BORNEOTRIBUN JAKARTA - Tambahan medali emas bagi tuan rumah Indonesia terus bergulir pada hari ketiga ASEAN Para Games 2022 di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Bukan hanya dari cabang-cabang yang diandalkan menjadi pundi-pundi emas seperti atletik dan renang, sejumlah cabang lainnya juga berhasil membuat kejutan sehingga makin mendukung upaya kontingen Merah-Putih dalam menjadi juara umum pada pesta olahraga ini.
Hingga Rabu malam Indonesia memimpin perolehan medali dengan mengantongi 87 emas, 66 perak dan 50 perunggu.
Artinya ada tambahan 28 medali emas yang diraih Indonesia dalam pertandingan Rabu.
Thailand berada pada urutan kedua dengan 63 medali emas, 56 perak dan 39 perunggu. Disusul Vietnam dengan 31 emas, 33 perak 22 perunggu.
Dari 11 negara peserta hanya Brunei Darussalam yang belum memperoleh satu pun medali dalam pesta olahraga untuk penyandang disabilitas ini.
Para atletik dan para renang yang banyak menyediakan medali, dapat dimanfaatkan oleh atlet-atlet Indonesia secara optimal.
Tercatat dalam para atletik ada tambahan 12 medali emas bagi Indonesia, dengan demikian dari cabang ini saja tuan rumah sudah mengoleksi 30 medali emas, plus 19 perak dan 13 perunggu.
Dari arena atletik di Stadion Manahan, Solo, tersebut juga muncul bintang-bintang yang memberi kontribusi besar.
Di antaranya Sapto Yogo Purnomo yang merebut emas ketiga dengan menjuarai nomor lari 400 meter T37 putra.
Tiga emas juga diraih atlet putri Nanda Mei Solihah setelah menjadi yang terbaik dalam nomor lari 400 meter T47.
Sebelumnya Nanda juga meraih medali emas untuk nomor lari 100 meter dan 200 meter.
Kejayaan tuan rumah juga terpantau di lintasan renang Stadion Jatidiri Semarang.
Ada tambahan enam medali emas yang diraih atlet-atlet Indonesia.
Medali emas di antaranya melalui Maulana Rifky Yavianda pada nomor 100 meter gaya bebas S12 dengan mencatatkan waktu tercepat 56,73 detik.
Kedua, Tangkilisan Steven Sualang yang menggondol medali emas nomor 100 meter gaya punggung putra S10 dengan catatan waktu tercepat 1 menit 10,03 detik.
Kemudian, Jendi Pangabean yang meraih dua medali emas dari nomor perseorangan, yakni 100 meter gaya punggung putra S9 dan 100 meter gaya kupu-kupu putra S9.
Pemecahan rekor
Selain menjadi juara, dalam cabang renang ini juga terjadi pemecahan rekor oleh atlet-atlet Indonesia.
Maulana Rifky Yavianda yang tampil pada nomor 100 meter gaya bebas S12 mencatatkan waktu 56,73 detik. Catatan waktu itu memecahkan rekor sebelumnya yang dibuat perenang Thailand Kummoongkoon Tupsit dengan 1 menit 2,57 detik pada 2008.
Kemudian, Tangkilisan Steven Sualang yang mencetak rekor pada nomor 100 meter gaya punggung putra S10 dengan catatan waktu 1 menit 10,03 detik.
Tercatat empat rekor terpecahkan pada lomba renang Rabu.
NPC Indonesia memang telah menetapkan para atletik dan para renang sebagai cabang-cabang andalan bagi Indonesia untuk bisa meraih juara umum.
Sejauh ini prestasi yang telah ditorehkan atlet Indonesia dari kedua cabang itu sudah cukup optimal dan masih ada peluang lagi untuk menambah medali.
Namun peluang memperoleh kontribusi medali dari cabang lainnya tidak bisa diabaikan.
Di antaranya dari cabang blind judo, atlet-atlet Indonesia pada Rabu berhasil meraih empat medali emas.
Empat medali emas itu didapat melalui pejudo Fajar Pambudi dalam kelas -90 kg putra, Tony Ricardo (+90 kg putra), Gian Nita Almira Rusmanto (-57 kg putri) dan dan Balgis Mega Maghfira (+57 kg putri).
Dari cabang blind judo itu sendiri tuan rumah sudah mengoleksi tujuh medali emas.
Pada cabang panahan, ada tambahan tiga medali emas.
Dalam pertandingan panahan di Lapangan Kota Barat Solo tersebut medali emas diraih oleh ganda putri Mahda Aulia dan Wahyu Retno Wulandari meraih medali emas seusai mengalahkan pasangan Thailand Phattharaphon Pattawaeo dan Tpat Chatyotsakorn pada nomor recurve women open doubles dengan skor 34-32, 32-25, 27-19.
Selanjutnya, pasangan Setiawan dan Kholidin juga meraih emas pada nomor recurve men open dooubles setelah mengalahkan pasangan asal Thailand Hanreuchai Netsiri dan Pornchai Phimthong dengan skor 33-33, 37-30, 36-33.
Sebelumnya, pada pertandingan sesi pertama Setiawan menyumbangkan medali emas pertama untuk nomor recurve men's single. Setiawan pada final tersebut melawan atlet asal Thailand Hanreuchai Netsiri untuk meraih kemenangan 27-25, 25-27, 28-27, 28-27.
Solidaritas
Terlepas dari perburuhan medali yang cukup ketat, APG juga menghadirkan momen-momen yang menunjukkan solidaritas, sportivitas dan persaudaraan di kalangan peserta.
Sejauh ini tidak ada protes yang berlebihan atau pun ketidakpuasan di antara atlet-atlet yang bertanding.
Solidaritas dan juga jiwa sportivitas ditunjukkan para atlet hingga pertandingan hari ketiga APG 2022.
Usai setiap pertandingan, mereka saling bersalaman, dan saling memberi semangat, sehingga terlihat suasana harmonis.
Misalnya yang ditunjukkan tim sepak bola cerebral palsy Kamboja dan Indonesia pada pertandingan semifinal.
Meski kalah cukup telak dari dua pertandingan yang dijalani, kalah dalam penyisihan grup dengan skor 1-7 dan di semifinal 2-9, seluruh pemain dan ofisial tetap bangga dengan apa yang diraih. Bahkan pemain dan ofisial tim Kamboja langsung menyapa penonton usai pertandingan.
Begitu juga dengan pemain tim Indonesia. Mereka tidak segan berfoto bersama, saling komunikasi serta berbaur untuk mengabadikan momen yang belum tentu terjadi pada kejuaraan-kejuaraan berikutnya.
Pada laga semifinal itu memang terjadi hal yang cukup unik. Pemain Kamboja banyak yang mengalami cedera sehingga harus melanjutkan pertandingan dengan lima pemain dari seharusnya enam pemain.
Melihat kondisi yang kurang seimbang dan banyak penonton yang memberikan dukungan, pelatih tim Indonesia menarik keluar satu pemainnya sehingga pertandingan berlangsung seimbang terutama dalam jumlah pemain.
"Di pertandingan ini bukan sekadar menang atau kalah. Tapi kita juga bicara persaudaraan. Mereka (Kamboja) luar biasa," kata pelatih tim sepak bola CP Indonesia Anshar Ahmad. (ANT)
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS