Paus Fransiskus pada perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan hari Minggu (17/4). |
Borneo Tribun, Vatikan -- Pada hari yang seharusnya menjadi hari paling menggembirakan bagi umat Kristiani, Paus Fransiskus hari Minggu (17/4) menyampaikan permohonan menyedihkan demi perdamaian dalam perang “yang tidak masuk akal” di Ukraina, dan dalam konflik-konflik bersenjata lainnya yang berkecamuk di dunia.
Dikutip VOA Indonesia, pada Minggu Paskah (17/4), Paus Fransiskus mengatakan, "Yesus adalah pemenang atas dosa, ketakutan, dan kematian."
Berbicara dari balkon tengah yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus, Paus mengatakan “semoga ada perdamaian untuk Ukraina yang dilanda perang, yang telah diuji dengan kekerasan dan penghancuran yang kejam dan tidak masuk akal.”
Paus menyerukan kepada dunia agar tidak menyerah pada kejahatan dan kekerasan. Dia memohon agar perang di Ukraina segera diakhiri, dan mendesak umat agar ikut menyerukan perdamaian dan diakhirinya penghancuran yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Bagi massa yang berkumpul, Paskah kali ini benar-benar merupakan sebuah kebangkitan setelah pandemi selama dua tahun menyebabkan Minggu Suci praktis terhenti.
Paus Fransiskus memohon dengan sangat agar perdamaian ditegakkan dan menyebut Paskah kali ini “Paskah yang diliputi perang.” Puluhan ribu umat menghadiri misa Paskah kali ini di tengah sinar matahari cerah tetapi diliputi angin dingin di Alun-Alun Santo Petrus, untuk menyimak wejangan Paus dan menerima berkat.
Dalam sambutan Paskah Urbi et Orbi atau kepada kota dan dunia, Paus menyerukan agar perdamaian dipulihkan di Ukraina yang dilanda perang, dihadapkan pada cobaan berat lewat kekerasan dan penghancuran akibat perang yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Paus Fransiskus menyerukan kepada dunia agar tidak menganggap perang itu normal dan berharap “semoga sebuah fajar harapan baru segera muncul.”
"Semoga sebuah keputusan perdamaian datang," kata Fransiskus, "semoga peragaan kekuatan otot ini diakhiri segera sementara rakyat menderita," lanjutnya.
Dia mendesak semua pihak untuk memberi komitmen pada seruan perdamaian dari semua penjuru dan mengungkapkan harapan agar para pemimpin dunia mendengar permohonan rakyat bagi perdamaian.
Paus juga memikirkan para korban warga Ukraina, jutaan pengungsi, keluarga yang terpecah, warga usia lanjut yang harus berjuang sendiri, kehidupan yang porak-poranda dan kota-kota yang diratakan dengan tanah.
Fransiskus menambahkan bahwa di tengah-tengah kepedihan perang ini, juga ada tanda-tanda yang menggembirakan.
Banyak keluarga dan komunitas membuka pintu mereka untuk menyambut para imigran dan pengungsi di seluruh Eropa.
Pada Minggu Paskah umat menandai hari paling menggembirakan di dalam kalender Kristen, perayaan kebangkitan Yesus tiga hari setelah kematiannya di tiang salib.
Kini, kata Paus, kita mendengar gema proklamasi Paskah yang begitu menyentuh warga Kristen: “Kristus bangkit! Kini, kata Paus, kita membutuhkan dia, pada akhir praPaskah yang seakan-akan tidak pernah berakhir."
Fransiskus mengatakan, konflik di Eropa seharusnya membuat dunia lebih prihatin akan situasi konflik lainnya, penderitaan dan kesedihan, situasi di banyak bagian dunia yang tidak bisa diacuhkan atau dilupakan.
Paus menyebut Timur Tengah, yang didera oleh konflik dan perpecahan selama bertahun-tahun, khususnya Libya, Yaman, Afghanistan dan Myanmar.
Paus juga menyerukan perdamaian bagi seluruh benua Afrika dan agar bantuan diberikan kepada rakyat yang menderita akibat kondisi sosial di Amerika latin.
Fransiskus mengakhiri pesan Paskah dengan kata-kata yang bermakna kuat: “Perdamaian itu mungkin, perdamaian merupakan kewajiban, perdamaian itu tanggung jawab utama semua orang.” [jm/ka]
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS