Perajin menjemur kain batik tulis Sukapura di Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (1/10/2022). |
BorneoTribune, Jakarta - Pegiat batik sekaligus Founder Rasa Wastra Nusantara Monique Hardjoko membagikan sejumlah kiat untuk berani dan percaya diri mengenakan batik di kegiatan sehari-hari.
Kiat tampil cantik padu-padan gaya favorit dengan batik
Menurut Monique, hal terpenting adalah nyaman dengan gaya (style) sendiri. Misalnya, jika Anda nyaman dengan gaya kasual, padukan kain atau aksesoris berornamen batik dengan gaya tersebut.
“Kita tentu tahu bagaimana style kita memakai baju, kita punya style kita sendiri, style favorit kita. Sehingga, kita tidak perlu harus mengikuti tren. Batik, selain untuk pakaian, dijadikan aksen saja pun bisa,” kata Monique di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut dia, selain membuat semakin nyaman dan percaya diri dengan tampilan, pemilihan busana sesuai gaya sendiri akan membuat batik tersebut menjadi lebih lama dan berkelanjutan atau sustainable untuk dikenakan.
Lebih lanjut, Monique memberikan kiat untuk mengkreasikan kain batik menjadi beberapa jenis pilihan busana, seperti luaran (outer), gaun (dress), bandana, atau ornamen kecil lainnya sesuai dengan selera.
“Untuk itu, diperlukan bahan yang mudah untuk diikat, dipeniti, dan diputar, sehingga padu-padannya sesuai gaya kesukaan,” kata dia.
“Sehingga kita bisa membiasakan berkain batik sesuai diri sendiri, tidak perlu menjadi orang lain. Bawakan itu dengan nyaman dan tahu apa yang kita pakai karena kita mengenakan Indonesia,” imbuhnya.
Selain itu, Monique mengatakan bahwa edukasi soal batik juga perlu diberikan kepada masyarakat, mengingat batik bicara mengenai identitas, tradisi, dan kreativitas di tiap daerah.
“Elemen itu yang harus dihargai dan diapresiasi. Jadi kita tetap harus berikan informasi, edukasi bahwa ada batik yang tidak bisa dipakai oleh semua orang dan di semua acara,” ujarnya menambahkan.
Produksi yang "zero-waste" kian jadi andalan UMKM batik
Ilustrasi - Seorang pengunjung berlatih membatik di Museum Tekstile Jakarta pada Jumat (30/9/2022). |
Pemilik jenama fesyen Shiroshima Indonesia Dian Nutri Justisia Shirokadt mengatakan produksi busana dan kreasi yang zero-waste atau minim limbah kian menjadi andalan dan pilihan para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) batik.
“Bukan cuma motif kontemporer, sekarang trennya lebih ke bahan yang reusable, dan potongan atau cut design-nya zero-waste, sehingga tidak menyisakan limbah kain,” kata Dian saat dijumpai di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut dia, zero-waste bukan sekadar konsep produksi yang mengikuti tren terkini, namun juga untuk mengurangi limbah fesyen, yang merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia saat ini.
Untuk itu, pemilihan kain batik pun dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dian memilih kain yang menggunakan serat alam yang penyerapannya kuat sehingga warnanya tidak gampang pudar, serta adem dan nyaman untuk dikenakan sehari-hari.
“Ini lebih sustainable. Selain itu, desain dan ukurannya pun sangat akurat demi tidak menyisakan sisa kain. Jika ada sisa (produksi) bisa digunakan untuk patchwork, topi, tas, dan lainnya,” ujar wanita asal Yogyakarta tersebut.
Pegiat batik sekaligus Founder Rasa Wastra Nusantara Monique Hardjoko menambahkan, UMKM memiliki peran yang penting dalam melestarikan batik melalui inovasi dan kreativitas seperti yang dilakukan Dian.
Bagi Monique, UMKM mampu mengingatkan banyak orang bahwa batik merupakan sebuah karya seni yang bermanfaat, penuh arti, dan melalui proses produksi yang dikerjakan dengan sepenuh hati oleh para pengrajinnya.
“Selain berusaha menjadikan batik mendunia dan bisa dikenakan siapa saja, kehadiran UMKM batik juga mengingatkan akan prosesnya, dan menciptakan motif berlandasan kreativitas. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi keberlangsungan batik yang sebenarnya, yaitu proses yang harus dijaga dan dilestarikan,” imbuhnya.
(yk/ant)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS