![]() |
Gunung es A23a, pada tanggal 25 November 2024, di lepas pantai Antartika. Foto: Kopral Tom Cann RAF/AP |
JAKARTA - Gunung es terbesar di dunia, A23a, akhirnya kandas sekitar 70 km dari Pulau Georgia Selatan setelah mengarungi lautan selama hampir 40 tahun.
Para ilmuwan kini tengah mempelajari dampaknya terhadap ekosistem sekitar, terutama apakah gunung es ini bisa membantu menyebarkan nutrisi dan meningkatkan ketersediaan makanan bagi penguin dan anjing laut.
Perjalanan Panjang Gunung Es A23a
Gunung es A23a memiliki luas sekitar 3.300 km persegi—setara dengan Pulau Bali—dan berat hampir 1 triliun ton.
Gunung es raksasa ini awalnya terlepas dari lapisan es Antartika pada tahun 1986, tetapi tetap terjebak selama lebih dari 30 tahun sebelum akhirnya mulai bergerak bebas pada tahun 2020.
Sejak saat itu, A23a perlahan bergerak ke utara melewati Samudra Selatan menuju Pulau Georgia Selatan, memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekosistem pulau yang menjadi rumah bagi jutaan satwa liar.
Apakah A23a Akan Tetap Kandas?
Hingga 1 Maret 2025, gunung es ini tampaknya telah kandas sekitar 73 km dari Pulau Georgia Selatan.
Namun, para ilmuwan belum bisa memastikan apakah A23a akan tetap berada di tempatnya atau kembali bergerak.
"Menarik untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya," kata Andrew Meijers, seorang ahli oseanografi dari British Antarctic Survey (BAS).
Jika A23a tetap di posisinya saat ini, diperkirakan tidak akan berdampak besar pada kehidupan satwa liar di sekitarnya.
Dampak bagi Satwa Liar di Georgia Selatan
![]() |
Gunung es A23A saat mendekati Pulau Georgia Selatan di Laut Weddell pada 24 Februari 2025. Foto: COPERNICUS SENTINEL DATA 2025/AFP/Getty Images |
Sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa gunung es ini bisa menghalangi jalur berburu makanan bagi penguin dan anjing laut, yang berisiko meningkatkan angka kematian anak-anak mereka.
Jika A23a mendekat terlalu dekat, hewan-hewan ini harus berenang lebih jauh untuk mencari makan, yang berarti lebih sedikit makanan yang kembali ke anak-anak mereka di pulau tersebut.
Namun, dalam kondisi saat ini, keberadaan A23a justru bisa memberikan manfaat bagi ekosistem laut.
Nutrisi yang diaduk akibat kandasnya gunung es dan proses pencairannya dapat meningkatkan produktivitas makanan laut di kawasan ini, yang berpotensi menguntungkan satwa liar.
Pulau Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan adalah habitat bagi sekitar 5 juta anjing laut serta 65 juta burung dari 30 spesies berbeda.
Sayangnya, populasi mereka sudah mengalami penurunan akibat wabah flu burung baru-baru ini.
Apakah A23a Berbahaya bagi Kapal?
Gunung es A23a tidak menimbulkan ancaman langsung bagi pelayaran karena ukurannya yang sangat besar, sehingga kapal dapat dengan mudah menghindarinya.
Namun, seiring waktu, jika gunung es ini pecah menjadi bongkahan lebih kecil, beberapa wilayah bisa menjadi lebih berbahaya bagi kapal, terutama kapal penangkap ikan.
Gunung Es Besar: Fenomena Alam atau Dampak Perubahan Iklim?
Gunung es sebesar A23a memang jarang terjadi, tetapi bukan hal yang luar biasa.
Dalam lima tahun terakhir, dua gunung es berukuran serupa telah melintasi jalur yang sama di Samudra Selatan.
Meijers menjelaskan bahwa gunung es seperti ini merupakan bagian normal dari siklus es di Antartika.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa sejak tahun 2000, lapisan es telah kehilangan sekitar 6.000 miliar ton massanya, yang berkontribusi pada percepatan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.
Para peneliti memperingatkan bahwa jika suhu bumi terus meningkat antara 1,5 hingga 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, cukup banyak es yang akan mencair untuk meningkatkan permukaan laut hingga belasan meter.
Ini bisa membawa konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi banyak wilayah pesisir di dunia.
Gunung es A23a kini menjadi fokus para ilmuwan untuk melihat bagaimana pergerakannya akan berpengaruh pada ekosistem dan perubahan iklim global.
Meski sempat dikhawatirkan membahayakan satwa liar di Georgia Selatan, keberadaannya justru bisa memberikan manfaat dengan memperkaya ekosistem laut.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS