Benarkah Alam Semesta Hanyalah Simulasi? Teori Baru Mengaitkan Gravitasi dengan Dunia Virtual | Borneotribun.com

Selasa, 29 April 2025

Benarkah Alam Semesta Hanyalah Simulasi? Teori Baru Mengaitkan Gravitasi dengan Dunia Virtual

Benarkah Alam Semesta Hanyalah Simulasi? Teori Baru Mengaitkan Gravitasi dengan Dunia Virtual
Benarkah Alam Semesta Hanyalah Simulasi? Teori Baru Mengaitkan Gravitasi dengan Dunia Virtual.

JAKARTA - Pernahkah kamu merasa bahwa hidup ini seperti film, atau bahkan seperti game yang sudah diprogram? Ternyata, bukan cuma kamu yang berpikir begitu. Seorang ilmuwan fisika dari Inggris, Dr. Melvin Vopson dari University of Portsmouth, baru-baru ini membuat teori yang cukup mengejutkan: gravitasi bisa jadi bukti bahwa kita sebenarnya hidup di dalam sebuah simulasi komputer.

Yap, kamu nggak salah baca. Gaya tarik-menarik antar benda yang selama ini kita anggap sebagai hukum alam yang paling dasar bisa jadi hanyalah bagian dari sistem komputer super canggih yang menjalankan "game" bernama alam semesta ini.

Apa sih maksudnya 'hidup dalam simulasi'?

Konsep hidup dalam simulasi bukan hal baru. Gagasan ini sudah lama jadi bahan diskusi di kalangan ilmuwan, filsuf, bahkan pecinta teori konspirasi. Tapi di era digital sekarang, ide ini semakin sering muncul. Singkatnya, teori ini menyatakan bahwa dunia yang kita kenal dari bintang-bintang di langit sampai kopi yang kita minum pagi hari sebenarnya hanya hasil perhitungan dan pemrosesan data dalam sistem komputer raksasa.

Bayangin aja kita kayak karakter dalam game open world, tapi dengan grafis dan fisika yang begitu realistis sampai-sampai kita nggak sadar sedang ‘dimainkan’.

Gravitasi: Bukti bahwa alam semesta itu simulasi?

Dr. Vopson membawa teori ini ke level baru. Dalam riset terbarunya, dia menyarankan bahwa gravitasi bukan cuma fenomena fisik biasa, melainkan alat yang digunakan oleh sistem simulasi untuk menghemat energi dan mempercepat proses pemrosesan data.

Menurutnya, semakin banyak objek menyatu menjadi satu (misalnya planet atau bintang), semakin sedikit data yang perlu diproses oleh sistem. Ini ibarat komputer yang lebih ringan kerjanya saat memproses satu file besar ketimbang banyak file kecil. Jadi, gravitasi bisa dibilang sebagai cara agar simulasi berjalan lebih efisien.

Hukum Gravitasi Newton Versi 'Digital'

Yang menarik, Vopson bahkan mencoba menulis ulang hukum gravitasi Newton bukan berdasarkan fisika klasik, tapi berdasarkan prinsip teori informasi. Dia menggunakan konsep yang disebut "entropi informasi", yaitu ukuran seberapa banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam suatu sistem berdasarkan data yang dikandungnya.

Dalam dunia nyata, entropi fisik biasanya meningkat seiring waktu misalnya, es mencair, benda menjadi kacau, dan akhirnya semuanya menuju kehancuran atau ‘kematian panas alam semesta’. Tapi menurut Vopson, entropi informasi justru bisa berkurang dalam simulasi. Simulasi ini katanya cenderung mengatur dirinya agar lebih efisien, dan gravitasi adalah salah satu mekanisme untuk itu.

Jadi, kalau biasanya kita berpikir gravitasi bikin benda saling tarik-menarik karena massa, dalam dunia simulasi ala Vopson, gravitasi mungkin hanyalah cara agar informasi jadi lebih ringkas dan tidak memberatkan sistem.

Pendapat yang kontroversial tapi bikin mikir

Tentu saja, teori ini langsung jadi bahan perdebatan di kalangan ilmuwan. Banyak yang skeptis, bahkan menganggap teori seperti ini terlalu jauh dari realita atau terlalu filosofis tanpa bukti kuat.

Tapi di sisi lain, sebagian peneliti mengakui bahwa hipotesis simulasi memang sulit dibantah secara total, karena kalau kita memang hidup dalam simulasi, bisa jadi segala cara untuk membuktikan bahwa ini semua palsu sudah disetel dari awal oleh si 'pembuat game'.

Dan jujur saja, bukankah banyak hal di alam semesta ini yang masih belum bisa dijelaskan dengan tuntas? Mulai dari asal-usul kehidupan, sifat gelap dari materi dan energi, sampai kenapa hukum fisika bisa konsisten di seluruh jagat raya semua ini membuat ide simulasi terasa… masuk akal juga, walau terdengar gila.

Bukan Sekali Ini Saja Vopson Bikin Heboh

Buat kamu yang baru dengar nama Melvin Vopson, perlu tahu kalau ini bukan pertama kalinya dia bikin heboh. Sebelumnya, dia pernah menyatakan bahwa evolusi virus seperti SARS-CoV-2 menunjukkan pola yang mirip dengan sistem buatan atau simulasi. Artinya, menurut dia, virus itu ‘terlihat’ seperti produk dari suatu sistem terprogram, bukan sepenuhnya alami.

Tentu, pernyataan seperti ini bikin banyak orang angkat alis, tapi juga membuka pintu buat diskusi yang seru dan mendalam tentang sifat sebenarnya dari realita yang kita hidupi.

Jadi, apakah kita benar-benar hidup dalam simulasi?

Jawabannya... belum ada yang tahu pasti. Bisa jadi ya, bisa juga tidak. Tapi satu hal yang pasti, ide seperti ini mengajak kita untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Apa yang selama ini kita anggap mutlak kayak hukum gravitasi, waktu, dan ruang bisa jadi hanyalah bagian dari sebuah sistem yang jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan.

Kalau memang kita hidup di dalam simulasi, lalu siapa yang menciptakan sistemnya? Apakah ada ‘pemain’ di balik layar? Atau mungkin kita sendiri juga bagian dari sistem itu, dan nggak akan pernah bisa keluar atau tahu kebenarannya?

Dunia yang penuh misteri

Apapun jawabannya, teori seperti yang diajukan oleh Dr. Vopson memberi warna baru dalam dunia sains dan filsafat. Mungkin sebagian dari kita menganggap ini hanya teori nyeleneh. Tapi bagi yang suka berpikir "out of the box", ini bisa jadi salah satu pertanyaan terbesar yang pantas direnungkan.

Jadi, mulai sekarang, kalau kamu lagi ngeliatin bintang di langit malam atau merasa ada yang “aneh” dengan dunia ini… mungkin saja kamu sedang menyadari sesuatu yang lebih dalam dari sekadar teori fisika.

Siapa tahu, hidup ini memang cuma simulasi dan kita semua adalah bagian dari game kosmik paling kompleks yang pernah ada.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar

Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan Advertiser. Borneotribun.com tidak terkait dalam pembuatan konten ini.