Kampung Kreatif Kindau hidupkan ekonomi lokal | Borneotribun.com

Senin, 28 April 2025

Kampung Kreatif Kindau hidupkan ekonomi lokal

Kampung Kreatif Kindau hidupkan ekonomi lokal
Kampung Kreatif Kindau hidupkan ekonomi lokal. (ANTARA)
Bengkayang - Dusun Kindau di Desa Sekida Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalbar, bertransformasi menjadi kampung kreatif yang menghidupkan ekonomi masyarakatnya dengan pengembangan produk tradisional Dayak Bidayuh.

Kampung kreatif yang berbatasan dengan Malaysia itu diresmikan pemerintah Kabupaten Bengkayang pada 2017   untuk melestarikan budaya leluhur Dayak lewat kerajinan tangan menganyam.

Melalui program ini, masyarakat Kindau Jagoi Babang dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka dalam berbagai bidang, seperti kerajinan tangan, kuliner, dan pariwisata.

Salah satu contoh kreativitas yang dikembangkan di Kampung Kreatif Kindau Jagoi Babang adalah kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, rotan, dan kayu.

Di kampung ini, masyarakat lokal dapat membuat berbagai jenis kerajinan, seperti tas, dompet, dekorasi rumah, meja kursi dan berbagai buah tangan lainnya yang tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi tetapi juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami, mudah terurai dan tidak ada bahan berbahaya.

Hampir semua penduduk di sana memiliki keterampilan menganyam yang sangat unik. Keterampilan ini telah diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua masing-masing keluarga. Awalnya, keterampilan menganyam rotan ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun kemudian banyaknya permintaan pemesanan dari masyarakat sekitar menjadikan keterampilan itu sebagai penyokong perekonomian rumah tangan.

Hasil kerajinan rotan dari Kampung Kreatif Kindau sangat diminati oleh masyarakat lokal dan internasional. Setiap hari Sabtu dan Minggu, pedagang dari Malaysia datang untuk membeli habis seluruh hasil kerajinan yang ada.

Kerajinan itu kemudian dijual di Pasar Serikin, Malaysia, yang dikenal dengan Weekend Market.

Ada juga warga desa itu yang menjual hasil kerajinan tangannya ke Malaysia secara langsung. Produk-produk tersebut sebagiannya dijual dengan sistem purchase order (PO).

Dari desa Kindau ke pasar Serikin hanya membutuhkan waktu paling lama sekitar satu jam perjalanan darat dengan kendaraan bermotor. Warga desa perbatasan ini sudah memiliki "tiket" masuk khusus yaitu Pos Lintas Batas (PLB) yang hanya berlaku untuk beberapa kecamatan terdekat di Malaysia.

Dalam upaya meningkatkan produksi dan nilai jual produk kerajinan tangan, Kampung Kreatif Kindau dan Desa Wisata Jagoi Babang menjalin kerja sama yang erat melalui MoU. Kedua desa yang terletak berdampingan ini memiliki potensi ekonomi dan sumber daya yang saling melengkapi, sehingga kerja sama ini dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempromosikan produk lokal.

Desa Jagoi Babang, sebagai desa wisata terfavorit, memiliki potensi wisata yang besar, sedangkan Kampung Kreatif Kindau memiliki kemampuan produksi kerajinan tangan yang tinggi. Dengan kerja sama tersebut, produk-produk yang dihasilkan oleh Kampung Kreatif Kindau dapat dipasarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Jagoi.

Produk kerajinan tangan yang paling populer dari Kampung Kreatif Kindau adalah bidai,  anyaman tikar dari rotan. Harga Bidai bergantung pada tingkat kesulitan, ukuran, dan motif yang dipesan, mulai dari Rp450 ribu hingga Rp1 juta lebih per lembar.

Dengan kerja sama ini, produk tersebut dapat dipasarkan lebih luas melalui jaringan pariwisata Desa Jagoi.

Selain itu, kerja sama ini juga membuka peluang bagi warga Kampung Kreatif Kindau untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam bidang kerajinan tangan melalui pelatihan yang diselenggarakan.

Kerja sama antara kedua desa ini sangat strategis, karena dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempromosikan produk lokal yang unik dan berkualitas.

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Jagoi dapat menikmati pengalaman wisata yang lebih lengkap dengan membeli oleh-oleh  yang dihasilkan oleh warga Kampung Kreatif Kindau. Kampung Kreatif Kindau Jagoi Babang Bengkayang telah menjadi contoh nyata dari pengembangan ekonomi lokal melalui kreativitas.

“Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal tetapi juga memperkenalkan keindahan dan keunikan Jagoi Babang kepada masyarakat luas,” kata Fitri Nurjanah, pengrajin dari kelompok sentra IKM Ton Sowa Jagoi Babang.

Menurut Fitri, ekonomi masyarakat di kampung jauh lebih hidup dan berkembang. Siang hari mereka bertani ke ladang dan ke kebun. Malam hari warga memanfaatkan untuk menganyam.

Untuk kelompok IKM Ton Sowa,  setiap bulan selalu ada pesanan dan bisa menembus 100-200 pcs baik yang dipesan dari warga lokal maupun dari Malaysia. Dalam setahun  pesanan bisa mencapai 2.000 pcs. IKM Ton Sowa  atas  empat kelompok yaitu kelompok Juah, Kasah, Finishing, dan Mebel.

Fitri   selain bergabung di IKM Ton Sowa  juga memiliki usaha sendiri y yang memberdayakan 10 perempuan untuk menganyam. Rata-rata perempuan tersebut ibu rumah tangga.

Semua produk ini dibuat dengan tangan dan memiliki nilai seni yang tinggi. Menurut Fitri, hasil kerajinan tangan ini sangat membantu perekonomian keluarga, terutama bagi mereka yang menekuni bidang ini dengan konsisten.

Fitri bercerita, dia memulai usaha kerajinan rotan ini sejak tahun 2020, dan dalam waktu singkat, usahanya telah berkembang pesat. Kerajinan yang dibuat oleh Fitri sangat beragam, mulai dari bidai, tas rotan, kain, dompet, tempat botol minum, hingga tempat hp.

Fitri memiliki latar belakang yang unik. Dulu, suaminya adalah seorang kepala desa, dan Fitri merasa prihatin dengan warga desa terutama ibu-ibu pengrajin yang kehilangan mata pencaharian setelah pandemi COVID-19. Oleh karena itu, Fitri mencoba mencari ide baru untuk mengembangkan kerajinan rotan agar bentuk dan coraknya tidak monoton agar nilai jual juga menjadi tinggi.

"Saat itu kan semua sumber pendapatan terdampak COVID-19. Nah di situ saya berpikir kenapa tidak coba konsisten saja menganyam dan hasilnya dijual. Kemudian kami membentuk kelompok sentra IKM untuk wadah mengumpulkan hasil kreatifitas warga," katanya.

Ketika itu, kata dia, hasil anyaman hanya dipakai sendiri atau dijual kepada teman dekat dan belum menjajah media sosial sampai ekspor ke Malaysia.

"Saat itulah saya mulai memposting hasil kerajinan kami di Facebook. Dan puji Tuhan sampai saat ini pesanan mengalir terus," katanya.

Saat ini, Fitri dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp5juta-Rp10 juta per bulan. Ia juga memiliki stok bahan baku rotan yang masih aman, karena ada warga yang mencari rotan di hutan dan menjualnya kepada kelompok mereka.

Kreativitas warga Kindau dapat memberikan secercah harapan yang membangkitkan semangat untuk terus berkarya dan memberikan kesejahteraan dalam peningkatan kualitas hidup. Mereka menganyam sambil melestarikan tradisi budaya leluhur Dayak.

Oleh Narwati/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.