KETAPANG - Tambang emas di bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Alas Kusuma sulit terpantau. Warga menganggap bandar tambang tak menhormati kearifan lokal masyarakat.
Lokasi tambang ini terletak di tengah hutan belokasi pada daerah perbukitan di desa Riam Dadap kecamatan Hulu Sungai kabupaten Ketapang.
Untuk mencapai lokasi ini menurut keterangan warga, dari desa Riam Dadap, bisa memakai kendaraan roda dua melewati jalan houling HPH Alas Kusuma kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kira kira 3 kilometer sekitar 30 menit berjalan kaki menembus hutan tropis. Lokasi tambangnya berada pada area perbukitan dan lembah.
Sampai di lokasi, nampaklah gubuk atau disebut bagan oleh pekerja berjejer. Jumlahnya sekitar 10 buah. Bagan ini berdinding papan kayu beratapkan terpal plastik berwarna hijau muda.
Di dekat bagan itu ada lubang lubang tambang emas mirip dengan sumur mata air dengan kedalaman berbeda antara bagan satu dengan lainya tergantung letak emasnya berada pada kedalaman bumi. Rata rata kedalaman lubang emas ini bisa mencapai puluhan bahkan ada yang ratusan meter.
Menurut pekerja, mereka menambang dengan alat seadanya semisal palu, mata pahat besi untuk pemecah batu. Saat di dalam lubang, udara di alirkan melalui mesin blowers yang menghasilkan udara.
Setelah batu berisikan kandungan emas di pahat, hasilnya ditarik ke atas menggunakan derek bermesin. Batu tersebut selanjutnya di olah di lokasi tempat pengolahan atau disebut mesin gelondongan. Tempat ini beroperasi non stop 24 jam.
Di tempat pengolahan, batu kemudian dicampur dengan merkuri yang berfungsi sebagai pemisah antara batu dengan kandungan emas. Hasilnya, emas dalam bentuk setengah padat.
Emas ini kemudian di lebur lagi oleh para pemilik modal atau cukong emas untuk mendapatkan hasil lebih baik berupa emas dengan kadar tertentu. Emas ini oleh cukong di jual lagi ke bos besar di Ketapang.
Warga desa Riam Dadap kecamatan Hulu Sungai, Heri mengungkapkan, ika pelaku kegiatan penambangan emas yang terjadi di tempatnya saat ini, bukan dilakukan oleh warga desanya tetapi oleh para pendatang dari pulau Jawa.
Cukong besar yang pernah di sebutkan oleh pekera kepada dirinya seperti bernama Heri alias Asun, ada juga bernama Openg, pendatang dari Tasikmalaya.
"Pekerjanya kebanyakan dari Tasik (Jabar). Mereka di koordinir oleh satu orang bos sebagai penampung sekaligus pemodal. Ada Asun alias Heri, Openg. Mereka ini sudah pintar-pintar gali lubang buat terowongan cari emas. ujarnya dalam rekaman suara yang diterima pada hari ini, Selasa (21/01/2025).
Akibat penggalian emas terus menerus ini, membuat hutan adat dan hutan desa menjadi rusak. Sungai menjadi tercampur hasil rendanan air keras. Masyarakat desa yang biasanya mudah mencari hewan maupun ikan di sungai sungai, kini merasa kesusahan.
"Wilayah yang dijadilakan lokasi Peti adalah hutan adat tempat kami mencari bebuahan hutan, kayu ataupun hewan. Sekarang keadaanya sudah rusak. Di sungai pun cari ikan sudah uyuh," tandas Heri.
Penulis: Muzahidin
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS