Masih menunggu koordinasi lebih lanjut,” tambah Santi.

Dinas Kesehatan Turun Tangan, SPPG Jadi Sorotan

Tampak ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (21/4/2025) malam. Di tempat ini menjadi lokasi puluhan siswa dirawat karena mengalami gejala keracunan diduga setelah mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG). Jumlah korban di rumah sakit mencapai 52 orang. (SUMBER: KOMPAS.ID)
Tampak ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Cianjur di Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Senin (21/4/2025) malam. Di tempat ini menjadi lokasi puluhan siswa dirawat karena mengalami gejala keracunan diduga setelah mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG). Jumlah korban di rumah sakit mencapai 52 orang. (SUMBER: KOMPAS.ID)

Darwin, Kepala Dinas Kesehatan Bombana, mengonfirmasi bahwa insiden ini hanya terjadi di satu dari tiga sekolah yang menerima program MBG pada hari itu. Makanan tersebut disalurkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kasipute untuk total 1.043 penerima.

“Kami langsung turunkan tim untuk investigasi. Sampel makanan sudah kami ambil dan akan diuji di laboratorium. Dugaan awalnya karena ayam yang disajikan sudah dalam kondisi tidak layak konsumsi,” jelas Darwin.

Ia menekankan pentingnya evaluasi total terhadap sistem kerja SPPG. Dinas kesehatan sendiri, kata Darwin, tidak terlibat dalam penyusunan menu atau proses distribusi makanan MBG, sehingga evaluasi mendalam harus dilakukan oleh pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang.

Data Mengerikan: Sudah Empat Kasus Sejak Januari

Insiden di Bombana ini bukan yang pertama. Berdasarkan catatan sejak program MBG diluncurkan pada 6 Januari 2025, sudah ada empat kejadian keracunan yang tercatat:

  1. Sukoharjo, Jawa Tengah (16 Januari): 40 siswa keracunan setelah makan dari program MBG.

  2. Empat Lawang, Sumatera Selatan (18 Februari): Delapan siswa mengalami gejala keracunan.

  3. Batang, Jawa Tengah (14 April): 60 siswa mengalami pusing, mual, muntah, dan diare.

  4. Cianjur, Jawa Barat (21 April): 78 siswa dari dua sekolah dilaporkan keracunan, sebagian masih dirawat.

Total, ratusan siswa sudah menjadi korban sejak program ini bergulir, membuat masyarakat bertanya-tanya: apakah program ini benar-benar aman?

Peringatan dari Ahli: Masalah di Proses Produksi Massal

Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada, Toto Sudargo, menyebut bahwa 60-70% kasus keracunan makanan di Indonesia berasal dari pengolahan makanan rumahan dalam skala besar, termasuk katering untuk acara atau program seperti MBG.

Menurutnya, banyak penyelenggara makanan massal tidak mematuhi prosedur keamanan pangan secara ketat. Mulai dari pemilihan bahan mentah, proses pengolahan, penyimpanan, hingga pengemasan dan distribusi bisa menjadi sumber masalah jika tidak dikelola dengan baik.

“Setiap tahapan pengolahan makanan punya risiko sendiri. Kalau tidak diawasi secara ketat, dampaknya bisa membahayakan kesehatan banyak orang,” tegas Toto.

Program Makan Bergizi Gratis adalah inisiatif yang punya niat baik: memberi nutrisi layak untuk anak-anak Indonesia. Tapi jika implementasinya justru menimbulkan risiko kesehatan, maka sudah saatnya program ini direvisi secara menyeluruh.

Evaluasi terhadap SPPG, prosedur distribusi, hingga sistem pengawasan harus dilakukan dengan serius. Tidak cukup hanya minta maaf atau sekadar “koordinasi”. Kejadian demi kejadian ini adalah sinyal bahwa ada yang salah secara sistemik, bukan sekadar kesalahan teknis semata.

Memberikan makanan bergizi kepada anak-anak bukan hanya soal memberi makan. Ini soal tanggung jawab, kualitas, dan keamanan. Harapan masyarakat pada program MBG sangat besar, tapi jika terus dibiarkan tanpa perbaikan, kepercayaan itu akan hilang, dan anak-anak kita justru menjadi korban.

Semoga kasus ini jadi pelajaran penting, dan semua pihak bisa bergerak cepat untuk memperbaiki sistem. Karena anak-anak Indonesia layak mendapatkan yang terbaik bukan makanan basi.

Waspada! Sejumlah Murid TK di Batang Muntah Usai Makan Program MBG, Dinkes Turun Tangan

Waspada! Sejumlah Murid TK di Batang Muntah Usai Makan Program MBG, Dinkes Turun Tangan
Waspada! Sejumlah Murid TK di Batang Muntah Usai Makan Program MBG, Dinkes Turun Tangan. (Gambar ilustrasi)

Sebuah kejadian mengejutkan pada hari Senin yang sudah berlalu (14/4/2025) terjadi di salah satu taman kanak-kanak (TK) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Beberapa murid dilaporkan mengalami mual, muntah, hingga pusing setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan pagi tadi. Kini, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat sedang menyelidiki penyebabnya.

Peristiwa ini pertama kali mencuat ke publik setelah akun Instagram @batanghelp mengunggah keluhan dari para orang tua murid. Salah satunya menyebutkan bahwa tiga murid dari TK Al Karomah muntah tak lama setelah menyantap menu MBG yang terdiri dari mi goreng, telur dadar, dan sayuran.

Anak-anak Mengeluh Mual dan Pusing Setelah Makan

Adi Pras, salah satu orang tua murid, menceritakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa pusing dan muntah usai makan. Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 09.30 WIB, saat sebagian besar anak sudah menyelesaikan sarapan mereka di sekolah.

"Pas saya jemput, anak saya cerita kalau habis makan langsung muntah. Dia juga bilang kepalanya pusing. Dari kelas anak saya, ada tiga yang mengalami hal yang sama," tutur Adi kepada wartawan.

Adi mengungkapkan rasa kecewanya terhadap pihak sekolah yang tidak mengecek lebih dulu kualitas makanan sebelum diberikan ke murid-murid. Ia merasa bahwa seharusnya guru juga mencoba makanan tersebut untuk memastikan aman dikonsumsi.

"Kalau makanan layak, ya nggak masalah. Tapi ini malah bikin anak trauma, sekarang jadi nggak mau makan lagi di sekolah," keluhnya.

Banyak Orang Tua Khawatir, Trauma dan Takut Anak Keracunan

Hal serupa juga disampaikan Ema, orang tua murid lain dari TK yang sama. Anaknya pulang sekolah dalam kondisi lemas dan pucat. Ia mengeluhkan sakit perut, mual, bahkan sempat muntah beberapa kali saat di kelas.

"Anak saya langsung tidur pas sampai rumah, masih merasa mual dan perutnya hangat. Biasanya kalau sakit minta makan, ini malah nggak mau makan sama sekali," kata Ema.

Menurut Ema, beberapa anak lain di kelas juga mengalami gejala serupa. Bahkan ada yang menyebutkan kalau makanannya terasa basi.

"Katanya sih banyak yang muntah, dan banyak yang bilang mi-nya bau. Saya jadi takut anak saya keracunan. Kalau sampai besok belum sembuh, saya bawa ke klinik atau rumah sakit," tambahnya.

Ema juga sudah menghubungi pihak sekolah dan meminta agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Tanggapan Pihak MBG dan Langkah Dinkes

Hasan Al Sidiq, Koordinator Lapangan MBG Kecamatan Batang, mengatakan bahwa ia belum menerima komplain langsung dari pihak sekolah terkait insiden tersebut. Ia justru baru mengetahui dari media sosial.

“Kami langsung cari info terkait anak-anak yang mual-mual itu. Dari Dinas Kesehatan juga sudah turun untuk ambil sampel makanan buat diperiksa,” jelas Hasan.

Ia menambahkan bahwa bisa saja anak-anak tidak cocok dengan menu yang diberikan. Misalnya, aroma mi goreng dengan bawang goreng yang mungkin tidak disukai sebagian anak.

“Kami akan evaluasi. Ke depan, mi tidak akan digunakan sebagai pengganti karbohidrat lagi. Pernah juga ada anak yang nggak suka bau pisang, jadi sekarang pisang dibungkus plastik dulu,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Didiet Wisnuhardanto, menyatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki kasus ini.

"Masih dalam tahap penelitian," katanya singkat saat dikonfirmasi lewat pesan singkat.

Edukasi dan Pengawasan Jadi Kunci

Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa program makan bergizi di sekolah harus diawasi secara ketat. Niat baik pemerintah menyediakan makanan sehat dan gratis tentu patut diapresiasi, tapi kontrol kualitas dan kebersihan tetap harus jadi prioritas utama.

Bagi para orang tua, kejadian ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Tak sedikit yang kini merasa ragu untuk membiarkan anak mereka ikut program MBG, padahal seharusnya ini jadi langkah bagus untuk membantu tumbuh kembang anak-anak di usia emas.

Penting bagi semua pihak, baik sekolah, penyedia makanan, hingga pemerintah, untuk duduk bersama dan mencari solusi terbaik agar kejadian seperti ini tidak terulang. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, dan kesehatan mereka harus jadi prioritas utama.

SUMBER REFENSI:

https://www.kompas.id/artikel/keracunan-mbg-berulang-puluhan-siswa-sd-di-bombana-muntah-muntah

https://www.detik.com/jateng/berita/d-7868911/viral-murid-tk-di-batang-muntah-usai-santap-mbg-dinkes-selidiki

Penulis: Yakop

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.