Para jurnalis Afghanistan tampak hadir di lokasi serangan bom di Kabul, Afghanistan, pada 9 Februari 2021. (Foto: AP/Rahmat Gul) |
BorneoTribun.com - Taliban, pada Rabu (2/2), membebaskan dua orang jurnalis yang bekerja untuk saluran berita lokal di Afghanistan, dua hari setelah kelompok tersebut menahan mereka, setelah meluasnya kecaman dari dalam negeri maupun dunia internasional terhadap tindakan keras kelompok Islamis itu dalam menangani perbedaan pendapat.
Sharif Hassanyar, kepala TV swasta Ariana News, mengkonfirmasi melalui cuitan di Twitter pembebasan wartawan Waris Hasrat dan Aslam Hijab pada Rabu (2/2) dari tahanan Taliban.
Finally TB release Aslam Ejab and Waris Hasrat they were in detonation of TB for two nights. @RSF_inter @BBCYaldaHakim @AFIntlBrk @CPJAsia @SNJ_national pic.twitter.com/dLpzbqunqz
— Sharif_Hassanyar (@S_Hassanyar) February 2, 2022
Kedua wartawan itu ditangkap pada Senin (31/1) oleh pasukan Taliban ketika mereka meninggalkan kantor untuk makan siang di ibu kota, Kabul. Alasan di balik penangkapan mereka tidak diketahui, dan pihak otoritas Taliban membebaskan mereka tanpa mengaku bertanggung jawab.
PBB dan kelompok-kelompok HAM lokal serta internasional telah mengutuk penahanan Hasrat dan Hijab, dan menuntut pembebasan mereka.
Misi Bantuan PBB di Afghanistan membenarkan pembebasan kedua jurnalis itu, dan mendesak Taliban untuk menghentikan penculikan dan membebaskan beberapa aktivis perempuan lainnya yang juga ditahan.
Taliban release two @ArianaNews_ reporters that they detained without acknowledging responsibility. The whereabouts of women activists & others who went missing two weeks ago remain unknown. Urgent action by Taliban needed to stop abductions & secure freedom for the disappeared. https://t.co/jlWSTeuIMm
— UNAMA News (@UNAMAnews) February 2, 2022
Para aktivis perempuan itu menghilang dua minggu lalu setelah menghadiri protes untuk menuntut lebih banyak hak dan mengecam berbagai pembatasan oleh Taliban terhadap perempuan, termasuk keharusan mengenakan jilbab ketika berada di tempat umum.
Para pengecam mengatakan kembali berkuasanya Taliban sejak pertengahan Agustus lalu telah merusak kebebasan berekspresi di Afghanistan. [lt/em]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS