Pj Gubernur Kalbar apresiasi kinerja TPID dalam pengendalian inflasi | Borneotribun.com

Jumat, 27 September 2024

Pj Gubernur Kalbar apresiasi kinerja TPID dalam pengendalian inflasi

Pj Gubernur Kalbar apresiasi kinerja TPID dalam pengendalian inflasi
Pj Gubernur Kalbar apresiasi kinerja TPID dalam pengendalian inflasi. (ANTARA)
Pontianak - Pj Gubernur Kalimantan Barat, Harisson memuji kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota yang berhasil menjaga inflasi Kalimantan Barat tetap terkendali.

"Pada bulan Agustus 2024, inflasi Kalbar tercatat sebesar 1,47% persen, melandai dari bulan sebelumnya yang berada di angka 1,58 persen. Angka ini masih dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1 persen," kata Harisson di Pontianak, Kamis.

Pj Gubernur Kalbar mengatakan itu saat membuka kegiatan Capacity Building mengenai strategi pengendalian inflasi daerah Semester II Tahun 2024 yang berlangsung di Aula Keriang Bandong, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar.

Harisson juga menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo meninjau Pasar Mawar di Pontianak, di mana harga bawang yang terpantau sangat terjangkau. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Pemprov Kalbar dalam mengendalikan harga berjalan dengan baik.

"Fakta bahwa harga bawang di Kalimantan Barat hampir sama dengan harga di Jawa adalah bukti keberhasilan kita dalam menjaga stabilitas harga," katanya.

Dirinya menekankan pentingnya mempertahankan strategi 4K yang selama ini menjadi pilar utama pengendalian inflasi di Kalbar. Strategi ini meliputi Keterjangkauan harga, Ketersediaan bahan pokok, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi yang efektif antar-stakeholder.

"Keberhasilan kita tidak lepas dari penerapan strategi 4K yang harus terus dipertahankan dan ditingkatkan," tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Pj. Gubernur juga memaparkan data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Kalbar yang menunjukkan bahwa pada Agustus 2024 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen (month to month). Angka ini lebih besar dari rata-rata deflasi bulan Agustus dalam tiga tahun terakhir, yang hanya sebesar 0,10 persen (mtm).

Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seperti daging ayam ras, bawang merah, tomat, sawi hijau, dan udang basah, serta kelompok transportasi akibat penurunan tarif angkutan udara. Namun, deflasi tertahan oleh inflasi di sektor penyediaan makanan dan minuman, seperti air kemasan dan kopi bubuk, yang tetap tinggi karena aktivitas masyarakat di warung kopi.

Harisson berharap melalui kegiatan Capacity Building ini, para pemangku kebijakan dapat memahami lebih baik penyebab inflasi di setiap daerah, sehingga penanganannya bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tepat.

"Kegiatan ini penting untuk mengidentifikasi penyebab inflasi di masing-masing daerah agar kita bisa menangani dengan efektif," katanya.

Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar