Kabar Duka dari Vatikan: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik | Borneotribun.com

Selasa, 22 April 2025

Kabar Duka dari Vatikan: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik

Kabar Duka dari Vatikan Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik
Kabar Duka dari Vatikan: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Perubahan Gereja Katolik.

JAKARTA - Paus Fransiskus, pemimpin ke-266 Gereja Katolik sekaligus tokoh reformis yang menyuarakan keadilan sosial dan kesederhanaan hidup, telah meninggal dunia pada 21 April 2025 setelah mengalami gangguan pernapasan yang berkepanjangan. 

Beliau tutup usia pada 88 tahun, meninggalkan jejak kuat sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dan pemimpin gereja yang mencoba mendekatkan ajaran agama dengan realitas zaman modern.

Perjalanan Hidup Jorge Mario Bergoglio

Lahir di Buenos Aires, Argentina pada 17 Desember 1936, dengan nama Jorge Mario Bergoglio, beliau berasal dari keluarga imigran Italia yang sederhana. Sebelum masuk dunia keagamaan, Paus Fransiskus sempat belajar kimia dan bahkan bekerja di laboratorium. 

Namun, panggilan jiwanya membawa beliau untuk menjadi imam Jesuit dan akhirnya diangkat menjadi uskup pada tahun 1992. 

Karier rohaninya terus menanjak hingga menjadi Kardinal pada 2001 dan terpilih menjadi Paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.

Paus yang Merakyat dan Antikemewahan

Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Beliau memilih tinggal di rumah tamu sederhana (Casa Santa Marta) di dalam Vatikan, bukan di Istana Apostolik yang megah. Kendaraan kepausannya pun bukan mobil mewah, tapi mobil-mobil sederhana seperti Fiat atau Jeep. Gaya hidup ini mencerminkan visinya tentang gereja yang dekat dengan rakyat kecil dan menjauhi kemewahan duniawi.

Paus Fransiskus juga dikenal sebagai tokoh yang menyuarakan keberpihakan pada kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan, seperti pengungsi, imigran, kaum miskin, dan komunitas LGBTQ. Ia sering kali mengambil sikap yang progresif, bahkan kontroversial, seperti menyetujui pemberkatan pasangan sesama jenis meski tetap memegang ajaran bahwa pernikahan adalah antara pria dan wanita.

Kesehatan yang Memburuk, Namun Tetap Mengabdi

Sejak awal masa jabatannya, Paus Fransiskus menyadari bahwa usianya yang sudah lanjut akan menjadi tantangan tersendiri. Ia bahkan pernah mengatakan bahwa dirinya hanya punya dua hingga tiga tahun untuk memimpin. Namun nyatanya, ia terus mengabdi hingga akhir hayat.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatannya memang semakin menurun. Ia sempat dirawat beberapa kali di Rumah Sakit Gemelli, Roma, karena bronkitis dan pneumonia. Pada Desember dan Januari lalu, beliau jatuh dan mengalami cedera ringan, hingga harus menggunakan tongkat atau kursi roda saat tampil di depan publik. Paus Fransiskus akhirnya meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta, setelah koma akibat stroke dan gagal jantung yang tidak bisa dipulihkan.

Paus Pertama dari Amerika, Membuka Arah Baru Gereja

Sebagai Paus pertama dari belahan bumi selatan dan non-Eropa pertama dalam lebih dari seribu tahun, kehadiran Paus Fransiskus membawa angin segar bagi Gereja Katolik yang selama ini dianggap terlalu kaku dan elitis. Ia menyuarakan pentingnya gereja yang lebih inklusif, relevan, dan terbuka terhadap perubahan zaman.

Selama masa jabatannya, ia mengangkat lebih dari 100 kardinal dari berbagai negara, termasuk negara-negara yang selama ini kurang mendapat perhatian seperti Sudan Selatan dan Malaysia. Ia juga melakukan kunjungan bersejarah ke berbagai tempat, termasuk Mongolia, Irak, dan Filipina – di mana misa yang ia pimpin di Manila pada 2015 dihadiri oleh lebih dari 6 juta orang, menjadi salah satu pertemuan keagamaan terbesar dalam sejarah.

Visi Sosial dan Kepedulian terhadap Lingkungan

Salah satu warisan besar Paus Fransiskus adalah kepeduliannya terhadap perubahan iklim dan krisis lingkungan. Dalam ensiklik berjudul Laudato Si’, beliau menyerukan agar seluruh umat manusia menjaga “rumah bersama” kita – bumi. Ia menekankan bahwa dampak pemanasan global paling dirasakan oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki cukup sumber daya untuk menghadapinya.

Ia juga lantang mengkritik kapitalisme ekstrem, konsumerisme, dan nasionalisme sempit yang menurutnya mengikis nilai kemanusiaan dan solidaritas global. Setelah pandemi COVID-19, ia mengajak umat untuk tidak kembali pada gaya hidup egois yang hanya mementingkan diri sendiri.

Terbuka tapi Teguh pada Prinsip

Meskipun dikenal terbuka terhadap dialog dan reformasi, Paus Fransiskus tetap mempertahankan beberapa ajaran dasar gereja. Ia menolak aborsi dan menyebutnya sebagai "pembunuhan", meskipun memberikan ruang bagi pengampunan dan pemahaman terhadap perempuan yang pernah melakukan aborsi.

Dalam dunia politik, ia juga tak ragu memberikan pandangan. Ia mengkritik kebijakan imigrasi Donald Trump dan menyatakan bahwa umat Katolik harus tetap menggunakan hak pilih mereka, meskipun pilihan yang ada dirasa tidak ideal.

Akhir Sebuah Era, Awal Warisan yang Panjang

Kepergian Paus Fransiskus bukan hanya akhir dari sebuah kepemimpinan, tapi juga awal dari pengaruh panjang terhadap arah Gereja Katolik ke depan. Ia telah mengubah cara dunia melihat Vatikan — bukan lagi sebagai institusi yang terasing dan tertutup, tetapi sebagai tempat yang mencoba relevan dengan realitas manusia modern.

Permintaan terakhirnya adalah untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, tempat yang mencerminkan devosinya kepada Bunda Maria dan kesederhanaannya sepanjang hidup.

Paus Fransiskus akan dikenang bukan hanya karena posisinya sebagai pemimpin umat Katolik, tetapi karena usahanya untuk menjadikan agama sebagai kekuatan yang melayani, bukan menghakimi. Ia adalah Paus yang menjembatani masa lalu dengan masa depan, dan dunia tak akan melupakan pengaruhnya.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.