![]() |
Arsenal kembali menunjukkan kelemahan mereka dalam mencetak gol di musim ini. |
JAKARTA - Arsenal kembali menunjukkan kelemahan mereka dalam mencetak gol di musim ini. Meski masih berada dalam persaingan gelar Liga Inggris, tim asuhan Mikel Arteta beberapa kali kesulitan menembus gawang lawan.
Bahkan dalam beberapa laga terakhir, mereka terlihat kesulitan mencetak gol, meskipun memiliki sederet penyerang berkualitas.
Namun, ada satu kejutan yang cukup menarik perhatian: kontribusi besar dari seorang gelandang bertahan, Declan Rice, dalam mencetak gol.
Peran Baru Declan Rice di Arsenal
Dalam dua pertandingan terakhir, Declan Rice berhasil mencetak dua gol. Itu berarti, dalam dua pertandingan, ia sudah mencetak jumlah gol yang sama seperti musim lalu.
Dengan catatan ini, ia menjadi penyumbang gol yang signifikan bagi Arsenal.
Awalnya, kehadiran Rice lebih banyak untuk memperkuat lini tengah dan pertahanan, tetapi kini perannya semakin berkembang, termasuk membantu serangan dengan lebih sering naik ke area lawan.
Sang gelandang berusia 25 tahun ini tampak semakin percaya diri dalam membantu lini serang.
Saat melawan Leicester City, dia mencetak gol penting ketika pertandingan masih berimbang 2-2.
Lalu, dalam laga kontra Manchester United yang berakhir imbang, ia kembali menjadi penyelamat Arsenal dengan gol yang menyamakan kedudukan.
Statistik mencatat bahwa hanya Martin Ødegaard (38) yang mampu menyamai jumlah umpan suksesnya (27) ke sepertiga akhir lapangan dalam pertandingan tersebut.
Namun, pencapaian Rice tak bisa sepenuhnya menutupi masalah utama Arsenal: ketidakmampuan mencetak gol secara konsisten.
Meski sukses mencetak tujuh gol dalam laga melawan PSV di Liga Champions, statistik menunjukkan bahwa Arsenal hanya menciptakan 1,91 expected goals (xG) dalam pertandingan itu.
Artinya, banyak dari gol yang tercipta berasal dari peluang yang sebenarnya tidak terlalu besar, alias ada faktor keberuntungan yang bermain.
Kurangnya Ketajaman Lini Depan Arsenal
Masalah utama yang dihadapi Arsenal adalah ketidakmampuan mereka untuk mencetak gol secara teratur, terutama ketika menghadapi tim-tim yang bermain lebih defensif.
Dalam beberapa laga terakhir, mereka hanya mampu mencetak dua gol ke gawang tim yang akan terdegradasi seperti Leicester City.
Bahkan saat menghadapi Manchester United, Arsenal hanya berhasil mencetak dua gol meskipun mendominasi penguasaan bola dan menciptakan banyak peluang.
Declan Rice sendiri menyadari hal ini. Setelah laga melawan United, ia mengatakan bahwa Arsenal mampu membangun serangan dengan baik, tetapi masih kesulitan menuntaskan peluang menjadi gol.
Ini menjadi perhatian besar Arteta, terutama menjelang pertandingan melawan Real Madrid di Liga Champions.
Peran Baru Declan Rice di Lini Depan
Meski berstatus sebagai gelandang bertahan, Declan Rice kini lebih sering muncul di area depan.
Sejak rekan setimnya, Kai Havertz, mulai lebih sering turun ke lini tengah untuk menjemput bola, Rice justru makin sering berperan sebagai “penyerang bayangan” yang menerobos kotak penalti.
Statistik mencatat bahwa ia membuat 20 kali lari tanpa bola ke area pertahanan lawan saat menghadapi Manchester United. Ini adalah jumlah tertinggi di antara seluruh pemain di lapangan.
Perubahan peran ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya pemain yang cedera di Arsenal.
Bukayo Saka, pemain kunci dalam serangan The Gunners, mengalami cedera dan belum bisa kembali ke lapangan dalam waktu dekat.
Situasi ini memaksa Rice untuk lebih aktif maju ke depan dan membantu membangun serangan, terutama ketika tim kesulitan menembus pertahanan lawan.
Arsenal Butuh Tambahan Kreativitas dan Pemain Fit
Meskipun Rice tampil mengesankan dalam peran barunya, Arsenal tetap memerlukan tambahan daya gedor.
Gabriel Jesus dan Leandro Trossard adalah opsi bagus di lini depan, tetapi tidak ada yang bisa benar-benar menggantikan peran Saka atau Gabriel Martinelli dalam menyerang.
Mikel Arteta tentu berharap keduanya bisa segera kembali ke performa terbaik mereka sebelum Arsenal menghadapi Real Madrid di perempat final Liga Champions.
Masalah lainnya adalah kurangnya efektivitas dalam menyelesaikan peluang. Statistik menunjukkan bahwa meskipun Arsenal menciptakan banyak peluang, tingkat konversi mereka belum cukup baik.
Bahkan dalam laga melawan Leicester City yang sudah hampir pasti terdegradasi, mereka butuh perjuangan ekstra untuk bisa mencetak gol dan menang.
Dengan masuknya Arsenal ke babak perempat final Liga Champions dan masih berpeluang dalam perebutan gelar Liga Inggris, setiap pertandingan ke depan akan sangat menentukan.
Dengan Havertz dan Martinelli yang mulai kembali menemukan performa mereka, serta harapan kembalinya Saka dalam beberapa minggu ke depan, Arsenal bisa berharap lebih.
Jika Rice terus mempertahankan performanya dan pemain kunci lainnya pulih tepat waktu, peluang mereka dalam persaingan gelar masih terbuka.
Namun, jika lini depan Arsenal tetap kesulitan mencetak gol, harapan untuk meraih trofi bisa saja pupus lebih awal.
Yang pasti, Declan Rice sudah membuktikan bahwa ia bisa menjadi bagian kunci dalam perjalanan Arsenal musim ini.
Pertanyaannya, mampukah ia terus menjadi solusi jangka panjang bagi masalah ketajaman lini depan The Gunners? Kita tunggu saja jawabannya di laga-laga mendatang.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS