Mengenal Kain Kumuk Mualang, Warisan Adat Sub Suku Dayak Mualang | Borneotribun.com

Jumat, 22 November 2024

Mengenal Kain Kumuk Mualang, Warisan Adat Sub Suku Dayak Mualang

Mengenal Kain Kumuk Mualang, Warisan Adat Sub Suku Dayak Mualang.
SEKADAU - Kain Kumuk Mualang kini menjadi sorotan berkat upaya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sekadau dalam melestarikan warisan budaya. Kain ini tidak sekadar kain, tetapi memiliki nilai sejarah dan filosofi mendalam yang berasal dari sub suku Dayak Mualang.

Menurut cerita yang ditulis oleh Drs. Arsenius Meningan bersama istrinya Hendrika, Kain Kumuk Mualang dulunya digunakan sebagai sarung kehormatan dalam tradisi ngayau atau perang antar-suku. Dalam tradisi ini, kain tersebut berperan penting dalam prosesi penyambutan hasil ngayau, berupa kepala atau tengkorak musuh. Setelah disambut oleh anak gadis yang menari dengan kain ini, tengkorak tersebut dibungkus dan dibawa ke ruai atau rumah panjang untuk dimulainya ritual Gawai Kepala.

Selain itu, Kain Kumuk juga menjadi simbol sosial. Saat ini, kain ini digunakan oleh pemangku adat, tabib, dan tokoh masyarakat dengan status sosial tinggi dalam upacara adat. Namun, kain ini tidak boleh dikenakan sembarangan karena diyakini memiliki nilai mistis dan hanya orang tertentu yang diizinkan memakainya.

Kain Kumuk juga dikenal sangat langka karena proses pembuatannya yang penuh konsekuensi. Penenun harus menyelesaikan pekerjaannya hingga selesai. Jika berhenti di tengah jalan, mitosnya, penenun bisa terkena musibah seperti mati mendadak atau dikenal dengan istilah "mati pungkak".

Dengan motif-motif khas seperti Buau Bekayau, Raung Berapung, dan Emperusung Ulu Sungai, kain ini menjadi saksi bisu perjalanan tradisi dan sejarah Dayak Mualang yang kaya makna.

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar