![]() |
Mayoritas Warga Amerika Punya Pandangan Negatif terhadap Elon Musk. |
JAKARTA - Elon Musk, pemilik X (sebelumnya Twitter), CEO Tesla dan SpaceX, serta sosok di balik inisiatif penghematan biaya DOGE dari pemerintahan Presiden Donald Trump, tampaknya kurang populer di mata publik Amerika Serikat saat ini.
Menurut survei terbaru CNN/SSRS yang dirilis pada Rabu (12/3/2025), sekitar 53% warga Amerika memiliki pandangan "tidak menyukai" terhadap miliarder tersebut.
Sementara itu, hanya 35% yang memberikan pandangan positif, 9% tidak memiliki pendapat, dan 2% bahkan mengaku "tidak pernah mendengar" nama Musk.
Sebagai perbandingan, mantan Presiden Donald Trump memiliki tingkat popularitas lebih tinggi dibanding Musk.
Survei menunjukkan bahwa 45% warga Amerika menyukai Trump, sementara 52% tidak menyukainya.
Ini sejalan dengan angka tertinggi yang pernah dicapainya selama masa jabatan pertamanya.
Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance mendapatkan tingkat ketidaksukaan sebesar 44%, disukai oleh 33% responden, dan 23% tidak memiliki pendapat.
Musk Tidak Dianggap Punya Pengalaman yang Tepat
Survei ini juga mengungkap bahwa 62% warga Amerika percaya bahwa Musk tidak memiliki "pengalaman yang tepat" untuk mengubah cara kerja pemerintahan.
Selain itu, 61% responden menilai Musk tidak memiliki "penilaian yang tepat" untuk melakukan perubahan di pemerintahan.
Meskipun hasil survei menunjukkan penurunan popularitasnya, Musk tetap mendapatkan dukungan dari Trump.
Dalam unggahan di platform Truth Social miliknya pada hari Rabu, Trump menulis, "Wow!!! Orang-orang mencintai Elon, seorang PATRIOT HEBAT. Senang melihatnya!!! DJT."
Musk dan Kontroversi yang Mengiringinya
Sejumlah kebijakan drastis yang diterapkan oleh Musk dalam beberapa bulan terakhir tampaknya turut berkontribusi terhadap menurunnya popularitasnya.
Gelombang PHK besar-besaran dan pemutusan layanan oleh DOGE telah memicu aksi vandalisme dan protes terhadap perusahaan Tesla di berbagai wilayah di Amerika dan luar negeri.
Tidak hanya itu, pada Senin lalu, X mengalami gangguan layanan besar-besaran.
Musk mengklaim bahwa gangguan tersebut terjadi akibat "serangan siber besar" yang berasal dari alamat IP di "wilayah Ukraina."
Pada Selasa, Trump menunjukkan dukungan terbuka terhadap Musk dengan menghadiri acara di Gedung Putih yang melibatkan CEO Tesla tersebut.
Dalam acara tersebut, Trump menyatakan bahwa ia akan membeli mobil Tesla dan bahkan bergabung dengan Musk dalam melihat beberapa model kendaraan yang dibawa ke lokasi untuk sesi foto.
Musk pun memberikan pernyataan yang menarik perhatian publik.
"Sebagai hasil dari kebijakan hebat Presiden Trump dan pemerintahannya, serta sebagai bentuk kepercayaan terhadap Amerika, Tesla akan menggandakan produksi kendaraan di AS dalam dua tahun ke depan," ujarnya.
Dukungan Finansial Musk untuk Trump
Selain keterlibatan di sektor otomotif dan teknologi, Musk juga memiliki hubungan erat dengan dunia politik.
Berdasarkan laporan dari The New York Times, Musk telah menghabiskan hampir 300 juta dolar AS untuk mendukung kampanye Trump dalam pemilu 2024 melalui America PAC.
Bahkan, ia disebut telah "memberi sinyal" kepada penasihat Trump bahwa ia ingin menyumbangkan tambahan 100 juta dolar ke "kelompok-kelompok yang dikendalikan oleh operasi politik Trump."
Survei CNN/SSRS: Metodologi dan Hasil
Survei CNN ini dilakukan oleh perusahaan riset SSRS melalui metode daring dan telepon, dengan sampel yang mewakili populasi nasional Amerika Serikat.
Survei ini berlangsung pada 6-9 Maret 2025 dan melibatkan 1.206 responden.
Dengan margin kesalahan sebesar ±3,3% pada tingkat kepercayaan 95%, hasil survei ini memberikan gambaran cukup akurat mengenai persepsi masyarakat terhadap Musk dan tokoh politik lainnya.
Dari hasil survei ini, terlihat jelas bahwa Elon Musk sedang menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan citranya di mata publik Amerika.
Meski masih mendapatkan dukungan dari Trump, mayoritas warga tampaknya masih skeptis terhadap peran dan keputusannya di berbagai bidang.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS