![]() |
Mengenang Paus Fransiskus Sebagai Jembatan Harapan Bagi Dunia yang Penuh Tantangan. |
JAKARTA - Kepergian Paus Fransiskus memang menyisakan duka yang mendalam, bukan hanya bagi umat Katolik, tapi juga bagi jutaan orang di seluruh dunia. Sosoknya bukan sekadar pemimpin agama, tapi juga simbol perubahan, harapan, dan keberanian untuk membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih terbuka dan peduli pada isu-isu kemanusiaan.
Tahun 2013 menjadi titik balik bersejarah dalam sejarah Gereja Katolik. Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, dunia menyambut Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus ke-266. Ia memilih nama Fransiskus, sebuah keputusan yang penuh makna. Nama ini terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi, seorang santo yang dikenal karena hidup sederhana, mencintai alam, dan membela kaum miskin.
Yang bikin lebih istimewa, Paus Fransiskus adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin dan juga dari ordo Jesuit. Terpilihnya beliau membawa angin segar dan harapan baru bagi banyak orang. Dari awal masa kepemimpinannya, ia sudah menunjukkan bahwa ia ingin mendekatkan Gereja kepada umat, bukan malah menjaga jarak.
Gaya hidupnya yang sederhana terlihat jelas. Ia memilih tinggal di rumah tamu Vatikan, bukan di Istana Apostolik yang megah. Ia juga sering turun langsung ke jalan, menyapa umat, bahkan mencium kaki para pengungsi sebagai bentuk penghormatan dan kasih. Hal-hal seperti ini membuat banyak orang, bahkan yang bukan Katolik sekalipun, merasa terinspirasi oleh ketulusan dan kepemimpinannya.
Selama masa jabatannya, Paus Fransiskus sangat vokal dalam menyuarakan isu-isu global yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ia berbicara lantang tentang perubahan iklim dan pentingnya menjaga bumi. Dalam ensiklik Laudato Si’, ia mengajak seluruh umat manusia untuk lebih peduli pada lingkungan dan menghentikan eksploitasi alam.
Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga membela hak-hak pengungsi, kaum miskin, dan kelompok yang sering terpinggirkan. Ia mendorong dialog antaragama, serta membuka pintu bagi pembicaraan tentang reformasi internal dalam Gereja. Ia dikenal berani menyentuh isu-isu sensitif seperti LGBTQ+, peran perempuan dalam Gereja, dan skandal pelecehan seksual, sesuatu yang dulu dianggap tabu di Vatikan.
Dengan segala langkah dan keberaniannya, Paus Fransiskus telah menjadi simbol harapan dan jembatan perubahan. Ia mengingatkan dunia bahwa kekuatan sejati pemimpin bukan terletak pada kekuasaan, tapi pada kerendahan hati dan keinginan untuk melayani.
Kini, setelah kepergiannya, warisan Paus Fransiskus tetap hidup. Pesan-pesan kebaikannya masih bergema, menjadi inspirasi untuk melanjutkan semangat cinta kasih, kepedulian sosial, dan keberanian dalam menghadapi tantangan zaman.
Paus mungkin telah tiada, tapi harapan yang ia nyalakan akan terus menyala di hati umat, di gereja, dan di dunia.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS