PONTIANAK – Li Claudia Chandra, lahir 24 Mei 1972 di Dabo, Singkep, Kepulauan Riau. Ia nomor sembilan dari 11 saudara. Alin biasa menggunakan bahasa Hakka. Ia juga bisa bahasa bahasa Teochew. Keluarganya memiliki keluarga yang beragam. Kakeknya orang Hakka dari Pontianak. Neneknya beragama Islam. Alin beragama Katolik.
Orang Tionghoa memiliki jiwa perantau. Sosok pekerja keras, sudah pasti melekat pada sosok orang Tionghoa. Pantang menyerah menghadapi situasi sesulit apa pun.
Sedari SD hingga SMA, Alin menyelesaikan masa pendidikannya di Dabo Singkep. Tahun 1996, ia merantau ke Jakarta, menempuh pendidikan sarjana. Alin kuliah di Universitas Tarumanegara, Jurusan Ilmu Manajemen.
Tak hanya kuliah, Alin berdagang pakaian anak-anak. Pakaian dibeli dari Jepang. Ia memasarkan dagangan dari pintu ke pintu. Ia mendatangi rumah, kantor, dan berbagai instansi di Jakarta. Ia sukses menjalani bisnis pakaian door to door.
Lulus kuliah, Alin mulai menggeluti bisnis kuliner bersama rekan dan kolega. Ia mendirikan resto, pizza, Kopi Tiam, dan lainnya. Kegigihan dan keuletannya menuai sukses.
Meski sudah mapan secara ekonomi dan mendulang bisnis, tak menyurutkan Alin terus bergerak. Ia memiliki jiwa sosial. Alin suka bantu orang melalui kegiatan sosial. Misalnya, di kegiatan pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Alin senang ketika bisa bantu orang lain. “Aku senang banget buat acara sosial. Aku nggak tahu kenapa, setiap kali bisa bantu orang aku tuh, merasa sangat bahagia,” kata Alin.
Ketika sedang melakukan kegiatan sosial itulah, rekan-rekannya menyemangati, “Coba kau ke politik, pasti makin banyak orang bisa ditolong.”
Rekan itu bilang ke Alin, ketika orang pegang jabatan politik, makin banyak orang bisa dibantu. “Sekali tanda tangan, Lo bisa membuat ratusan bahkan jutaan orang bisa terbantu. Baik itu bantuan air bersih, beasiswa pendidikan, kesehatan dan lain-lain.”
Alin juga teringat falsafah yang diajarkan sang kakek, “Hidup itu untuk membantu orang lain.”
Hal itu makin membuatnya bersemangat. Tapi, Alin melihat, politik merupakan bidang yang dapat menguras tenaga dan materi. Ada berbagai tantangan bakal dihadapi.
Alin memiliki karakter khas, “Saya ini kalau ngomong, tak bisa manis-manis. Apa adanya saja. Saya orangnya tidak anti kritik. Kalau ngomong ngegash, karena orang Sumatera.”
Alin tak suka janji. Tapi lebih suka kenyataan. Kalau sudah berjanji, harus dilakukan.
Terjun Dunia Politik
Li Claudia Chandra secara ekonomi, sudah selesai dengan diri dan keluarganya. Pada 2012, ia memutuskan masuk dunia politik. Alasannya, sederhana saja. Ia bahagia bila dapat membantu orang. Hal itu membuatnya yakin, dengan masuk dunia politik, ia bakal dapat berbuat lebih banyak untuk masyarakat.
Alin memantapkan diri menggeluti dunia politik. Ia mencari partai yang cocok dengan dirinya. Pilihan terpatri pada Partai Gerindra yang dinahkodai Prabowo Subianto. “Pak Prabowo itu orang pintar,” katanya, “selain itu, Gerindra partai nasionalis. Jadi, cocok untuk orang seperti saya.”
Tanpa pikir panjang, ia daftar ke Gerindra. Alin tak kesulitan beradaptas di partai. Ia langsung membaur. Pemilu 2014, ia diberi mandat oleh partai berlambang kepala burung garuda, menjadi calon legislatif DPR RI mewakili daerah pemilihan Tangerang Raya.
Tahun 2015, ia kembali dipercaya Partai Gerindra, maju sebagai calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, berpasangan dengan Ikhsan Modjo. Tapi, peruntungan belum berpihak padanya. Dua kontestasi politik itu, Alin belum menemukan pola dan cara meraih suara.
Tahun 2017, Alin terpilih sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Tangerang Selatan. Pada Pemilu 2019, Alin ditempatkan sebagai Caleg Tangerang Selatan Dapil Ciputat.
Randi Andita, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menulis, ketika Alin melakukan kampanye langsung di tengah-tengah masyarakat, ia selalu berdoa agar setiap langkah demi langkah, agar dilancarkan dan membuahkan hasil yang baik.
“Saya turun ke lapangan pun tidak hanya sekedar untuk menyapa masyarakat, tapi ingin mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah masyarakat selama ini,” tulis Randi.
Berdasarkan hasil turun ke lapangan tersebut, Alin dapat melihat persoalan utama di masyarakat adalah lapangan pekerjaan, kurangannya pelayanan publik dan kesehatan, dan lainnya.
Alin juga menyampaikan pesan kepada kaum perempuan, untuk tidak hanya urusi masalah dapur. Perempuan harus bisa mandiri dan tidak apatis terhadap politik.
“Saya pun seorang ibu rumah tangga. Jadi, tahu beratnya pekerjaan perempuan,” katanya.
Selain itu, Alin pun memberikan edukasi bagi anak muda, pentingnya mereka sebagai generasi bangsa.
Alin mendapat 2.803 suara. Ia satu-satunya perempuan yang lolos di Dapil Ciputat, dan peringkat tujuh dari delapan kursi anggota DPRD Kota Tangerang Selatan, periode 2019-2024.
Joko, Asisten Li Claudia Chandra mengungkapkan, sudah bersama Alin sejak 2015. Ketika Alin maju sebagai kandidat calon Wakil Wali Kota di Pilkada Tangsel. “Dapil Ciputat, wilayah yang tradisional dan muslim, tapi dia terpilih sebagai perempuan dan beragama non muslim,” katanya.
Dalam pemilihan itu, Alin tidak menggunakan isu agama. “Ibu Alin adalah orang yang punya komitmen. Sehingga ketika terpilih, dia tidak melupakan konstituennya,” kata Joko.
Dapil Kalbar 2
Ketika diberi mandat partai, Alin sempat berpikir, apakah dia bisa menjalankan tugas yang diberikan Prabowo Subianto. Tapi, ia tahu sekali karakter dari Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.
“Boss saya kalau sudah bilang maju, tidak boleh mundur,” kata Alin.
Sebagai orang yang memiliki darah Kalbar, ia memantapkan diri untuk berjuang. Ia mulai keliling lima wilayah di hulu Kalbar.
Dari perjalanan itu, ia memprioritaskan pendidikan dan kesehatan menjadi program utama. Tak heran bila, Alin menyumbangkan lima mobil ambulan kepada lima wilayah di Dapil Kalbar 2. Mobil itu bisa digunakan untuk membantu orang sakit dan butuh pertolongan secara cepat.
“Pendidikan dan kesehatan sangat penting bagi masyarakat,” kata Alin.
Dalam bidang pendidikan, Alin telah menyalurkan dana kepada anak usia sekolah setingkat SD, SMP, hingga SMA. Bahkan, anak kuliah juga sudah mulai dilakukan.
Pendidikan membuat orang punya potensi, mengembangkan kemampuan dan meraih kesejahteraan. Kesehatan juga sangat penting. Tanpa pelayanan kesehatan yang baik, orang tidak bisa bekerja atau beraktivitas. Melalui mobil ambulan, ketika ada orang sakit, bisa segera ditangani.
Bantuan pendidikan dilakukan melalui beasiswa Program Indonesia Pintar Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PIP Dikdasmen). Program itu memberikan beasiswa kepada anak setingkat SD, sebesar Rp 450 ribu setahun. Tingkat SLTP, sebesar Rp 700 ribu setahun. Tingkat SLTA, sebesar Rp 1 juta setahun.
“PIP memang program pemerintah. Tapi, Dewan harus mengawalnya supaya bisa segera dibagikan,” kata Alin.
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS