![]() |
Ombudsman Selidiki Dugaan Intimidasi Polisi terhadap Demonstran di Belanda. |
JAKARTA -- Ombudsman Nasional Belanda, Reinier van Zutphen, mengumumkan akan menyelidiki kasus kunjungan polisi ke rumah para demonstran. Van Zutphen ingin berdiskusi langsung dengan Kepala Kepolisian terkait hal ini. Menurutnya, kunjungan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Saya belum pernah melihat polisi datang ke rumah seseorang hanya untuk bertanya soal demonstrasi," ujarnya.
Polisi Datangi Rumah Demonstran di Amersfoort
Kasus ini mencuat setelah seorang wanita di Amersfoort didatangi dua polisi akhir pekan lalu. Wanita tersebut merekam percakapan dan mengunggahnya ke media sosial. Dalam rekaman, salah satu polisi berkata, "Kami melihat bahwa Anda sering hadir dalam demonstrasi, dan kami ingin bertanya sedikit soal itu jika Anda tidak keberatan."
Wanita itu mengaku merasa terintimidasi, terutama ketika polisi membahas rencana kepindahannya ke rumah baru. "Itu memberi kesan bahwa saya diawasi melalui media sosial oleh polisi," katanya kepada media lokal, AD.
Ombudsman: "Apakah Ini Benar-benar Terjadi?"
Van Zutphen mengaku terkejut dengan kejadian ini. "Yang pertama kali terlintas di benak saya adalah: apakah ini benar-benar terjadi?" katanya. Sebagai mantan hakim pidana, ia merasa situasi ini seperti seorang tersangka yang sedang diinterogasi. "Kalau seseorang diberitahu bahwa mereka tidak harus menjawab pertanyaan, itu seperti ada dugaan kesalahan yang sedang diselidiki."
Menurutnya, kasus ini bisa berdampak buruk bagi kebebasan berpendapat dan berkumpul. "Jika seseorang mengalami hal seperti ini, bisa saja mereka takut untuk ikut demonstrasi lagi di kemudian hari. Ini disebut efek mencegah atau chilling effect," jelasnya.
Polisi Minta Maaf
Setelah mendapat kritik dari berbagai pihak, kepolisian Belanda akhirnya meminta maaf kepada wanita tersebut. Kepala Polisi Nasional, Janny Knol, menyatakan, "Hal seperti ini tidak boleh terjadi. Kami tidak seharusnya menanyai seseorang tentang partisipasi mereka dalam demonstrasi atau pandangan politik mereka. Kami bukan polisi pemikiran."
Namun, pihak kepolisian tidak menjelaskan alasan di balik kunjungan tersebut dengan alasan privasi. "Apapun alasannya, cara ini tidak boleh digunakan untuk mendekati seseorang," tambah Knol.
Amnesty International dan XR Soroti Privasi Demonstran
Kelompok aktivis lingkungan, Extinction Rebellion (XR), menyebut bahwa polisi sering melakukan kunjungan serupa kepada para demonstran. XR bahkan telah mengajukan gugatan hukum terhadap kepolisian, menuntut agar praktik ini segera dihentikan.
Organisasi hak asasi manusia, Amnesty International, juga telah lama mengkhawatirkan isu ini. Dalam laporan mereka tahun 2022, disebutkan bahwa beberapa orang melaporkan menerima kunjungan polisi setelah identitas mereka diperiksa saat demonstrasi.
Penyelidikan Ombudsman
Van Zutphen sebenarnya sudah menyoroti tekanan terhadap hak berdemonstrasi sejak tahun 2018. Ia menemukan bahwa dalam kasus demonstrasi bertema kontroversial, seperti protes terhadap pembangunan pusat pengungsi, polisi dan pemerintah daerah sering kali gagal melindungi hak demonstran.
Awal tahun ini, Ombudsman kembali melakukan penyelidikan lanjutan, dan kasus kunjungan polisi ke rumah demonstran akan menjadi bagian dari investigasi tersebut. "Kami ingin mengetahui dengan jelas mengapa hal ini terjadi dan apakah ada pelanggaran hak-hak dasar warga negara," tegasnya.
Kasus ini memicu perdebatan luas di Belanda tentang batasan wewenang kepolisian dan perlindungan hak-hak warga negara dalam berdemokrasi. Masyarakat kini menunggu hasil penyelidikan Ombudsman untuk melihat apakah ada tindakan lebih lanjut terhadap praktik kontroversial ini.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS