![]() |
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam konferensi pers di Wina, Austria, 3 Maret 2025. (Elisabeth Mandl/REUTERS) |
JAKARTA - Produksi uranium Iran terus meningkat dan semakin mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.
Situasi ini memicu kekhawatiran dunia internasional, termasuk Amerika Serikat dan Rusia yang dilaporkan telah membahasnya dalam sebuah pertemuan.
Namun, perbincangan tersebut dilakukan tanpa melibatkan Iran, yang langsung mendapat reaksi dari pemerintah Teheran.
Iran Tegaskan Tak Ada Kesepakatan Tanpa Keterlibatan Langsung
Pada Senin (3/3), Juru Bicara Menteri Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, membenarkan bahwa isu nuklir Iran menjadi salah satu topik dalam pertemuan antara Amerika Serikat dan Rusia bulan lalu.
Namun, ia menegaskan bahwa Iran tidak akan menerima keputusan apa pun tanpa keterlibatan langsung dalam pembicaraan.
“(Isu nuklir Iran) telah dibicarakan (antara Rusia dan Amerika Serikat) sebagai isu internasional, tetapi yang penting, apa pun yang akan dilakukan terhadap isu nuklir Iran tentunya tidak akan bisa dilakukan tanpa pendapat Iran sendiri. Sahabat Rusia kita sangat paham akan hal itu,” kata Baghaei.
Laporan IAEA: Uranium Iran Hampir Capai Tingkat Senjata
Badan Pengawas Nuklir PBB, International Atomic Energy Agency (IAEA), dalam laporannya yang diperoleh Associated Press pada Rabu (26/2), mengungkapkan bahwa Iran telah mempercepat produksi uraniumnya hingga hampir mencapai level yang dibutuhkan untuk senjata nuklir.
Berdasarkan data hingga 8 Februari lalu, Iran memiliki sekitar 274,8 kilogram uranium yang telah diperkaya hingga 60 persen.
Jumlah ini mengalami lonjakan signifikan dari 92,5 kilogram pada laporan sebelumnya di bulan November 2023.
Perlu diketahui, kadar pengayaan uranium untuk keperluan senjata nuklir adalah 90 persen, sehingga pencapaian Iran saat ini dianggap sangat mengkhawatirkan.
IAEA Desak Pendekatan Langsung dengan Iran
Menanggapi situasi ini, Direktur IAEA, Rafael Grossi, menegaskan perlunya pendekatan langsung dengan Iran untuk memastikan bahwa program nuklir negara tersebut benar-benar bertujuan damai.
“Kami selalu menawarkan cara-cara teknis dan layak untuk menegaskan, mengkonfirmasi bahwa program nuklir Iran bertujuan damai,” ujar Grossi dalam konferensi pers di Wina, Austria, Senin (3/3).
“Ada keraguan, ada kekhawatiran, jadi kami selalu menawarkan kepada Iran, cara-cara untuk meluruskan jika mereka percaya bahwa ada keraguan yang tidak beralasan,” tambahnya.
Amerika Serikat: Iran Tidak Boleh Punya Senjata Nuklir
Amerika Serikat terus menegaskan bahwa Iran harus dicegah dari memiliki senjata nuklir. Mantan Presiden AS, Donald Trump, bulan lalu bahkan telah menandatangani instruksi presiden untuk kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran.
“Saya benar-benar ingin melihat perdamaian, dan saya harap kita bisa melakukannya. Mereka tidak boleh punya senjata nuklir. Ini sangat sederhana. Saya tidak memberikan batasan. Satu hal saja, mereka tidak boleh punya senjata nuklir. Jikalau mereka tetap memiliki senjata itu, terlepas dari apa yang baru saja saya katakan, saya kira mereka akan menyesalinya,” ujar Trump pada Selasa (4/2).
Namun, Trump juga menyatakan bahwa Iran dapat memperoleh keuntungan jika negara tersebut dapat meyakinkan dunia internasional bahwa mereka tidak akan mengembangkan senjata nuklir.
“Mereka akan punya masa depan yang luar biasa,” ujarnya.
Iran Tetap Bersikeras Program Nuklirnya Damai
Iran selama ini bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Namun, laporan intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa Teheran telah “mengambil langkah-langkah yang menempatkan posisinya lebih baik untuk membuat senjata nuklir, jika memilih untuk melakukannya.”
Dengan situasi yang semakin memanas, dunia internasional kini menanti apakah Iran akan bersedia bekerja sama dengan IAEA dan pihak-pihak terkait untuk meredakan ketegangan.
Di sisi lain, desakan terhadap pendekatan langsung dengan Iran semakin menguat agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat memperburuk keadaan.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS