Pakar sebut kebijakan tarif resiprokal Trump bisa jadi peluang bagi RI | Borneotribun.com

Rabu, 09 April 2025

Pakar sebut kebijakan tarif resiprokal Trump bisa jadi peluang bagi RI

Pakar sebut kebijakan tarif resiprokal Trump bisa jadi peluang bagi RI
Pakar sebut kebijakan tarif resiprokal Trump bisa jadi peluang bagi RI. (ANTARA)
Jakarta - Pakar Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu mengemukakan bahwa kebijakan tarif resiprokal 32 persen yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap produk komponen otomotif Indonesia mungkin menjadi tantangan, namun juga membuka peluang besar bagi industri otomotif nasional.

“Kebijakan tarif resiprokal 32 persen oleh Donald Trump (Presiden AS) terhadap produk komponen otomotif Indonesia memang belum tentu akan mengguncang industri secara keseluruhan. Justru, ini adalah peluang emas yang tidak boleh disia-siakan," kata dia saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu.

Trump akhirnya memberlakukan pengenaan tarif dasar 10 persen untuk semua produk impor ke AS dan bea masuk yang lebih tinggi untuk mitra dagang terbesar di negara tersebut.

Vietnam mendapat tarif timbal balik resiprokal tertinggi 46 persen, Thailand 37 persen, China 34 persen, sementara Indonesia 32 persen.

Mengingat Indonesia mendapat tarif lebih rendah dibandingkan negara pesaing seperti Thailand dan Vietnam, Yannes mengungkap Indonesia harus memanfaatkan keunggulan kompetitif ini secara maksimal untuk memperkuat posisinya di pasar global, khususnya pasar AS.

“Pemerintah perlu segera mengimplementasikan insentif fiskal yang menarik bagi industri otomotif, khususnya bagi perusahaan yang akan berkomitmen untuk berinvestasi dalam jangka panjang di Indonesia,” ujar Yannes.

Deregulasi terhadap aturan-aturan yang menghambat pertumbuhan industri otomotif dan komponennya harus segera dilakukan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.

Selain itu, Yannes menyarankan pemerintah juga harus mendukung pengembangan riset dan teknologi (R&D) lokal serta mempercepat transfer teknologi untuk meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia di kancah internasional.

Secara diplomatik, intensifikasi hubungan ekonomi dengan AS sangat diperlukan. Pemerintah, menurut Yannes, harus aktif melakukan diplomasi ekonomi untuk mencari solusi yang saling menguntungkan, mengingat potensi dampak tarif ini terhadap daya saing produk otomotif Indonesia di pasar AS.

“Secara taktis, diplomasi ekonomi yang intensif dengan USA juga perlu segera diupayakan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan,” tambahnya.

Pewarta : Pamela Sakina/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.