DAMASKUS, SURIAH - Delegasi anggota parlemen senior Arab hari Minggu (26/2) bertemu dengan Presiden Suriah Bashar Al Assad, isyarat mencairnya hubungan setelah isolasi selama lebih dari satu dekade karena konflik berdarah di Suriah.
Kepala perwakilan Irak, Yordania, Palestina, Libya, Mesir, Oman, Lebanon dan Uni Emirat Arab melakukan perjalanan ke Suriah sebagai bagian dari delegasi Uni Antar-Parlemen Arab. Menurut kantor berita Suriah SANA, delegasi itu bertemu dengan anggota-anggota parlemen Suriah dan Presiden Assad.
Juru bicara parlemen Irak Mohammed Al Halbousi mengatakan “kami tidak dapat melakukan (pembaruan.red) tanpa Suriah, dan Suriah tidak dapat melakukannya tanpa dukungan Arab, yang kami harap dapat kembali.”
Suriah terisolasi dari dunia Arab lain setelah mengambil tindakan keras terhadap demonstrasi damai tahun 2011. Liga Arab menangguhkan keanggotannya di badan itu pada tahun yang sama dan banyak negara Arab menarik utusan mereka dari Damaskus.
Tetapi Assad menarik manfaat dari dukungan kuat negara-negara Arab pasca gempa dahsyat 6 Februari lalu di Turki dan Suriah. Menurut perhitungan PBB dan angka dari pemerintah Suriah, lebih dari 5.900 orang di Suriah tewas dalam gempa bumi itu.
Sejumlah donor, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang keduanya mendukung kelompok pemberontak yang berupaya menggulingkan Assad pada tahun-tahun awal konflik Suriah, ikut memberi bantuan kemanusiaan bagi korban gempa itu.
Untuk pertama kalinya pada tanggal 7 Februari lalu Presiden Mesir Abdel Fattah El Sissi menelpon Assad. Sementara Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi melakukan perjalanan pertama ke Damaskus pada 15 Februari.
Lima hari kemudian Assad melawat ke Oman, yang pertama kali ia meninggalkan Suriah sejak gempa. Assad jarang meninggalkan Suriah selama perang, dan hanya bepergian ke sekutu dekatnya – Rusia dan Iran – yang mendukungnya secara militer dan mengubah peta konflik di negaranya.
Assad juga pernah berkunjung ke Uni Emirat Arab tahun 2022 lalu, perjalanan pertamanya ke sebuah negara Arab sejak perang saudara tahun 2011. [em/jm]
Oleh: VOA Indonesia/Editor: Yakop
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS