Ilmuwan Prediksi Titik Balik Iklim yang Bisa Picu Bencana Global | Borneotribun.com

Jumat, 25 April 2025

Ilmuwan Prediksi Titik Balik Iklim yang Bisa Picu Bencana Global

Ilmuwan Prediksi Titik Balik Iklim yang Bisa Picu Bencana Global
Ilmuwan Prediksi Titik Balik Iklim yang Bisa Picu Bencana Global.

JAKARTA - Kita masih punya waktu untuk bertindak – tapi waktunya makin sempit. Sebuah studi terbaru dari ilmuwan Universitas Exeter (Inggris) dan Universitas Hamburg (Jerman) kembali mengingatkan dunia akan bahaya perubahan iklim. 

Mereka mengungkap bahwa dunia sedang mendekati apa yang disebut sebagai "titik balik iklim" atau climate tipping points kondisi kritis di mana perubahan iklim bisa menjadi tidak terkendali dan berdampak sangat besar bagi kehidupan di Bumi.

Titik balik iklim adalah momen di mana sistem alam Bumi berubah secara drastis dan tidak bisa kembali ke keadaan semula. Contohnya termasuk:

  • Hancurnya lapisan es di Greenland dan Antartika

  • Punahnya terumbu karang tropis

  • Hilangnya hutan hujan Amazon

  • Pencairan lapisan es abadi (permafrost) di wilayah kutub

Kalau ini terjadi, konsekuensinya bukan hanya untuk alam, tapi juga untuk manusia: kenaikan permukaan laut, bencana alam yang lebih sering, gagal panen, kekurangan air, dan penyebaran penyakit.

Menurut studi terbaru yang dirilis, bahkan dengan perkiraan paling hati-hati (konservatif), kemungkinan dunia mengalami satu atau lebih titik balik iklim sebelum tahun 2100 adalah 62%. Ya, lebih dari separuh!

Studi ini menganalisis berbagai skenario yang disebut Shared Socioeconomic Pathways (SSP), yaitu lima jalur perkembangan sosial-ekonomi dunia yang dirancang untuk memprediksi masa depan berdasarkan faktor-faktor seperti:

  • Pertumbuhan ekonomi

  • Ketimpangan sosial

  • Persaingan regional

  • Tingkat emisi gas rumah kaca

Jakob Doellhoff, penulis utama penelitian ini, memberikan sedikit angin segar. Menurutnya, masih ada peluang untuk mencegah titik-titik balik iklim ini jika dunia bergerak cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Kabar baiknya, jika kita bertindak sekarang, kita bisa menurunkan risiko secara signifikan,” ungkap Jakob.

Salah satu penemuan penting dari studi ini adalah: meskipun salah satu titik balik terjadi (misalnya hutan Amazon rusak total), itu tidak otomatis memicu titik balik lainnya. Tapi tetap saja, satu perubahan besar saja bisa membawa dampak sangat destruktif bagi manusia dan ekosistem global.

Ada harapan lain yang disampaikan oleh para ilmuwan: kita tidak hanya harus menghindari titik balik negatif, tapi juga menciptakan titik balik positif.

Apa maksudnya?

Titik balik positif adalah momen perubahan besar yang membawa dampak baik bagi iklim, misalnya:

  • Transisi besar-besaran ke energi terbarukan

  • Penghentian penggunaan bahan bakar fosil

  • Revolusi transportasi hijau

  • Peningkatan kesadaran dan tindakan masyarakat terhadap isu lingkungan

Profesor Tim Lenton, salah satu peneliti utama, mengatakan, “Kita jelas berada di jalur yang berbahaya. Tapi jika kita mampu menciptakan perubahan besar dalam waktu dekat, kita bisa menghindari skenario terburuk.”

Meski tantangan ini tampak besar dan global, bukan berarti kita tidak bisa ikut andil. Beberapa langkah kecil yang bisa kita mulai dari sekarang:

  • Kurangi penggunaan kendaraan pribadi, gunakan transportasi umum atau sepeda

  • Hemat listrik dan air di rumah

  • Kurangi konsumsi produk sekali pakai, terutama plastik

  • Dukung dan pilih produk yang ramah lingkungan

  • Edukasi orang di sekitar kita soal perubahan iklim

Dan yang paling penting: tekanan kepada pemimpin dan pembuat kebijakan agar membuat keputusan berani dan cepat dalam mengatasi krisis iklim.

Karena perubahan iklim bukan isu masa depan ini sudah terjadi sekarang. Suhu global terus naik, lapisan es mencair lebih cepat dari perkiraan, dan cuaca ekstrem jadi lebih sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Kalau kita terus menunda aksi, maka dunia akan semakin dekat dengan titik-titik balik iklim yang bisa merusak segalanya.

Ilmuwan telah memberi peringatan: 62% kemungkinan dunia akan melewati titik kritis iklim di abad ini. Tapi ini bukan akhir cerita. Kita masih punya waktu untuk mencegahnya, asalkan ada tindakan nyata dari sekarang.

Perubahan iklim bukan hanya tentang es di Kutub atau terumbu karang di lautan – ini tentang kita, keluarga kita, dan generasi mendatang.

Sekarang saatnya bertindak, sebelum terlambat.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.