Premier League Terlalu Jauh di Depan? Ketimpangan dengan Championship Makin Parah | Borneotribun.com

Selasa, 22 April 2025

Premier League Terlalu Jauh di Depan? Ketimpangan dengan Championship Makin Parah

Premier League Terlalu Jauh di Depan Ketimpangan dengan Championship Makin Parah
Premier League Terlalu Jauh di Depan Ketimpangan dengan Championship Makin Parah.

JAKARTA - Musim Premier League 2024/25 mungkin bukan yang paling seru untuk dikenang. Judul “drama sampai akhir musim” sepertinya gak cocok buat musim kali ini. 

Soalnya, perebutan gelar juara udah kayak disegel sejak akhir Februari, dan persaingan di papan bawah juga gak seramai biasanya malah lebih mirip adu rebutan mainan di playground.

Tapi di balik itu semua, ada satu hal yang cukup mengkhawatirkan: jarak antara Premier League dan Championship kayaknya makin lebar. 

Klub-klub yang baru promosi dari kasta kedua terlihat kesulitan banget buat bersaing di level tertinggi sepak bola Inggris.

Tiga tim yang promosi ke Premier League musim ini Leicester City, Ipswich Town, dan Southampton sama-sama terancam langsung degradasi lagi ke Championship. Southampton bahkan jadi tim pertama dalam sejarah Premier League yang dipastikan degradasi dengan sisa tujuh laga. 

Leicester sudah resmi turun kasta usai kalah 0-1 dari Liverpool. 

Dan Ipswich? Mereka harus menang di semua sisa laga dan berharap West Ham kalah semua nyaris mustahil.

Simulasi komputer dari Opta pun bilang hal yang sama. Dari 10.000 simulasi musim, gak satu pun yang menunjukkan Ipswich bisa selamat. 

Ini artinya, tiga tim promosi musim ini sangat mungkin kembali turun. Dan parahnya, ini terjadi untuk musim kedua secara beruntun.

Sejak era Premier League dimulai, baru dua kali semua tim promosi langsung degradasi di musim pertama mereka. 

Pertama di musim 1997/98, dan sekarang terjadi dua musim berturut-turut: 2023/24 dan kemungkinan besar 2024/25. Ini jelas pertanda buruk.

Musim lalu, Luton Town, Burnley, dan Sheffield United juga gagal bertahan. Walau sempat kelihatan menjanjikan di awal, ketiganya hancur lebur di akhir musim. 

Rata-rata mereka cuma ngumpulin 0,58 poin per pertandingan. Itu rekor terburuk bareng tim-tim dari musim 1891/92 (iya, itu lebih dari seabad lalu!).

Tapi musim ini bahkan lebih parah. Setelah pekan ke-33, tiga tim di zona degradasi hanya mencetak rata-rata 0,51 poin per laga. 

Kalau tren ini terus berlanjut, mereka bakal mencatatkan rekor sebagai tim dengan performa terburuk sepanjang sejarah Premier League untuk tim-tim yang degradasi.

Padahal, tim-tim yang promosi bukan tim sembarangan di Championship. Leicester mengakhiri musim dengan 97 poin, Ipswich 96 poin, dan Southampton 87 poin angka yang biasanya cukup buat promosi otomatis. Tapi kenyataannya, mereka tetap kesulitan bersaing di Premier League.

Burnley musim sebelumnya bahkan finis dengan 101 poin di Championship. Tapi ketika naik ke Premier League, mereka juga tenggelam. 

Artinya, performa luar biasa di kasta kedua belum tentu jadi jaminan bisa bertahan di kasta tertinggi.

Jadi, kenapa bisa begini? Salah satunya karena perbedaan kekuatan finansial yang terlalu besar antara tim-tim Premier League dengan Championship. 

Klub-klub Premier League punya pemasukan hak siar dan sponsorship yang jauh lebih besar. 

Mereka bisa beli pemain berkualitas dengan harga tinggi, sedangkan tim-tim promosi harus pintar-pintar mengatur budget.

Selain itu, pengalaman dan kedalaman skuad juga jadi masalah. Tim promosi sering kali gak punya skuad yang cukup kuat dan merata buat bersaing di 38 laga ketat dan penuh tekanan. 

Bahkan, ketika mereka berusaha memperkuat skuad, kadang pembelian mereka gak sesuai ekspektasi atau butuh waktu adaptasi yang lama.

Pertanyaannya sekarang: apa yang bisa dilakukan? Apakah sistem promosi-degradasi perlu dikaji ulang? Mungkin bukan dihapus, tapi bisa jadi perlu ada bantuan tambahan buat tim promosi, entah dalam bentuk insentif keuangan, pelatihan manajemen klub, atau perlindungan regulasi tertentu.

Soalnya, kalau tren ini terus berlanjut, Premier League bisa kehilangan daya tariknya. Bayangin kalau setiap musim yang naik dari Championship cuma jadi ‘tumbal’ untuk degradasi, penonton lama-lama bosan juga. 

Kompetisi akan jadi terlalu "tertutup", di mana hanya tim-tim besar dan menengah yang bertahan, sementara tim kecil selalu gagal berkembang.

Saat ini, jurang antara Premier League dan Championship makin lebar dan kelihatan banget dari performa tim-tim promosi dalam dua musim terakhir. 

Meski Championship tetap jadi liga yang kompetitif dan penuh drama, kenyataan bahwa tim terbaiknya selalu gagal bersaing di kasta tertinggi jadi sinyal bahaya.

Kalau dibiarkan terus seperti ini, bukan gak mungkin masa depan sistem sepak bola Inggris akan terancam ketimpangan serius. 

Dan itu bukan cuma masalah Championship, tapi juga masalah buat Premier League yang ingin terus jadi liga paling menarik di dunia.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.