Pontianak, Kalbar - Perajin Kalimantan Barat hadirkan Kepala Enggang dan Tengkorak Monyet Buatan untuk mempromosikan perlindungan satwa langka.
Pada Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37, seorang perajin bernama Jupiter Pabaraz memamerkan karya-karyanya, seperti kepala enggang dan tengkorak monyet buatan. Ia mengungkapkan bahwa barang-barang yang dijualnya dapat menjadi solusi dalam upaya perlindungan satwa langka yang endemik di Kalimantan Barat (Kalbar).
"Kami menyadari bahwa satwa-satwa ini telah menjadi langka dan dilindungi. Oleh karena itu, kami berusaha mencari solusi agar satwa tersebut tidak diburu, namun tetap dapat diapresiasi dalam bentuk hiasan pada pakaian adat. Inilah mengapa kami menciptakan kepala enggang dan tengkorak monyet dari bahan fiber," kata Jupiter saat diwawancarai di Pontianak pada hari Selasa.
Jupiter menjelaskan bahwa semua produk tersebut dibuat secara mandiri dengan menjaga kesamaan bobot, warna, dan detail bentuk kepala enggang dan tengkorak monyet agar tampak mirip dengan aslinya.
Menurutnya, kepala enggang dan tengkorak monyet dari bahan fiber memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan yang terbuat dari bahan asli.
"Kepala enggang dan tengkorak monyet asli cenderung rapuh dan warnanya akan memudar seiring berjalannya waktu. Namun, produk berbahan fiber ini jauh lebih tahan lama, baik dalam hal bentuk maupun warna, sehingga memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang asli," jelasnya.
Namun, untuk hiasan yang terbuat dari bulu burung ruai, Jupiter mengakui bahwa saat ini belum ada perajin yang mampu membuat duplikatnya, sehingga ia terpaksa menggunakan bulu asli. Ia berharap agar di masa mendatang akan ada perajin yang mampu membuat duplikat dari bahan lain.
Di lokasi yang sama, Jupiter juga menjual berbagai aksesoris dan alat musik khas Dayak, seperti kalung, gelang, rompi dari kulit kayu, Mandau, dan Sape.
"Rompi yang kami tawarkan terbuat dari kulit kayu taraf atau Kapuak yang kami olah menjadi lembaran, kemudian dibentuk menjadi rompi. Jika dirawat dengan baik, rompi ini dapat bertahan bertahun-tahun," tambahnya.
Selain itu, ia menjual sape' dan mandau, baik sebagai barang pajangan maupun digunakan sehari-hari, dengan harga berkisar antara Rp2 juta hingga Rp4 juta, tergantung pada tingkat kesulitan dan kualitas produk.
Jupiter juga mengungkapkan bahwa saat ini aksesoris dan kerajinan khas Dayak telah merambah pasar internasional, termasuk Sarawak, Malaysia.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada panitia PGD ke-37 yang telah memberikan kesempatan kepada dirinya untuk membuka gerai dan memamerkan serta menjual karya-karyanya. Hal ini memungkinkan produk-produknya dilirik dan dibeli oleh wisatawan asing yang mengunjungi PGD. Jupiter mengungkapkan bahwa dengan adanya penjualan produk-produknya, ekonomi lokal mereka juga mendapatkan dukungan yang signifikan.
Menanggapi permintaan pesanan, Jupiter menyebutkan bahwa saat ini pesanan hanya diterima melalui aplikasi Instagram dan WhatsApp karena belum memiliki gerai fisik resmi.
Dengan demikian, kehadiran Jupiter sebagai perajin di Kalimantan Barat dalam Pekan Gawai Dayak ke-37 menawarkan solusi kreatif dalam mempromosikan perlindungan satwa langka. Melalui karya-karyanya yang terbuat dari bahan fiber, seperti kepala enggang dan tengkorak monyet buatan, ia mampu menghasilkan hiasan yang mirip dengan aslinya. Selain itu, Jupiter juga menyediakan berbagai aksesoris dan alat musik khas Dayak yang menjadi daya tarik bagi wisatawan internasional. Kehadiran Jupiter dalam acara tersebut juga memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal, dengan meningkatnya penjualan produk kerajinan lokal.
(Tim/Hermanto)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS