Bentrokan di Bangladesh: Ketegangan Meningkat di Tengah Protes Kuota Pemerintah. |
DHAKA - Situasi di Bangladesh semakin memanas setelah bentrokan keras antara polisi dan pengunjuk rasa yang terjadi di Dhaka dan beberapa kota lain di seluruh negeri.
Laporan media setempat pada hari Minggu menyebutkan bahwa setidaknya 73 orang tewas, termasuk 14 petugas polisi, dalam insiden kekerasan ini.
Latar Belakang Protes
Ketegangan bermula dari protes terhadap sistem kuota pemerintah Bangladesh untuk pekerjaan publik, yang meningkat setelah bentrokan kekerasan di Universitas Dhaka pekan lalu.
Para demonstran mendesak diakhirinya sistem kuota yang mengalokasikan 30 persen posisi pemerintah untuk anggota keluarga veteran perang kemerdekaan tahun 1971.
Mereka menuduh bahwa sistem ini menyebabkan diskriminasi dan memberikan keuntungan yang tidak adil kepada pendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang partainya memimpin gerakan kemerdekaan.
Kekerasan Meluas
Dari 14 petugas polisi yang tewas, 13 di antaranya dibunuh ketika sekelompok penyerang tak dikenal menyerang sebuah kantor polisi di kota Sirajganj, sekitar 110 kilometer dari Dhaka.
Menanggapi situasi yang semakin genting, pemerintah Bangladesh telah memberlakukan jam malam di Dhaka dan kota-kota lain mulai pukul 18:00 waktu setempat (19:00 WIB) hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Langkah ini diambil untuk mencoba meredakan ketegangan dan memulihkan ketertiban.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Kerusuhan yang terjadi memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Bangladesh. Pada akhir Juli, Zaved Akhtar, presiden Kamar Dagang dan Industri Investor Asing (FICCI), mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat protes mahasiswa, jam malam, dan pemutusan komunikasi telah mencapai sekitar 10 miliar dolar AS (sekitar Rp161,75 triliun).
Selain itu, pemerintah telah mengumumkan hari Senin, Selasa, dan Rabu pekan depan sebagai hari libur nasional di seluruh negeri.
Keputusan ini diharapkan dapat memberikan waktu bagi pihak berwenang untuk menstabilkan situasi.
Respon dari Pihak Berwenang
Pihak berwenang juga mengambil langkah dengan menginstruksikan operator seluler untuk mematikan layanan internet seluler dan beberapa aplikasi, dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran informasi yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut.
Seruan untuk Perubahan
Di tengah situasi yang tegang, para pengunjuk rasa di berbagai tempat terus menyerukan pengunduran diri pemerintah, dengan meneriakkan slogan-slogan menentang kepemimpinan saat ini.
Banyak pihak berharap agar dialog damai dapat segera dilakukan untuk menemukan solusi yang adil dan menghentikan kekerasan yang telah merenggut banyak korban jiwa ini.
Dengan situasi yang masih berkembang, dunia internasional turut memantau keadaan di Bangladesh, berharap agar perdamaian dan stabilitas dapat segera kembali terwujud di negara tersebut.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS